Pembimbing
dr. Rini Ismarijanti Sp.S
Penyusun
Mitha Faramita
03011191
1
STATUS NEUROLOGI
I. IDENTITAS
Nama : Tn. MI
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Tentara
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Mess Sriti Kadikau
A. Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 5 hari lalu.
B. Keluhan Tambahan
Mual.
2
ganda (-), penglihatan kabur (-), silau (-). Sakit gigi (-). Pusing berputar disangkal.
Pasien mengaku tidak ada tanda-tanda khusus sebelum serangan nyeri datang.
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien biasa olahraga 1 minggu sekali
Kebiasaan Merokok (-)
Minum alkohol (-)
3
Paru-paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus simetris kedua hemithoraks
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, oedem - -
- -
III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri
Subjektif Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dengan bahan - -
N II. (Optikus) Kanan Kiri
Tajam pengelihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapangan pengelihatan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III. (Okulomotorius) Kanan Kiri
Celah mata Ptosis (-) Ptosis (-)
Pergerakan bulbus Baik Baik
Strabismus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Besar pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Isokor Isokor
Refleks terhadap sinar + +
Refleks konversi + +
4
Refleks konsensual + +
Diplopia + +
N IV. (Troklearis) Kanan Kiri
Pergerakan mata Baik, mulus Baik, mulus
( kebawah-dalam )
Sikap bulbus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Diplopia - -
N V. (Trigeminus) Kanan Kiri
Membuka mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Baik Baik
N VI. (Abduscens) Kanan Kiri
Pergerakan mata ke lateral Baik Baik
Sikap bulbus Di tengah Di tengah
Diplopia - -
N VII. (Facialis) Kanan Kiri
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + +
Menggembungkan pipi + +
Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan
depan
N VIII. Kanan Kiri
(Vestibulokoklear)
Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara detik jam Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX. (Glossofaringeus) Kanan Kiri
Perasaan bagian lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
belakang
5
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N X. (Vagus)
Arcus pharynx Di tengah
Bicara Baik
Menelan Baik
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Memalingkan kepala Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah Simetris
Tremor lidah Tidak ada
Artikulasi Baik
6
o Refleks kremaster : Tidak dilakukan
Sensibilitas :
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks :
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Hoffman-Trommer - -
7
c. Anggota gerak bawah
Motorik :
Kanan Kiri
Pergerakan Baik, aktif Baik, aktif
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Sensibilitas :
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks :
Kanan Kiri
KPR (Patella) ++ ++
APR (Achilles) ++ ++
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
8
Romberg Dipertajam : Tidak dilakukan
Dix-Hallpike : Tidak dilakukan
Finger to nose : Tidak dilakukan
Past pointing : baik (akurat)
Knee to Heel : Tidak dilakukan
Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
Ataksia : Tidak ada
Rebound phenomena : Tidak ada
Dismetria : Tidak ada
e. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : Tidak ada
Miokloni : Tidak ada
Korea : Tidak ada
Atetose : Tidak ada
f. Alat vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
V. RESUME
Pasien, laki - laki, usia 26 tahun, Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
pada seluruh kepala terutama bagian belakang sejak 5 hari yang lalu. Nyeri kepala
dirasakan seperti mengikat, kencang dan terasa berat seperti ditekan terutama pada
bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang
jika sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus selama 5 hari ini,
tidak hilang dengan minum obat. Nyeri kepala disertai mual. Tidak disertai
9
muntah, takut melihat cahaya ataupun takut mendengar suara. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Setiap keluhan timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan
saat keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap
serangan tidak menentu, biasanya paling cepat sehari dengan obat dan saat ini nyeri
kepala berlangsung paling lama namun tidak hilang dengan minum obat warung.
Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika telat makan, stress, saat
membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi.
Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila
pasien berbaring atau beristirahat.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan dalam batas normal.
VII. PENATALAKSANAAN
Psikologik (psikoterapi)
Farmakologik:
Ranitidin tab 2x1
Mecobalamin 500mg tab 3x1
Na Diclofenac 25mg tab 2x1
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia
10
PEMBAHASAN
CEPHALGIA
DEFINISI
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas
kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian
daerah tengkuk).
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal. Pendapat lain
mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul
dari struktur nyeri yang sensitif.
ETIOLOGI
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera kepala,
migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa intrakranial, penyakit mata,
telinga /hidung.
GAMBARAN KLINIK
Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga
tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi
saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan kranium, di fosa
kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di daerah frontal,
parietal di dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui
cabang pertama nervus Trigeminus.
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa posterior
(misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di atas persendian
serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1, C2
dan C3 berperan untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat
melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh
darah.
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di frontal
pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan kemungkinan massa
11
intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma, tumor otak)
12
TENSION TYPE HEADACHE
Definisi Tension Type Headache (TTH)
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot-
otot kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter,
M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula).
13
trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif
pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang
akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan
neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada
nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal
(limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan
menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal
decending pain inhibit activity, (5) kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga
menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat
hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan
terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal
serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot
temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological
motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan
aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi dan ansietas
akan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur
transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.
Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori
yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan
pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu
keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang
selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi
otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis
sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu
aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).
Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi
menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. Alarm
reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan
kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan
mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan
enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimana
sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan merangsang peningkatan
aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium. Stage of exhausted
14
dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun
sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.
15
Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak
membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan
masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri
kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia. TTh biasanya mudah diobati
sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 %
pasien dapat disembuhkan.
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan
oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17