Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty
dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah dengue. 1
Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir seluruh pelosok Indonesia. Beberapa
dekade terakhir ini, insiden DBD menunjukkan peningkatan yang sangat pesat
diseluruh penjuru dunia. Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk
dunia beresiko terserang DBD dan sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk yang
beresiko tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. WHO memperkirakan sekitar 50
juta kasus infeksi DBD tiap tahunnya.2

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang


utama di Indonesia. Incidence Rate (IR) penyakit DBD dari tahun 1968-2015
cenderung terus meningkat. Pada tahun 2014, tercatat sebanyak 100.347 penderita
DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2015
angka kejadian DBD mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yakni,
sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia dan 1.229 orang di
antaranya meninggal dunia. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan iklim yang
dapat mempengaruhi perkembang biakan vector dan rendahnya kesadaran untuk
menjaga kebersihan lingkungan.3

Lingkungan memegang peranan penting dalam perjalan penyakit terutama


demam berdarah dengue (DBD). Peran serta masyarakat merupakan komponen utama
dalam pengendalian DBD, mengingat vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya
ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk dewasa sebagian besar ada di
dalam rumah. Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dalam
pelaksanaan PSN secara rutin seminggu sekali. PSN secara rutin dapat membantu

1
menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia
dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD.

Adanya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) pada PSN (Pemberantasan Sarang


Nyamuk) yang dilakukan tiap hari jumat tentunya sangat bermanfaat untuk
mengurangi populitas dari nyamuk yang membawa virus dengue. Sehingga
diharapkan angka kejadian DBD berkurang. PSN dilakukan dari rumah ke rumah,
dan juga sekolah. Peran dari Jumantik ini penting, akan tetapi peran dari masyarakat
untuk ikut serta dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk memberantas jentik
nyamuk juga penting, sehingga masyarakat harus tahu bagaimana menjaga
lingkungann agar terhindar dari nyamuk. Sumber sarang nyamuk tidak hanya ada di
rumah-rumah akan tetapi juga di sekolah.

Pengetahuan, sikap, dan praktik pada masyarakat merupakan hal yang saling
berkaitan, sehingga ketika ada salah satu saja yang tidak baik meskipun yang
lainnya baik hal itu tidak memiliki makna (Notoatmodjo,2003). Oleh sebab itu
perlu diketahui sejauh mana pengetahuan masyarakat khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Bereng tentang pencegahan DBD sehingga kemudian dapat diketahui
apa saja yang kurang dari masyarakat tersebut tentang pencegahan DBD. Hal ini
akan bermanfaat sehingga pemegang kebijakan atau program di bidang pencegahan
penyakit khususnya DBD dapat melakukan intervensi ke masyarakat yang tepat
dalam pencegahan dan pemberantasan DBD.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari data yang ada, dapat dirumuskan masalah pada mini project ini adalah:
 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bereng
tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bereng
dalam memutus mata rantai penyebaran demam berdarah dengue.

1.3.2 Khusus

 Meningkatkan pengetahuan terhadap penyakit demam berdarah dengue


 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemberantasan demam
berdarah dengue
 Mendukung upaya penurunan kasus demam berdarah dengue di wilayah
kerja Puskesmas Bereng dan di Indonesia.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dalam


meningkatkan pelayanan pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

1.4.2 Manfaat Praktik

Secara praktik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi institusi pelayanan kesehatan untuk membentuk kebijakan dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah keja
Puskesmas Bereng.

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Demam Berdarah

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Penyakit DBD
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit
ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.4

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 2,5 miliar atau 40%
populasi di dunia berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah
perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi
dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun.5

Di Negara Indonesia sendiri pada tahun 2017 kasus DBD berjumlah 68.407
kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 493 orang. Jumlah tersebut menurun cukup
drastis dari tahun sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dan jumlah kematian sebanyak 1.598
orang. Angka kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari
78,85 menjadi 26,10 per 100.000 penduduk. Namun, penurunan case fatality rate (CFR)
dari tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu 0,78% pada tahun 2016, menjadi 0,72%
pada tahun 2017. Berikut tren angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2010-2017. 6 Di
Kalimantan selatan dari terdapat 544 kasus dbd pada tahun 2017 dengan incidence rate
13,20 dan kasus meninggal 2 orang.7

2.2 Penularan Virus Dengue


Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui nyamuk Aedes aegypti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan
beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor
yang kurang berperan.

Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia. Viremia adalah keadaan dimana di dalam darah ditemukan
virus. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10
5
hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada
saat gigitan berikutnya.

Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut
akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul.5

2.3 Tanda dan Gejala DBD8


Masa inkubasi dengue pada manusia sekitar 4-5 hari. Gejala dan keluhan awal
dengue yang tidak spesifik berlangsung sekitar 1-5 hari, berupa demam ringan, sakit
kepala, lemah, letih dan lesu. Demam yang terjadi berlangsung secara mendadak untuk
kemudian dalam waktu 2-7 hari menurun menuju suhu normal. Bersamaan dengan
berlangsungnya demam, gejala klinis yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri
punggung, nyeri tulang dan sendi, rasa lemah dan nyeri kepala dapat menyertainya.
Penderita demam berdarah dengue biasanya mengalami pendarahan pada hari kedua dari
demam, yang terutama terjadi di tempat vena pungsi.
Berdasarkan kriteria WHO diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi :
a. Demam atau riwayat demam, 2-7 hari dan biasanya bifasik.
b. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/µl).
c. Terdapat minimal satu dari manifestasi dari pendarahan sebagai berikut : Uji
tourniquest positif, patekei, ekimosis atau purpura, pendarahan mukosa, hematemesis
atau melena.
d. Terdapat minimal satu tanda- tanda kebocoran plasma sebagai berikut :
1) Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis
kelamin.
2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya.
3) Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hiponatremia
Parameter nilai laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:

6
a. Trombosit: Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 (jumlah trombosit <
100.000/µl).
b. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya penumpukan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal.
c. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT (Protrombin Time), APTT (activated Partial
Trombloplastin Time), Fibrinogen, D-Dimer, atau Fibrin Degeneration Products pada
keadaan yang dicurigai terjadi pendarahan atau kelainan pembekuan darah.
d. Golongan darah: Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.
e. Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan

2.4 Pengenalan Vektor DBD9


Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus Dengue
penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penyakit ini telah dikenal di
Indonesia sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anak-anak. Kasus penyakit ini di
Indonesia termasuk terbesar di dunia setelah Thailand.
a. Taksonomi Aedes aegypti
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Ae. Aegypti

b. Morfologi Aedes Aegypti


Ae. aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran
nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar yang hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal
dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira
(lire-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum) yaitu ada dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan.
Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari betina dan terdapat rambut-rambut
tebal pada antena nyamuk jantan. Telur Ae. aegypti berbentuk elips berwarna hitam,
mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan yang menyerupai

7
gambaran kain kasa. Larva Ae. aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir
yang berduri lateral.

Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti

Gambar 2.2 Telur nyamuk Ae. aegypti Gambar 2.3 Nyamuk dewasa Ae. aegypti

Gambar 2.4 Larva nyamuk Ae. Aegypti

c. Perilaku Hidup dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti


Ae. aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan
penyakit dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang menghisap
darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya
untuk memproduksi telur. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang

8
dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum
matahari terbenam (15.00- 17.00).
Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar
bunga ataupun tumbuhan. Nyamuk ini menyenangi area yang gelap dan benda- benda
berwarna hitam atau merah. Nyamuk dewasa biasanya tinggal pada tempat gelap di
dalam ruangan seperti lemari baju dan di bawah tempat tidur. Infeksi virus dalam
tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada
peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus.
Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap
darah, berulang kali menusukkan probosisnya, jika tidak berhasil menghisap darah
nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain, akibatnya resiko penularan virus
menjadi semakin besar. Tempat perindukan Ae. aegypti di daerah asalnya (Afrika)
berbeda dengan di Asia. Di Afrika nyamuk hidup di hutan dan tempat perindukkannya
pada genangan air di pohon. Di Asia nyamuk hidup di daerah pemukiman, dan tempat
perindukannya pada genangan air bersih buatan manusia (man made breeding place).
Tempat perindukan Ae. aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan sementara,
permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari berbagai macam
tempat penampungan air (TPA), termasuk kaleng bekas, ban mobil bekas, pecahan
botol, pecahan gelas, talang air, vas bunga, dan tempat yang dapat menampung
genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan
rumah tangga seperti bak penampungan air, reservoar air, bak mandi, gentong air.
Tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon, seperti pohon pisang,
pohon kelapa, pohon aren, potongan pohon bambu, dan lubang pohon.
Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina meletakkan telur
pada permukaan air bersih secara individual, terpisah satu dengan yang lain, dan
menempel pada dinding tempat perindukkannya. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak seratus butir telur tiap kali bertelur. Telur menetas
dalam satu sampai dua hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam
perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar I ke instar IV
memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar IV, larva berubah
menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama dua hari
sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga
nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, namun bisa lebih
lama bila kondisi lingkungan tidak mendukung.
9
Telur Ae. aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan dalam
keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan
menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap darah.

2.5 Pengetahuan
2.5.1 Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusi diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga
bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku,
dan surat kabar (Notoadmojo, 2003). Menurut Wahid et al (2007) faktorfaktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: pendidikan, pekerjaan,
umur, minat, pengalaman, dan informasi.

2.5.2 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif


Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkatan yang beragam (Notoadmojo, 2003). Dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan pengetahuan yaitu :

a. Tahu
Tahu diartikan mengingat kembali apa yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang
apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya.

10
b. Memahami
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan benar
tentang suatu objek sehingga dapat menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi
Aplikasi diartikan apabila seseorang dapat menggunakan objek yang
telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Contohnya adalah dengan
menggunakan metode, prinsip atau yang lainnya pada situasi yang
berbeda.

d. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah namun masih berkaitan satu
sama lain.
e. Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk menghubungkan
komponenkomponen di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasiformulasi yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri ataupun kriteria yang telah ada sebelumnya.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif denggan menggunakan desain cross sectional yang berarti
semua variabel yang diteliti diukur dan diamati hanya satu kali, pada satu waktu.
Penelitian ini hanya akan memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi
berdasarkan hasil dari pengamatan langsung tanpa memberikan intervensi pada
variabel subjek penelitian sehingga nantinya dapat dijadikan data dasar untuk
penelitian yang lebih konklusif.

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bereng
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Juli – 20 Agustus 2020

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas Bereng
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini sebanyak 66 responden yang berkunjung
ke Puskesmas Bereng dan terdaftar diwilayah kerja Puskesmas
Bereng.

12
3.4 Kriteria Subjek

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

2. Masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Bereng

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Menolak menjadi responden dalam penelitian

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Indentifikasi Variabel

Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Tingkat Pengetahuan
2. Umur
3. Pekerjaan
4. Tingkat Pendidikan

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

1. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


derajat pengetahuan responden mengenai penyakit DBD meliputi
penyebab, binomik vektor , tanda dan gejala, pengobatan serta
pencegahan penyakit demam berdarah dengue. Hasil dari tingkat
pengetahuan dibagi tiga yaitu:

a. Tingkat pengetahuan tinggi : jika total skor kuesioner 13-16


b. Tingkat pengetahuan sedang : jika total skor kuesioner 9-12
c. Tingkat pengetahuan rendah : jika total skor kuesioner 0-8

13
2. Umur

Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir


sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan
hitungan tahun. Umur diketahui melalui pengisian indentitas responden
oleh subjek penelitian dan hasilnya adalah dalam bentuk data numerik.

3. Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan responden saat


dilakukan penelitian. Cara ukur adalah dengan melalui pengisian kuesioner.
Pilihan pekerjaan yang terdapat dalam kuesioner yang dapat dipilih oleh
responden antaralain IRT, wiraswasta, buruh, PNS, karyawan swasta, TNI,
polisi, dll. Pekerjaan dikelompokkan menjadi:

1. Pekerjaan Tetap: PNS, karyawan swasta, TNI, polisi


2. Pekerjaan tidak tetap : IRT, wiraswasta, buruh, dll

4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah kelompok jenjang pendidikan yang


terakhir diterima atau diraih oleh responden yang pada penelitian ini
diketahui dengan mengisi identitas responden. Pilihan pendidikan
terakhir yang terdapat dalam kuesioner antara lain tidak sekolah atau tidak
tamat SD, SD, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, dan Diploma/ Sarjana.
Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Tingkat pendidikan rendah : tidak sekolah/ tidak tamat SD dan SD


2. Tingkat Pendidikan sedang : SMP dan SMA sederajat
3. Tingkat Pendidikan tinggi : Diploma/ Sarjana

14
3.6 Bahan dan Instrumen Penelitian
1. Lembar Informed Consent dan
2. Identitas Responden
3. Kuesioner
Kuesioner tingkat pengetahun berisi 16 pertanyaan tertutup tentang
DBD dan pencegahan penyakit DBD meliputi penyebab, transmisi vector,
tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahan DBD. Penilaian untuk
pertanyaan positif tentang pengetahuan menggunakan skala diskontinu
yaitu jika jawaban benar mendapatkan nilai satu dan jika jawaban salah
tidak mendapatkan nilai (0).

3.7 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Peneliti meminta persetujuan responden yang datang ke Puseksmas


Bereng untuk mengikuti penelitian, apabila setuju maka peneliti akan
meminta responden untuk mengisi kuesioner yang disediakan.

Semua data yang terkumpul dicatat, dilakukan editing dan coding,


kemudian data dianalisis dengan statistik deskriptif dengan komputer dan
ditampilkan dalam bentuk narasi dan tabel.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Sekolah


4.1.1 Profil Sekolah SDN Pelajau Baru
NAMA SEKOLAH : SDN Pelajau Baru
NPSN : 30303478
NIS : 101560
JENJANG PENDIDIKAN : SD
NAMA KEPALA SEKOLAH : Muriansyah, A.Ma.Pd
STATUS SEKOLAH : NEGERI
ALAMAT SEKOLAH : JL.Desa Pelajau Baru
RT / RW : 9/3
KODE POS : 72182
KELURAHAN : Pelajau Baru
KECAMATAN : Kelumpang Hilir
KABUPATEN/KOTA : Kotabaru
PROVINSI : Kalimantan Selatan
NEGARA : Indonesia

Data Pelengkap

SK PENDIRIAN SEKOLAH : -
TANGGAL SK PENDIRIAN : -
STATUS KEPEMILIKAN : Pemerintah Daerah
SK IZIN OPERASIONAL : -
TGL SK IZIN OPERASIONAL : -
NOMOR REKENING : 30301145113
NAMA BANK : BANK KALSEL
CABANG KCP/UNIT : Serongga

16
REKENING ATAS NAMA : SDN Pelajau Baru
LUAS TANAH MILIK (M2) : -

Kontak Sekolah

NOMOR TELEPON : 082158955001


NOMOR FAX :  
EMAIL : sdnpelajaubaru@yahoo.co.id
WEBSITE :  

Keadaan Sekolah

JUMLAH GURU DAN STAF : L:5 P : 10 = 15


JUMLAH SISWA : L : 101 P : 95 = 196

4.1.2 Profil Sekolah SD Sinar Kencana


Nama Sekolah : SD Eka Tjipta Sinar Kencana
NIS / NSS : 101 610 / 101150912013
NPSN : 30303371
Desa : Pulau Panci
Kecamatan : Kelumpang Hilir
Kabupaten : Kotabaru
Propinsi : Kalimantan Selatan
Alamat : PT. SKIP Sungai Panci Pondok 1
Daerah : Pedesaan
Status Sekolah : Swasta

17
Tahun Berdiri : 2003
Status Akreditasi : B
SK. Akreditasi Nomor : 78
Berlaku Sampai Dengan : 2021
Nilai : 78
Wilayah Region : Kalsel 1
Kegiatan Belajar Mengajar : PAGI
Bangunan Sekolah : Bukan Milik Sendiri
Telepon : 0821 5083 1728
Email : sdssinarkencana@gmail.com
Facebook : SD Eka Tjipta Sinar Kencana
Website :-

VISI :
Menjadi Sekolah yang Menghasilkan Pribadi Berbudi Luhur,Berkarakter,
Berprestasi, serta Peduli Lingkungan.

MISI :
1. Mewujudkan peserta didik, berakhlak mulia dan berbudi luhur.

2. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas , terampil, beriman,


bertakwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.

3. Mengembangkan potensi akademik dan keterampilan dengan memanfaatkan


ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Membentuk hati nurani sehingga dapat hidup jujur, disiplin, dan bertanggung
jawab.

5. Mengembangkan jiwa religius dan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi .

18
6. Menumbuh kembangkan kepedulian terhadap lingkungan dan semangat
kebersamaan.

TUJUAN SEKOLAH :
1. Tercapainya sekolah Standar Nasional terakreditasi A.

2. Tingkat kenaikan dan kelulusan 100 %

3. Memiliki prestasi akademik dan non akademik setiap tahunnya untuk tingkat
kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan tingkat nasional.

4. Terciptanya budaya sekolah yang berbudi luhur tinggi.

5. Turut serta melaksanakan kegiatan pembelajaran kurikulum muatan lokal dan


global.

4.2 Hasil Jumantik Siswa SD kelas 5

4.2.1 Karakteristik Responden

SDN Pelajau Baru

Laki-Laki
17 Perempuan

19

Gambar 4.1 Gambaran karasteristik responden berdasarkan jenis kelamin


siswa kelas 5 SDN Pelajau Baru

19
Pada gambar 4.1 dapat terlihat karakteristik siswa kelas 5 SDN Pelajau baru
dimana terdapat 19 siswa perempuan dan terdapat 17 siswa laki-laki.

SDN Sinar Kencana

Laki-Laki
Perempuan
15
16

Gambar 4.2 Gambaran karasteristik responden berdasarkan jenis kelamin


siswa kelas 5 SD Sinar Kencana

Pada gambar 4.1 dapat terlihat karakteristik siswa kelas 5 SD Sinar kencana
dimana terdapat 16 siswa perempuan dan terdapat 15 siswa laki-laki.

4.2.2 Hasil Nilai Pretest dan Posttest Siswa Penyuluhan Demam Berdarah
Dengue dan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Tabel 4.1 Hasil statistik pretest dan postest setelah penyuluhan SDN Pelajau
Baru

Nilai Nilai Nilai Rata-


Signifikansi
terendah tertinggi Rata
Pretest 50 100 86,11
0,001
Postest 80 100 93,89

Pada tabel diatas terlihat hasil uji statistik menggunakan uji t- berpasangan
menunjukkan bahwa nilai p pada kelompok pretest dan postest sebesar 0,001 ( p <
0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan siswa

20
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang demam berdarah dengue dan
pemberantasan sarang nyamuk.

hasil pretest
3
2

nilai 50
3 nilai 60
15 nilai 70
nilai 80
nilai 90
nilai 100
5

Gambar 4.3 Gambaran hasil pretest SDN Pelajau Baru

Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa kelas 5 SDN Pelajau
baru sebelum penyuluhan dimana terdapat 15 siswa yang mendapat nilai 100 dan
paling sedikit 2 orang yang mendapat nilai 60. Pada diagram juga dapat dilihat
terdapat 3 orang anak yang memperoleh nilai 50 yang merupakan nilai terendah
pretest.

hasil postest
3

nilai 80
nilai 90
17 nilai 100

16

Gambar 4.4 Gambaran hasil postest SDN Pelajau Baru

Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa kelas 5 SDN Pelajau
baru setelah penyuluhan dimana terdapat 17 siswa yang mendapat nilai 100 dan
paling sedikit 3 orang yang mendapat nilai 80 yang merupakan nilai terendah postest.

21
Tabel 4.2 Hasil statistik pretest dan postest setelah penyuluhan SDN Sinar
Kencana

Nilai Nilai Nilai Rata-


Signifikansi
terendah tertinggi Rata
Pretest 40 90 71,29
0,000
Postest 70 100 89,68

Pada tabel diatas terlihat hasil uji statistik menggunakan uji t- berpasangan
menunjukkan bahwa nilai p pada kelompok pretest dan postest sebesar 0,000 ( p <
0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan siswa
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang demam berdarah dengue dan
pemberantasan sarang nyamuk.

hasil pretest
1
4 2

nilai 40
nilai 50
7 nilai 60
nilai 70
nilai 80
nilai 90
10

Gambar 4.5 Gambaran hasil pretest SD Sinar Kencana

Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa SD Sinar kencana
sebelum penyuluhan dimana terdapat 10 siswa yang mendapat nilai 80 dan paling
sedikit 1 orang yang mendapat nilai 40. Pada diagram juga dapat dilihat terdapat 4
orang anak yang memperoleh nilai 90 yang merupakan nilai tertinggi pretest.

22
hasil postest
3

nilai 80
nilai 90
17 nilai 100

16

Gambar 4.6 Gambaran hasil pretest SD Sinar kencana

Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa kelas 5 SD Sinar
kencana setelah penyuluhan dimana terdapat 17 siswa yang mendapat nilai 100 dan
paling sedikit 3 orang yang mendapat nilai 80 yang merupakan nilai terendah postest.

4.3 Hasil Pemantauan Jumantik

4.3.1 Hasil Pemantauan Jumantik SDN Pelajau Baru

MINGGU 1
8
16
5 BAK MANDI
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
10
POT BUNGA
11 EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
BAN BEKAS
10 DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS

19

21

Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu pertama

23
Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu pertama
pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SDN Pelajau baru terdapat pada kaleng bekas
dan penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.

MINGGU 2
6
14 2
4 BAK MANDI
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
POT BUNGA
12 EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
BAN BEKAS
16 DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS

14
12

Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu kedua

Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu kedua


pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SDN Pelajau baru terdapat pada kaleng bekas
dan penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.

MINGGU 3
6
11
2
BAK MANDI
4
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
POT BUNGA
EMBER AIR
12 KALENG BERISI AIR
16
BAN BEKAS
DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS

14
12

Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu ketiga

24
Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu ketiga
pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SDN Pelajau baru terdapat pada ban bekas dan
penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.

MINGGU 4
7 6
3
BAK MANDI
DISPENSER
6
BELAKANG KULKAS
15
POT BUNGA
EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
11 BAN BEKAS
DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS

13

16

Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu keempat

Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu keempat


pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SDN Pelajau baru terdapat pada kaleng bekas
berisi air dan penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.

BAK MANDI DISPENSER


9 3

6 2

5 BAK MANDI = 28 DISPENSER = 2

3 1

0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

25
BELAKANG KULKAS POT BUNGA
6 11
10
5 9
8
4
7
BELAKANG KULKAS = 14 6 POT BUNGA = 29
3
5
4
2
3
1 2
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

EMBER BERISI AIR KALENG BERISI AIR


15 20
14
18
13
12 16
11
14
10
9 12
EMBER AIR = 47 KALENG BERISI AIR = 67
8
10
7
6 8
5
6
4
3 4
2
2
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

26
BAN BEKAS DRUM
20
18
18
16
16
14
14
12
12
BAN BEKAS = 59 DRUM = 60
10 10

8 8

6 6

4 4

2 2
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

BOTOL BEKAS = 57
17
16
15
14
13
12
11
10 BOTOL BEKAS = 57
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

Gambar 4.7 Kumpulan diagram hasil pemantauan jentik mingguan pada siswa kelas 5
SDN Pelajau baru

Dari hasil pemantauan jumantik siswa kelas 5 SDN Pelajau baru yang
dilakukan selama 1 bulan dengan jeda pemantauan perminggu maka dilakukan
pengujian statistik menggunakan uji T tidak berpasangan menunjukkan bahwa nilai p
pada minggu pertamma pemantauan jentik dan minggu keempat pemantauan jentik

27
sebesar 0,098 ( p < 0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
antara jumlah jentik dari minggu pertama dengan minggu keempat.

4.3.2 Hasil Pemantauan Jumantik SD Sinar Kencana

MINGGU 1
BAK MANDI
6
13 3 DISPENSER
4
BELAKANG KULKAS

8 POT BUNGA
10
EMBER AIR

KALENG BERISI AIR

11 BAN BEKAS

15 DRUM BEKAS

BOTOL BEKAS
16

Gambar 4.8 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu
pertama

Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu pertama


pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SD Sinar kencana terdapat pada kaleng bekas
dan penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.

28
MINGGU 2
4
11 3 BAK MANDI

5 DISPENSER

BELAKANG KULKAS
4
8 POT BUNGA

EMBER AIR

KALENG BERISI AIR


9
BAN BEKAS
12
DRUM BEKAS

BOTOL BEKAS
14

Gambar 4.9 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu kedua

Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu kedua


pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SD Sinar kencana terdapat pada kaleng bekas
dan penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.

MINGGU 3
5
11 2
BAK MANDI
3 DISPENSER
BELAKANG KULKAS
3 POT BUNGA
EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
8
BAN BEKAS
DRUM BEKAS
10 BOTOL BEKAS

12 6

Gambar 4.10 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu
ketiga

Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu ketiga


pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SD Sinar kencana terdapat pada ban bekas dan
penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.

29
MINGGU 4
2
1
7 2
1 BAK MANDI
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
POT BUNGA
5 7 EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
BAN BEKAS
DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS

10 9

Gambar 4.11 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu
keempat

Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu keempat


pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SD Sinar kencana terdapat pada ban bekas dan
penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser dan pot bunga.

BAK MANDI DISPENSER


7 4

6
3
5

4 BAK MANDI = 17 DISPENSER = 9


2
3

2
1
1

0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

30
BELAKANG KULKAS POT BUNGA
6 9

8
5
7

4 6
BELAKANG KULKAS = 14 5 POT BUNGA = 16
3
4

2 3

2
1
1

0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

EMBER BERISI AIR KALENG BERISI AIR


9 17
16
8 15
14
7 13
12
6 11
EMBER BERISI AIR = 37 10 KALENG BERISI AIR = 16
5
9
4 8
7
3 6
5
2 4
3
1 2
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

31
BAN BEKAS DRUM
16 11
15
10
14
13 9
12 8
11
10 7
9 BAN BEKAS = 31 6 DRUM = 31
8
7 5
6 4
5
4 3
3 2
2
1
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

BOTOL BEKAS = 42
14
13
12
11
10
9
8 BOTOL BEKAS = 42
7
6
5
4
3
2
1
0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

Gambar 4.12 Kumpulan diagram hasil pemantauan jentik mingguan pada siswa kelas
5 SD Sinar kencana
Dari hasil pemantauan jumantik siswa kelas 5 SD Sinar kencana yang
dilakukan selama 1 bulan dengan jeda pemantauan perminggu maka dilakukan
pengujian statistik menggunakan uji T tidak berpasangan menunjukkan bahwa nilai p
pada minggu pertamma pemantauan jentik dan minggu keempat pemantauan jentik
sebesar 0,000 ( p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna secara
statistik antara jumlah jentik dari minggu pertama dengan minggu keempat.

32
BAB V
ANALISIS MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1 Analisis Penyebab Masalah

33
Masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara pencapaian keluaran
dengan tolok ukurnya. Pada kasus ini tolak ukur yang dipakai adalah hasil
penghitungan secara statistik nilai kemaknaan dari hasil pemantauan jentik minggu
pertama dengan hasil pemantauan jentik minggu keempat.

Dari analisis penyebab masalah diatas dapat disimpulkan beberapa masalah


yang terjadi yakni :

Keluaran:
Perubahan jentik nyamuk minggu pertama dan keempat tidak bermakna secara statistik ( >0,05)

Jarang dilakukan
pengurasan tempat
penampungan air
Kader jumantik
karena dengan alasan
dana untuk
Tidak dilakukan
pemenuhan
pemantauan jentik
kebutuhan air dapat
Pengorganisasian berkala disetiap
membengkak, sarana Dana
rumah
penampungan air
yang tidak memadai Medis dan
PJB
Nonmedis

Sarana Nilai pretest dan


Tenaga postest bermakna
Penyuluhan
secara statistik
Medis dan
Nonmedis Masih adanya
Jentik ditempat PSN
yang sama Waktu pemantauan saat jentik dilokasi
Metode jadwal sekolah lebih yang sama
dibeberapa
MASUKAN banyak libur
minggu
Pertemuan

pelaksanaan

Nonfisik Penilaian
Fisik
Evaluasi hasil laporan Perencanaan

Evaluasi tidak dapat


Keterangan : dilakukan secara total
Permasalahan mendalam pada setiap PROSES
LINGKUNGAN anak

Variabel
UMPAN BALIK 34
Hubungan
a. Jarang dilakukan pengurasan tempat penampungan air karena dengan alasan
dana untuk pemenuhan kebutuhan air dapat membengkak, sarana
penampungan air yang tidak memadai (tidak tertutup dan bak penampungan
air yang besar sehingga jarang dikuras)  sarana dan dana
b. Masih banyak nya jentik sebagai penanda masih banyaknya vektor penyebab
DBD, dimana pada kedua sekolah memiliki masalah yang sama yakni masih
banyak nya jentik di kaleng bekas, ban bekas,botol bekas, drum penampung
air dan bak mandi  faktor lingkungan
c. Tidak dilakukan pemantauan jentik berkala disetiap rumah PJB tidak
terealisasi dengan baik

5.2 Saran Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalah yang muncul dari penganalisisan masalah diatas


dapat dilakukan berbagai alternatif jalan keluar untuk menyelesaikan masalah
sehingga dapat meningkatkan angka bebas jentik dan terjadi perubahan yang dapat
bermakna secara statistik terhadap perkembangan pemantauan jentik.
Hal tersebut dibawah ini adalah berbagai alternatif jalan keluar penyelesaian
masalah yang terjadi dengan beberapa teknik yaitu :
1. Penyediaan sarana penampungan air hujan untuk pemanfaatan air hujan sebagai
jalan alternatif air bersih baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk
dipakai dalam proses pekerjaan.
2. Bak penampungan air yang jarang dikuras dengan alasan ukuran yang besar dapat
diberikan alternatif pemecahan masalah dengan memelihara ikan sebagai predator
pemakan jentik nyamuk.
3. Banyak barang-barang bekas yang menjadi tempat hidupnya jentik sebenarnya
dapat digunakan kembali dan benilai ekonomis, dengan cara mengolah kembali
bahan-bahan media penampungan air menjadi produk atau barang-barang yang
telah diperbaharui menjadi bernilai ekonomis. Untuk pemecahan masalah ini
diperlukan kerjasama lintas sektoral yakni dengan mengajak pihak RT,RW
maupun Kelurahan hingga Kecamatan untuk membuat suatu badan unit yang

35
dapat menampung barang bekas yang masih dapat didaur ulang dengan ikut serta
menggandeng pihak terkait. Misalnya pada suatu desa disediakan depot
penampungan khusus barang bekas yang dapat didaur ulang kemudian
menyalurkan barang tersebut kepada pihak pengolah barang daur ulang yang
hasilnya dapat dipakai sebagai kas desa yang dapat digunakan untuk kegiatan kas
desa. Barang- barang yang tidak dapat didaur ulang dapat dikubur maupun dapat
di modifikasi untuk memperindah halaman rumah. Misalnya ban bekas dapat diisi
pasir sebagai tempat menanam tanaman hias atau sebagai bahan pembuat kursi dan
lain-lain.
4. Drum bekas untuk bekerja yang sering digunakan untuk tempat penampungan air
dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga ada tempat penutup drum dan kran
air dan jadwal rutin pengurasan drum sehingga tidak menjadi sarang jentik. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggandeng pihak sektoral yang dapat menjembatani
pihak puskesmas dengan pekerja mandiri maupun kelompok.
5. Oleh karena banyak nya jentik di barang bekas dan masih banyak pula jentik yang
terdapat di bak mandi maka perlu digalakkan “HARI MENGURAS BAK MANDI
dan HARI MENGUBUR BARANG BEKAS” dengan ikut menggandeng pihak
sektoral desa paling kecil yakni pihak RT setempat.
6. Penyegaran dan pemberian motivasi kepada masyarakat untuk menjadi kader
yang ikut serta dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit DBD
langsung dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan ikut menggandeng lintas
sektoral. Promosi dapat dilakukan melalui media sosial dan penyuluhan langsung,
dengan penghargaan daerah bebas jentik nyamuk pada perumahan atau komplek
dari kader tersebut misalnya lomba “DESA BEBAS JENTIK” dengan hadiah piala
bergilir.

BAB VI

PENUTUP

36
6.1 Kesimpulan

Pada minipro ini terlihat peningkatan nilai siswa kelas 5 di SDN Pelajau baru
dan SD Sinar kencana mengalami perubahan bermakna kearah peningkatan
pengetahuan siswa terhadap demam berdarah dengue. Dari hasil pemantauan jentik
selama satu bulan ada satu sekolah yang tidak mengalami perubahan bermakna
terhadap berkurangnya jumlah jentik dari awal minggu ke akhir minggu pengamatan.

Dari hasil analisis masalah pada pemantauan jentik selama satu bulan ini
mengalami beberapa kendala yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan bermakna
dari minggu pertama pengamatan dan minggu terakhir yakni jarang dilakukan
pengurasan tempat penampungan air karena dengan alasan dana untuk pemenuhan
kebutuhan air dapat membengkak, sarana penampungan air yang tidak memadai
(tidak tertutup dan bak penampungan air yang besar sehingga jarang dikuras), masih
banyak nya jentik sebagai penanda masih banyaknya vektor penyebab DBD, dimana
pada kedua sekolah memiliki masalah yang sama yakni masih banyak nya jentik di
kaleng bekas, ban bekas,botol bekas, drum penampung air dan bak mandi serta tidak
dilakukan pemantauan jentik berkala disetiap rumah.

Untuk mengatasi permasalah yang muncul dari penganalisisan masalah diatas


dapat dilakukan berbagai alternatif jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang
ditelaah dari setiap masalh yang muncul di analisis masalah sehingga dapat
meningkatkan angka bebas jentik dan terjadi perubahan yang dapat bermakna secara
statistik terhadap perkembangan pemantauan jentik.

6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas

37
a. Memantau dan meninjau kembali program pengendalian penyakit menular
khususnya P2P DBD yang dilaksanakan agar masyarakat membantu
masyarakat menyadari pentingnya pemantauan Jentik Berkala.
b. Kerjasama dengan lintas sektoral, yang melibatkan perangkat kelurahan dan
sekolah (semakin meningkatkan cakupan wilayah atau daerah SISMANTIK)
sehingga dapat dilaksanakan pelatihan khusus perekrutan kader dengan
pertemuan yang difasilitasi oleh kelurahan dan sekolah, sehingga
memudahkan petugas puskesmas dalam menjaring kader lebih banyak.
c. Penyegaran dan pemberian motivasi kepada masyarakat untuk menjadi
kader yang ikut serta dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit
DBD langsung dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan ikut menggandeng
lintas sektoral. Promosi dapat dilakukan melalui media sosial dan
penyuluhan langsung, dengan penghargaan daerah bebas jentik nyamuk pada
perumahan atau komplek dari kader tersebut misalnya lomba “DESA
BEBAS JENTIK” dengan hadiah piala bergilir.

2. Bagi Pemerintah dan Sekolah


a. Menyediakan wadah mapun media bagi setiap pihak yang berperan penting
dalam penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyakit demam
berdarah sehingga koordinasi setiap pihak (petugas puskesmas, praktik
klinik, rumah sakit dan masyarakat) untuk melakukan pertemuan setiap
suatu periode tertentu sehingga keberlangsungan kegiatan dapat berjalan
dengan baik.
b. Mendukung dengan aktif mendampingi pihak yang berperan penting dalam
penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyakit demam
berdarah yang terjun langsung ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan
pemberantasan jentik berkala di rumah-rumah yang berada pada tiap-tiap
kawasan RT dan RW maupun sekolah.

38

Anda mungkin juga menyukai