Disusun Oleh:
Dokter Pendamping:
dr. Haposan M.S.Silalahi
PUSKESMAS PARAPAT
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “ Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Parapat Periode Februari-Maret 2021 ”. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia .
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, penelitian
ini tidak akan berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dalam proses pelaksanaan
penelitian ini, yaitu kepada :
1. dr. Haposan M.S. Silalahi, selaku Kepala Puskesmas Parapat dan dokter pembimbing
Program Internsip Dokter Indonesia yang telah memberikan arahan dan masukan
selama proses pembuatan laporan penelitian ini.
2. dr. Esra L.S. Nainggolan, selaku dokter umum yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk ikut serta dalam kegiatan pelayanan di Puskesmas Parapat dan
memberikan Bimbingan selama pelaksanaan penelitian ini.
3. Seluruh karyawan Puskesmas Parapat yang telah memberikan bantuan dalam
pelaksanaan penelitian ini.
4. Responden yang telah bersedia terlibat menjadi sampel dalam penelitian ini.
5. Kepada semua pihak yang telah yang telah memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung selama proses pelaksanaan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan penelitian ini.
Maka dari itu, kritik dan saran akan sangat bermanfaat bagi penulis agar penelitian berikutnya lebih baik
lagi. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
PENDAHULUAN
4
Indonesia membesar sampai 57%.3 International Diabetes Federation (IDF) memprediksi
adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014
menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. 2
5
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mini projek ini dilakukan untuk memperoleh pengalaman belajar di lapangan
melalui studi kasus dan untuk meningkatkan pengetahuan.Selain itu melatih dalam
menilai suatu kemampuan dan kecermatan dalam berinteraksi di dalam masyarakat
serta mencari alternatif penyelesaian dari suatu masalah dan menyelesaikannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1 Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi
2.1.2 Klasifikasi
7
resistensi insulin
Kadar gula dalam darah meninggi ke tingkat pada saat jumlah glukosa yang
difiltrasi oleh sel-sel tubulus untuk di reabsorbsi melebihi kapasitas, glukosa akan
muncul di urin (glukosuria). Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang menarik air
bersamanya, menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh sering berkemih
terutama dimalam hari (poliuria). Cairan yang berlebihan yang keluar menimbulkan
dehidrasi yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena
darah turun mencolok. Sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
8
perpindahan osmotik air dalam sel ke cairan ekstrasel, sehingga tubuh mengkompensasi
dehidrasi dengan rasa haus berlebihan sehingga penderita banyak minum (polidipsia). 8
Glukosa sangat diperlukan oleh sel untuk metabolisme sel itu sendiri, walaupun
glukosa dalam sel menurun sel tetap melakukan metabolisme sehingga tubuh berusa
meningkatkan kadar glukosa dengan meningkatnya nafsu makan (polifagi). Akan tetapi
walaupun terjadi peningkatan makanan, berat tubuh turun secara progresif akibat efek
defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein. Sintesis trigliserida menurun
saat lipolisis meningkat, sehingga terjadi mobilisasi besar-besaran asam lemak dari
simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam darah sebagian besar digunakan
oleh sel sebagai sumber energi alternatif. Pada metabolisme protein juga mengalami
gangguan karena terjadi defisiensi insulin sehingga terjadi penguraian protein secara
besar-besaran sehingga terjadi penurunan berat badan. 8
1. Glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada assupan
kalori minimal 8 jam
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah TTGO
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik
4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6.5%
Tabel 2.2 Kadar tes Laboratorium untuk diagnosa Diabetes Mellitus 2
9
Gambar 2.1 Langkah diagnostic DM5
2.1.4 Penatalaksanaan
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
10
anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. 2
a. Edukasi2
keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan setiap penyandang DM.
- Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar45-65% total asupan energi.
- Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
- Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20%total asupan energi.
11
- Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu
<2300 mg perhari.
- Serat
Penyandang DM dianjurkanmengonsumsi serat dari kacangkacangan,buah
dan sayuran sertasumber karbohidrat yang tinggi serat.Anjuran konsumsi
serat adalah 20-35gram/hari yang berasal dari berbagaisumber bahan
makanan.
- Pemanis Alternatif
Pemanis alternatif aman digunakansepanjang tidak melebihi batas aman.
Kebutuhan Kalori
- Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhariuntukperempuan sebesar 25 kal/kgBB sedangkan
untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
- Umur
Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhankalori dikurangi 5% untuk setiap
decade antara 40 dan 59 tahun.Pasien usia diantara 60 dan 69
tahun,dikurangi 10%. Pasien usia diatas usia 70 tahun,dikurangi 20%.
- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
12
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuaidengan intensitas aktivitas
fisik.Penambahan sejumlah 10% darikebutuhan basal diberikan
padakeadaan istirahat.Penambahan sejumlah 20% pada pasiendengan
aktivitas ringan: pegawaikantor, guru, ibu rumah tangga.Penambahan
sejumlah 30% padaaktivitas sedang: pegawai industry ringan, mahasiswa,
militer yang sedangtidak perang.Penambahan sejumlah 40% padaaktivitas
berat: petani, buruh, atlet,militer dalam keadaan latihan.Penambahan
sejumlah 50% padaaktivitas sangat berat: tukang becak,tukang gali.
- Stres Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dariberatnya stress metabolik
(sepsis,operasi, trauma).
- Berat Badan
Penyandang DM yang gemuk,kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20-30%
tergantung kepada tingkatkegemukan.Penyandang DM kurus,
kebutuhankalori ditambah sekitar 20-30% sesuaidengan kebutuhan untuk
meningkatkanBB.Jumlah kalori yang diberikan palingsedikit 1000-1200
kal perhari untukwanita dan 1200-1600 kal perhari untukpria.
c. Jasmani2
Latihan jasmani merupakan salah satu pilardalam pengelolaan DMT2 apabila
tidak disertai adanya nefropati.Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit,
dengan total 150 menit perminggu. Jeda
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal) seperti: jalancepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang.
13
2.1.4.2 Terapi Farmakologis
- Glitazone
Glitazone (Tiazolidindion) merupakan agonis dariPeroxisome Proliferator
ActivatedReceptor Gamma (PPAR-gamma), suatureseptor inti yang
terdapat antara laindi sel otot, lemak, dan hati. Golonganini mempunyai
efek menurunkanresistensi insulin dengan meningkatkanjumlah protein
pengangkut glukosa,sehingga meningkatkan ambilanglukosa di jaringan
perifer.
b. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)2,5
- Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efekutama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas.Efek samping utamaadalah hipoglikemia dan peningkatan berat
badan.Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien dengan risiko tinggi
hipoglikemia.
- Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaituRepaglinid (derivat asam
14
benzoat) danNateglinid (derivat fenilalanin).Obat inidiabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresisecara cepat melalui
hati. Obat ini dapatmengatasi hiperglikemia post prandial.Efek samping
yang mungkin terjadiadalah hipoglikemia.
15
Gambar 2.3 Algoritma pengelolahan DM tipe 2 dengan Dekompensasi
2.1.5 Komplikasi
1. Komplikasi Akut2,5
- Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa,
dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing. Jika keadaan
ini tidak segera diobati, penderita dapat menjadi koma. Karena koma pada
penderita disebabkan oleh kekurangan glukosa di dalam darah,maka koma
disebut “Koma Hipoglikemik”.
16
dalam mengkonsentrasikan urin yang akan semakin memperberat derajat
kehilangan air. Hilangnya air yang lebih banyak dibandingkan natrium
menyebabkan keadaan hiperosmolar. Keadaan dimana insulin yang tidak
tercukupi akan menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi
menyebabkan diuresis osmotic dan menurunnya cairan secara
total.Keluhan pasien HHNK adalah rasa lemah, gangguan penglihatan atau
kaki kejang.Dpat pula terjadi keluhan mual dan muntah.Pada beberapa
pasien datang dalam keadaan letargi, disorientasi, hemiparesis atau koma.
- Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan dekompensasi- kekacauan
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis.Pada
Ketoasidosis Diabetik terdapat defisiensi insulin absolut atau relative.
Gejala yang timbul dapat terjadi secara tiba-tiba dan bisa berkembang
dengan cepat. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-
sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton dan asam lemak bebas yang berlebihan (10). Keton
merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi
asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa
haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama
pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat (Kussmaul) karena
tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita
tercium seperti bau aseton. Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai
komposmentis, delirium atau depresi sampai koma.
17
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah kecil,
diantaranya:Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan
glukoma atau meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan
yang paling sering terjadi adalah bentuk retinopati yang dapat
menyebabkankebutaan.Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang
diakibatkan karena penderita menderita diabetes dalam waktu yang cukup
lama.
- Makrovaskular
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh
darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis.
Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung koroner,
hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.
- Nefrotika diabetika
yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM. Indera perasa pada kaki dan
tangan berkurang disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal serta
perasaan seperti terbakar, mudah timbul luka yang sukar sembuh, sistem imun
menurun sehingga rentan terjadinya infeksi.
BAB 3
Profil pasien
1. Jenis Kelamin Diabetes Mellitus
2. Umur
3. Faktor Resiko
Gambar 3.1 KerangkaKonsep
18
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini akan dijelaskan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
19
BAB 4
METODE PENELITIAN
Semua pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang datang berobat ke poli umum
Puskesmas Parapat pada bulan Februari - Maret 2021.
4.3.2 Sampel
20
Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini digunakan teknik total
sampling. Pada total sampling, semua subyekpenelitian yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian (Sudigdo, 2010).
a. Kriteria Inklusi :
b. Kriteria Eksklusi :
1. Editing
21
2. Coding
3. Cleaning
4. Saving
BAB 5
HASIL PENELITIAN
22
dan 3 desa yaitu Kelurahan Parapat, Kelurahan Tiga Raja , Kelurahan Girsang, Desa
Sibaganding, Desa Sipangan Bolon, dan Desa Sipangan Bolon Mekar. Secara geografis
puskesmas parapat terletak di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dengan batas – batas
sebagai berikut:
Laki-Laki 8 40
Perempuan 12 60
Jumlah 20 100
23
Jenis Kelamin
40% Laki-Laki
Perempuan
60%
b. Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi %
< 18 Tahun 0 0
19-44 Tahun 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan umur, kelompok terbanyak adalah pada usia lanjut yaitu umur >45
tahun sebesar 100%.
Usia
<18
Gambar 5.2 19-44 Distribusi
45>
Responden
Berdasarkan Umur 100%
24
c. Berdasarkan Faktor resiko
FaktorResiko Frekuensi %
Dapat Di Modifikasi 0 0
Jumlah 20 100
Faktor Resiko
Dapat Di Modifikasi
Tidak Dapat Di Modifikasi
100%
25
BAB 6
PEMBAHASAN
1.1. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Parapat pada bulan Februari - Maret
2021. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data dilakukan dengan
mewawancarai langsung penderita diabetes mellitus tipe 2.
a. Jenis Kelamin
Kartono (dalam Astuti, 2009) mengemukakan bahwa jenis kelamin
merupakan kualitas yang menentukan individu itu laki-laki atau perempuan yang
menyatakan bahwa perbedaan secaara anatomis dan fisiologi pada manusia
menyebabkan perbedaan struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria
dan wanita. Pada penelitian ini responden yang menderita diabetes mellitus tipe 2
lebih banyak laki-laki darip pada perempuan. Dijelaskan oleh Kozier (dalam
Darusman,2009) pada umumnya perempuan lebih memperhatikan dan peduli
pada kesehatan mereka.
b. Umur
Hasil penelitian ini menunjukan persentase umur responden mayoritas
berada pada usia 15-64 Tahun. Soegondo (2011) menjelaskan bahwa usia
merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Di
Negara berkembang kebanyakan penderita diabetes mellitus berusia antar 45-64
tahun, yang merupakan golongan usia yang masih sangat produktif.
c. Faktor Resiko
Pada penelitian ini menunjukan bahwa penderita diabetes Mellitus tipe 2
kebanyakan dari kelompok tidak dapat di modifikasi. Hal ini menunjukan bahwa
usia diatas 45 Tahun sangat rentan menderita diabetes militus tidak menjalani pola
hidup sehat.
26
BAB 7
7.1 Kesimpulan
Dari hasil yang peneliti peroleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29