Oleh:
Biltinova Arum Miranti
dr. Heru
G99141059
BAB I
PENDAHULUAN
kejadian
misdiagnosis berkisar 28-57% pada anak dibawah usia 12 tahun dan hampir 100
% pada anak dibawah usia 2 tahun. Diagnosis dini pada bayi dan ank-anak dapat
mencegah
perforasi,
pembentukan
abses,
komplikasi
postoperasi,
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Appendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch
yang membentuk produk immunoglobulin. Appendiks adalah suatu struktur
kecil, berbentuk seperti tabung yang berkait pada bagian awal dari caecum.
Pangkalnya terletak pada posteromedial caecum. Pada ileocaecal junction
terdapat valvula ileocecalis dan pangkal appendiks terdapat valvula
appendicularis. Panjang antara 7-10 cm, diameter 0,7 cm. Lumennya sempit
dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Appendiks terletak di
kuadran kanan bawah abdomen. Tepatnya di ileocaecum dan merupakan
pertemuan ketiga taenia coli (taenia libera, taenia colica, dan taenia
omentum). Dari topografi anatomi, letak pangkal appendiks berada pada titik
McBurney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS kanan yang
berjarak 1/3 dari SIAS kanan.2
Appendiks
vemiformis
disangga
oleh
mesoappendiks
ileocolica).
Orificiumnya
terletak
2,5
cm
dari
katup
ileocecal.
digunakan sebagai
ujung
appendiks
menuju
arah
promontorium sacri
2. Retrocolic
4. Paracaecal
caecum
5. Pelvic descendens : appendiks menggantung ke arah pelvis
minor
6. Retrocaecal
intraperitoneal
atau
retroperitoneal;
akut gangrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akkut
dengan ruptur.10
2. Faktor bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis
akut. Adanya fekalith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi
memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadinya peningkatan
stagnansi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak
ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes Fragililis dan E.coli, lalu
Lactobacilus,
pseudomonas,
bacteriodes
splanchnicus.
Sedangkan
D. PATOFISIOLOGI
Apendisitis
biasanya
disebabkan oleh
penyumbatan
lumen
appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, feklit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.11
Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada
bagian proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari
mukosa appendiks yang distensi. Obtruksi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi oleh mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut
makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Kapasitas lumen
appendiks maksimal hanya 0,1ml. Jika sekresi sekitar 0,5 ml dapat
meningkatkan tekanan intralumen sekitar 60 cmH 2O. Manusia merupakan
salah satu dari sedikit makhluk hidup yang dapat mengkompensasi
peningkatan sekresi yang cukup tinggi sehingga menjadi gangren atau terjadi
perforasi.11
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan appendiks
mengalami hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan
invasi bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan appendiks bertambah
(edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah
intramural (dinding appendiks). Pada saai inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi dapat terjadi
dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena
ditentukan banyak faktor. 11
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan arteri akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan timbul meluas
dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah
kanan bawah. keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut.11
10
12
2. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fekalit sebagai penyebab
apendisitis. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.13
3. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya
abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis
banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.12,13
4. Barium enema
Suatu pemeriksaan x-ray dengan memasukkan barium ke kolon
melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi
apendisitis pada jaringan sekitarnya dan dapat menyingkiran diagnosis
banding. Appendicogram memiliki sensitivitas dan tingkat akurasi yang
tinggi sebagai metode diagnostic untuk menegakkan diagnosis apendisitis
kronis. Dimana akan tampak pelebaran/penebalan dinding mukosa
appendiks, disertai penyempitan lumen hingga sumbatan usus oleh
fekalit.12
5. CT scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari apendisitis. Selain itu juga
dapat menunjukan komplikasi seperti bila terjadi abses.13
6. Laparoscopi
Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendiks dapat diviualisasikan secara
langsung. Teknik ini dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum. Bila
pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks
meka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan
appendiks.13
13
Skor
Nyeri berpindah
Anoreksia
Mual-muntah
Nyeri lepas
2
14
__________________________________________________
Total skor:
10
56
79
: observasi
56
: antibiotic
7 10 : operasi dini
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit.
Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering
ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan
appendisitis.12
2. Limfadenitis mesenterica
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai
dengan nyeri perut yang samar-samar terutama disebelah kanan, dan
disertai dengan perasaan mual-muntah.12
3. Ileitis akut
Berkaitan dengan diare dan sering kali riwayat kronis, tetapi tidak
jarang anorexia, mual, muntah. Jika ditemukan pada laparotomi,
appendiktomi insidental diindikasikan utntuk menghilangkan gejala yang
membingungkan.12
4. DHF
15
I. PENATALAKSAAN
16
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan
apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Insidensi appendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar
20%. Pada appendisitis akut tanpa komplikasi tidak banyak masalah.12
Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat apendiks menjadi
dilindungi oleh omentum dan gulungan usus halus didekatnya. Mula-mula,
massa yang terbentuk tersusun atas campuran membingungkan bangunanbangunan ini dan jaringan granulasi dan biasanya dapat segera dirasakan
secara klinis. Jika peradangan pada apendiks tidak dapat mengatasi rintanganrintangan sehingga penderita terus mengalami peritonitis umum, massa tadi
menjadi terisi nanah, semula dalam jumlah sedikit, tetapi segera menjadi
abses yang jelas batasnya.12
Urut-urutan patologis ini merupakan masalah bagi ahli bedah.
Masalah ini adalah bilamana penderita ditemui lewat sekitar 48 jam, ahli
bedah akan mengoperasi untuk membuang apendiks yang mungkin gangrene
dari dalam massa perlekatan ringan yang longgar dan sangat berbahaya, dan
bilamana karena massa ini telah menjadi lebih terfiksasi dan vascular,
sehingga membuat operasi berbahaya maka harus menunggu pembentukan
abses yang dapat mudah didrainase.12
Massa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau
mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus
halus. Pada massa periapendikular yang pendidingannya belum sempurna,
dapat terjadi penyebaran pus keseluruh rongga peritoneum jika perforasi
diikuti
peritonitis
purulenta
generalisata.
Oleh
karena
itu,
massa
Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum douglassi.
2.
3.
aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu
sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. Kalau sudah terjadi
abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan setelah 6-8
minggu kemudian. Jika ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun, dan
18
LED
Jumlah leukosit
Massa
2.
Pemeriksaan fisik :
-
Massa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada tetapi
lebih kecil dibanding semula.
2.
3.
Cutis
6.
MOI
2.
Sub cutis
7.
M. Transversus
3.
Fascia Scarfa
8.
Fascia transversalis
4.
Fascia Camfer
9.
Pre Peritoneum
5.
Aponeurosis MOE
10.
Peritoneum
nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen
menyeluruh
22
BAB III
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Bedah
FKUI/RSCM.
http://generalsurgery-fkui-
blogspot.com/2011/05/penatalaksanaan -apendisitis.html.
25