TETANUS
Nama : Tn. U
Jenis Kelamin : Laki – laki
Usia : 44 tahun
Alamat : Cikupa, Banjaranyar, Banjar
Pekerjaan : Buruh
Pendidika : SD
Agama : Islam
Kunjungan RS : 10 September 2018
ANAMNESIS
(dilakukan Aloanamnesis kepada istri pasien)
Keluhan Utama :
Badan kaku
Riwayat Imunisasi :
Pasien belum pernah mendapatkan suntikan vaksin anti tetanus.
Riwayat Alergi :
- Pasien tidak memiliki alergi obat-obatan maupun makanan.
Riwayat Psikososial :
- Pasien tidak merokok.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 4E 5V 6M
Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 108 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
RR : 35 x/ menit
Suhu : 37.8° C
Pemeriksaan Sistem
Refleks Patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Hofmann-Tromner : -/-
Pemeriksaan Saraf Kranial
Nervus I Olfaktorius : tak dilakukan
Nervus II Optikus :
Kanan Kiri
Ketajaman Tak dilakukan Tak dilakukan
penglihatan
Menilai warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus III Okulomotorius
Kanan Kiri
Ptosis - -
Gerakan mata ke medial + +
Gerakan mata ke atas + +
Gerakan mata ke bawah + +
Bentuk Pupil Bulat, isokor 3mm Bulat,isokor 3mm
Reflek Cahaya Langsung + +
Reflek Cahaya Tidak + +
Langsung
Reflek Akomodatif + +
Strabismus - -
Nervus IV Troklearis
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral bawah + +
Strabismus - -
Nervus V Trigeminus
Bagian Motorik
Menggigit +
Membuka mulut 1 jari, trismus(+)
Bagian Sensorik
Ophtalmik Tak dilakukan
Maxilla Tak dilakukan
Mandibula Tak dilakukan
Nervus VI Abdusen
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Strabismus konvergen - -
Nervus VII Fasialis
Kanan Kiri
Fungsi Motorik
Mengerutkan dahi + +
Mengangkat alis + +
Memejamkan mata + +
Menyeringai Tak dilakukan Tak dilakukan
Mengembungkan pipi Tak dilakukan Tak dilakukan
Mencucurkan bibir Tak dilakukan Tak dilakukan
Kanan Kiri
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus IX dan X Glossofaringeus dan Vagus
Mengangkat bahu
&Menoleh
Kanan Tak dilakukan
Kiri Tak dilakukan
Pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan badan kaku sejak 1 minggu
SMRS. Selain itu, istri pasien juga mengatakan bahwa pasien terkadang mengalami
kejang (+). Kejang bersifat kelojotan di seluruh tubuh dan mata mendelik ke atas,
mulut berbusa, dalam sehari bisa mencapai 5 kali, durasi kejang antara 30 menit
hingga 1 jam, dan kesadaran pasien baik diantara kejang. Istri pasien juga
mengatakan terkadang tubuh pasien sangat kaku (+), kedua tangan menekuk, saat
kejang punggung pasien naik (+), mulut pasien rapat dan tak bisa dibuka (+) serta
saat pasien sadar pasien mengeluh leher dan bahu kaku (+) dan nyeri (+) . Selain itu
pasien juga terkadang badannya meriang (+).
Lima bulan SMRS, istri pasien mengatakan bahwa telapak kaki kanan pasien tertusuk
paku (+), lalu paku diambil dan setelah itu kaki pasien tak diobati lagi sehingga menjadi
bengkak.
Pemeriksaan Fisik :
Tanda Vital : Nadi : 108 x/menit
RR : 35 x/ menit
Suhu : 37.8° C
Mulut : trismus 1 jari (+)
Leher : kuduk kaku (+), risus sardonicus (+)
Abdomen : otot abdomen tegang (+) di seluruh kuadran
Ekstremitas Bawah kanan : tampak luka bekas tusukan paku, terdapat edem (+), gangrene (+),
pus (+).
Pemeriksaan Neurologis :
Kuduk Kaku : +
Ekstremitas Atas : hipertonus
Ekstremitas Bawah : hipertonus
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis bakterial
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- O2 nasal kanul 3L/menit
- IVFD RL : D5 = 1 : 1= 20 tpm
- Tetagam 3000 IU IM
- Injeksi Ceftriaxone 2 g/24 jam
- Injeksi Metronidazol 500 mg/8 jam
- Injeksi Diazepam 1 ampul/8 jam, bolus pelan
- Pemasangan NGT
Nonmedikamentosa
- Isolasi di kamar gelap dan minimalisasi suara untuk menghindari rangsang
- Edukasi mengenai penyakit serta penatalaksanaan
PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
TETANUS
Definisi
Tetanus adalah suatu penyakit Infeksi akut yang disebabkan oleh eksotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani yang ditandai dengan peningkatan kekakuan umum
dan kejang-kejang otot rangka.
Etiologi
• Bakteri Clostridium tetani; gram positif dan bersifat anaerob. Kuman ini memproduksi 2 macam
eksotoksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin disebut juga neurotoksin karena
toksin ini melalui beberapa jalan dapat mencapai susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala
berupa kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejang-kejang. Tetanolisin menyebabkan lisis dari
sel-sel darah merah
Patogenesis
Tetanus dapat terjadi apabila tubuh terkena luka dan luka tersebut kemudian terkontaminasi
oleh spora dari Clostridium tetani. Bentuk spora dan bakteri akan berubah menjadi vegetatif
bila lingkungannya memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut (anaerobik) dan
kemudian mengeluarkan eksotoksin (tetanolisin dan tetanospasmin) yang menyebar ke
seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan sistem limfa.
Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap sususan saraf tepi
dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisa presinaptik sehingga
mencegah keluarnya neurotransmitter inhibisi yaitu Gama Aminobutiric Acid (GABA) dan
Glisin, sehingga terjadi eksitasi terus-menerus dan spasme.
Gejala Klinis
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3 – 21 hari.
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus Umum/Generalisata
Gambaran Tetanus yang paling sering dijumpai.
Awalnya dapat berupa tetanus lokal yang berkembang luas setelah beberapa hari.
Berhubungan dengan luka yang luas dan dalam.
Timbul kekakuan otot secara mendadak berupa :
a. Trismus (kekakuan pada rahang) dan lockjaw. Kekakuan otot rahang terutama Masseter
menyebabkan mulut sukar dibuka.
b. Hipertonus otot
c. Abdomen papan (abdomen terasa keras dan rata)
d. Kaku di leher, bahu serta ekstremitas (biasanya terekstensi).
e. Opistotonus (kontraksi pada otot punggung sehingga menyebabkan perubahan bentuk
menjadi melengkung).
f. Risus sardonicus (alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi, mata tertutup parsial karena spasme M.orbicularis oculi).
g. Dalam 24 – 48 jam dari kekauan otot menjadi menyeluruh sampai ke ekstremitas.
- Kejang umum tonik secara spontan maupun rangsangan minimal (rabaan, sinar dan bunyi).
- Kesadaran penderita tetap baik
- Spasme otot-otot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan menelan, asfiksia
dan sianosis.
- Retensi urin sering terjadi karena spasme sfingter kandung kemih.
- Kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi.
- Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa takikardi, hipertensi yang
labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan aritmia jantung.
2. Tetanus Lokal
Tetanus bentuk ringan
Biasanya gejala yng muncul berupa rasa kaku, kenacang dan nyeri pada otot di sekitar luka.
Seringkali terjadi sepasme dan twitching dari otot yang terkena.
3. Bentuk Cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal.
Periode inkubasi biasanya pendek, hanya sekitar 1-2 hari.
Terjadi kelemahan dan paralisis otot-otot wajah, pada periode spasme otot wajah biasanya
berkontraksi.
Gejala berupa disfungsi saraf cranial antara lain : Nervus III, IV, VII, IX, X,XI.
Luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telingan, leher, otitis media kronis dan jarang
akibat tonsilektomi. Dalam beberapa hari bahkan beberapa bulan.
Bisa berkembang menjadi tetanus umum.
Diagnosis
1. Anamnesis
Pertanyaan seputar luka sangat penting, terutama waktu terkena luka serta waktu dari luka
sampai munculnya gejala. Selain itu tanyakan lokasi luka, jenis luka (kotor atau bersih).
Port d’entrée lain seperti penggunaan jarum suntik, adanya otitis media supuratif kronik berulang
dan lainnya.
Riwayat Imunisasi tetanus.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai tanda dan gejala yang telah dituliskan dalam
manifetasi/gejala klinis.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak menunjukkan perubahan
Diagnosis Banding : Meningitis bacterial, poliomyelitis, rabies, tetani karena hipokalsemia dan
hipofosfatemia, retrofaringeal abses, tonsillitis berat dan lain-lain.
Tatalaksana
Prinsip penetalaksanaan :
Organisme dalam tubuh dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksin lebih lanjut.
Toksin yang sudah di dalam tubuh tapi masih diluar system saraf pusat hendaknya dinetralisir.
Efek dari toksin yang telah terikat pada system saraf pusat hendaknya diminimalisasi.
Penatalaksanaan Umum :
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa :
Membersihkan, irigasi dan debridement luka dengan cara eksisi jaringan nekrotik, membuang
benda asing dalam luka serta kompres dengan H2O2, sekitar luka disuntik ATS (Anti Tetanus
Serum).
Diet cukup kalori dan protein.
Isolasi untuk menghindari rangsang.
Oksigen, pernapasan buatan dan tracheostomy bila perlu.
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pasien yang dirawat di Rumah Sakit sebaiknya dipisahkan dengan pasien lain.
Farmakologis :
1. Antibiotika
Metronidazole 500 mg oral / intravena setiap 6 jam selama 7-14 hari, dikatakan
Metronidazol lebih baik dibanding Penicillin Procain karena bioavaibilitasnya tinggi dan
mengurangi kejadian spasme.
Penicillin 1,2 juta unit/hari selama 10 hari, intramuscular. Pada anak dosis 50.000
Unit.kgBB/12 jam secara IM diberikan selama 7-10 hari. Bila tersedia Penicillin intravena
dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit/jgbb/24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin (TIG) dengan dosis 3.000-
6.000 U, satu kali pemberian saja, secara IM.
3. Tetanus Toksoid
Dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda
dengan alat suntik yang berbeda.
Anti Kejang
Setiap pasien yang telah mengalami tetanus sebaiknya mendapatkan vaksinasi tetanus yang
lengkap. Untuk dewasa, vaksinasi dibagi dalam 3 dosis. Dosis pertama dan kedua diberikan
dalam jarak 4-8 minggu. Dosis ketiga diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua. Diperlukan
booster setiap 10 tahun
Komplikasi
Kematian biasanya diakibatkan asfiksia yang ditimbulkan spasme laring. Komplikasi lain yang
dapat timbul adalah pneumonia.