LAPORAN KASUS
Oleh:
dr. Hesti kamtikawati
Pendamping:
dr. Kristin Sulistyowati
Wahana :
RSUD Kertosono
KERTOSONO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia,
serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak.
Kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai
dengan 5 tahun. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18
bulan. Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks adalah
kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 24 jam. Pada
kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam
24 jam.
Faktor-faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam yaitu faktor
demam, usia, riwayat keluarga, riwayat prenatal (usia saat ibu hamil),
riwayat perinatal (asfiksia, usia kehamilan dan bayi berat lahir rendah).
Prognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka
kematian hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh
sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Walaupun
prognosis kejang demam baik,bangkitan kejang demam cukup mengkhawatirkan
bagi orang tuanya. Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah
laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik.
Pemberian antipiretik tanpa disertai pemberian antikonvulsan atau diazepam
dosis rendah tidak efektif untuk mencegah timbulnya kejang demam berulang.
Jenis obat yang sering digunakan adalah diazepam, fenobarbital, asam valproat
dan fenitoin.
1.2 Rumusan Masalah
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama : kejang
Panas (+) satu hari ini, kejang (+) 1x 5menit, mata melotot
keatas, kaki dan tangan kaku, batuk (+) dahak sulit keluar, pilek (+),mual
(+),muntah (+) 2x, makan minum (+), kembung (+), BAB (-) 1hari,BAK
(+) normal
Data Khusus
Riwayat kehamilan
Riwayat imunisasi
ASI (+) , susu formula (+), MP ASI mulai usia 6 bulan, makan sehari tiga
kali
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (-), pekak alih
(-), tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : nyeri tekan epigastrum (-), tidak teraba pembesaran
hepar, lien, dan ginjal.
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral hangat - -
Oedem - -
Sianosis - -
Gerak aktif aktif
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Pemeriksaan Antropometri
- Anak perempuan umur 4,5 tahun, BB : 30 kg,
- Z score :
BB/U : -0,4 SD (gizi normal)
TB/U : - 1,05 SD (normal)
BB/TB : 0,5 SD (normal)
- Kesan gizi : kesan gizi baik
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan Motorik
secara sempurna
Hemoglobin 13,5
Hematokrit 42,2
Lekosit 17100
Trombosit 318.000
Diagnosis kerja
Kejang demam simplek + observasi febris hari 1 e.c ISPA
Planing terapi
- Inf.D5 NS 18 tpm (ma)
- Inj.Paramol 3x400mg
- Inj.Ceftriaxon 2x600 mg (skintes)
- Inj.Norages 1/3 A (k/p) jika suhu 39 C dan tidak turun dengan inf
paramol
- Diazepam (IV) 5mg pelan jika kejang
- Luminal 2x10 mg (puyer)
- Lapifed exp syr 3xcth1
- Cek lab
3.3 Monitoring
Tanggal 21-1-2017
S : panas (+), mual (+), muntah (+) 1x, batuk (+),pilek (+), makan minum
(+),BAK (+),BAB (-)
O : TD:110/70, N:116x/m, RR:24x/m, Tax: 37,9
Tanggal 22-1-2017
Tanggal 23-1-2017
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal > 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Menurut consensus statment on febrile seizures kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun
berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu. Definisi kejang demam menurut International League Against
Epilepsy (ILAE) adalah kejang yang terjadi setelah usia 1 bulan yang berkaitan
dengan demam yang bukan disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat, tanpa
riwayat kejang sebelumnya pada masa neonatus dan tidak memenuhi kriteria tipe
kejang akut lainnya misalnya karena keseimbangan elektrolit akut.
1. Riwayat keluarga
Seorang anak yang mempunyai keluarga dengan riwayat kejang demam
mempunyai risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan, persalinan, dan perawatan post natal sebagai faktor
risiko terjadinya kejang dikaitkan dengan pematangan otak maupun jejas
otak akibat prematuritas maupun proses persalinan. Beberapa masalah
yang sering berakibat kerusakan anatomik otak anak misalnya ibu
merokok saat hamil, ibu eklampsia, bayi lahir preterm, bayi asfiksia, IUFG
(Intra Uterin Growth Retardation). Bayi yang lahir dengan berat lahir
rendah juga mempunyai risiko timbul kejang demam.
3. Gangguan tumbuh kembang
Gangguan perkembangan otak sebagai akibat gangguan pertumbuhan otak
intrauteri bermanifestasi klinik sebagai developmental delay yang dapat
berisiko timbulnya kejang demam.
4. Infeksi berulang
Infeksi dengan panas lebih dari 4x dalam setahun bermakna untuk
meimbulkan kejang demam.
5. Kadar elektrolit, seng dan besi darah rendah
Demam juga mengakibatkan penurunan kadar Na+ darah 3,5% dan
bangkitan kejang demam 3,8%. Penurunan kadar Na+ darah lebih banyak
terjadi pada bangkitan kejang demam kompleks dibandingkan kejang
demam sederhana. 52% penderita yang mempunyai riwayat kejang demam
mempunyai kadar Na+ darah kurang dari 135 mmol/L.3 Zat besi berperan
pada proses sintesa dan degradasi neurotransmitter. Zat besi berhubungan
dengan aktivitas enzim monoamin oksidase yang berperan dalam proses
degradasi berbagai neurotransmitter dan enzim untuk biosintesis GABA.
Kadar besi dan elektrolit serum yang rendah akan meningkatkan
excitabilitas membran sel neuron dan menurunkan nilai ambang kejang
(threshold) terhadap kejang.
Kejang umum tonik dan atau klonik, Kejang fokal atau parsial satu sisi,
umumnya berhenti sendiri, tanpa atau kejang umum didahului
gerakan fokal kejang parsial
2.5 Diagnosis
Diagnosis kejang demam ditegakkan setelah penyebab kejang yang lain
dapat disingkirkan yaitu meliputi meningitis, ensefalitis, trauma kepala,
ketidakseimbangan elektrolit, dan penyebab kejang akut lainnya. Dari
beberapa diagnosis banding tersebut, meningitis merupakan penyebab kejang
yang lebih mendapat perhatian. Angka kejadian meningitis pada kejang yang
disertai demam yaitu 2-5%.
Kejadian demam pada kejang demam biasanya dikarenakan adanya infeksi
pada sistem respirasi atas, otitis media, infeksi virus herpes termasuk roseola.
Lebih dari 50% kejadian kejang demam pada anak kurang dari 3 tahun
berhubungan dengan infeksi virus herpes (Human Herpes Virus 6 dan 7).
Hal hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis yaitu :
- Adanya kejang, jenis kejang , kesadaran, lama kejang
- Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak
pasca kejang
- Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran
napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK. Otitis media akut/OMA, dll)
- Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam
keluarga
- Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan
hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)
Medikamentosa
Bila kejang berhenti dapat diberi pengobatan profilaksis intermiten berupa:
- Antipiretik : Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4-6 kali sehari
atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
- Anti kejang : Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam
atau diazepam rectal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu
tubuh >38,5C. Efek samping: ataksia, iritabel, dan sedasi.
- Pengobatan jangka panjang/ rumatan
Hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu):
- Kejang lama >15 menit
- Kelainan neurologi yang nyata sebelum/ sesudah kejang:
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus.
- Kejang fokal
- Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika:
- Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- Kejang demam 4 kali per tahun
Obat untuk pengobatan jangka panjang: fenobarbital (dosis 3-4
mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40 mg/
kgBB/hari dibagi 2-3 dosis). Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.
Indikasi Rawat
- Kejang demam kompleks
- Hiperpireksia
- Usia di bawah 12 bulan
- Kejang demam pertama kali
- Pasca kejang tidak sadar
2.9 Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih
lama (>15 menit) biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis
laktat, hipotensi artrial, suhu tubuh makin meningkat, metabolisme otak
meningkat.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang berulang adalah .
4.1 Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Kematian akibat kejang demam juga tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien
yang memang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus kejang yang lama atau kejang berulang baik fokal
atau kejang umum.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko
berulangnya kejang yaitu riwayat kejang demam dalam keluarga, usia saat
kejang pertama < 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang (<40C) dan
timbulnya kejang yang cepat setelah demam. Bila semua faktor tersebut
terpenuhi maka resiko berulangnya kejang demam 80 % sedangkan bila tidak
terdapat faktor tersebut resikonya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
paling besar pada tahun pertama.
4.2 Saran
Edukasi pada Orang Tua
Sebagai seorang dokter sebaiknya kita mengurangi kecemasan orang tua
dengan cara :
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang
baik
- Memberitahukan cara penangan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah trgigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
7. Bawa kedokter atau Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih
DAFTAR PUSTAKA