Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Tension Type Headache

Pembimbing
dr. Rini Ismarijanti Sp.S

Penyusun
Mitha Faramita
03011191

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 27 AGUSTUS – 29 SEPTEMBER 2018

1
STATUS NEUROLOGI

I. IDENTITAS
Nama : Tn. MI
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Tentara
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Mess Sriti Kadikau

A. Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 5 hari lalu.

B. Keluhan Tambahan
Mual.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala pada seluruh kepala terutama
bagian belakang sejak 5 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti mengikat,
kencang dan terasa berat seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala
sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul.
Nyeri kepala dirasakan terus menerus selama 5 hari ini, tidak hilang dengan minum
obat. Nyeri kepala disertai mual. Tidak disertai muntah, takut melihat cahaya
ataupun takut mendengar suara. Nyeri dirasakan hilang timbul. Setiap keluhan
timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan saat keluhan timbul, keluhan
menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan tidak menentu, biasanya
paling cepat sehari dengan obat dan saat ini nyeri kepala berlangsung paling lama
namun tidak hilang dengan minum obat warung. Pasien mengatakan keluhan nyeri
biasanya timbul jika telat makan, stress, saat membaca, menonton tv, ataupun
pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa berat
bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau
beristirahat. Keluhan telinga berdenging (-), penglihatan buram (-), penglihatan

2
ganda (-), penglihatan kabur (-), silau (-). Sakit gigi (-). Pusing berputar disangkal.
Pasien mengaku tidak ada tanda-tanda khusus sebelum serangan nyeri datang.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak pernah ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat penurunan berat
badan dalam waktu singkat. Tidak ada riwayat hipertensi.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)
 Riwayat sakit seperti ini dalam keluarga (-)

F. Riwayat Kebiasaan
 Pasien biasa olahraga 1 minggu sekali
 Kebiasaan Merokok (-)
 Minum alkohol (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesadaran : CM, GCS E4M6V5=15
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 76x/ menit
Suhu : 36.7
Pernafasan : 24x/menit
B. Pemeriksaan Generalis
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis
sinistra
Perkusi :
- Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
- Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
- Batas kiri : ICS V, linea midklavikularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

3
Paru-paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus simetris kedua hemithoraks
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, oedem - -
- -
III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri
Subjektif Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dengan bahan - -
N II. (Optikus) Kanan Kiri
Tajam pengelihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapangan pengelihatan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III. (Okulomotorius) Kanan Kiri
Celah mata Ptosis (-) Ptosis (-)
Pergerakan bulbus Baik Baik
Strabismus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Besar pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Isokor Isokor
Refleks terhadap sinar + +
Refleks konversi + +

4
Refleks konsensual + +
Diplopia + +
N IV. (Troklearis) Kanan Kiri
Pergerakan mata Baik, mulus Baik, mulus
( kebawah-dalam )
Sikap bulbus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Diplopia - -
N V. (Trigeminus) Kanan Kiri
Membuka mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Baik Baik
N VI. (Abduscens) Kanan Kiri
Pergerakan mata ke lateral Baik Baik
Sikap bulbus Di tengah Di tengah
Diplopia - -
N VII. (Facialis) Kanan Kiri
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + +
Menggembungkan pipi + +
Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan
depan
N VIII. Kanan Kiri
(Vestibulokoklear)
Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara detik jam Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX. (Glossofaringeus) Kanan Kiri
Perasaan bagian lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
belakang

5
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N X. (Vagus)
Arcus pharynx Di tengah
Bicara Baik
Menelan Baik
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Memalingkan kepala Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah Simetris
Tremor lidah Tidak ada
Artikulasi Baik

 Badan dan Anggota Gerak


a. Badan
 Motorik :
o Respirasi : Baik
o Duduk : Baik
o Bentuk Kolumna Vertebralis : Tidak ada kelainan
o Pergerakan Kolumna Vertebralis : Tidak ada kelainan
 Sensibilitas :
Kanan Kiri
Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Refleks :
o Refleks kulit perut atas : Tidak dilakukan
o Refleks kulit perut bawah : Tidak dilakukan
o Refleks kulit perut tengah : Tidak dilakukan

6
o Refleks kremaster : Tidak dilakukan

b. Anggota gerak atas


 Motorik :
Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak ada Tidak ada

 Sensibilitas :
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Refleks :
Kanan Kiri

Biceps ++ ++

Triceps ++ ++

Radius Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ulna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hoffman-Trommer - -

7
c. Anggota gerak bawah
 Motorik :
Kanan Kiri
Pergerakan Baik, aktif Baik, aktif
Kekuatan 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak ada Tidak ada

 Sensibilitas :
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Refleks :
Kanan Kiri

KPR (Patella) ++ ++

APR (Achilles) ++ ++

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

d. Koordinasi dan Keseimbangan


 Cara berjalan : Baik
 Test romberg : Baik

8
 Romberg Dipertajam : Tidak dilakukan
 Dix-Hallpike : Tidak dilakukan
 Finger to nose : Tidak dilakukan
 Past pointing : baik (akurat)
 Knee to Heel : Tidak dilakukan
 Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
 Ataksia : Tidak ada
 Rebound phenomena : Tidak ada
 Dismetria : Tidak ada

e. Gerakan-gerakan abnormal
 Tremor : Tidak ada
 Miokloni : Tidak ada
 Korea : Tidak ada
 Atetose : Tidak ada
f. Alat vegetatif
 Miksi : Normal
 Defekasi : Normal

IV. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


DARAH RUTIN
Hemoglobin 13.4 g/dl N = 13.2-17.3 g/dl
Hematokrit 39 % N = 40-52 %
Lekosit 4100 N = 5.000-10.000/ul
Trombosit 177.000 /ul N = 150.000-440.000/ul

V. RESUME
Pasien, laki - laki, usia 26 tahun, Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
pada seluruh kepala terutama bagian belakang sejak 5 hari yang lalu. Nyeri kepala
dirasakan seperti mengikat, kencang dan terasa berat seperti ditekan terutama pada
bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang
jika sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus selama 5 hari ini,
tidak hilang dengan minum obat. Nyeri kepala disertai mual. Tidak disertai

9
muntah, takut melihat cahaya ataupun takut mendengar suara. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Setiap keluhan timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan
saat keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap
serangan tidak menentu, biasanya paling cepat sehari dengan obat dan saat ini nyeri
kepala berlangsung paling lama namun tidak hilang dengan minum obat warung.
Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika telat makan, stress, saat
membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi.
Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila
pasien berbaring atau beristirahat.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Cephalgia ec Tension type headache

VII. PENATALAKSANAAN
Psikologik (psikoterapi)
Farmakologik:
Ranitidin tab 2x1
Mecobalamin 500mg tab 3x1
Na Diclofenac 25mg tab 2x1
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia

10
PEMBAHASAN
CEPHALGIA

DEFINISI
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas
kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian
daerah tengkuk).
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal. Pendapat lain
mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul
dari struktur nyeri yang sensitif.

ETIOLOGI
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera kepala,
migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa intrakranial, penyakit mata,
telinga /hidung.

GAMBARAN KLINIK

Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga
tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi
saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan kranium, di fosa
kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di daerah frontal,
parietal di dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui
cabang pertama nervus Trigeminus.
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa posterior
(misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di atas persendian
serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1, C2
dan C3 berperan untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat
melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh
darah.
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di frontal
pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan kemungkinan massa

11
intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma, tumor otak)

Lamanya nyeri kepala


Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure headache)
disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari atau berminggu-
minggu. Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat &
melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.

Berulangnya nyeri kepala


Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui. Pada wanita yang
menderita migrane akan mendapat serangan berulang ketika sedang menstruasi. Sedangkan
nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung akan berulang apabila sering terjadi
infeksi traktus respiratorius atas yang sering ditemukan.

KLASIFKASI NYERI KEPALA


I. Nyeri kepala PRIMER
a. Migren
b. Tension Type Headache
c. Cluster headache
d. Other primary headaches

II.Nyeri kepala SEKUNDER


a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau
servikal
c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial.
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.
e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau struktur facial atau
kranial lainnya.
h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

12
TENSION TYPE HEADACHE
Definisi Tension Type Headache (TTH)
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot-
otot kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter,
M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula).

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)


Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi,
bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang
berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti
dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)


TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache episodik
terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache
episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria
sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 – 40 tahun.

Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)


Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan Tension Type
Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak
mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung
selama 30 menit – 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan
lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)


Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil
penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai
berikut : (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer
dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem
saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang
involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot, (3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus
trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron pada nukleus

13
trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif
pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang
akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan
neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada
nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal
(limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan
menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal
decending pain inhibit activity, (5) kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga
menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat
hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan
terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal
serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot
temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological
motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan
aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi dan ansietas
akan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur
transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.
Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori
yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan
pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu
keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang
selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi
otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis
sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu
aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).
Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi
menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. Alarm
reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan
kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan
mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan
enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimana
sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan merangsang peningkatan
aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium. Stage of exhausted

14
dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun
sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.

Diagnosa Tension Type Headache (TTH)


Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang – kurangnya dua
dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan – sedang, (3) lokasi
bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada
salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang – berat, tumpul seperti ditekan
atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala,
oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan
kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian
leher, rahang serta temporomandibular.

Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)


Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan
pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)


Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis
deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren
klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit
kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit
kepala pada anemia.

Terapi Tension Type Headache (TTH)


Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk
mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest, massage, dan/ atau latihan
biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan/atau mucles relaxants.
Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika
pengobatan simpel analgesia (asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat
ditambah butalbital dan kafein ( dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan
menambah efektifitas pengobatan.

15
Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak
membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan
masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri
kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia. TTh biasanya mudah diobati
sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 %
pasien dapat disembuhkan.
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan
oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.

Pencegahan Tension Type Headache (TTH)


Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga
teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching), meditasi, dan
biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan
behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah
posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Anurogo D. Tension Type Headache. CDK-24 2014;41(3):186-91


2. Bennett, G. Cecil Textbook of Medicine 21st Edition Vol.2. Saunders Company,
Philadelphia; 2000. p.2066-2069
3. Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta; 1988.p.90-91
4. Wibowo, Samekto dan Abdul Gofir. Farmakoterapi dalam Neurologi. Salemba
Medika, Jakarta; 2001.p108-111
5. A.A.Bgs.Ngr.Nuartha, Harsono et al. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta; 1996.p243-244
6. Singh, Manish K. Muscle Contraction Tension Headache. http://emedicine.com//
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006

17

Anda mungkin juga menyukai