Anda di halaman 1dari 42

REFLEKSI KASUS

ILMU KESEHATAN ANAK

“ KEJANG DEMAM SEDERHANA”

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Vita Susianawati, Msc, Sp.A
Disusun Oleh :
Takul Usman H2A012029

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
PENDAHULUAN

KEJANG BUKAN PENYAKIT TETAPI


MANIFESTASI DARI SUATU
PENYAKIT

KEJANG DEMAM

Merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada sekitar 2% sampai 5 % dari
jumlah anak-anak. Kejang demam biasanya terjadi pada usia antara 3-5 tahun
dimana kejang berhubungan dengan adanya demam.
IDENTITAS
Nama penderita : An. PM
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2 tahun
Alamat : Ketintang, Juwiring, Sukoharjo
RM : 201XXX

Nama bapak: Tn. SM Nama ibu : Ny. RT


Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : IRT
ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa dengan ibu


pasien, senin 17 Juni 2017, Jam 10.00 WIB di Bangsal
Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu.

Keluhan Utama : Kejang


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah
Delanggu pada tanggal 14 Juni 2017 jam 04.30 WIB
dengan mengeluh demam sejak tanggal 13 Juni
2017 jam 15.30 hari yang lalu. Ibu pasien tidak
mengukur suhu tetapi saat di pegang badan pasien
terasa panas. Panas dirasakan seluruh tubuh dan
terus menerus. 30menit sebelum di bawa ke RS
pasien mengalami kejang 1x jam 04.00, kejang
selama 5 menit, berhenti sendiri. Saat kejang pasien
sadar, seluruh tubuh kaku, mata pasien membuka,
mulut mengigit dan menangis. Pada saat di IGD
suhu pasien 37,8 C.
 Pasientidak diberikan obat minum maupun obat
lewat anus oleh dokter. Pasien juga batuk sejak
kurang lebih 1 hari sebelum masuk, batuknya
tidak berdahak. batuknya jarang dan tidak
menentu. Pasien pilek bersamaan dengan
batuknya, sakit telinga maupun cairan yang
keluar dari telinga. Buang air besar dan air kecil
tidak ada keluhan. Pasien tidak mengeluhkan
mual (-), muntah (-). Pasien dianjurkan untuk
rawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat demam : diakui (6 bulan yang lalu)
Riwayat diare : disangkal
Riwayat kejang : diakui (6 bulan yang lalu)
Riwayat asma : disangkal
Riwayat flek : disangkal
Riwayat bronkitis : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat flu dan batuk : diakui (3 bulan yang lalu)
Riwayat tonsilitis : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat demam tipus : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes : disangkal
Riwayat DBD : disangkal
Riwayat Pribadi Ekonomi Sosial
Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya
dan kedua kakaknya. Pasien tinggal di daerah
rumahan. Kondisi rumah bersih. Orangtua pasien
ibu rumah tangga dan karyawan PT. Kesan
ekonomi cukup. Pasien menggunakan BPJS.
Kesan: keadaan sosial dan ekonomi cukup.
DATA KHUSUS

Riwayat Prenatal (kehamilan) :


ANC 4 kali di dokter, imunisasi TT 2x, ibu pasien hanya
mengkonsumsi obat dari dokter, tidak ada pesan khusus dari
dokter yang memeriksa. Tidak ada riwayat demam dan infeksi
pada saat hamil.

Riwayat Natal (Persalinan) :


Pasien merupakan anak pertama, lahir melalui operasi (sectio
cesaria), BBL 2800 gram, PB 50 cm, lahir langsung menangis, tidak
ada cacat bawaan.

Riwayat Imunisasi : Lengkap

Riwayat Makan dan Minum :


Riwayat pemberian ASI eksklusif dan pemberian MPASI sesuai
dengan usia.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak : Sesuai


6. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 17 Juni 2017 di


Bangsal Hamka pukul 10.30 WIB.

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 98x/menit, isi dan tegangan cukup
Respiratory rate : 43x/menit, reguler
Suhu : 37,2 0 C (aksiler)
Status gizi
BB : 11,5kg
Status Generalisata

1. Kepala : kesan mesocephal


2. Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong
(-/-), reflek cahaya direct (+/+), reflek cahaya indirect (+/+), edem palpebra (-/-),
3. Hidung : nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)
4. Telinga : serumen (-)
5. Mulut : Kering (-), sianosis (-),
6. Leher : Tiroid (N), pembesaran limfonodi (-), otot bantu nafas SCm (-),
Kaku kuduk (-)
Thorax
Pembesaran Limfonodi Aksila (-)
Cor
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis (teraba tidak kuat angkat), thrill(-).
• Perkusi : tidak dilakukan
• Auskultasi : bunyi jantung I > II murni, gallop (-), murmur (-), thrill
(-)
Paru Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi Normochest, simetris, kelainan Normochest, simetris,
kulit (-), sudut arcus costa kelainan kulit (-), sudut arcus
(dbn), ics (dbn) costa (dbn), ics (dbn)
Pengembangan pernafasan Pengembangan pernafasan
paru normal paru normal

Palpasi Simetris (N), Nyeri tekan (-), Simetris (N), Nyeri tekan (-),
SIC dalam batas normal, taktil SIC dalam batas normal, taktil
fremitus (N). Massa (-) fremitus (N). Massa (-)

Perkusi Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang


paru paru
Auskultasi
Suara dasar vesicular, suara Suara dasar vesicular, suara
tambahan wheezing (-), ronkhi tambahan wheezing (-), ronkhi
(-) (-)
Paru Dextra Sinistra
Belakang
Inspeksi Normochest, simetris, kelainan Normochest, simetris, kelainan
kulit (-) kulit (-)

Palpasi Simetris (N), Nyeri tekan (-), Simetris (N), Nyeri tekan (-),
ICS dalam batas normal, taktil ICS dalam batas normal, taktil
fremitus tidak dilakukan fremitus tidak dilakukan

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler Veesikuler


Abdomen
• Inspeksi : Permukaan datar, warna sama
seperti kulit di sekitar, ikterik (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, Pekak sisi (+)
normal, pekak alih (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-),
Hepatomegali (-),
splenomegali (-)
pembesaran Limfonodi inguinal (-).
EKSTREMITAS

Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Gerak +/+ +/+
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
Capillary Refill < 2’’/<2” <2”/2”
Pembengkakan -/- -/-
sendi lutut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Leukosit 15,2 ribu/ul 4.0-12.0

Eritrosit 4,57 juta/ul 4.00-5.00

Hb 11,8 g/dl 11.5-14.0

Hematokrit 34.8 % 37-43

MCV 76,1 Fl 78.6 – 102

MCH 25,8 Pg 23 – 31

MCHC 33,9 g/Dl 28 – 32

Trombosit 440 10^3/ul 217-497

Granulosit 63,2 % 50 -80

Limfosit 33,4 % 25 - 51

Monosit 3 % 2 –9

S. Typhi O 1/80 - Negative

S. Typhi H 1/80 - Negative


ASSESMENT
Diagnosis Banding :
Diagnosis Kerja :
Diagnosis klinis : Kejang demam sederhana
Diagnosis pertumbuhan : Perawakan normal
Diagnosis perkembangan : Perkembangan
seuai dengan umur
Diagnosis gizi : Gizi baik
Diagnosis imunisasi : Imunisasi dasar
lengkap.
TATA LAKSANA
 Initial plan :
 Ip Diagnosis : Kejang Demam Sederhana

 Ip Monitoring: Lab darah rutin, Monitoring KU, Evaluasi


TTV
 Ip Terapi :

a. Rectal:
-Diazepam 0,5mg/kgBB (saat kejang)
b. Oral :
-Ambroxol syr (1.2-1.5mg/KgBB/Hari) 3x1/2cth
-Diazepam PO (0,3-0,5/KgBB) 3x1,25mg (bila suhu > 38,5 C)
c. Infus
- RL 10 tpm/mikro
- Amoxicilin (20-40mg/KgBB/Hari) 350 mg / 8 jam IV
- Paracetamol (10-15mg/KgBB) 150 mg IV (bila panas)
- Diazepam 3-5 mg IV (bila kejang)
 Ip Edukasi :
1. Menjelaskan tentang penyakit kejang demam.
2.Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik.
3. Memberitahukan cara penanganan kejang secara mandiri
4. Memberikan informasi cara pemberian obat apabila anak
demam
5. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
6. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif
tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad sanam : ad bonam
 Quo ad fungsionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Kejang demam ialah bangkitan kejang yang


terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal >380C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.
PENYEBAB KEJANG DEMAM
 Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat
ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tinggi
dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi
terjadinya kejang.
 Infeksi berulang mrp faktor risiko terjadinya kejang
demam. Infeksi dengan panas lebih dari 4x dalam
setahun mrp faktor risiko timbulnya bangkitan
kejang demam.
 infeksi yang paling sering adalah infeksi saluran
nafas atas (ISPA) dan gastroenteritis, virus
juga lebih banyak menyebabkan infeksi
dibandingkan bakteri.
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, membagi kejang
demam menjadi dua:
A. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua
kriteria berikut)
 Berlangsung singkat
 Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15
menit
 Bangkitan kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan
fokal
 Tidak berulang dalam waktu 24 jam

B. Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu


kriteria berikut)
 Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului dengan kejang parsial
 Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak
sadar kembali di antara bangkitan kejang.
Menurut Livingstone, membagi kejang demam menjadi dua :5
A. Kejang demam sederhana
 Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
 Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15
menit
 Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1 th
tidak > 4 kali
 Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
 Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
 Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah
suhu normal tidak
 menunjukkan kelainan

B. Epilepsi yang diprovokasi demam


 Kejang lama dan bersifat lokal
 Umur lebih dari 6 tahun
 Frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun
 EEG setelah tidak demam abnormal
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis
kejang demam, yaitu:
A. Kejang demam kompleks
 • Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
 • Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
 • Kejang bersifat fokal/multipel
 • Didapatkan kelainan neurologis
 • EEG abnormal
 • Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
 • Temperatur kurang dari 39℃

B. kejang demam sederhana


 • Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
 • Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
 • Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
 • Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah
kejang
 • Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
 • Temperatur lebih dari 39℃
C. Kejang demam berulang
 Kejang demam timbul pada lebih dari satu
episode demam
 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kejang demam berulang antara
lain:
 Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
 Riwayat kejang demam dalam keluarga
 Kejang demam terjadi segera setelah mulai
demam atau saat suhu sudah relatif normal
 Riwayat demam yang sering
 Kejang pertama adalah kejang demam
kompleks
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN LUMBAL PUNGSI
LABORATORIUM Pemeriksaan cairan

 mengevaluasi PEMERIKSAAN
sumber infeksi PENUNJANG
serebrospinal dilakukan untuk
penyebab demam, atau menegakkan atau
keadaan lain. menyingkirkan kemungkinan
 Pemeriksaan yaitu: darah meningitis
perifer, elektrolit dan gula
darah.
EEG
(ELEKTROENSEFALOGRAFI)
PENCITRAAN

Pemeriksaan EEG dapat dilakukan Foto X-Ray kepala dan


pada kejang demam yang tidak
pencitraan seperti (CT-Scan)
khas.
atau (MRI), untuk mengetahui
adakah kelainan pada struktur
otak.
Apa yang harus dilakukan saat anak kejang?

1. TENANG Jangan panik; observasi (pantau)


•Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
•Tetap bersama pasien selama kejang
2. CEGAH TRAUMA
•Baringkan di tempat yang alasnya rata (lantai)
•Jangan dipegangi erat-erat
3. CEGAH – TERSEDAK
•Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
•Baringkan miring atau telungkup
•Mulut harus dikosongkan
•Jangan taruh benda atau memasukan benda apapun di mulutnya. (sendok) sekalipun lidah ternggigit.
5. MENGATASI KEJANG
•Berikan diazepam melalui rektal. Pemberian diazepam tidak disarankan jika kejang telah berhenti.
•Setelah kejang berhenti, kompres hangat tubuh anak, dan berikan obat penurun panas
4. SEGERA BAWA KE UNIT PELAYANAN KESEHATAN TERDEKAT
Bila kejang 5 menit atau lebih
INDIKASI RAWAT INAP

 Kejang demam komplek,


 Hiperpireksia,

 Usia < 6 bulan,

 Kejang demam pertama dan Dijumpai


kelainan neurologis.
INDIKASI RUMATAN
 Kejang > 15 menit
 Kelainan neurologis

 Kejang fokal

 Rumat dipertimbangkan pada keadaan:

- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24


jam
- Kejang demam pada bayi < 12 bulan
- Kejang demam ≥ 4 kali per tahun
PEMBAHASAN
 Pada kasus ini pasien perempuan usia 2 tahun dengan keluhan
kejang demam. Demam dirasakan seluruh tubuh dan terus
menerus. Pasien mengalami kejang 1x selama 5 menit, berhenti
sendiri. Saat kejang sadar, seluruh tubuh kaku, mata pasien
membuka , mulut mengigit dan menangis. Pada saat pertama
kali di periksa suhu pasien 37,8 C. Pasien juga mengeluhkan
batuk (+), pilek (+), pasien tidak meneluhkan mual (-), muntah
(-), diare (-). Pasien pernah mengalami kejang 6 bulan yang
lalu, pada riwayat keluarga kejang disangkal. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan : KU : tampak tenang, HR : 98x/
menit, RR: 43x/ menit, suhu 37,8oC, status gizi baik. Dari
pemeriksaan penunjang hasil laboratorium didapatkan leukosit
15.2 ribu dan hematokrit 34.8 %.
 Pada kasus ini klinis pada pasien diagnosis mengarah ke
kejang demam sederhana sesuai dengan klasifikasi kejang
demam menurut IDAI yaitu kejang berlangsung singkat
umunya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit,
bangkitan kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan fokal, tidak
berulang dalam waktu 24 jam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai