DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I :
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. BA Dengan Dengan Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati”. Makalah ini digunakan dalam rangka
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
1. Direktur RSUD RAA Soewondo Pati, yang memberikan dorongan penulis untuk pembuatan
makalah.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan kami sangat bersyukur apabila makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi pembaca.
Penul
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian.....................................................................................6
B. Etiologi 6
C. Tanda Dan Gejala.........................................................................7
D. Patofisiologi ................................................................................8
E. Pathways.......................................................................................8
F. Manifestasi Klinis.......................................................................10
G. Klasifikasi...................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang..............................................................13
I. Penularan....................................................................................14
J. Pencegahan.................................................................................14
K. Komplikasi……………………………………………………..14
L. Penatalaksanaan..........................................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian..................................................................................28
B. Analisa Data ..............................................................................33
C. Masalah Keperawatan................................................................34
D. Perencanaan (Intervensi)............................................................34
E. Pelaksanaan ...............................................................................36
F. Evaluasi 41
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................42
B. Saran .....................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................43
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengalami kondisi kesehatan yang sehat maupun sakit dan kondisi tersebut dapat
mempengaruhi prilaku manusia tersebut. Pada keadaan tertentu manusia dapat mengalami
gangguan baik itu gangguan fisik atau psikologis sehingga perlu dilakukan perawatan,
perawatan yang diberikan secara menyeluruh baik bio, psiko, sosio dan spiritual (Golberg,
2009).
Salah satu perilaku yang dapat mengganggu kesehatan adalah kebiasaan membuang
kotor. Lingkungan yang kotor dapat menjadi salah satu penyebab penyakit Diare
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kejadian GE yang cukup
tinggi, dengan lebih dari 54 kasus per 100.000 penduduk di tahun 2009. Jawa Tengah
digolongkan ke dalam provinsi dengan risiko sedang Diare. . Wilayah Kota Semarang yang
Dari data yang diperoleh dari RSUD RAA Soewondo Pati kejadian Diare pada tahun
2016 dari bulan januari sampai maret terjadi 218. Pada bulan Januari 2017 terdapat
penderita Diare pada anak mencapai 48 pasien dan pada bulan Februari 2017 jumlah
penderita Diare hanya 52 pasien (Rekam Medis RSUD RAA Soewondo Pati, 2017).
Berdasarkan data tersebut, dari mulai banyaknya kasus Diare dan prosentase yang
tinggi tentang penyakit tersebut maka dari itu penulis tertarik membuat studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan Dengan Diare akut dehidrasi sedang
4
B. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
melakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan Diare akut dehidrasi sedang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami tentang konsep dasar anak dengan DAIRE
d. Mampu menetapkan rencana dan tindakan keperawatan pada anak dengan DIARE.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
- Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam
tinja (Suharyono, 1988: 51).
- Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
- Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja >
159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume orang
dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
- Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987: 83).
- Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, 2000:
470).
- Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980).
B. ETIOLOGI
Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut
(OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun
Faktor Malabsorbsi
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
6
2) Malabsorbsi lemak
Tanda
- Cengeng
- BB menurun
- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
- TD menurun
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
Gejala
- Lemas
- Dehidrasi
- Gelisah
- Cengeng
- Oliguria
- Anuria
7
D. PATOFISIOLOGI
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare.Pada orang dengan
gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak sebelumnya
pernah menderita lalep).
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan BB dalam waktu singkat.Hal ini disebabkan karena makanan yang sering tidak
dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik.Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan
bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
8
9
F. MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.Tinja cair mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah.Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
tinja makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.Akan terjadi dehidrasi mulai
nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
- Rasa haus
- Mata cekung
- Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
10
- Denyut nadi cepat nsekali
G. KLASIFIKASI
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat.
- Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang
tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
- Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah
besar (> 160 mOsm/L).
- Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat
badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
- Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari
mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.
- Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20
11
mOsm/L.
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada bayi dan
anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
- Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan segalanya.
- Hipoparatiroidisme
- Insufisiensi adrenal
- Diabetes mellitus
- Ganglionueuroma
9) Malabsorpsi
a Empedu-cholerrhoeic diarrhoea
- Hipoplasi
3) Kolestasis
12
- Hepatitis neonatal
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95 mEq/l ),
kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga
terjadi intoleransi gula.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi
alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2, sedangkan
jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.Penyebab
yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium
13
dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman
bakteri yang menjadi penyebab diare.
I. PENULARAN
3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
5. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap viral
gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci tangannya secara
teratur setelah menggunakan kamar mandi.
6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan, minum
bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi virus
diare.
J. PENCEGAHAN
K. KOMPLIKASI
a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
14
Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena
cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi,
hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion
natrium dalam serum > 150 mEq/l
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi
normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal,
tugor masih baik, status mental normal.
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis,
mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang,
kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering,
merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan
nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi,
ekstremitas dingin, haus meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6 bulan ).
Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau makanan kurang /
cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika
setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita
gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya
akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat
juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggi
dan akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam.
15
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan dalam.
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang
ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat
anti motilitas.
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi
memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,
ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
13. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik.Mutah dapat disebabkan
karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
L. PENATALAKSANAAN
a.Penatalaksanaan Medis
16
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa
intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set
infus 1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
17
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 tetes).
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa
intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml =
20 tetes)
Kecepatan:
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .
25 ml/kgBB/24 jam
Kecepatan:
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.Misalnya
untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
Kecepatan:
18
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1 bulan –
2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:
- Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh).
- Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam
lemak berantai sedang atau jenuh.
Cara memberikan:
Har Ket
i
Bila beri susu tetapi tetap diare, maka beroralit selang-
seling dengan ASI.
2-4 Beri susu formula rendah laktosa penuh.
3) Obat-obatan
- Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO 3,
KCl dan glukosa.
- Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
- Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.
- Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).
Cairan parenteral
19
- Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
BBnya.
b.Penatalaksanaan Keperawatan
- Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai persetujuan dokter.
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitung dengan cara:
- Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai0
- Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
- Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering, encer/sudah
berubah konsistensinya.
- Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput
lendir kering.
- Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.
- Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak
menimbulkan diare kembali.
- Beri ASI terus bagi bayi yang masih minum ASI.
- Bila bayi tidak minum ASI diberi susu yang cocok.
- Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan bubur tanpa
sayuran dan minum teh bagi hari masih diare, hari keesokannya jika membaik boleh
diberi wortel daging tidak berlemak.
Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai akibat tindakan
pengobatan sebagai berikut:
- Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak
seluruh wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak, kejang,
sehinga terutama untuk bayi tetesannya harus tepat.
- Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan kapas
20
yang dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri bedak.
- Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.
- Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena
posisinya miring 2 – 3 jam.
- Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food, dan
fly) yaitu:
Masukan gula dan garam ke dalam gelasd yang telah berisi air matang hangat, aduk hingga
rata kemudian minumkan kkepada penderita
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Aktifitas / Istirahat
Tanda :
1) Perubahan TTV
21
2) Tekanan darah menurun
3) Nadi meningkat
4) RR menurun
5) Suhu meningkat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Makanan / Cairan
Tanda : Turgor kulit kurang atau jelek, penurunan BB, penurunan lemak / massa
otot.
e. Neurosensori
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri lokalisasi pada ulu hati, sakit kepala dan pusing.
g. Pernafasan
Tanda : Dispnea
h. Hyegiene
22
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake makanan.
C. INTERVENSI
23
- Temperatur tubuh Berikan cairan tubuh
meningkat penggantian
nesogatrik sesuai
- Hematokrit meninggi
output -
- Kehilangan berat badan Mengoptimal
Dorong
seketika (kecuali pada kan masukan
keluarga untuk
third spacing) oral
membantu pasien
makan - Mengurangi
kejenuhan
Faktor-faktor yang Tawarkan
pada pasien
berhubungan: snack ( jus buah,
buah segar )
- Kehilangan volume
cairan secara aktif Atur - Menjaga
kemungkinan keseimbangan
- Kegagalan mekanisme tranfusi cairan,
pengaturan
Hypovolemia
Management
- Menghitung
Monitor status masukan dan
cairan termasuk haluaran.
intake dan ourput
cairan
- Mensuplay
masukan
oral.,
- Untuk
mengetahui
dan menjaga
24
over hidrasi.
perubahan sensasi
perubahanpigmentasi
perubahan status
metabolic
perubahan sirkulasi
psikogenik
25
3. Ketidakseimbangan NOC : Nutrition
nutrisi kurang dari Management
≈ Nutritional - Menghindari
kebutuhan tubuh b/d
Status : Kaji adanya alergi terjadinya
penurunan intake
makanan alergi,
makanan ≈ Nutritional
kembali.
Status : food and Kolaborasi dengan
Definisi : Intake nutrisi
Fluid Intake ahli gizi untuk - Mencegah
tidak cukup untuk
menentukan malnutrisi.
keperluan metabolisme ≈ Nutritional
jumlah kalori dan
tubuh. Status : nutrient
nutrisi yang
Intake
Batasan karakteristik : dibutuhkan pasien.
≈ Weight control
- Berat badan 20 % atau Yakinkan diet - Mencegah
lebih di bawah ideal Kriteria Hasil : yang dimakan konstipasi.
mengandung
- Dilaporkan adanya≈ Adanya tinggi serat untuk
intake makanan yang peningkatan berat
mencegah
kurang dari RDA badan sesuai konstipasi
(Recomended Daily dengan tujuan
-
Allowance) Ajarkan pasien
Memandirika
≈ Beratbadan ideal bagaimana
- Membran mukosa dan sesuai n pasien.
dengan membuat catatan
konjungtiva pucat tinggi badan makanan harian.
- Kelemahan otot yang ≈ Kaji kemampuan - Mengetahui
digunakan untuk Mampumengidentif
pasien untuk kebutuhan
menelan/mengunyah ikasi kebutuhan mendapatkan nutrisinya.
nutrisi nutrisi yang
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut dibutuhkan
≈ Tidk ada tanda
tanda malnutrisi - Mengetahui
- Mudah merasa kenyang,
kekenyalan
sesaat setelah mengunyah≈ Menunjukkan kulit.
makanan peningkatan fungsi
pengecapan dari - Menambah
- Dilaporkan atau fakta
menelan porsi makan.
adanya kekurangan
makanan ≈ Tidak terjadi - Mengetahui
penurunan berat kerusakan
- Dilaporkan adanya
badan yang berarti sistemik.
perubahan sensasi rasa
- Mengetahui
- Perasaan
kerusakan
ketidakmampuan untuk
lain.
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
26
- Kram pada abdomen
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman
(misal oralit).
2. Ajarkan mengenai tanda tanda dehidrasi, ubun ubundan mata cekung, turgor kulit tidak
elastis, membran mukosa kering
3. Jelaskan obat obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya
27
BAB III
A. PENGKAJIAN ANAK
Nim : 72020040186
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. A
Umur : 1 th 11 bl 23 hr
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku bangsa : -
Alamat : Gabus RT 2 RW 3 Gabus Pati
Tanggal masuk RS : 25 Oktober 2020 jam 22.54.48
No. RM : 273760
Diagnose Medis : DADS
Nama ayah/ibu : Tn S
Umur : 32 th
Jenis kelamin : laki2
Agama : Islam
Pendidikan ibu : SLTA
Pekerjaan ibu : SLTA
Pekerjaan ayah : SWASTA
Alamat : Gabus RT 2 RW 3 Gabus Pati
28
bio1 sazet / 12 jam paracetamol puyer 100 mg / 8 jam dan selanjutnya dianjrkan
opname di R cempaka RSU Pati
a. Genogram
TN K
Ny K NY S
TN S MENINGGAL
SDR S
Sdri E
29
AVn.A
KETERANGAN An M
: Laki – laki
: Perempuan
: An A ( pasien)
4. Pola Aktifitas Latihan : selama dikaji anak cenderung tidur dan diam dalam
pelukan ibunya, sebelum sakit anak biasa bermain dengan saudara dan orang
tuanya
5. Pola istirahat tidur : anak biasa tidur siang sekitar 2-3 jam dan malam hari 8-
10 jam
6. Pola persepsi kognitif: anak sudah pandai menirukan omongan orang dewasa.
7. Pola persepsi diri : anak ceria bila tidak sakit
8. Pola hubungan sosial: cenderung takut dengan orang yang baru dikenal
9. Pola sexual : -
10. Pola pemecahan masalah mengatasi stress : anak akan menangis bila ada yg
diinginkan.
30
11. Pola kepercayaan nilai nilai : anak sudah dibiasakan diajak bernyanyi lagu2
religi.
31
Trombo 25/10/2020 581 150 - 400 Normal
GDS 25/10/2020 143 70 - 160 Normal
Calcium 25/10/2020 9,70 8,1 – 10,4 Rendah
Natrium 25/10/2020 138,6 135 - 155 Rendah
Kalium 25/10/2020 4,04 3,6 – 5,5 Rendah
Chloride 25/10/2020 104,2 95 - 108 Normal
5. Hasil rontgen : -
6. Data tambahan : BB : 13 kg sebelum sakit 14 kg.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Temperature : 38,2 °C
2. Denyut jantung / nadi : 100 X / mnt
3. RR : 20 / MNT
4. TD : -
15. Jantung :
a) Inspeksi : tak tampak ictus cordis :
b) Palpasi :
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : bunyi jantung teratur ( gallop / lop dup )
16. Abdomen :
a) Inspeks : perut datar ,
b) Auskultasi : peristaltic cepat
c) Palpasi : tak ada pembesaran pada lien,hepar maupun gaster.
17. Punggung : normal
18. Genetalia : perempuan. Normal disekitar anus kulit tampak kemerahan.
19. Ekstermitas : lengkap. Tak ada kelainan.
20. Kulit : hangat, turgor kurang.
32
B. ANALISA DATA
Tanda2 vital :
T:-
N : 100 X / mnt
S :38,2 ° C
RR : 30X / menit
2 Ds:
Keluarga pasien mengatakan Hypertermi Proses Infeksi
badan terasa panas dan
menggigil.
Do :
- Raut muka memerah
- Akral dingin
- Pasien berkeringat dingin
- TTV :
RR: 30 X/menit
N:100x/menit
S:38,5˚c
- Leukosit 23.500 ul
33
dan Lingkar Kepala : 32
cm.
B : Hemoglobin : 11,8 g/dl,.
C : Tidak ada kelainan
misalnya pembengkaan
(oedema),tidak ada
perubahan pada
rambut,kulit,gigi dan mulut
dan kejang -,gondok -.
D : Diet BH dan anak
makan tidak habis 1 porsi dari
porsi rumah sakit.
IMT = 12,5
34
37 0C tanda – tanda syock
Kelopak mata
tidak cekung
Turgor kulit baik
Akral hangat
perlu
35
2. Tidk ada tanda meningkatkan intake Fe :
tanda malnutrisi zink 1 tablet / 24 jam
3. Menunjukkan 4. Anjurkan keluarga pasien
peningkatan fungsi untuk meningkatkan
pengecapan dan asupan protein dan kalori
menelan 5. Berikan informasi tentang
4. Tidak terjadi kebutuhan nutrisi pada
penurunan berat anak
badan yang berarti 6. Monitor adanya
penurunan berat badan
7. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
8. Monitor mual dan muntah
NO DX
NO KEP TGL JAM IMPLEMENTASI RESPON TT
1 1 26 /10 2020 Memonitor status cairan DS: Keluarga pasien
14.00 termasuk intake dan ourput bersedia
cairan dan menganjurkan DO: - Pasien diberikan
pasien untuk banyak minum minum air putih dan
susu botol habis 3 -6
botol/hari
- Balance cairan + 66,40
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit sedang
- Pasien terlihat lemah
36
- Balance cairan +
108,29
Memonitor vital sign DS : Pasien menangis kuat
DO : TTV :
- N : 104 x/menit
18.00 -S : 38,1˚C
- RR: 28 x/menit
37
-S : 36,1˚C
RR: 25 x/menit
38
17.00 - Menganjurkan DS : Keluarga pasien
menyatakan bersedia
keluarga untuk DO : Pasien terlihat diberi
memberikan makan biskuit sedikit-
sedikit tapi sering
makanan porsi kecil
tapi sering.
- Memonitor BB DS : -
DO : BB : 13 kg
pasien
Medical Manajement
a. IVF, O2 therapi
Intake
Output
Minum : 105cc
BAK : 100 cc
Makan : 50 cc
Bab : : 70 cc
Infus : 110 cc
AM : 15.16
IWL : 56,87cc
Mengompol = 1,89
Total : 225,16 cc
Total :158,78 cc
Balance cairan 225,16
-158,76 = +66,40
39
– 186,87 = +108,29
b. Obat-obatan
Pamol 3 x 100 mg TGL 26/ 10 /2020 Penurun panas Tak ada alergi
Zink 1 tablet / 24 jam TGL 26 / 10 /2020 Memenuhi kebutuhan Tak ada alergi
zat besi
L bio 1 sazet : 1-0-1 TGL 26 / 10 / 2020 Memperlancar Tak ada alergi
pencernaan
c. Diet
Jenis diit Tgl therapi Penjelasan Indikasi & Makanan Respon klien
umum tujuan spesifik
40
F. EVALUASI
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada An.A 26 Oktober 2020 didapatkan mukosa bibir kering, turgor kulit
sedang, pasien terlihat lemah, pasien muntah 4 kali, dehidrasi sedang, CRT 3 detik, RR:
2. Diagnosa yang dapatkan yaitu kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan
kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual intake yang kurang,
anoreksia, .
3. Diagnosa yang didapat di atas dilaksanakan pembuatan intervensi sesuai NIC NOC
B. Saran
1. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis yaitu selain sebagai pemenuhan syarat tugas profesi ners
stase anak, makalah ini juga sebagai pengalaman yang realita serta sebagai motivasi
perawatan dan tindakan yang sesuai dengan prosedur keperawatan khususnya pada anak
dengan DIARE.
dengan DIARE dan perawat harus memprioritaskan bagi anak yang membutuhkan
42
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.
43