ABSES PERIANAL
Disusun oleh:
RIZVIALDI
030.15.002
Pembimbing:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus:
Abses Perianal
Disusun oleh:
RIZVIALDI
03.015.002
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Harinto, Sp.B selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah RSUD Budhi Asih
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat ridha-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Abses
Perianal” dengan sebaik-baiknya. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Bedah di RSUD Budhi Asih periode 2 Desember
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga
pembuatan laporan kasus ini dapat memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu
pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk rekan-rekan kedokteran
maupun paramedis lainnya dan masyarakat pada umumnya.
Rizvialdi
030.15.002
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
Abses anorectal disebabkan oleh radang ruang para rectum akibat infeksi
kuman. Abses dinamai sesuai dengan letak anatomic seperti abses pelvirektal,
iskiorektal, antarsfingter, marginal (saluran anus bawah epitel), dan abses perianal.
Abses perianal merupakan akumulasi nanah pada ruang perianal akibat infeksi
bakteri. Dalam praktik sehari-hari, abses perianal paling sering ditemukan.7
Abses adalah pengumpulan pus atau nanah yang disebabkan oleh infeksi.
infeksi dapat disebabkan oleh bakteri non-spesifik maupun spesifik. Abses non-
spesifik disebabkan oleh bakteri yang belum jelas atau belum diketahui, biasanya
terdapat kombinasi antara bakteri gram positif maupun negative atau bakteri aerob
maupun anaerob. Sedangkan Abses spesifik bakteri penyebabnya sudah diketahuin
dan memberikan tanda dan gejala yang khas, seperti abses yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang dapat timbul pada individu immune
compromised atau individu yang menderita TB paru milier. Tandanya juga khas
yaitu berupa pus yang menyerupai keju.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Tn. N
No. RM : 01.18.05.65
Usia : 62 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Driver
6
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama Nyeri pada sekitar dubur dan selangkangan sejak 4 hari
SMRS
Keluhan Timbul benjolan dan nyeri pada tangan kiri
Tambahan
Riwayat Penyakit Awalanya terdapat benjolan/bisul kecil yang tidak
Sekarang mengganggu disekitar dubur sejak + 1 bulan SMRS. 4 hari
SMRS benjolan tersebut bertambah besar, bertambah
banyak hingga selangkangan, dan semakin terasa nyeri.
Benjolan tersebut menyebabkan pasien kesulitan duduk dan
juga menyebabkan nyeri pada BAB, namun BAB tidak
mengeluarkan darah. Pasien juga mengalami demam,
menggigil, dan mual sejak 3 hari SMRS. Benjolan juga
timbul di tangan kiri sebesar gundu sejak 3 hari SMRS.
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih karena tidak tahan
dengan nyeri.
Riwayat Penyakit Keluhan yang sama (-), DM (-), HT (-), Alergi (-).
Dahulu
Riwayat Penyakit Keluhan yang sama (-), Ibu pasien penderita DM
Keluarga
Riwayat Pasien tidak mengkonsumsi obat dan belum pernah operasi
Pengobatan dan sebelumnya.
Operasi
Riwayat Pasien bekerja sebagai supir taksi online, keseharian pasien
Kebiasaan lebih lama duduk. Pasien kurang memperhatikan
kebersihan daerah dubur. Ketika pasien membersihkan
7
dubur daerah dubur tidak dikeringkan terlebih dahulu.
Pasien juga mengaku Merokok 2 bungkus/hari, Alkohol (-),
makan teratur, dengan aktivitas fisik sedentari
C. PEMERIKSAAN FISIK
8
Leher KGB dan tiroid dalam batas normal
Toraks Paru-paru:
Inspeksi: gerak dinding dada simetris, tidak terdapat deformitas
Jantung:
Inspeksi: ictus kordis tidak terlihat, tidak terlihat pulsasi
abnormal
Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
9
Akral hangat (+), CRT < 3 detik, benjolan pada manus
sinistra; fluktuasi (+), nyeri tekan (+), hiperemis (+), ukura
+ 2x3cm
Ekstremitas Bawah:
Akral hangat (+), deformitas (-)
10
11
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(11/12/2019)
HEMATOLOGI
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Leukosit 16.3 ribu/µl 3.8-10.6
Eritrosit 4.4 juta/µl 4.4-5.9
Hemoglobin 12.7 g/dL 13.2-17.3
Hematokrit 36 % 40-52
Trombosit 303 ribu/µl 150-440
MCV 81.5 fL 80-100
MCH 28.9 pg 26-34
MCHC 35.5 g/dL 32-36
RDW 12.1 % <14
METABOLISME KARBOHIDRAT
GDS CITO 105 mg/dL 70-110
(13/12/2019)
FAAL HEMOSTASIS
Hasil Satuan Nilai Normal
Protrombin Time 16.9 detik 12-17
(PT)
Masa Tromboplastin 24.9 detik 20-40
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV
Screening/rapid
Non Reaktif Non Reaktif
test
HEPATITIS
HBsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
12
E. RESUME
F. ASSESMENT
- Multiple Abses Perianal
- Abses manus sinistra
G. PLANNING
• Non-Medikamentosa
o Operasi insisi drainase abses
• Medikamentosa
o Ampicillin Sulbactam 4 x 1,5 gram
13
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
3.2 Anatomi
Anatomi usus besar terdiri atas kolon, rectum, dan saluran anal. Pada
pembahasan ini akan dijelaskan lebih dalam mengenai saluran anal. Secara
embriologis, saluran anal atau kanalis analis berasal dari proktoderm yang
aliran darah antara rectum dan anus berbeda. Saluran anal dan kulit luar di
rangsangan nyeri. Sehingga apabila terjadi kelainan pada daerah ini seperti
15
Gambar 1. Anatomi rectum
ke arah umbilicus dan membentuk sudut ke dorsal saat rectum dalam keadaan
istirahat. Batas atas saluran anal adalah garis anorektum, garis mukokutan,
linea pektinata, atau linea dentata. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara
16
kelenjar anus antara klumna rectum. Infeksi yang terjadi pada daerah ini dapat
Cincin sfingter anus melingkari saluran anal dan terdiri dari sfingter Internal
dan sfingter eksternal. Sfingter anal internal terdiri atas serabut otot polos dan
dan berguna dalam proses defekasi, sedangkan sfingter eksternal terdiri atas
serabut otot lurik dan bekerja menurut kehendak, dipersarafi oleh saraf
parasimpatis dan saraf pudendal yang berasal dari pleksus lumbosacral (L4-
Arteri yang memperdarahi saluran anal adalah cabang dari arteri iliaka
interna dan arteri mesenterika inferior. Arteri iliaka interna akan bercabang
menjadi dua bagian yakni arteri hemoroidalis medialis dan arteri pudendal
interna yang nantinya akan bercabang lagi menjadi arteri hemoroidalis inferior.
ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena
lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup seingga tekanan rongga perut
hemoroid.5
17
Gambar 3. Vaskularisasi Rectum
18
3.3 EPIDEMIOLOGI
Insiden abses perianal tahunan diperkirakan antara 14.000 dan 20.000 orang di
Inggris, menghasilkan sekitar 12.500 operasi setiap tahun. Sebuah studi kohort
Swedia baru-baru ini memperkirakan kejadian pada 16,1 per 100.000. Kejadian
sebenarnya mungkin lebih tinggi, karena banyak pasien diobati dengan antibiotik
di masyarakat dan beberapa abses secara spontan mengalami kemunduran atau
keluar. Pasien biasanya mengalami pembengkakan eritematosa di dekat anus dan
mungkin malu atau enggan mencari pengobatan. Mereka dapat hadir ke non-
spesialis dalam contoh pertama.19
3.4 ETIOLOGI
Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari stasis sekresi kelenjar
lalu ketika terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan pembentukan abses pada
glandula analis.3 7
Abses perianal paling banyak terjadi pada jaringan cryptoglandular hal ini
terjadi karena crypt glands yang berjumlah sekitar 8-10 kelenjar di linea dentata
tertutupi oleh debris yang terbentuk akibat pertumbuhan bakteri tanpa henti lalu
19
abses.14,19 Beberapa faktor dan kondisi juga berperan pada peningkatan resiko
abses perianal yaitu:3,10
3.4 PATOFISIOLOGI
akibat dari obstruksi kriptus analis. Anatomi normal menunjukkan terdapat kurang
lebih 10 kriptus analis pada linea dentata. Kriptus analis berfungsi untuk melumasi
kanalis analis. Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari stasis sekresi
kelenjar lalu ketika terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan pembentukan abses.
20
• Extrasphincteric (1%): Extends from the intersphincteric plane through the
puborectalis
111111
21
3.5 GAMBARAN KLINIS
lunak yang nyeri dan fluktuan yang dapat dipalpasi pada tepi anus, dengan tanda-
tanda peradangan pada jaringan sekitarnya. jika massa ditemukan di regio yang
lebih dalam dilakukan pemeriksaan colok dubur, biasanya massa tersebut adalah
abses perirektal. Jika massa telah pecah, maka ditemukan drainase purulen dari
anus. Abses yang lebih profunda mungkin dapat menyebabkan tanda-tanda sistemik
perianal dan rasa nyeri yang diperparah oleh gerakan dan meningkatnya tekanan
perineum seperti saat sedang duduk atau buang air besar. Gejala lain yang dapat
ditemukan yaitu: 12
• Konstipasi
• Fatigue
22
Gambar 7. Gambaran klinis Abses Perianal
kecurigaan pasien dengan fistul perianal untuk menentukan adanya karsinoma atau
proktitis TB, amuba, morbus Crohn. Fistulografi berguna pada keadaan kompleks.
dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur
fistula. 7
antara traktus primer dengan sfingter anal, untuk menentukan apakah fistula simpel
atau kompleks dengan perpanjangan, dan untuk menentukan lokasi primer) dan
MRI (sangat akurat dalam mengidentifikasi traktus fistula dan lokus primer). MRI
menggunakan pemeriksaan colok dubur. Dengan adanya obat anestesi, fistula dapat
dan transanal) adalah cara terbaik untuk mengevaluasi kasus yang kompleks abses
perianal dan fistula. Dengan teknik endoskopik, tingkat dan konfigurasi dari abses
dan fistula dapat jelas divisualisasikan. Visualisasi endoskopi telah dilaporkan sama
evaluasi secara endoskopik adalah prosedur diagnostik pilihan pada pasien dengan
kelainan perirektal karena rendahnya risiko infeksi serta kenyamanan pasien tidak
mengevaluasi pasien dengan abses perianal, kecuali pada pasien tertentu, seperti
individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang rendah karena
memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang dapat disebabkan
dari abses anorektal. Dalam kasus tersebut evaluasi laboratorium lengkap penting
untuk dikerjakan.1
Penyakit yang paling umum yang dapat menyamar sebagai abses anorektal
superficial terhadap garis dentate biasanya menyebabkan rasa sakit dan perdarahan
rektum minimal dan diperburuk oleh buang air besar. Abses perianal berulang
yang menyebabkan infeksi soft tissue, khususnya di perianal, pangkal paha, dan
3.8 Tatalaksana
Abses anorektal harus diobati dengan drainase sesegera mungkin setelah diagnosis
merupakan cara yang paling tepat baik untuk mengkonfirmasi diagnosis serta
mengobati.3
Antibiotik hanya diindikasikan jika terjadi selulitis luas atau apabila pasien
atau unit gawat darurat. Pada kasus abses yang besar maupun pada lokasinya yang
sulit mungkin memerlukan drainase di dalam ruang operasi dan dilakukan terapi
lanjutan jika ditemukan fistula in ano. Insisi dilakukan sampai ke bagian subkutan
pada bagian yang paling menonjol dari abses. “Dog ear" yang timbul setelah insisi
dipotong untuk mencegah penutupan dini. Luka dibiarkan terbuka dan Sitz bath
internal opening, jika external opening berada di anterior dari transverse line
anal verge berarti traktus fistula ke anal lurus. Tetapi jika external opening
melengkung
membiarkannya terbuka.
dua macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara
granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri
• Radiosurgical approaches
Pada pasien kasus ini, diapatkan anamnesis dengan keluhan utama nyeri
pada sekitar dubur dan selangkangan yang diawali benjolan/bisul kecil pada sekitar
anus + 1 bulan SMRS. 4 hari SMRS benjolan semakin besar, terasa semakin nyeri
dan bertambah banyak hingga ke daerah perineum. Pasien mengeluh demam (+),
menggigil (+). Pasien bekerja sebagai driver yang aktivitasnya lebih banyak duduk.
Pasien mengaku kurang memperhatikan kebersihan duburnya. Pada pemeriksaan
fisik status lokalis, ditemukan Ditemukan benjolan yang sudah pecah di sekitar anus
arah jam 6, pus (+), hiperemis (+), ukuran + 2 x 1 cm, dan juga Ditemukan pustule
multiple di sekitar perineum, hiperemis (+), darah (+). Selain itu, benjolan pada
manus sinistra; fluktuasi (+), nyeri tekan (+), hiperemis (+), ukuran + 2x3cm. Pada
pemeriksaan lab darah rutin, ditemukan leukosit yang meningkat dengan nilai
16.300/uL.
Surgery 11 .2016.p.42-46
Edition. 2010
10. Smith SR, Pearce LE, Newton K. et al.2014. Internal dressings for
14. Woo Shin Jeong, Sung Youn Choi, Eun Haeng Jeong, et al.
Abscess. Medscape.
2019 Jul 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459167/
19. Turner SV, Singh J. Perirectal Abscess. [Updated 2019 Nov 18]. In:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507895/