Anda di halaman 1dari 59

CASE REPORT

“Myelitis Transversa”
Pembimbing: dr. Irawaty Hawari Sp.S
Disusun oleh : Cresia Adelia Wibowo

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 22 JUNI– 27 JUNI 2020
Identitas Pasien
Nama : Ny. W
No RM : 01.03.69.13
Tanggal Lahir/Umur : 3 Januari 1996 / 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

IDENTITAS PASIEN
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Minang
Alamat : Kerinci
Tanggal Masuk RS : 6 Januari 2019
Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang
Dilakukan secara autoanamnesa. • Lumpuh kedua tungkai sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Dimana
awalnya kaki kanan pasien terasa kesemutan dan lemah setelah bangun
Keluhan Utama tidur, 1 hari setelahnya kedua kaki pasien lemah, dan 2 hari kemudian
• Lumpuh kedua tungkai. pasien tidak dapat lagi menggerakkan kedua kakinya.
• Nyeri pinggang menjalar ke bagian perut sejak 4 hari yang lalu, terasa
seperti diikat
• Kebas dari perut sampai ke kaki sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
• BAB dan BAK tidak terasa sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
• Mual dan muntah disangkal
• Demam tidak ada, batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat infeksi pada gigi dan telinga tidak ada
• Riwayat batuk lama, konsumsi obat rutin tidak ada
• Riwayat hipertensi, DM, stroke dan penyakit jantung tidak ada
• Riwayat keganasan tidak ada
• Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
• Riwayat menderita herpes tidak ada
• Pasien pernah di diagnosa oleh dokter : paraparese inferior e.c suspek sindrom
guillaine barre (1 tahun yang lalu, kemudian membaik tidak ditemukan gejala lagi,
perbaikan dalam 6 bulan), telah mendapatkan terapi injeksi metilprednisolon
3x120mg, injeksi citicolin 2x500mg, injeksi necococlamin 2x500mg.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga :

• Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama


• Tidak ada anggota keluarga yang batuk-batuk lama ataupun minum obat rutin 6 bulan

Riwayat Pengobatan

• -
Anamnesis
Riwayat Alergi:
• Alergi obat-obatan, makanan, debu disangkal.
 
Riwayat Pekerjaan, Sosial dan Ekonomi :
• Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktivitas sedang.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum : Tampak sakit berat
• Kesadaran : Compos mentis, GCS = 15
• Kooperatif : Ya
• Tanda vital :
• Tekanan Darah : 120/70 mmHg
• Nadi : 70 x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup
• Frekuensi Nafas : 18 x/menit, abdominotorakal
• Temperatur : 36,6˚C
Status Generalis
 Kepala :Bentuk normochepali, tidak teraba benjolan, rambut hitam terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut, tidak mudah patah. Kulit kepala tidak ada kelainan.
 Mata :Palpebra superior et inferior dextra tidak tampak edema/cekung. Palpebra superior et

STATUS GENERALIS
inferior dextra et sinistra tidak normal. Kornea jernih, conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), injeksi konjungtiva (-/-). Pupil bulat, isokor, diameter 3 mm. Refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (+/+).
Status Generalis
• Telinga:Bentuk normal, serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik
aurikula (-/-), KGB pre-retro aurikuler dextra et sinistra tidak teraba membesar, liang

STATUS GENERALIS
telinga dextra et sinistra lapang.
• Hidung :Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), mukosa hidung tidak
pucat dan tidak hiperemis, epistaksis (-).
• Mulut :Sulcus nasolabialis simetris, bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), deviasi
lidah (-), uvula ditengah, tonsil T1/T1 tidak hiperemis.
• Leher : JVP 5+2 cm H2O. Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar.
KGB submandibula dan servikal dextra et sinistra tidak teraba membesar.
Status Generalis
• Thoraks :
• Paru
• Inspeksi : Bentuk dan ukuran dada bagian belakang normal, simetris
saat statis dan dinamis. Bentuk skapula simetris, tidak ditemukan
bekas luka atau benjolan. Retraksi sela iga (-), sela iga melebar
(-)
• Palpasi :Perbandingan gerakan nafas dan stem fremitus kanan kiri
sama kuat
• Perkusi :Pada dada bagian belakang terdengar bunyi sonor pada
kedua lapang paru atas kanan kiri
• Auskultasi :Terdengar bunyi vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Status Generalis
• Jantung
• Inspeksi :Pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra
kuat angkat
• Perkusi :Redup
• Batas jantung kanan sepanjang garis dari ICS IV PSL dextra
• Batas jantung atas ICS III PSL sinistra
• Batas jantung kiri ICS V MCL sinistra
• Auskultasi :BJ I dan II normal regular, gallop (-), murmur (-)
Status Generalis
 Abdomen :
­ Inspeksi : Perut tidak membuncit, warna kulit tampak sawo matang, tidak terdapat kelainan
pada kulit.
­ Auskultasi : bising usus (+) normal
­ Perkusi : Didapatkan bunyi timpani pada keempat kuadran, ketok CVA -/-
­ Palpasi : Perut supel, nyeri tekan abdomen (-), turgor kulit baik. Hepar, lien, ginjal tidak
teraba membesar.
Status Generalis
• Anus dan genitalia :Tidak dilakukan
• Ekstremitas :Akral teraba hangat, tidak terdapat edema dan sianosis pada kedua
ekstremitas, CRT < 2 detik.
• Kulit :Turgor kulit baik
• KGB :Tidak teraba membesar pada aksila, supraklavikula, infraklavikula
Pemeriksaan Saraf
Pemeriksaan Saraf :
Keadaaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : compos mentis, GCS = 15
Rangsang meniengal
Kaku Kuduk : (-)
Tanda Kerniq : (-)
Tanda Laseque : (-)
Tanda brudzinski I : (-)
Tanda brudzinski II : (-)
Peningkatan tekanan intrakranial
Muntah : (-)
Sakit kepala : (-)
Kejang : (-)
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), refleks kornea (+/+), bola mata bergerak
bebas
Pemeriksaan Nervus Cranialis

N. Olfactorius (I)

Penciuman Kanan Kiri


Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
bahan)
N. Opticus (II)

Penglihatan Kanan Kiri


Tajam 6/6 6/6
penglihatan
Lapangan baik baik
pandang
Melihat warna baik baik
Funduskopi Tidak dilakukan pemeriksaan
N. Ocullomotorius (III)

  Kanan Kiri
Bola mata Normal Normal
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Doll’s eye movement (+) Doll’s eye movement
(+)
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ekso/endoftalmus (-) (-)
Bentuk pupil Bulat Bulat
N. Troklearis
(IV)
  Kanan Kiri
Gerakan mata kebawah (+) (+)
Posisi bola mata Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada Tidak ada

N. Abdusen (VI)
  Kanan Kiri
Gerakan mata ke (+) (+)
lateral
Posisi bola mata Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada Tidak ada
  Kanan Kiri
Motorik    
Membuka mulut Baik Baik
Menggerakkan rahang Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Sensorik    
N. Trigeminus (V)
Divisi Oftalmika    
Refleks kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
Divisi Maksila    
Refleks masseter (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
Divisi Mandibula    
Sensibilitas Baik Baik
N. Fasialis (VII)
  Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Baik Baik
Fissura palpebra Baik Baik
Menggerakkan dahi Baik Baik
Menutup mata Baik Baik
Mencibir/bersiul Baik Baik
Memperlihatkan gigi Baik Baik
Sensasi lidah 2/3 Baik Baik
Hiperakusis Baik Baik
N.Vestibulocochlearis (VIII)

  Kanan Kiri
Rinne test Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Weber test Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Swabach test Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Nistagmus Baik Baik
Pendular (-) (-)

Vertikal

Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N. Glossopharingeus, vagus (IX,X)

• Reflex muntah : (+)


• Pengecapan 1/3 belakang lidah : (+)
• Arkus faring : simetris
• Uvula : terletak ditengah
• Reflex menelan : baik
• Suara : (+)
N. Asesorius (XI)

  Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Baik Baik
Menoleh ke kiri Baik Baik
Mengangkat bahu ke Baik Baik
kanan
Mengangkat bahu ke Baik Baik
kiri
N. Hypoglossus (XII)

Lidah

 Tremor : (-)
 Atropi : (-)
 Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : Simetris
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : Simetris
Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan
Romberg test Tidak dapat dilakukan
Romberg test dipertajam Tidak dapat dilakukan
Stepping gait Tidak dapat dilakukan
Tandem gait Tidak dapat dilakukan
Koordinasi:  

Jari-jari Baik

Hidung-jari Baik

Pronasi-supinasi Baik

Tes tumit lutut Tidak dapat dilakukan


A.Badan Respirasi Baik
  Duduk Sulit di nilai
B. Berdiri dan berjalan Gerakan spontan Sulit dinilai
  Tremor (-)
  Atetosis (-)
SISTEM MOTORIK
  Mioklonik (-)
  Khorea (-)
C.Ekstremitas Superior Inferior
  Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Baik Baik Tidak Tidak
dapat dapat
digerakka digerakkan
n
Kekuatan 555 555 000 000
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Baik Baik Hipotonus Hipotonus
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS

Sensibilitas taktil (-)


Sensibilitas nyeri (-)
Sensibilitas termis (-)
Sensibilitas sendi dan posisi (-)
Sensibilitas getar (-)
Sensibilitas kortikal (-)
Stereognosis (-)
Pengenalan 2 titik (-)
Pengenalaan rabaan (-)
Pemeriksaan Refleks
Fungsi Otonom
• Miksi : neurogenik bladder (+)

• Defekasi : BAB terganggu (+)

• Sekresi keringat: baik


Kesadaran Tanda Dementia
Reaksi bicara Baik Refleks glabela (-)

Fungsi intelek Baik Refleks snout (-)


FUNGSI LUHUR
Reaksi emosi Baik Refleks (-)
menghisap
    Refleks (-)
memegang
    Refleks (-)
palmomental
Pemeriksaan Laboratorium
• Darah
• Rutin
Hb : 13,9 g/dl
Leukosit : 16.490
Trombosit : 303.000
Hematokrit : 41%
Kesan : Leukositosis
• Kimia klinik
GDS : 101 mg/dl
Ureum/kreatinin : 25mg/dL / 0,7mg/dL
Natrium/kalium/Cl : 137mmol/L / 4,4 mmol/L, 107 mmol/L
Kesan : dalam batas normal
 
 
 
 
 
 
 
Diagnosa Kerja
• DIAGNOSA KLINIS
Paraplegi inferior tipe UMN fase syok spinal suspek mielitis transversa

• DIAGNOSA TOPIK
Medulla spinalis vertebra thorakal X

• DIAGNOSA ETIOLOGI
Susp. Myelitis Transversa et causa susp. autoimun
Penatalaksanaan
Umum : Khusus :
• Diet dan nutrisi dijaga, 125 gram • Injeksi metilprednisolon 4x125 mg IV
protein, vitamin dosis tinggi dan cairan • Injeksi ranitidine 3x50mg IV
sebanyak 3 liter per hari. • Paracetamol 3x500mg (PO)
• Kateterisasi urine, hitung balance cairan • Cefixime 2x200mg (PO)
Rencana Pemeriksaan Prognosis
• MRI Medulla Spinalis Ad vitam : dubia ad bonam
• Lumbal punksi Ad functionam : dubia
• Pemeriksaan laboratorium darah Ad sanationam : dubia
lengkap
• Pemeriksaan ANA, ACA
Tinjauan Pustaka
“Myelitis Transversa”
Definisi
• Myelitis merupakan suatu kondisi peradangan yang mempengaruhi medulla
spinalis, dapat mengenai substansia alba ataupun substansia grisea.

• Myelitis transversa merupakan suatu bentuk myelitis yang melibatkan gangguan


seluruh fungsi fisiologis sesuai dari segmen medulla spinalis yang terkena.
Epidemiologi
• Insidensi terjadinya transverse myelitis dilaporkan terjadi pada 1 dari 8 kasus per juta orang di Amerika
Serikat, sekitar 1400 kasus transverse mielitis per tahun didiagnosis di Amerika Serikat.

• 34.000 orang dewasa dan anak memiliki disabilitas residual akibat dari transverse myelitis tersebut.

• Sekitar 20% kasus transverse myelitis dapat terjadi pada anak – anak.

• Pada anak – anak, terdapat puncak insidensi terjadinya transverse myelitis, yaitu pada rentang waktu 0  – 2
tahun, dan pada saat 5  – 17 tahun, dengan insidensi tertinggi pada saat kelahiran dan usia 2 tahun.
Anatomi Medula
Spinalis
• Jaringan saraf berbentuk silindris menempati 2/3
atas canalis vertebra, yaitu batas superior atlas (C1)
sampai batas vertebra lumbalis kedua (L2).
Kemudian berlanjut sampai medula oblongata

• Terdapat 3 traktus yang dipelajari secara klinis:


traktus kortikospinalis, traktus sphinotalamikus,
dan kolumna posterior
Anatomi Medula Spinalis
• Dibungkus oleh duramater, arachnoid,
dan piamater
• Pada penampang transversal, dapat
dijumpai bagian sentral yang berwarna
abu-abu (gray matter) dan berwarna
putih (white matter).

• Gray matter terdiri dari 10 lamina dan 4


bagian:
 Kornu anterior/ventralis
 Kornu posterior/dorsalis
 Kornu intermedium
 Kornu lateral
Anatomi Medula Spinalis
• Tiap segmen medula spinalis, terdiri dari 4 radix
(sepasang radix ventralis dan sepasang radix dorsalis).
• Radix keluar dari kolumna vertebralis melalui foramina
intervertebralis
• Radix ventralis >> traktus motoris
• Radix posterior >> sensoris
Perjalanan Serabut Saraf Medula Spinalis
Jalur Desenden terdiri dari:
 Traktus kortikospinalis lateralis
 Traktus kortikospinalis anterior,
 Traktus vestibulospinalis,
 Traktus rubrospinalis,
 Traktus retikulospinalis,
 Traktus tektospinalis,
 Fasikulus longitudinalis medianus

Jalur Asenden terdiri dari :


 Sistem kolumna dorsalis
 Traktus spinothalamikus
 Traktus spinocerebellaris dorsalis
 Traktus spinocerebellaris ventralis
 Traktus spinoretikularis.
Vaskularisasi Medula
Spinalis
Arteri spinal terdiri dari:
 A. Spinalis anterior
 A. Spinalis posterior
 A. Radikularis (posterior dan
anterior)
Etiologi
• Virus
• Mycoplasma pneumonia
• Schistosomiasis
• Vaksinasi
• Eritematous Lupus Sistemik
• Idiopatik
 
Manifestasi Klinis
• Mielitis transversalis dapat timbul berdiri sendiri • Kelemahan
atau bersama-sama dengan penyakit lain. • Keterlibatan level sensoris dapat ditemukan
• Mielitis transversalis akut : tanda dan gejala hampir pada semua kasus
berkembang dalam hitungan jam sampai beberapa • Nyeri (dapat timbul pada punggung, ekstremitas
hari atau perut)
• Mielitis transversalis subakut gejala klinis • Parastesia merupakan tanda awal yang paling
berkembang lebih dari 1-2 minggu umum
• Simptom mielitis transversalis berkembang cepat • Sensasi berkurang di bawah level keterlibatan
dari beberapa jam sampai beberapa minggu. medula spinalis pada sebagian besar pasien,
• Sekitar 45% pasien mengalami perburukan secara begitu pula nyeri dan suhu.
maksimal dalam 24 jam.
Manifestasi Klinis
• Simptom otonom  peningkatan urinary urgency, inkontinensia
urin dan alvi, pengosongan yang tidak sempurna atau konstipasi
• Keterlibatan sistem saraf sensoris dan otonom  disfungsi
seksual
• Perburukan fungsi neurologis bervariasi dan berlangsung
progresif, biasanya berlangsung dalam 4-21 hari.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Riwayat kelemahan motorik  kelemahan pada tubuh seperti paresis pada kedua
tungkai yang terdai secara progesif dalam beberapa minggu
• Kelainan fungsi sensorik berupa rasa nyeri terutama di daerah pinggang,perasaan
kebas atau seperti terbakar yang terjadi secara mendadak pada tangan maupun kaki
• Kelainan fungsi otonom seperti retensi urin, urinary urgency maupun konstipasi
• Gejala dan tanda-tanda myelitis biasanya berkembang selama jam sampai hari dan
biasanya bilateral, namun unilateral atau nyata presentasi asimetris dapat terjadi.
• Riwayat penyakit seperti infeksi maupun penyakit imun dapat ditanyakan untuk
mencari kemungkinan penyebab dari myelitis transverse.
Pemeriksaan Fisik
• Gejala umum yang muncul melibatkan gejala motorik, sensorik dan otonom

• Beberapa penderita juga melaporkan mengalami spasme otot, gelisah, sakit kepala dan demam

• Dari beberapa gejala, gejala klasik dari myelitis transverase yaitu kelemahan otot atau paralisis
kedua lengan atau kaki, nyeri, kehilangan rasa pada kaki dan jari  –  jari kaki, disfungsi kandung
kemih dan buang air besar
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium darah dan serologi dapat membantu dalam
mengesampingkan adanya gangguan sistemik seperti penyakit autoimun dan
gangguan metabolisme.
• Tes laboratorium seperti indeks IgG, vPCR virus, antibodi lyme dan mikoplasma,
dan VDRL
Pemeriksaan
Penunjang
• Pungsi lumbal
• Pungsi lumbal dengan pengambilan sampel cairan cerebrospinal (CSF) untuk
menentukan adanya peradangan.
• Analisis isi seluler CSF akan menentukan jumlah sel darah putih yang dapat
terakumulasi dalam cairan, yang nantinya dapat berfungsi sebagai indikator dari
besarnya peradangan.
Pemeriksaan Penunjang
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• MRI  menyingkirkan adanya lesi struktural, terutama untuk intervensi bedah saraf
mendesak.
• Langkah pertama dalam evaluasi diagnostik ATM untuk menyingkirkan lesi akibat
kompresi (penekanan)
• Jika dicurigai mielopati, MRI spinal cord harus diperoleh sesegera mungkin dengan
pemakain kontras godalinium.
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Immunoterapi inisial
• Kortikosteroid merupakan terapi • Terapi dengan plasma exchange
lini pertama. bermanfaat pada pasien yang tidak respon
• Sekitar 50-70% pasien mengalami dengan pemberian kortikosteroid.
perbaikan parsial atau komplit. • Plasmapharesis berguna pada pasien yang
• Regimen intravena dosis tinggi masih memiliki sisa fungsi sensorimotor saat
(1000 mg metilprednisolon setiap pertama kali serangan
hari, biasanya selama 3-5 hari) • Pada pasien demielinisasi, imunomodulator
diberikan kepada pasien. long-acting atau terapi imunosupressan
menunjukkan pengurangan risiko serangan
berulang.
Penatalaksanaan
• Respirasi dan Oropharyngeal Support • Kelemahan Otot dan Komplikasi Imobilisasi
• Intubasi dengan ventilasi mekanik diperlukan • Pemberian heparin low-moleculer weigth¬ sebagai profilaksis
pada beberapa pasien. untuk thrombosis vena  untuk pasien dengan imobilisasi.
• Disartria, disfagia, atau penurunan fungsi • Kolaborasi dengan fisioterapis  dipertimbangkan sehingga
lidah atau refleks muntah memerlukan neurorehabilitasi multidisiplin dapat dimulai secepatnya.
pemeriksaan fungsi menelan untuk • Sustained-release potassium-channel blocker dan 4-
menentukan apakah pemakaian feeding tube aminopyridine oral menunjukkan hasil yang baik dengan
diperlukan atau tidak. meningkatkan kecepatan pasien berjalan pada pasien dengan
multiple sklerosis
Penatalaksanaan
• Abnormalitas Tonus • Nyeri
• Penelitian controlled trials meneliti bahwa • Nyeri neuropatik merespon baik dengan
baclofen, tizanidine, dan benzodiazepin agen antikonvulsan, obat-obatan anti-
sebagai terapi untuk pasien dengan spastisitas depressan (tricyclic antidepressants dan
akibat gangguan otak dan korda spinalis. reuptake inhibitors of serotonin dan
norepinefrin), NSAIDS, dan narkotik.
Penatalaksanaan • Disfungsi Usus dan Genitourinari
• Malaise • Pemasangan kateter  myelitis transversalis pada
• Amantadin  terapi malaise akibat multiple fase akut karena retensi urin
sklerosis • Hiperrefleksia detrusor  sering berkemih :
• Stimulant seperti dekstroamfetamin atau antikolinergik (oxybutinin dan tolterodin)
metilfenidat pernah digunakan untuk terapi • USG  priksa volume urin yang tersisa setelah
malaise yang berat dan refrakter yang terjadi miksi berguna untuk menyingkirkan retensi urin
setelah episode myelitis • Obat yang menghambat reseptor α1-adrenergik
dapat membantu relaksasi sfingter urin dan
pengosongan urin pada pasien dengan hiperaktivitas
sfingter
• Beberapa pasien memerlukan kateterisasi
intermitten untuk mengosongkan kandung kemih
Prognosis
• Sebagian besar orang dengan mielitis transversa akan parsial recovery, mungkin diperlukan sekitar satu
tahun atau lebih.
• Kebanyakan pemulihan terjadi dalam tiga bulan pertama setelah episode dan sangat tergantung pada
penyebab dari mielitis transversa itu sendiri.
• Sekitar sepertiga dari orang dengan mielitis transversa akan jatuh ke dalam salah satu dari tiga kategori
setelah serangan dibawah ini, yaitu :
a) Tidak ada atau sedikit cacat. Orang-orang ini hanya mengalami sedikit gejala berlama-lama.
b) Cacat sedang. Orang-orang ini dapat bergerak, tetapi mungkin memiliki kesulitan dalam berjalan, mati
rasa atau kesemutan, dan memiliki masalah kandung kemih dan usus.
c) Cacat berat. Beberapa orang mungkin secara permanen akan membutuhkan kursi roda dan memerlukan
bantuan berkelanjutan dengan perawatan dalam aktivitas sehari-hari.
Daftar Pustaka
• Netter FH. Spinal Cord: Anatomy and myelopathies. In Netter FH. Netter’s Collection of Medical Illustration
Volume 7 Nervous System 2nd edition. Elsevier, philadelpia.2013. 50-7
• Chapter 44: Disease of Spinal Cord. in: Ropper AH. Samuel MA. Klein JP. Adams and Victor’s Principles of
Neurology 10th Ed . McGraw Hill.New York.2014; 319-51
• Bhat, A, Naguwa, S, Cheema, G, Gershwin, ME. The epidemiology of transverse myelitis. Autoimmunity
Reviews.2010. 9: 395-399.
• Tapiheru LA, Sinurat PPO, Rintawan K. Myelitis Transversalis: majalah kedokteran nusantara. 2007;40;e235.
(Diakses 28 Juni 2018)
• Transverse Myelitis Consortium Working Group. Proposed diagnostic criteria and nosology of acute transverse
myelitis. Neurology 2002; 59: 499 –5  05.
• Varina L. Wolf, Pamela J. Lupo and Timothy E. Lotze. Pediatric Acute Transverse Myelitis Overview and
Differential Diagnosis. J Child Neurol. 2012; 27: 1426.
• Elliot M. Frohman and Dean M. Wingerchuk. Transverse Myelitis. N Engl J Med.2010: 363;6.
• Timothy W West. Transverse Myelitis- A Review Of The Presentation, Diagnosis And Initial Management. 2013.
• Tapiheru LA, dkk. Myelitis Transversalis. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran USU. Majalah Kedokteran
Nusantara Vol. 40. No. 3. 2007.
• Frohman EM, Wingerchuk DM. 2010. Transverse Myelitis. The New England Journal of Medicine 2010;363:564-
72.
• Beh SC, Greenberg BM, Frohman T, Frohman EM. Transverse myelitis. Neurol Clin 31(1):79-138, 2013.
Thanks

THANKS
Does anyone have any questions?

cresiaaw@gmail,com

Anda mungkin juga menyukai