PUSKESMAS WAIHAONG
KOTA AMBON
BELL’S PALSY
Pembimbing :
dr. Adriyati Arief
Disusun oleh :
dr. Kharisma Bimo Cahya Nugroho
AMBON
2018
1
PENDAHULUAN
Nervus fasialis mempunyai peran penting dalam fungsi gerak otot-otot wajah
dan fungsi sensorik. Tiap Nervus mengkoordinir satu sisi wajah, termasuk otot-otot
yang menggerakan kelopak mata juga otot-otot untuk ekspresi wajah. Selain itu
nervus fasialis menginervasi glandula lacrimal, saliva dan otot pendengaran yang
mengatur tulang pendengaran. Indra pengecapan juga diwakili oleh serabut saraf ini.
Insidensi terjadi pada wanita dan pria sama dan dapat menyerang berbagai
kelompok usia. Namun ditemukan bahwa penderita diabetes melitus, wanita hamil
dan wanita usia 10-19 tahun mempunyai angka kejadian lebih tinggi dibandingkan
pria dengan usia yang sama.
2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Keluhan utama :
Pasien datang ke BPU PKM Waihaong pada tanggal 6 desember 2017 dengan
keluhan bibir mencong sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku sehari
sebelum serangan bibir pasien berkedut dan pada malam hari melakukan perjalanan
menggunakan sepeda motor berkeliling kota tanpa menggunakan helm. Ketika
bangun tidur pasien tiba-tiba merasakan bibir sebelah mencong ke sebelah kiri dan
sulit digerakkan. Pasien mengatakan pada saat minum air, air selalu keluar dari mulut.
Kelopak mata kanan terasa sulit untuk menutup dan mata kanan terasa lebih berair
dibandingkan mata kiri.
Pasien menyatakan tidak demam, tidak pernah keluar cairan dari telinga,
pusing berputar tidak ada, nyeri kepala tidak ada, mendengar bunyi berdenging tidak
3
ada, kelemahan anggota tubuh lainnya tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada,
tidak ada kesulitan menelan, BAB dan BAK lancar. Kejadian ini adalah pertama kali
dialami oleh pasien.
Riwayat pengobatan :
Pasien mengaku belum pernah berobat dan sedang tidak mengkonsumsi obat
apapun.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap debu, cuaca, obat-obatan atau makanan disangkal.
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tekanan Darah : 140 / 70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasaan : 16 x/menit
Kepala
Ekspresi wajah : kesan wajah lumpuh sebelah kanan
Rambut : hitam
Bentuk : normocephali
Mata
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata : ortoforia/ortoforia
Pupil : bulat isokor 2mm/2mm.
Eksophtalmus (-), Nystagmus (-), Lagophtalmus ( + / - )
Telinga
Selaput pendengaran : sulit dinilai Lubang : lapang
Penyumbatan : -/- Serumen : -/-
Perdarahan : -/- Cairan : -/-
Mulut
Bibir : sianosis (-) luka (-)
5
Leher
Trakhea terletak di tengah
Tidak teraba benjolan/ KGB yang membesar
Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe: tidak teraba membesar
Thoraks
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran pembuluh darah
Paru – Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara vesikuler Wheezing (-), Ronki (-)
Jantung
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling
umbilicus (-), dilatasi vena (-)
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bising usus (+) normal
6
Ekstremitas
Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-).
STATUS NEUROLOGIS
A. GCS : Compos Mentis
B. Gerakan Abnormal : -
C. Leher : sikap baik, gerak baik ke segala arah
D. Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif Tidak Dilakukan
N. II ( Optikus )
Tajam penglihatan (visus bedside) Normal Normal
Lapang penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Ukuran Isokor, D 2mm Isokor, D 2mm
Fundus Okuli Tidak dilakukan
7
N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )
Nistagmus - -
Pergerakan bola mata Baik ke 6 Baik ke 6
arah arah
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Reflek Cahaya Langsung + +
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus Berkurang +
Maxillaris Berkurang +
Mandibularis Berkurang +
N. VII ( Fasialis )
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
8
Tes keseimbangan Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak Dilakukan
Refleks Menelan Baik
Refleks Muntah Tidak Dilakukan
N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu Baik
Menoleh Baik
N.XII ( Hipoglosus )
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Normal Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5555 5555
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
9
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Normal Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 4444 4444
F. Gerakan Involunter
Kanan Kiri
Tremor - -
Chorea - -
H. Fungsi Autonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
10
V. RESUME
Pada pemeriksaan fisik ditemukan lagoftalmus OS, dan kesan parase wajah
sebelah kanan. Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pada saat pemeriksaan
pasien ini belum dilakukan pemeriksaan penunjang.
VI. Diagnosis
Diagnosis klinis : Paralisis N.VII perifer Dextra ( bells Palsy)
VII. Penatalaksanaan:
1. Non medikamentosa
o Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
yang diberikan.
11
2. Medikamentosa :
a. prednisolon 4 x 20 mg selama 3 hari. Tapering off setengah dosis 3
hari selanjutnya
b. Vitamin B complex 1x1
IX. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
12
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien Laki-laki datang dengan keluhan bibir mencong ke sebelah kiri sejak 1
minggu yang lalu, tanpa penurunan kesadaran dan dengan gejala yang menetap dapat
mengerucutkan ke beberapa sebab yaitu Bell’s Palsy dan tumor yang menekan ke
tulang temporal (Kolesteatom, dermoid).
13
Gejala – gejala tersebut timbul dikarenakan gangguan pada N.VII yang mempersarafi
wajah untuk fungsi motorik dan sensorik. Gangguannya bersifat unilateral dan
ipsilateral dimana N.VII mempersarafi otot oblikularis okuli, oblikularisorim
temporal, servikal, bukal dan zygomatik yang berfungsi sebagai penggerak wajah.
Pada pasien tampak lagophtalmus dan mulut mencong pada sisi yang terkena.
Hipestesia terjadi dikarenakan N.VII dan N.V mempunyai nucleus somatosensory
yang sama namun pada kasus ini rasa baal terjadi karena gangguna dari motorik
sehingga memberikan efek kepada rasa baal. Hiperlakrimasi dikarenakan N.VII
memegang peran otonom pada glandula lakrimalis sehingga apabila terganggu dapat
menyebabkan hal ini terjadi, selain itu pada penderita Bell‘s Palsy terdapat
lagophtamus maka agar tidak terjadi dry eye dikompensasi dengan meningkatnya
produksi air mata.
14
Pada pasien ini kami berkesimpulan penyebab terjadinya Bell‘s Palsy
dikarenakan paparan udara dingin. Paparan udara dingin menyebabkan Bell‘s Palsy
dikarenakan dingin dapat mengiritasi N.VII,dimana secara anatomis N.VII adalah
nervus kranialis yang melewati kanal-kanal dalam tengkorak, sehingga disaat
teriritasi oleh dingin, terjadi oedem dan akhirnya tertekan oleh kanal-kanal sempit
pada tulang tengkorak.
Etiologi dari Bell‘s palsy sampai saat ini masuh dalam perdebatan.edema pada
N.VII diyakini mempunyai peran atas terjadinya kelumpuhan pada Bell‘sPalsy.
Keterlibatan herpes zooster atas terjadinya inflamasi sekarang sedang berkembang,
keadaan autoimmune juga dipercaya mempunyai peran dalam beberapa kasus Bell‘s
Palsy.
Lesi yang terjadi pada Bell‘s palsy bersifat perifer dikarenakan bentuk
anatomi dari tulang tengkorak yang dilewati N.VII mudah mengganggu terutama
apabila terjadi inflamasi dan menyebabkan edema setempat. 80-90% penderita Bell‘s
palsy dapat sembuh dengan sendirinya tanpa defisit neurologis (Sembuh sempurna).
Pemberian kortikosteroid ditemukan dapat mempercepat penyembuhan, dan perlu
tappering off untuk penggunaan steroid. Obat antiviral dapat diberikan apabila
memang ada arah kecurigaan terjadinya infeksi virus, studi membuktikan bahwa
untuk pasien penderita Bell‘s palsy yang mendapatkan terapi antivirus disertai dengan
steroid pada masa akut (<72 jam onset) memberikan efek yang lebih baik
dibandingkan dengan dengan terapi steroid tunggal, namun pada pasien dengan onset
yang sudah lama pemberian antivirus tidak efektif.
15
Proteksi mata dianjurkan saat pasien mengalami lagophtalmus untuk
menghindari iritasi pada kornea. Pemberian obat tetes mata untuk menjaga
kelembaban mata, juga salep mata saat pasien tidur.
Diagnosis topis ditegakkan dari gambaran klinis dimana pada pasien ini hanya
didapatkan gangguan pada otot ekspresi wajah, namun tidak didapatkan hiperakusis,
gangguan perasa dan gangguan pendengaran. Namun didapatkan hipestesi sehingga
topis pada kasus ini bisa diperkirakan antara ganglion genikulatum dan foramen
stylomastoideus.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bells Palsy Fact sheet. National Institute Of Neurological Disorder and Stroke.
Available at: http://www.ninds.nihgov/disorder/bella/detail_bella.htm.
accesed on: 6 march 2014.
2. Baugh,FR; et all. Clinical Practice Guideline: Bells Palsy executive
summary.otolaryngology-head and neck surgery. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24190889. accesed on: 6 march 2014
3. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Bell‘s palsy. In: Kasper DL, editor.
Harrison’s principles of internal medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill;
2005. p. 2372-93.
4. Bell‘s Palsy epidemology. Medscape. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1146903-epidemiology#showall.
Accesed on 14 march 2014.
5. Murthy,JM; Saxena, AB; Bell‘s Palsy : Treatment guidelines. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3152161/. Accesed on 14
march 2014.
6. Lee, HY; Moon Suh Park, et al; Agreement between the Facial Nerve
Grading System 2.0 and the House-Brackmann Grading System in
Patients with Bell Palsy. Avaliable at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3781225/ . Accesed on 14
march 2014.
7. Bell‘s Palsy clinical presentation. Medscape. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1146903-clinical#showall Accesed on
14 march 2014.
17