PENDAHULUAN
1
menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia
dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD.
Pengetahuan, sikap, dan praktik pada masyarakat merupakan hal yang saling
berkaitan, sehingga ketika ada salah satu saja yang tidak baik meskipun yang
lainnya baik hal itu tidak memiliki makna (Notoatmodjo,2003). Oleh sebab itu
perlu diketahui sejauh mana pengetahuan masyarakat khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Bereng tentang pencegahan DBD sehingga kemudian dapat diketahui
apa saja yang kurang dari masyarakat tersebut tentang pencegahan DBD. Hal ini
akan bermanfaat sehingga pemegang kebijakan atau program di bidang pencegahan
penyakit khususnya DBD dapat melakukan intervensi ke masyarakat yang tepat
dalam pencegahan dan pemberantasan DBD.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari data yang ada, dapat dirumuskan masalah pada mini project ini adalah:
Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bereng
tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue.
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bereng
dalam memutus mata rantai penyebaran demam berdarah dengue.
1.3.2 Khusus
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritik
Secara praktik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi institusi pelayanan kesehatan untuk membentuk kebijakan dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah keja
Puskesmas Bereng.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Penyakit DBD
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit
ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.4
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 2,5 miliar atau 40%
populasi di dunia berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah
perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi
dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun.5
Di Negara Indonesia sendiri pada tahun 2017 kasus DBD berjumlah 68.407
kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 493 orang. Jumlah tersebut menurun cukup
drastis dari tahun sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dan jumlah kematian sebanyak 1.598
orang. Angka kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari
78,85 menjadi 26,10 per 100.000 penduduk. Namun, penurunan case fatality rate (CFR)
dari tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu 0,78% pada tahun 2016, menjadi 0,72%
pada tahun 2017. Berikut tren angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2010-2017. 6 Di
Kalimantan selatan dari terdapat 544 kasus dbd pada tahun 2017 dengan incidence rate
13,20 dan kasus meninggal 2 orang.7
Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia. Viremia adalah keadaan dimana di dalam darah ditemukan
virus. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10
5
hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada
saat gigitan berikutnya.
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut
akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul.5
6
a. Trombosit: Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 (jumlah trombosit <
100.000/µl).
b. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya penumpukan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal.
c. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT (Protrombin Time), APTT (activated Partial
Trombloplastin Time), Fibrinogen, D-Dimer, atau Fibrin Degeneration Products pada
keadaan yang dicurigai terjadi pendarahan atau kelainan pembekuan darah.
d. Golongan darah: Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.
e. Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
7
gambaran kain kasa. Larva Ae. aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir
yang berduri lateral.
Gambar 2.2 Telur nyamuk Ae. aegypti Gambar 2.3 Nyamuk dewasa Ae. aegypti
8
dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum
matahari terbenam (15.00- 17.00).
Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar
bunga ataupun tumbuhan. Nyamuk ini menyenangi area yang gelap dan benda- benda
berwarna hitam atau merah. Nyamuk dewasa biasanya tinggal pada tempat gelap di
dalam ruangan seperti lemari baju dan di bawah tempat tidur. Infeksi virus dalam
tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada
peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus.
Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap
darah, berulang kali menusukkan probosisnya, jika tidak berhasil menghisap darah
nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain, akibatnya resiko penularan virus
menjadi semakin besar. Tempat perindukan Ae. aegypti di daerah asalnya (Afrika)
berbeda dengan di Asia. Di Afrika nyamuk hidup di hutan dan tempat perindukkannya
pada genangan air di pohon. Di Asia nyamuk hidup di daerah pemukiman, dan tempat
perindukannya pada genangan air bersih buatan manusia (man made breeding place).
Tempat perindukan Ae. aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan sementara,
permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari berbagai macam
tempat penampungan air (TPA), termasuk kaleng bekas, ban mobil bekas, pecahan
botol, pecahan gelas, talang air, vas bunga, dan tempat yang dapat menampung
genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan
rumah tangga seperti bak penampungan air, reservoar air, bak mandi, gentong air.
Tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon, seperti pohon pisang,
pohon kelapa, pohon aren, potongan pohon bambu, dan lubang pohon.
Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina meletakkan telur
pada permukaan air bersih secara individual, terpisah satu dengan yang lain, dan
menempel pada dinding tempat perindukkannya. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak seratus butir telur tiap kali bertelur. Telur menetas
dalam satu sampai dua hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam
perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar I ke instar IV
memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar IV, larva berubah
menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama dua hari
sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga
nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, namun bisa lebih
lama bila kondisi lingkungan tidak mendukung.
9
Telur Ae. aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan dalam
keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan
menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap darah.
2.5 Pengetahuan
2.5.1 Definisi Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusi diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga
bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku,
dan surat kabar (Notoadmojo, 2003). Menurut Wahid et al (2007) faktorfaktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: pendidikan, pekerjaan,
umur, minat, pengalaman, dan informasi.
a. Tahu
Tahu diartikan mengingat kembali apa yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang
apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
10
b. Memahami
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan benar
tentang suatu objek sehingga dapat menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan apabila seseorang dapat menggunakan objek yang
telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Contohnya adalah dengan
menggunakan metode, prinsip atau yang lainnya pada situasi yang
berbeda.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah namun masih berkaitan satu
sama lain.
e. Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk menghubungkan
komponenkomponen di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasiformulasi yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri ataupun kriteria yang telah ada sebelumnya.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas Bereng
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini sebanyak 66 responden yang berkunjung
ke Puskesmas Bereng dan terdaftar diwilayah kerja Puskesmas
Bereng.
12
3.4 Kriteria Subjek
1. Tingkat Pengetahuan
2. Umur
3. Pekerjaan
4. Tingkat Pendidikan
1. Tingkat Pengetahuan
13
2. Umur
3. Pekerjaan
4. Tingkat Pendidikan
14
3.6 Bahan dan Instrumen Penelitian
1. Lembar Informed Consent dan
2. Identitas Responden
3. Kuesioner
Kuesioner tingkat pengetahun berisi 16 pertanyaan tertutup tentang
DBD dan pencegahan penyakit DBD meliputi penyebab, transmisi vector,
tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahan DBD. Penilaian untuk
pertanyaan positif tentang pengetahuan menggunakan skala diskontinu
yaitu jika jawaban benar mendapatkan nilai satu dan jika jawaban salah
tidak mendapatkan nilai (0).
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pelengkap
SK PENDIRIAN SEKOLAH : -
TANGGAL SK PENDIRIAN : -
STATUS KEPEMILIKAN : Pemerintah Daerah
SK IZIN OPERASIONAL : -
TGL SK IZIN OPERASIONAL : -
NOMOR REKENING : 30301145113
NAMA BANK : BANK KALSEL
CABANG KCP/UNIT : Serongga
16
REKENING ATAS NAMA : SDN Pelajau Baru
LUAS TANAH MILIK (M2) : -
Kontak Sekolah
Keadaan Sekolah
17
Tahun Berdiri : 2003
Status Akreditasi : B
SK. Akreditasi Nomor : 78
Berlaku Sampai Dengan : 2021
Nilai : 78
Wilayah Region : Kalsel 1
Kegiatan Belajar Mengajar : PAGI
Bangunan Sekolah : Bukan Milik Sendiri
Telepon : 0821 5083 1728
Email : sdssinarkencana@gmail.com
Facebook : SD Eka Tjipta Sinar Kencana
Website :-
VISI :
Menjadi Sekolah yang Menghasilkan Pribadi Berbudi Luhur,Berkarakter,
Berprestasi, serta Peduli Lingkungan.
MISI :
1. Mewujudkan peserta didik, berakhlak mulia dan berbudi luhur.
4. Membentuk hati nurani sehingga dapat hidup jujur, disiplin, dan bertanggung
jawab.
18
6. Menumbuh kembangkan kepedulian terhadap lingkungan dan semangat
kebersamaan.
TUJUAN SEKOLAH :
1. Tercapainya sekolah Standar Nasional terakreditasi A.
3. Memiliki prestasi akademik dan non akademik setiap tahunnya untuk tingkat
kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan tingkat nasional.
Laki-Laki
17 Perempuan
19
19
Pada gambar 4.1 dapat terlihat karakteristik siswa kelas 5 SDN Pelajau baru
dimana terdapat 19 siswa perempuan dan terdapat 17 siswa laki-laki.
Laki-Laki
Perempuan
15
16
Pada gambar 4.1 dapat terlihat karakteristik siswa kelas 5 SD Sinar kencana
dimana terdapat 16 siswa perempuan dan terdapat 15 siswa laki-laki.
4.2.2 Hasil Nilai Pretest dan Posttest Siswa Penyuluhan Demam Berdarah
Dengue dan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Tabel 4.1 Hasil statistik pretest dan postest setelah penyuluhan SDN Pelajau
Baru
Pada tabel diatas terlihat hasil uji statistik menggunakan uji t- berpasangan
menunjukkan bahwa nilai p pada kelompok pretest dan postest sebesar 0,001 ( p <
0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan siswa
20
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang demam berdarah dengue dan
pemberantasan sarang nyamuk.
hasil pretest
3
2
nilai 50
3 nilai 60
15 nilai 70
nilai 80
nilai 90
nilai 100
5
Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa kelas 5 SDN Pelajau
baru sebelum penyuluhan dimana terdapat 15 siswa yang mendapat nilai 100 dan
paling sedikit 2 orang yang mendapat nilai 60. Pada diagram juga dapat dilihat
terdapat 3 orang anak yang memperoleh nilai 50 yang merupakan nilai terendah
pretest.
hasil postest
3
nilai 80
nilai 90
17 nilai 100
16
Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa kelas 5 SDN Pelajau
baru setelah penyuluhan dimana terdapat 17 siswa yang mendapat nilai 100 dan
paling sedikit 3 orang yang mendapat nilai 80 yang merupakan nilai terendah postest.
21
Tabel 4.2 Hasil statistik pretest dan postest setelah penyuluhan SDN Sinar
Kencana
Pada tabel diatas terlihat hasil uji statistik menggunakan uji t- berpasangan
menunjukkan bahwa nilai p pada kelompok pretest dan postest sebesar 0,000 ( p <
0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan siswa
sebelum dan sesudah penyuluhan tentang demam berdarah dengue dan
pemberantasan sarang nyamuk.
hasil pretest
1
4 2
nilai 40
nilai 50
7 nilai 60
nilai 70
nilai 80
nilai 90
10
Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa SD Sinar kencana
sebelum penyuluhan dimana terdapat 10 siswa yang mendapat nilai 80 dan paling
sedikit 1 orang yang mendapat nilai 40. Pada diagram juga dapat dilihat terdapat 4
orang anak yang memperoleh nilai 90 yang merupakan nilai tertinggi pretest.
22
hasil postest
3
nilai 80
nilai 90
17 nilai 100
16
Pada diagram diatas dapat terlihat perolehan nilai siswa kelas 5 SD Sinar
kencana setelah penyuluhan dimana terdapat 17 siswa yang mendapat nilai 100 dan
paling sedikit 3 orang yang mendapat nilai 80 yang merupakan nilai terendah postest.
MINGGU 1
8
16
5 BAK MANDI
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
10
POT BUNGA
11 EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
BAN BEKAS
10 DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS
19
21
Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu pertama
23
Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu pertama
pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SDN Pelajau baru terdapat pada kaleng bekas
dan penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.
MINGGU 2
6
14 2
4 BAK MANDI
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
POT BUNGA
12 EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
BAN BEKAS
16 DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS
14
12
Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu kedua
MINGGU 3
6
11
2
BAK MANDI
4
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
POT BUNGA
EMBER AIR
12 KALENG BERISI AIR
16
BAN BEKAS
DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS
14
12
Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu ketiga
24
Pada diagram terlihat penyebaran tempat terbanyak pada minggu ketiga
pemantauan jentik oleh siswa kelas 5 SDN Pelajau baru terdapat pada ban bekas dan
penyebaran terendah terdapat pada tempat penampungan air dispenser.
MINGGU 4
7 6
3
BAK MANDI
DISPENSER
6
BELAKANG KULKAS
15
POT BUNGA
EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
11 BAN BEKAS
DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS
13
16
Gambar 4. Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu keempat
6 2
3 1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
25
BELAKANG KULKAS POT BUNGA
6 11
10
5 9
8
4
7
BELAKANG KULKAS = 14 6 POT BUNGA = 29
3
5
4
2
3
1 2
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
26
BAN BEKAS DRUM
20
18
18
16
16
14
14
12
12
BAN BEKAS = 59 DRUM = 60
10 10
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
BOTOL BEKAS = 57
17
16
15
14
13
12
11
10 BOTOL BEKAS = 57
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
Gambar 4.7 Kumpulan diagram hasil pemantauan jentik mingguan pada siswa kelas 5
SDN Pelajau baru
Dari hasil pemantauan jumantik siswa kelas 5 SDN Pelajau baru yang
dilakukan selama 1 bulan dengan jeda pemantauan perminggu maka dilakukan
pengujian statistik menggunakan uji T tidak berpasangan menunjukkan bahwa nilai p
pada minggu pertamma pemantauan jentik dan minggu keempat pemantauan jentik
27
sebesar 0,098 ( p < 0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
antara jumlah jentik dari minggu pertama dengan minggu keempat.
MINGGU 1
BAK MANDI
6
13 3 DISPENSER
4
BELAKANG KULKAS
8 POT BUNGA
10
EMBER AIR
11 BAN BEKAS
15 DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS
16
Gambar 4.8 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu
pertama
28
MINGGU 2
4
11 3 BAK MANDI
5 DISPENSER
BELAKANG KULKAS
4
8 POT BUNGA
EMBER AIR
BOTOL BEKAS
14
Gambar 4.9 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu kedua
MINGGU 3
5
11 2
BAK MANDI
3 DISPENSER
BELAKANG KULKAS
3 POT BUNGA
EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
8
BAN BEKAS
DRUM BEKAS
10 BOTOL BEKAS
12 6
Gambar 4.10 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu
ketiga
29
MINGGU 4
2
1
7 2
1 BAK MANDI
DISPENSER
BELAKANG KULKAS
POT BUNGA
5 7 EMBER AIR
KALENG BERISI AIR
BAN BEKAS
DRUM BEKAS
BOTOL BEKAS
10 9
Gambar 4.11 Gambaran penyebaran tempat jentik dari ceklist jumantik minggu
keempat
6
3
5
2
1
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
30
BELAKANG KULKAS POT BUNGA
6 9
8
5
7
4 6
BELAKANG KULKAS = 14 5 POT BUNGA = 16
3
4
2 3
2
1
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
31
BAN BEKAS DRUM
16 11
15
10
14
13 9
12 8
11
10 7
9 BAN BEKAS = 31 6 DRUM = 31
8
7 5
6 4
5
4 3
3 2
2
1
1
0 0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
BOTOL BEKAS = 42
14
13
12
11
10
9
8 BOTOL BEKAS = 42
7
6
5
4
3
2
1
0
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
Gambar 4.12 Kumpulan diagram hasil pemantauan jentik mingguan pada siswa kelas
5 SD Sinar kencana
Dari hasil pemantauan jumantik siswa kelas 5 SD Sinar kencana yang
dilakukan selama 1 bulan dengan jeda pemantauan perminggu maka dilakukan
pengujian statistik menggunakan uji T tidak berpasangan menunjukkan bahwa nilai p
pada minggu pertamma pemantauan jentik dan minggu keempat pemantauan jentik
sebesar 0,000 ( p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna secara
statistik antara jumlah jentik dari minggu pertama dengan minggu keempat.
32
BAB V
ANALISIS MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
33
Masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara pencapaian keluaran
dengan tolok ukurnya. Pada kasus ini tolak ukur yang dipakai adalah hasil
penghitungan secara statistik nilai kemaknaan dari hasil pemantauan jentik minggu
pertama dengan hasil pemantauan jentik minggu keempat.
Keluaran:
Perubahan jentik nyamuk minggu pertama dan keempat tidak bermakna secara statistik ( >0,05)
Jarang dilakukan
pengurasan tempat
penampungan air
Kader jumantik
karena dengan alasan
dana untuk
Tidak dilakukan
pemenuhan
pemantauan jentik
kebutuhan air dapat
Pengorganisasian berkala disetiap
membengkak, sarana Dana
rumah
penampungan air
yang tidak memadai Medis dan
PJB
Nonmedis
pelaksanaan
Nonfisik Penilaian
Fisik
Evaluasi hasil laporan Perencanaan
Variabel
UMPAN BALIK 34
Hubungan
a. Jarang dilakukan pengurasan tempat penampungan air karena dengan alasan
dana untuk pemenuhan kebutuhan air dapat membengkak, sarana
penampungan air yang tidak memadai (tidak tertutup dan bak penampungan
air yang besar sehingga jarang dikuras) sarana dan dana
b. Masih banyak nya jentik sebagai penanda masih banyaknya vektor penyebab
DBD, dimana pada kedua sekolah memiliki masalah yang sama yakni masih
banyak nya jentik di kaleng bekas, ban bekas,botol bekas, drum penampung
air dan bak mandi faktor lingkungan
c. Tidak dilakukan pemantauan jentik berkala disetiap rumah PJB tidak
terealisasi dengan baik
35
dapat menampung barang bekas yang masih dapat didaur ulang dengan ikut serta
menggandeng pihak terkait. Misalnya pada suatu desa disediakan depot
penampungan khusus barang bekas yang dapat didaur ulang kemudian
menyalurkan barang tersebut kepada pihak pengolah barang daur ulang yang
hasilnya dapat dipakai sebagai kas desa yang dapat digunakan untuk kegiatan kas
desa. Barang- barang yang tidak dapat didaur ulang dapat dikubur maupun dapat
di modifikasi untuk memperindah halaman rumah. Misalnya ban bekas dapat diisi
pasir sebagai tempat menanam tanaman hias atau sebagai bahan pembuat kursi dan
lain-lain.
4. Drum bekas untuk bekerja yang sering digunakan untuk tempat penampungan air
dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga ada tempat penutup drum dan kran
air dan jadwal rutin pengurasan drum sehingga tidak menjadi sarang jentik. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggandeng pihak sektoral yang dapat menjembatani
pihak puskesmas dengan pekerja mandiri maupun kelompok.
5. Oleh karena banyak nya jentik di barang bekas dan masih banyak pula jentik yang
terdapat di bak mandi maka perlu digalakkan “HARI MENGURAS BAK MANDI
dan HARI MENGUBUR BARANG BEKAS” dengan ikut menggandeng pihak
sektoral desa paling kecil yakni pihak RT setempat.
6. Penyegaran dan pemberian motivasi kepada masyarakat untuk menjadi kader
yang ikut serta dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit DBD
langsung dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan ikut menggandeng lintas
sektoral. Promosi dapat dilakukan melalui media sosial dan penyuluhan langsung,
dengan penghargaan daerah bebas jentik nyamuk pada perumahan atau komplek
dari kader tersebut misalnya lomba “DESA BEBAS JENTIK” dengan hadiah piala
bergilir.
BAB VI
PENUTUP
36
6.1 Kesimpulan
Pada minipro ini terlihat peningkatan nilai siswa kelas 5 di SDN Pelajau baru
dan SD Sinar kencana mengalami perubahan bermakna kearah peningkatan
pengetahuan siswa terhadap demam berdarah dengue. Dari hasil pemantauan jentik
selama satu bulan ada satu sekolah yang tidak mengalami perubahan bermakna
terhadap berkurangnya jumlah jentik dari awal minggu ke akhir minggu pengamatan.
Dari hasil analisis masalah pada pemantauan jentik selama satu bulan ini
mengalami beberapa kendala yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan bermakna
dari minggu pertama pengamatan dan minggu terakhir yakni jarang dilakukan
pengurasan tempat penampungan air karena dengan alasan dana untuk pemenuhan
kebutuhan air dapat membengkak, sarana penampungan air yang tidak memadai
(tidak tertutup dan bak penampungan air yang besar sehingga jarang dikuras), masih
banyak nya jentik sebagai penanda masih banyaknya vektor penyebab DBD, dimana
pada kedua sekolah memiliki masalah yang sama yakni masih banyak nya jentik di
kaleng bekas, ban bekas,botol bekas, drum penampung air dan bak mandi serta tidak
dilakukan pemantauan jentik berkala disetiap rumah.
6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
37
a. Memantau dan meninjau kembali program pengendalian penyakit menular
khususnya P2P DBD yang dilaksanakan agar masyarakat membantu
masyarakat menyadari pentingnya pemantauan Jentik Berkala.
b. Kerjasama dengan lintas sektoral, yang melibatkan perangkat kelurahan dan
sekolah (semakin meningkatkan cakupan wilayah atau daerah SISMANTIK)
sehingga dapat dilaksanakan pelatihan khusus perekrutan kader dengan
pertemuan yang difasilitasi oleh kelurahan dan sekolah, sehingga
memudahkan petugas puskesmas dalam menjaring kader lebih banyak.
c. Penyegaran dan pemberian motivasi kepada masyarakat untuk menjadi
kader yang ikut serta dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit
DBD langsung dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan ikut menggandeng
lintas sektoral. Promosi dapat dilakukan melalui media sosial dan
penyuluhan langsung, dengan penghargaan daerah bebas jentik nyamuk pada
perumahan atau komplek dari kader tersebut misalnya lomba “DESA
BEBAS JENTIK” dengan hadiah piala bergilir.
38