Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

DIARE

Disusun oleh:
dr. Aisyah Mariam Fadhilla

Pembimbing:
dr. M Darussalam. MARS

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ISLAM HASANAH MUHAMMADIYAH
PERIODE AGUSTUS 2022-AGUSTUS 2023
LEMBAR PENGESAHAN

DIARE

Disusun Oleh:
dr. Aisyah Mariam Fadhilla

Mojokerto, Februari 2023

Pendamping:

dr. M. Darussalam., MARS

ii
BERITA ACARA

Pada hari............................. tanggal....................................telah dipresentasikan laporan


kasus oleh

Nama : dr. Aisyah Mariam Fadhilla

Judul/Topik : Diare

Pendamping : dr. M. Darussalam., MARS

Nama Wahana : RSI Hasanah Muhammadiyah, Kota Mojokerto

No Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mojokerto, Februari 2023

Pembimbing

dr. M. Darussalam., MARS

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan topik “Diare”. Di kesempatan ini
penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. M.
Darussalam. MARS selaku pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan kasus ini. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Program Dokter Intersip Indonesia periode Agustus 2022 – Agustus 2023
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat kelompok
internsip dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus
ini, sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga
bermanfaat, amin.

Mojokerto, Februari 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iv


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 6
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................................. 6
I. IDENTITAS PASIEN ..................................................................................................... 7
II. ANAMNESIS ............................................................................................................... 7
III. PEMERIKSAAN FISIK ............................................................................................... 8
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................................................. 9
V. RESUME ...................................................................................................................... 9
VI. DAFTAR MASALAH ................................................................................................. 9
VII. DIAGNOSIS BANDING .......................................................................................... 10
VIII. DIAGNOSIS KERJA .............................................................................................. 10
IX. TATALAKSANA ...................................................................................................... 10
X. PROGNOSIS .............................................................................................................. 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 11
2.1 Definisi ................................................................................................................ 11
2.2 Epidemiologi........................................................................................................ 11
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko .................................................................................... 12
2.4 Manifestasi Klinis 7 ............................................................................................... 12
2.5 Patogenesis1 ......................................................................................................... 12
2.6 Diagnosis ............................................................................................................. 15
2.7 Diagnosis Banding .................................................. Error! Bookmark not defined.
2.8 Tatalaksana ............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.9 Komplikasi.............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.10 Prognosis ................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

v
6

BAB I
PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak
di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah
Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi
di Indonesia1. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat
menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi2. Bila tidak mendapatkan penanganan
yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik2.

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi


dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan
terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan
terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional.
Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi.
Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya
frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena
infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah
banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan
antiparasit3.

6
7

BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. FAD
b. Tanggal Lahir : 7 Januari 2017 (5 tahun)
c. No. Rekam Medis : 115792
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Berat Badan : 14 kg
f. Alamat : Kedungkwali VII Tengah 16D RT/RW 03/02, Miji
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. Tanggal Masuk : 13 September 2022

II. ANAMNESIS
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama: Diare
Pasien datang ke IGD RSI Hasanah Muhammadiyah Mojokerto dibawa oleh
orangtuanya dengan keluhan Diare sejak 5 hari yang lalu, diare cair, tidak ada ampas,
tidak ada lendir, hari ini diare lebih dari 5x.
Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya terdapat demam sejak 3 hari yang lalu,
demam dirasa tinggi, mual, muntah tiap kali makan dan minum, batuk sejak 6 hari yang
lalu.
Ibu pasien menyangkal adanya nyeri sendi yang sangat hebat, mimisan, gusi
berdarah, BAB berdarah. Bepergian ke daerah Indonesia bagian timur juga disangkal.
Nyeri saat buang air kecil, dan sensasi tidak puas setelah buang air kecil disangkal.
Orangtua pasien juga menyangkal adanya nyeri telinga, telinga berdenging, telinga
terasa penuh, penurunan pendengaran, dan ada benjolan belakang telinga. Menyangkal
adanya sesak, nyeri dada, dan riwayat tidak sadar.

B. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya pada pasien.

7
8

C. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keluarga yang serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal Pemeriksaan : 13 September 2022
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS : 15 E4M5V6
Tanda Vital : N :103 x/mnt, isi cukup, kuat, reguler, equal
RR : 24x/menit, regular, tipe abdominothoracal,
retraksi (-), PCH (-)
S : 39,9°C
SpO2 : 99% free air
Kepala : Normocephal, deformitas (-)
Rambut Hitam, tidak mudah rontok
Wajah Simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor 3 mm/3 mm, refleks kornea (+/+)
Telinga : Bentuk dan lokasi normal, simetris, sekret (-/-)
Hidung : Bentuk dan lokasi normal, pernapasan cuping
hidung (-), deviasi septum (-), hiperemis (-),
epistaksis (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab dan basah, perioral cyanosis
(-), Tonsil T1-T1 tenang, gusi hiperemis (-)
Leher : Simetris, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba
pembesaran kelenjar getah bening
Dada : Pulmo:
Inspeksi: Dinding dada simetris, pergerakan
simeteris, retraksi suprasternal (-) retraksi
epigastrium (-)
Palpasi: taktil fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskulatasi: VES ka=ki, rh (-/-), wh (-/-)

8
9

Cor
Inspeksi: Tidak tampak ictus cordis
Auskultasi: BJ I dan II reguler, Gallop (-),
Murmur(-)
Abdomen : Inspeksi: Cembung, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi: lembut, soefel, organomegali (-), nyeri
tekan epigastrik (+), Turgor sedikit lambat
Perkusi: timpanik
Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), capillary refill <2 detik,
akral hangat (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan darah rutin sebagai petanda infeksi,
dengan hasil yaitu: Hb 11,6 g/dL; ; Ht 32,6%; leukosit 3.090 /μL; trombosit
2183.000/μL, IgM Salmonella negatif

V. RESUME
Pasien datang ke IGD RSI Hasanah Muhammadiyah Mojokerto dibawa oleh
orangtuanya dengan keluhan Diare sejak 5 hari yang lalu, diare cair, tidak ada ampas,
tidak ada lendir, hari ini diare lebih dari 5x. Demam sejak 3 hari yang lalu, demam dirasa
tinggi, mual, muntah tiap kali makan dan minum, batuk sejak 6 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dengan tanda vital
N 103 x/mnt, isi cukup, kuat, reguler, RR 24x/menit, suhu 39,9°C, SpO2 99% free air.
Nyeri tekan epigastrik (+), turgor sedikit melambat.

VI. DAFTAR MASALAH


1) Diare
2) Mual
3) Muntah
4) Demam
5) Batuk

9
10

VII. DIAGNOSIS BANDING


1) GEA dehidrasi ringan-sedang
2) Susp Thypoid

VIII. DIAGNOSIS KERJA


GEA dehidrasi ringan-sedang dengan Hiperpirexia

IX. TATALAKSANA
A. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan tes darah rutin, Na, K, GDA

B. Non-farmakologis
Bed rest, minum yang banyak.

C. Farmakologis
IGD :
- Infus Kaen 3B 1000 cc/24 jam
- Inj Ranitidin 2x15mg
- Inj ODR 3x2mg
- Inj Cefotaxime 3x400mg
- Lacto B 1x1
- Zink 1x1 cth
E. Edukasi
- Bila pasien demam, beri obat penurun panas sesuai dosis yang dianjurakan
dokter.
- Tambah pemberian multivitamin untuk meningkatkan napsu makan.
- Istirahat yang cukup
- Konsumsi makanan yang lembut, bersih dan hygenis terlebih dahulu

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam

10
11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut WHO, diare memiliki definisi yaitu buang air besar sebanyak tiga kali atau
lebih dalam satu hari (atau frekuensi BAB yang lebih meningkat daripada normal pada
individu tersebut) dengan konsistensi tinja yang lebih cair. Harus diingat bahwa frekuensi
BAB yang lebih sering dengan konsistensi tinja normal bukan merupakan diare, ataupun
sebaliknya BAB dengan konsistensi tinja cair tetapi dengan frekuensi BAB normal juga
bukan merupakan diare.1,2 Pada keadaan klinis, konsistensi dari feses merupakan faktor
yang lebih pentingdibandingkan jumlah dari BAB nya sendiri karena perbedaan dari setiap
individu.3

2.2 Etiologi
Diare sendiri memiliki banyak penyebab, mulai dari penyebab infeksiataupun non
infeksi. Diare yang disebabkan oleh infeksi bisa disebabkan mulai dari karena infeksi virus,
bakteri ataupun parasit. Penyebab dari diare karena virus pada dewasa seringkali disebabkan
oleh Norovirus, dan bisa disebabkan oleh virus lain seperti rotavirus, coronavirus dan virus
lainnya.4,6

Diare karena infeksi bakteri sendiri seringkali dibagi menjadi bakteri non invasif dan
bakteri invasif. Bakteri golongan non invasif antara lain Vibrio Cholera, E.Coli (EPEC,
ETEC dan EIEC), dan untuk bakteri golongan invasif antara lain Salmonella, Shigella,
Campylobacter, dan lain-lain. Sedangkan diare karena infeksi parasit seringkali disebabkan
oleh Entamoeba histolytica, Giardia, Cryptosporidium dan Cyclospora.6

Penyebab diare non infeksius dapat disebabkan karena efek obat (laxative),
Idiopathic inflammatory bowel disease (Chron’s, chronic ulcerative colitis), kelainan
bawaan (defisiensi laktase dan disakarida), keganasan saluran pencernaan, Irritable bowel
syndrome, dan penyakit kronik lainnya (hyperthyroidism).4

11
12

2.3 Epidemiologi
Diare merupakan penyakit yang sering terjadi, baik di negara maju maupun negara
berkembang dengan penyebab tersering karena penularan dari makanan dan air. Terdapat
780 juta individu dengan kurangnya akses untuk mendapatkan air bersih dan 2,5 miliar
individu dengan sanitasi buruk. Hal ini meningkatkan resiko diare karena infeksi yang
menyebar pada negara berkembang.1

Di Indonesia, diare merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah
utama. Pada tahun 2017, jumlah penderita diare semua umur yang dilayani di sarana
kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 yaitu
menjadi 4.504.524 penderita. Dari surveycepat untuk insiden diare kelompok semua umur
secara nasional pada tahun 2015 adalah 270/1000 penduduk. Pada tahun 2018 sempat terjadi
juga kejadian luar biasa (KLB) diare dimana tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota, dengan
jumlah756 orang penderita dan kematian 36 orang.12

2.4 Faktor Risiko dan Transmisi

Patogen penyebab dari diare seringkali menyebar lewat rute fekal-oral, seperti
konsumsi dari makanan dan air yang terkontaminasi tinja (makanan dengan sanitasi buruk),
atau kontak langsung dengan tinja yang terinfeksi. Hal-hallain juga bisa menjadi penyebab
dari terjadinya diare, seperti menyimpan makanan pada suhu ruangan yang menyebabkan
bakteri lebih cepat berkembang.12 Makanan sendiri merupakan sumber utama dimana
seringkali disiapkan dan disimpan pada tempat dengan hygiene buruk. Ikan dan makanan
laut yang diambildari air tercemar juga menjadi sumber patogen infeksi diare.1

2.5 Klasifikasi

Diare berdasarkan onset kejadian dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu diare akut
(<14 hari), diare persisten (15-30 hari) dan diare kronik (>30 hari).2 Diare akut hampir 90%
disebabkan oleh agen yang infeksius, dan 10% sisanya diakibatkan oleh obat, racun
intoksikasi, intoleransi makanan, dan kondisi lainnya. Diare kronik seringkali disebkan oleh
penyakit non infeksi seperti penyakit Irritable bowel syndrome (IBS), sindrom
malabsorption dan Inflammatory bowel disease (Crohn’s disease & Ulcerative colitis).4

12
13

Diare dapat juga diklasifikasikan berdasarkan klinisi menjadi 3 jenis, yaitu diare akut non
inflamatorik (“watery”), diare akut inflamatorik dan disentri, serta diare persisten > 14
hari.1,3
2.6 Patogenesis1

Diare dapat disebabkan oleh berbagai patogensis, seperti gangguan absorpsi,


gangguan sekresi cairan, dan gangguan motilitas saluran pencernaan. Terdapat empat
mekanisme yang dikenal sebagai patogensis dari penyakit diare ini, yaitu diare sekretorik,
diare osmotik, diare inflamatorik dan diare dismotilitas.4

Diare sekretorik terjadi akibat dari gangguan pada transport cairan dan elektrolit
melewati dari mukosa enterokolon. Biasanya dapat terjadi peningkatan sekresi air dari usus
dan penurunan absorbsi yang terjadi akibat infeksi viral yang merusak vili usus untuk
penyerapan dan enterotoksin seperti pada Vibrio cholera atau E.coli yang membuat
peningkatan sekresi cairan.. Diare yang terjadi pada jenis ini biasanya secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang sangat banyak.7

Diare osmotik terjadi karena peningkatan tekanan osmotik intralumen dariusus halus
yang disebabkan zat-zat kimia hiperosmotik, dan defek dalam absorbsi mukosa usus seperti
pada defisiensi disakarida (laktase), sehingga mengakibatkan solute aktif secara osmotik
yang dapat menyerap cairan ke dalam lumen dan melebihi kapasitas reabsorpsi kolon. Diare
jenis ini dapat membaik dengan puasa atau memberhentikan faktor pencetus tersebut.4,8

Diare Inflamatorik dapat terjadi akibat adanya keruksakan mukosa usus karena
proses inflamasi, sehingga dapat mengakibatkan produksi mukus berlebih, terjadinya
pendarahan, terjadinya eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, dan terganggunya
absorbsi air-elektrolit akibat kerusakan mukosa. Inflamasi mukosa sendiri dapat disebabkan
oleh disentri Shigella dan Entamoeba ataupun penyebab noninfeksi (Kolitis ulseratif dan
penyakit Chron). Umumnya jenis diare inflamatorik ini terjadi di kolon.4.7

Diare dismotilitas merupakan jenis diare yang diakibatkan oleh terjadinya


hipermotilitas atau iregularitas motilitas usus sehingga mengakibatkan waktu

13
14

transit usus yang abnormal, dan membuat absorbsi cairan kurang efisien danabnormal yang
pada akhirnya membuat diare. Penyebab dari gangguan motilitas antara lain Diabetes
mellitus dan hipertiroid.9

Berdasarkan patogen infeksi, diare sendiri disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit.
Ketiga patogen ini menghasilkan diare pada individu dengan cara yang berbeda-beda. Virus
akan masuk ke dalam tubuh, lalu bereplikasi di dalam epitel villous pada usus halus, merusak
epitel dan membuat vili-vili memendek. Hilangnya vili sel yang berfungsi sebagai absorpsi
cairan membuat usus akan sekresi cairan dan elektrolit. Pada bakteri, terdapat dua jenis
kerusakan pada diare. Yang pertama yaitu bakteri yang menghasilkan toxin, dimana toxin
tersebut akan menggangu fungsi dari absorpsi oleh epitelium maupun villi usus, sehingga
menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit. Bakteri-bakteri dengan tipe seperti ini contohnya
adalah ETEC, V.cholera, Tipe yang kedua merupakan tipe yang invasif, dimana bakteri
seperti Shigella, EIEC, dan Salmonella dapat menyebabkan diare dengan adanya darah
karena terjadi invasi dan kerusakan pada epitel mukosa pada usus. Invasi selanjutnya disertai
adanya abses kecil dan ulserasi superfisial, sehingga eritrosit dan leukosit dapat muncul pada
tinja. Yang terakhir adalah infeksi oleh parasit, dimana serupa dengan infeksi bakteri yaitu
adanya gangguan dari epitel dan vili usus saja (G.lambia) atau adanya invasi mukosa usus
(E.histolytica).7,1

14
15

2.7 Diagnosis

2.7.1 Anamnesis

Pada anamnesis individu dengan diare, penting untuk diketahui mulai dari onset
kejadian, durasi, keparahan dari diare (jumlah dari BAB per hari, volume BAB) dan
karakteristik dari tinja sendiri (ampas, air, lendir, darah, purulent ataupun billous). Perlu
ditanyakan juga gejala-gejala penyerta seperti demam, nyeri perut, mual dan muntah, serta
tanda-tanda dari komplikasi yaitu dehidrasi.2

Mual dan muntah pada pasien dengan diare lebih cenderung pada infeksi akibat virus
atau infeksi bakteri non invasif. Diare dengan gejala penyerta seperti demam, tenesmus, dan
tinja dengan adanya darah.2,12 Faktor resiko lainnya perlu juga ditanyakan seperti riwayat
travelling, lalu makanan yang dikonsumsi, riwayat masuk rumah sakit sebelumnya atau
konsumsi antibiotik jangka panjang tertentu dan obat-obat lainya, serta riwayat medis
lainnya. Pada anamnesis juga dapat diketahui derajat dehidrasi dengan melihat gejala dan
tanda-tanda seperti penurunan BAK, merasa haus, penurunan kesadaran, gelisah, dan
pusing.2

15
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tujuan utama biasanya untuk akses derajat dehidrasi
pasien. Pasien dapat terlihat tampak sakit, membran mukosa kering, turgor berkurang,
dan mata cekung. Adanya capillary refill time meningkat dan peningkatan laju nadi
menjadi tanda dehidrasi cukup berat. Ditemukannya demam menjadi tanda infeksi
bakteri yang invasif. Pemeriksaan abdomen penting juga untuk evaluasi bising usus,
nyeri perut dan kemungkinan akut abdomen. Pemeriksaan rektal dapat mengevaluasi
adanya darah, nyeri rektal dan konsistensi tinja.2

16
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang biasanya diindikasikan pada pasien dengandehidrasi
berat, demam yang berkepanjangan, tinja yang terdapat darah, ataupun keadaan pasien
dengan imunosupresi. Tes-tes yang dilakukan pada pemeriksaan penunjang seperti
Occult Blood, Leukosit, Laktoferin atau keduanya serta biakan feses. Laktoferin
merupakan glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan neutrofil, sehingga keberadaan
zat ini di feses menjadi pertanda inflamasi kolon. 13 Pada diare dengan demam, nyeri
abdomen ataupun kehilangan cairan berat biasa diperiksa kimia darah, elektrolit (Na,
K, Cl), ureum, kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap. Untuk
penunjang lainnya dapat dilakukan seperti tes untuk toxin Clostridium difficle jika
terjadi diare setelah tiga hari masuk rumah sakit ataupun pada pasien pengguna
antibiotik. Tes lainnya dapat dilakukan endoskopi jika diare berkepanjangan, tidak
efektif dalam pelaksanaan terapi, hasil pemeriksaan darah dan tinja yang tidak jelas.
Endoskopi dapat dilakukan untuk mencari kemungkinan diare non infeksius seperti
inflammatory bowel disease, ulcerative colitis, ataupun kemungkinan keganasan.2

2.8 Tatalaksana
a. Rehidrasi
Langkah pertama dalam pelaksanaan diare akut adalah terapi rehidrasi. Pilihan
pertama dari terapi rehidrasi adalah dengan oral rehydration solution(ORS), dimana
mudah didapat, efektif dan mudah untuk diberikan. ORS sendiri dapat disiapkan
dengan bahan 8 sendok teh gula, setengah sendok teh garam, dan1 liter air. Air saja
tidak cukup untuk terapi rehidrasi dimana tidak diserap dengan baik, sehingga
diberikan garam dan gula yang berkontribusi dalam absorpsi didalam usus. Rehidrasi
oral merupakan hal yang cukup baik selama pasien masih bisa mentoleransi hal
tersebut. Dapat diberikan cairan sebanyak-banyaknya pada orang dewasa, kecuali
diketahui terdapat gangguan ginjal ataupun jantung.14

Jika terapi oral tidak dapat diberikan, rehidrasi intravena menjadi pilihan
kedua. Rehidrasi intravena bisa diberikan tergantung pada derajat dehidrasi dan
ketidakseimbangan dari elektrolit. Cairan yang diberikan biasanya merupakan
kristaloid. Hal penting selanjutnya adalah jumlah pemberian cairan. Terdapat beberapa
metode dalam menghitung jumlah rehidrasi cairan.

17
1. Berdasarkan derajat dehidrasi

Rumus kebutuhan cairan (mL) : derajat dehidrasi x 30-40cc/kgBB/hari

- Tanpa dehidrasi : 103%

- Dehidrasi ringan-sedang : 109%

- Dehidrasi Berat : 112%

2. Skor Daldiyono

Kebutuhan cairan = Skor/15 x 10% x kgBB x 1 liter.


B. Terapi Antibiotik
Terapi antibiotik tidak selalu dianjurkan pada kasus diare, dimana kebanyakan
kasus diare disebabkan oleh virus yang bersifat self-limited. Penggunaan antibiotik
pada kasus dengan diare biasa dapat menyebabkan resistensi (Campylobacter)¸
eradikasi normal flora, superinfeksi oleh C. difficle, induksi dari Shiga-toxin dari
E.coli, dan lainnya. Penggunaan antibiotik pada kasus yang tepat seperti pada kasus
diare disentri akan bekerja secara efektif. Patogen seperti Shigella, Campylobacter,
C.difficle, traveler’s diarrhea, dan protozoal akan efektif saat diberikan antibiotik.
Diare dengan adanya darah dan disertai demam (>38oC), serta leukosit meningkat,
hemoccult dan sindrom disentribiasa menjadi indikasi diberikan antibiotik. Antibiotik
diberikan biasanya golongan quinolone 3-5 hari ataupun kotrimoksazole 3-5 hari.

18
Pemberian antibiotik dapat mengurangi keparahan serta durasi penyakit sekitar 2-3
hari.2,13

Organism Drug of Choice


Campylobacter Azithromycin 500 mg 1x1, 3-5 hari
Clostridium Difficle Metronidazole 500 mg 3x1, selama 10 hari.
ETEC/EIEC/EPEC Ciprofloxacin 500 mg 2x1, 3 hari
Shigella Ciprofloxacin 500 mg 2x1, 3 hari. Atau 2 g single
dose
Vibrio Cholera Doxycycline 300 mg single dose
Entamoeba Histolitica Metronidazole 750 mg 3x1, 5-10 hari.
Giardia Metronidazole 250-750 mg 3x1, 7-10 hari.
Tabel 1. Antibiotik pilihan pada patogen penyebab diare.

C. Terapi Simptomatik

a) Antimotilitas

Bekerja dimana mengurangi pergerakan usus. Obat yang sering digunakan adalah
Loperamid 4 mg dosis awal, dan biasa dilanjutkan 2 mg tiap diare. Dosis maksimal
obat ini 16 mg / 24 jam.
b) Antisekretorik
Obat yang digunakan adalah Bismuth subsalisilat. Bekerja dengan melapisi saluran
mukosa usus dan menjadi absorban dengan mengikat toksin bakteri. Dosis 525 mg, tiap
30 menit atau 1 jam. Maksimal dosis 4x minum 1 hari.
c) Antispasmodik
Bekerja dalam mengurangi peristaltik usus dan inhibisi pengeluaran cairan ke dalam
lumen. Contoh obat pada golongan ini adalah hyoscine-n-butilbromid 10 mg, 2-3x/hari.

19
d) Pengeras feses
Bekerja dengan menjadi absorban dalam menyerap cairan sehingga mengurangi air
dalam feses. Obat pada golongan ini adalah attapulgit 2 tab 630 mg tiap diare, dengan
dosis maksimal 12 tab/hari.

2.9 Komplikasi

Komplikasi utama dari diare adalah kehilangan cairan dan kelainan elektrolit, terutama
pada lanjut usia dan anak-anak. Kehilangan cairan dapat menimbulkan komplikasi
secara mendadak seperti syok hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat
mengarah terjadinya hipokalemia dan asidosis metabolik.13 Syok hipovolemik yang
tidak teratasi juga dapat meyebabkan nekrosis tubular akut ginjal dan menyebabkan
gagal multi organ. Komplikasi yang lebih spesifik yaitu Haemolytic Uremic Syndrome
(HUS), dimana komplikasi dari EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopenia12-14 hari setelah diare.

2.10 Prognosis

Prognosis pada penyakit diare cukup baik saat pemberian cairan yang adekuat dan
perawatan yang mendukung, serta pemberian antibiotik sesuai indikasi. Prognosis diare
infeksius juga baik dengan morbiditas dan mortalitas minimal ketika ditangani sesuai
dengan indikasi. Seperti kebayakan penyakit, mortalitas dan morbiditas meningkat pada
anak-anak dan lanjut usia.

20
BAB V
KESIMPULAN

Diare memiliki definisi yaitu buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih
dalam satu hari (atau frekuensi BAB yang lebih meningkat daripada normal pada
individu tersebut) dengan konsistensi tinja yang lebih cair. Harus diingat bahwa
frekuensi BAB yang lebih sering dengan konsistensi tinja normal bukan merupakan
diare, ataupun sebaliknya BAB dengan konsistensi tinja cair tetapi dengan frekuensi
BAB normal juga bukan merupakan diare. Diare sendiri memiliki banyak penyebab,
mulai dari penyebab infeksi ataupun non infeksi. Diare yang disebabkan oleh infeksi
bisa disebabkan mulai dari karena infeksi virus, bakteri ataupun parasit. Penyebab
dari diare karena viruspada dewasa seringkali disebabkan oleh Norovirus, dan bisa
disebabkan oleh virus lain seperti rotavirus, coronavirus dan virus lainnya.4,6

Dalam menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat,


pemahaman mengenai perjalanan infeksi ataupun non infeksi sangat penting. pemberian
cairan yangadekuat dan perawatan yang mendukung, serta pemberian antibiotik sesuai
indikasi. Prognosis diare infeksius juga baik dengan morbiditas dan mortalitas minimal
ketika ditangani sesuai dengan indikasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Diarrhoeal disease. WHO. (2017).


2. Doe, W. F., & Barr, G. D. (1981). Acute diarrhoea in adults. Australian Family
Physician, 10(6), 438–446. https://doi.org/10.1136/bmj.b1877
3. Yu, C., Lougee, D., & Murno, J. R. (1991). Diarrhea and dehydration.
Postgraduate Medicine, 90(2), 266.
https://doi.org/10.1080/00325481.1991.11701026
4. Fauci AS, Kasper DL, Longo D, Braunwald E, Hauser SL, Loscalzo J, et al.
Harrison’s Principle of Internal Medicine, 19th Edition. United States of America:
Mcgraw-hill; 2012.
5. Yu, C., Lougee, D., & Murno, J. R. (1991). Diarrhea and dehydration.
Postgraduate Medicine, 90(2), 266.
https://doi.org/10.1080/00325481.1991.11701026
6. Vila J, Vargas M, Ruiz J, Corachan M, De Anta MTJ, Gascon J: Quinolon Resisten
in Enterotoxigenic E.colli causing Diarrhea in Travelers to India in

22
Comparison with other Geographycal Areas. Antimicrobial Agents
andChemotherapy June 2000

7. Setiawan B, Diare akut karena infeksi, Dalam: Sudoyo A,


Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
3. Edisi IV. Jakarta. Departemen IPD FK UI Juni 2006.

8. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. Dalam: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta. Interna
Publishing; 2016. Hlm 408-410

9. Mandal B.k, EGL Wilkins, EM Dunbar. Dan R.T Mayon-White.


Lecture notes penyakit Infeksi. Erlangga. 2008

10. World Health Organization. Readings on diarrhoea: Student


manual. World Health Organization
Geneva. 1992; 1–143.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/40343/1/92415
44449.pdf
11. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia
Health Profile
2018],
2019.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indo nesia/Data-dan-Informasi_Profil-
Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
12. World Gastroenterology Organisation. (2012). Practice
guideline for acutediarrhea in adults and children:
A global perspective. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines,
February, 3–4.
https://journals.lww.com/jcge/fulltext/2013/01000/Acut
e_Diarrhea_in_Adults_and_Children A_Global.7.aspx

13. Lukman, Z. Tatalaksana Diare. Departemen Ilmu Penyakit


Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015

14. Gottlieb, R. P. (1983). Dehydration and fluid therapy.


Emergency Medicine Clinics of North America, 1(1), 113–
123.

23

Anda mungkin juga menyukai