Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DIARE ACUT DEHIDRASI SEDANG


DI RUANG CEMPAKA RSUD RAA SOEWONDO PATI

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners Stase Anak

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I :

1. ABDUL AZIS 6. ANA INDAH PERMATASARI


2. PARNI 7. ANGGARAENI INDAH
3. WITONO 8.DEWI KURNIAWATI
4. ISWAHYUDI 9. DIANA W
5. SITI SAIDAH 10.FITARUL L

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. BA Dengan Dengan Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati”. Makalah ini digunakan dalam rangka

memenuhi tugas keperawatan Ners stase anak.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur RSUD RAA Soewondo Pati, yang memberikan dorongan penulis untuk pembuatan

makalah.

2. Seluruh perawat di RSUD RAA Soewondo Pati.

3. Seluruh TIM kelompok yang selalu kompak.

4. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak

dan kami sangat bersyukur apabila makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi pembaca.

Pati, Oktober 2020

Penul

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian.....................................................................................6
B. Etiologi 6
C. Tanda Dan Gejala.........................................................................7
D. Patofisiologi ................................................................................8
E. Pathways.......................................................................................8
F. Manifestasi Klinis.......................................................................10
G. Klasifikasi...................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang..............................................................13
I. Penularan....................................................................................14
J. Pencegahan.................................................................................14
K. Komplikasi……………………………………………………..14
L. Penatalaksanaan..........................................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian..................................................................................28
B. Analisa Data ..............................................................................33
C. Masalah Keperawatan................................................................34
D. Perencanaan (Intervensi)............................................................34
E. Pelaksanaan ...............................................................................36
F. Evaluasi 41
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................42
B. Saran .....................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................43

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan pada prinsipnya dapat mempengaruhi kehidupan manusia, manusia dapat

mengalami kondisi kesehatan yang sehat maupun sakit dan kondisi tersebut dapat

mempengaruhi prilaku manusia tersebut. Pada keadaan tertentu manusia dapat mengalami

gangguan baik itu gangguan fisik atau psikologis sehingga perlu dilakukan perawatan,

perawatan yang diberikan secara menyeluruh baik bio, psiko, sosio dan spiritual (Golberg,

2009).

Salah satu perilaku yang dapat mengganggu kesehatan adalah kebiasaan membuang

sampah sembarangan dan kurangnya PHBS sehinggu dapat mengakibatkan lingkungan

kotor. Lingkungan yang kotor dapat menjadi salah satu penyebab penyakit Diare

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kejadian GE yang cukup

tinggi, dengan lebih dari 54 kasus per 100.000 penduduk di tahun 2009. Jawa Tengah

digolongkan ke dalam provinsi dengan risiko sedang Diare. . Wilayah Kota Semarang yang

memiliki status endemisitas tertinggi adalah Kelurahan Gajahmungkur dan Kelurahan

Tembalang pada kisaran tahun 2009-2011 (Dinkes Jateng, 2012).

Dari data yang diperoleh dari RSUD RAA Soewondo Pati kejadian Diare pada tahun

2016 dari bulan januari sampai maret terjadi 218. Pada bulan Januari 2017 terdapat

penderita Diare pada anak mencapai 48 pasien dan pada bulan Februari 2017 jumlah

penderita Diare hanya 52 pasien (Rekam Medis RSUD RAA Soewondo Pati, 2017).

Berdasarkan data tersebut, dari mulai banyaknya kasus Diare dan prosentase yang

tinggi tentang penyakit tersebut maka dari itu penulis tertarik membuat studi kasus dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan Dengan Diare akut dehidrasi sedang

(GEDS) di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati”.

4
B. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Setelah dilaksanakan seminar kurang lebih 60 menit diharapkan mahasiswa dapat

melakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan Diare akut dehidrasi sedang

(GEDS) di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui dan memahami tentang konsep dasar anak dengan DAIRE

b. Mampu melaksanakan pengkajian pada anak dengan DIARE

c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat untuk membuat rencana

tindakan pada anak dengan DIARE

d. Mampu menetapkan rencana dan tindakan keperawatan pada anak dengan DIARE.

e. Mampu merumuskan evaluasi keperawatan pada anak DAIRE.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    PENGERTIAN

-          Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam
tinja (Suharyono, 1988: 51).

-          Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).

-          Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja >
159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume orang
dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).

-          Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987: 83).

-          Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, 2000:
470).

-          Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980).

-          Diare adalah defekasi yang kerap dengan tinja

B.     ETIOLOGI

Faktor Infeksi

1)      Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

-          Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus,


rotavirus, astrovirus.

-          Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida albicans).

2)      Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut
(OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun

Faktor Malabsorbsi

1)      Malabsorbsi karbohidrat:

-          Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)

-          Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

6
2)      Malabsorbsi lemak

3)      Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)


d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

C.    TANDA DAN GEJALA

Tanda

-          Cengeng

-          Anus dan daerah sekitar lecet

-          BB menurun

-          Turgor berkurang

-          Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)

-          Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering

-          Nadi cupat dan kecil

-          Denyut jantung jadi cepat

-          TD menurun

-          Kesadaran menurun

-          Pucat, nafas cepat

-          Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.

-          Suhunya tinggi

Gejala

-          Tidak nafsu makan

-          Lemas

-          Dehidrasi

-          Gelisah

-          Cengeng

-          Oliguria

-          Anuria

-          Rasa haus

7
D.    PATOFISIOLOGI

Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:

1)      Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.

2)      Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis-metabolik)

Asidosis metabolik terjadi karena:

a.   Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja

b.  Adanya ketosil kelaparan

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh.

c.  Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

d.      Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler

3)      Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare.Pada orang dengan
gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak sebelumnya
pernah menderita lalep).

4)      Gangguan gizi

Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan BB dalam waktu singkat.Hal ini disebabkan karena makanan yang sering tidak
dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik.Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

5)      Gangguan sirkulasi darah

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan
bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

8
9
F.    MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.Tinja cair mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah.Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
tinja makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.Akan terjadi dehidrasi mulai
nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:

a. Diare dengan dehidrasi ringan

-   Kehilangan cairan 5% dari berat badan

-    Kesadaran baik (samnolen)

-    Mata agak cekung

-    Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal

-     Berak cair 1-2 kali per hari

-      Lemah dan haus

-     Ubun-ubun besar agak cekung

b.Diare dengan dehidrasi sedang

-    Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan

-     Keadaan umum gelisah

-     Rasa haus

- Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat

-    Mata cekung

- Turgor dan tonus otot agak berkurang

-    Ubun-ubun besar cekung

-    Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik

c.Diare dengan dehidrasi berat

-   Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan

-    Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)

10
-    Denyut nadi cepat nsekali

-     Pernafasan kusmaul (cepat sekali)

-     Ubun-ubun besar cekung sekali

-     Mata cekung sekali

-    Turgor/tonus kurang sekali

-    Selaput lendir kurang/asidosis

G.     KLASIFIKASI

Diare dibagi menjadi 2:

-          Diare akut

-          Diare kronis

1.      Diare Akut

Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat.

2.      Diare Kronis

Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:

a.       Diare osmotik

-          Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).

-          Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang
tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.

-          Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah
besar (> 160 mOsm/L).

-          Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat
badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

-          Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari
mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.

b.      Diare sekretorik

-          Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.

-          Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.

-          Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.

-          Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20

11
mOsm/L.

Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada bayi dan
anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:

a.       Watery Stools/tinja besar

1)      Gastroenteropati alergi

-   Alergi proten susu sapi

-   Alergi protein kedelai

2)      a) Defisiensi disakarida

-   Defisiensi laktase sering sekunder

-   Defisiensi sukares ismaltase

b) Malabsorbsi gluksoa galaktosa

3)      Defek imun primer

4)      Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit (Giardk)

5)      CSBS (contraminated small bowel syndrome)

-    Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan segalanya.

6)      Presistent poslenteng diare dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.

7)      Diare sehubungan dengan penyakit endokrin

-    Hipoparatiroidisme

-   Insufisiensi adrenal

-   Diabetes mellitus

8)      Diare sehubungan dengan tumor

-   Karsinom medula tiroid

-   Ganglionueuroma

9)      Malabsorpsi

a Empedu-cholerrhoeic diarrhoea

b.Fatty stools/tinja berlemak

1)      Insuifisiensi pankreas

-          Hipoplasi

-          Cystic fibrosis

2)      Limfangiektasi usus

3)      Kolestasis

-          Atresia bilians ekstra/intrahepatik

12
-          Hepatitis neonatal

-          Sirosis hepatitis

c.       Bloody stools/tinja berdarah

1)      V. campylobacter, salmonella, shygella

2)      Disentri amuba

3)      Inflamatory bowel desease

4)      Diare berhubungan dengan lesi anal

H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       Pemeriksaan Tinja

1.      Makroskopis

Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.

2.      Mikroskopis

Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95 mEq/l ),
kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ).

b.      PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga
terjadi intoleransi gula.

1.      PH normal kurang dari 6

2.      Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.

c.       Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi
alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2, sedangkan
jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.

d.      Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal

1.      Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi

2.      Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.

e.       Pemeriksaan darah lengkap

Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi.Nilai


normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%.Hemoglobin dan hematokrit
biasanya mengalami penurunan diare akut.

f.       Duodeual Intubation

Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.Penyebab
yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium

13
dan E. Colienteroagregatif.

Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman
bakteri yang menjadi penyebab diare.

I.    PENULARAN

Penyakit diare dapat ditularkan melalui:

1.      Menggunakan sumber air yang tercemar

2.      BAB sembarang tempat

3.      Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor

4.      Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar

5.      Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap viral
gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci tangannya secara
teratur setelah menggunakan kamar mandi.

6.      Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.

7.      Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan, minum
bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi virus
diare.

J.       PENCEGAHAN

1.      Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi

2.      Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.

3.      Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih

4.      Hindari makanan dan air yang terkontaminasi.

K.      KOMPLIKASI

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan,

sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan

elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.

a.       Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh

                    Dehidrasi tonik

Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l

14
                   Dehidrasi hipotonik

Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.

                   Dehidrasi hipertonik

Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena
cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi,
hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion
natrium dalam serum > 150 mEq/l

b.      Berdeasarkan derajatnya

                   Dehidrasi ringan

Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi
normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal,
tugor masih baik, status mental normal.

                Dehidrasi sedang

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis,
mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang,
kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.

                 Dehidrasi berat

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering,
merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan
nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi,
ekstremitas dingin, haus meningkat

2.      Hipernatremia

Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6 bulan ).
Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau makanan kurang /
cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika
setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.

3.      Hiponatremia

Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita
gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.

4.      Demam

Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya
akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat
juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggi

dan akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam.

5.      Asidosis Metabolic

15
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan dalam.

6.      Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)

Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang
ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung

7.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase

8.      Ileus paratukus

Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat
anti motilitas.

9.      Intoleransi laktosa

Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi
memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

10.  Kejang, terjadi karena :

a.       Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama

b.      Kejang demam

c.       Hipernatremia dan hiponatremia

d.      Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,
ensefalitis/epilepsi.

11.  Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

12.  Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.

13.  Mutah

Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik.Mutah dapat disebabkan
karena pemberian cairan oral terlalu cepat.

L.    PENATALAKSANAAN

a.Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

1)      Pemberian cairan

a.       Belum ada dehidrasi

16
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi

b.      Dehidrasi ringan

         1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)

         selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)

c.       Dehidrasi sedang

         1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)

         selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.

d.      Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

         1 jam pertama

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13


tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).

         7 jam berikut:

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4


tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

         16 jam berikut:

125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa
intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set
infus 1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.

         1 jam pertama:

30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit


(1 ml = 20 tetes).

         7 jam berikutnya:

10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/ kgBB/menit


(1 ml = 20 tetes).

         16 jam berikutnya:

125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg

         1 jam pertama

17
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 tetes).

         7 jam berikut:

10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit


(1 ml = 20 tetes).

         16 jam:

105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa
intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml =
20 tetes)

Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g

         Kebutuhan cairan:

125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.

         Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

         Kecepatan:

4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8


tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)


atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .

         Kebutuhan cairan:

25 ml/kgBB/24 jam

         Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

         Kecepatan:

Saa dengan pada bayi baru lahir.

Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.Misalnya
untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.

         Jenis cairan: DG aa

         Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).

         Kecepatan:

4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit (1


ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).

18
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik.

Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1 bulan –
2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.

2)      Pengobatan dietetik

Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:

-          Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh).

-          Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).

-          Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam
lemak berantai sedang atau jenuh.

Cara memberikan:

Har Ket
i

1.          Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral

         Bila beri susu tetapi tetap diare, maka beroralit selang-
seling dengan ASI.
2-4         Beri susu formula rendah laktosa penuh.

5          Bila tidak ada kelainan dipulangkan.

3)      Obat-obatan

a.       Obat anti – sekresi

b.      Obat spasmolitik

c.       Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.

Cairan per oral

-          Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO 3,
KCl dan glukosa.

-          Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.

-          Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.

-          Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).

Cairan parenteral

19
-          Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
BBnya.

b.Penatalaksanaan Keperawatan

1)      Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah

a)      Bila dehidrasi masih ringan

-          Beri minum sebanyak-banyaknya ± 1 gelas/pasien defekasi

-          Cairan mengand ung elektrolit seperti oralit

-          Jika anak muntah dapat diberikan melalui sonde

-          Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai persetujuan dokter.

b)      Pada dehidrasi berat

Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitung dengan cara:

-          Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai0

-          Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.

-          Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering, encer/sudah
berubah konsistensinya.

-          Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput
lendir kering.

-          Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.

2)      Kebutuhan nutrisi

-          Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak
menimbulkan diare kembali.

-          Beri ASI terus bagi bayi yang masih minum ASI.

-          Bila bayi tidak minum ASI diberi susu yang cocok.

-          Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan bubur tanpa
sayuran dan minum teh bagi hari masih diare, hari keesokannya jika membaik boleh
diberi wortel daging tidak berlemak.

3)      Risiko terjadi komplikasi

Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai akibat tindakan
pengobatan sebagai berikut:

-          Infeksi terjadi hematom, flebitis

-          Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak
seluruh wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak, kejang,
sehinga terutama untuk bayi tetesannya harus tepat.

-          Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan kapas

20
yang dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri bedak.

-          Kejang-kejang karena hipoglikemia atau kelebihan cairan.

-          Malnutrisi energi protein.

4)      Gangguan rasa aman dan nyaman

- Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.

- Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena
posisinya miring 2 – 3 jam.

5)      Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit

-          Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food, dan
fly) yaitu:

         Mencuci tangah

         Membiasakan defekasi di jamban

         Kebersihan lingkungan menghindari lalat

         Makanan selalu tertutup dan air minum yang di masak.

- Jangan lupa memberikan oralit, dan ini hanya untuk pencegahan.

   CARA PEMBUATAN ORALIT

.                                           Bahan dan Peralatan

1. Satu gelas belimbing air matang hangat 200 cc

2. Satu sendok makan gula pasir

3. Satu jimp[it atau sepucuk sendok the garam dapur

                                          Cara membuat

Masukan gula dan garam ke dalam gelasd yang telah berisi air matang hangat, aduk hingga
rata kemudian minumkan kkepada penderita

 PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Aktifitas / Istirahat

Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas

Tanda :

1) Perubahan TTV

21
2) Tekanan darah menurun

3) Nadi meningkat

4) RR menurun

5) Suhu meningkat

b. Sirkulasi

Gejala : Tekanan darah menurun, perdarahan.

Tanda : Petakie, hipotensi, nadi cepat / takhikardi, kaki teraba dingin.

c. Integritas ego

Gejala : Perubahan pola hidup, peningkatan faktor resiko

Tanda : Ansietas, muntah, anoreksia.

d. Makanan / Cairan

Gejala : Mual, muntah, anoreksia

Tanda : Turgor kulit kurang atau jelek, penurunan BB, penurunan lemak / massa

otot.

e. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan terjadi penurunan kesadaran.

Tanda : Gelisah, ketakutan, disorientasi bahkan dilirium / koma.

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri lokalisasi pada ulu hati, sakit kepala dan pusing.

g. Pernafasan

Gejala : Nafas pendek

Tanda : Dispnea

h. Hyegiene

Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan ADL.

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan tidak enak.

22
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Diare b/d inflamasi bakteri / proses infeksi.

b.      Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

c.       Risiko kerusakan integritas kulit b/d lembab

d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake makanan.

C. INTERVENSI

N Tujuan dan Kriteria


Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
o Hasil

1. Defisit volume cairan b/d NOC: NIC :


kehilangan cairan aktif
≈        Fluid balance Fluid management -    Mengetahui
Definisi : Penurunan jumlah
≈        Hydration          Timbang
cairan intravaskuler, kehilangan
popok/pembalut
interstisial, dan/atau
≈        Nutritional cairan pasien.
jika diperlukan
intrasellular. Ini mengarah Status : Food and
-    Mengetahui
ke dehidrasi, kehilangan Fluid Intake          Pertahankan
keseimbangan
cairan dengan catatan intake dan
Kriteria Hasil : cairan tubuh.
pengeluaran sodium output yang akurat
Batasan Karakteristik : ≈        Mempertahankan         Monitor status
urine output sesuai
hidrasi -   
-    Kelemahan dengan usia dan
( kelembaban Mengevaluasi
BB, BJ urine
-    Haus membran mukosa, keadaan
normal, HT normal
nadi adekuat, umum pasien.
-    Penurunan turgor
≈        Tekanan darah, tekanan darah
kulit/lidah -    Mencegah
nadi, suhu tubuh ortostatik ), jika
dehidrasi
-    Membran mukosa/kulit dalam batas normal diperlukan
pasien
kering
         Monitor vital
≈        Tidak ada tanda
-    Peningkatan denyut tanda dehidrasi, sign
nadi, penurunan tekanan Elastisitas turgor -    Memberikan
        
darah, penurunan kulit baik, suplay cairan
Kolaborasikan
volume/tekanan nadi membran mukosa tubuh.
pemberian cairan
lembab, tidak ada
-    Pengisian vena menurun intravena IV -    Mengetahui
rasa haus yang
secara dini
-    Perubahan status mental berlebihan          Monitor status
gangguan
nutrisi
-    Konsentrasi urine elektrolit.
meningkat          Dorong
-    Menjaga
masukan oral
keseimbangan

23
-    Temperatur tubuh          Berikan cairan tubuh
meningkat penggantian
nesogatrik sesuai
-    Hematokrit meninggi
output -   
-    Kehilangan berat badan Mengoptimal
         Dorong
seketika (kecuali pada kan masukan
keluarga untuk
third spacing) oral
membantu pasien
makan -    Mengurangi
kejenuhan
Faktor-faktor yang          Tawarkan
pada pasien
berhubungan: snack ( jus buah,
buah segar )
-    Kehilangan volume
cairan secara aktif          Atur -    Menjaga
kemungkinan keseimbangan
-    Kegagalan mekanisme tranfusi cairan,
pengaturan

Hypovolemia
Management
-    Menghitung
       Monitor status masukan dan
cairan termasuk haluaran.
intake dan ourput
cairan

       Monitor tingkat -    Mengevaluai


Hb dan hematokrit hemokonsentr
asi darah
       Monitor tanda pasien.
vital
-    Mengathui
       Monitor keadaan
responpasien umum pasien.
terhadap
penambahan -   
cairan Mengevaluasi
pengethuan
       Monitor berat pasien
badan
-   
       Dorong pasien Mengevaluasi
untuk menambah kenaikan berat
intake oral badan

-    Mensuplay
masukan
oral.,

-    Untuk
mengetahui
dan menjaga

24
over hidrasi.

2. Risiko kerusakan NOC : Tissue NIC : Pressure


integritas kulit b/d Integrity : Skin and Management
-    Mengurangi
ekskresi/BAB sering Mucous
  Anjurkan pasien evaporasi
Membranes
Definisi : Semua risiko untuk
untuk kulit yang Kriteria Hasil : menggunakan
merupakan perubahan pakaian yang -    Mencegah
≈        Integritas kulit
yang bersifat merugikan longgar iritasi daerah
yang baik bisa
kulit. lipatan.
dipertahankan   Hindari kerutan
Faktor resiko : (sensasi, elastisitas, padaa tempat tidur -    Mencegah
temperatur, hidrasi, iritasi kulit.
1.      eksternal   Jaga kebersihan
pigmentasi)
kulit agar tetap
  factor mekanik
≈        Tidak ada bersih dan kering
luka/lesi pada kulit -    Mencegah
  hipo/hipertermi
  Mobilisasi pasien dekubitus.
  imobilitas fisik ≈        Perfusi jaringan (ubah posisi
baik pasien) setiap dua
  substansi kimia jam sekali
≈        Menunjukkan -    Mencegah
  ekskresi atau sekresi pemahaman dalam   Monitor kulit akan komplikasi
proses perbaikan adanya kemerahan secara dini.
  radiasi
kulit dan mencegah
  Oleskan lotion
  kelembaban terjadinya sedera
atau minyak/baby
berulang -    Mengetahui
  pelembab oil pada derah
adanya iritasi
≈        Mampu yang tertekan
  usia yang ekstrim kulit.
melindungi kulit
  Monitor aktivitas
2.      internal dan
dan mobilisasi
mempertahankan
  pengobatan pasien
kelembaban kulit
dan perawatan
  tulang yang menonjol
alami
  kekebalan tubuh

  perubahan sensasi

  perubahanpigmentasi

  perubahan status
metabolic

  perubahan sirkulasi

  perubahn turgor kulit

  perubahan status nutrisi

  psikogenik

25
3. Ketidakseimbangan NOC : Nutrition
nutrisi kurang dari Management
≈        Nutritional -    Menghindari
kebutuhan tubuh b/d
Status :   Kaji adanya alergi terjadinya
penurunan intake
makanan alergi,
makanan ≈        Nutritional
kembali.
Status : food and   Kolaborasi dengan
Definisi : Intake nutrisi
Fluid Intake ahli gizi untuk -    Mencegah
tidak cukup untuk
menentukan malnutrisi.
keperluan metabolisme ≈        Nutritional
jumlah kalori dan
tubuh. Status : nutrient
nutrisi yang
Intake
Batasan karakteristik : dibutuhkan pasien.
≈        Weight control
-    Berat badan 20 % atau   Yakinkan diet -    Mencegah
lebih di bawah ideal Kriteria Hasil : yang dimakan konstipasi.
mengandung
-    Dilaporkan adanya≈        Adanya tinggi serat untuk
intake makanan yang peningkatan berat
mencegah
kurang dari RDA badan sesuai konstipasi
(Recomended Daily dengan tujuan
-   
Allowance)   Ajarkan pasien
Memandirika
≈        Beratbadan ideal bagaimana
-    Membran mukosa dan sesuai n pasien.
dengan membuat catatan
konjungtiva pucat tinggi badan makanan harian.
-    Kelemahan otot yang ≈          Kaji kemampuan -    Mengetahui
digunakan untuk Mampumengidentif
pasien untuk kebutuhan
menelan/mengunyah ikasi kebutuhan mendapatkan nutrisinya.
nutrisi nutrisi yang
-    Luka, inflamasi pada
rongga mulut dibutuhkan
≈        Tidk ada tanda
tanda malnutrisi -   Mengetahui
-    Mudah merasa kenyang,
kekenyalan
sesaat setelah mengunyah≈        Menunjukkan kulit.
makanan peningkatan fungsi
pengecapan dari -   Menambah
-    Dilaporkan atau fakta
menelan porsi makan.
adanya kekurangan
makanan ≈        Tidak terjadi -   Mengetahui
penurunan berat kerusakan
-    Dilaporkan adanya
badan yang berarti sistemik.
perubahan sensasi rasa
-   Mengetahui
-    Perasaan
kerusakan
ketidakmampuan untuk
lain.
mengunyah makanan

-    Miskonsepsi

-    Kehilangan BB dengan


makanan cukup

-    Keengganan untuk


makan

26
-    Kram pada abdomen

-    Tonus otot jelek

-    Nyeri abdominal dengan


atau tanpa patologi

-    Kurang berminat


terhadap makanan

-    Pembuluh darah kapiler


mulai rapuh

-    Diare dan atau


steatorrhea

-    Kehilangan rambut yang


cukup banyak (rontok)

-    Suara usus hiperaktif

-    Kurangnya informasi,


misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :

Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.

Discharge Planning

1.      Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman
(misal oralit).

2.      Ajarkan mengenai tanda tanda dehidrasi, ubun ubundan mata cekung, turgor kulit tidak
elastis, membran mukosa kering

3.      Jelaskan obat obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya

27
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An A DENGAN DIARE ACUT DEHIDRASI SEDANG

DI RUANG CEMPAKA RSUD RAA SOEWONDO PATI

A. PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Abdul Azis

Nim : 72020040186

Hari/tanggal :26 Oktober 2020 jam 14.00

Tempat Praktek : Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati

I. IDENTITAS DATA

Nama : An. A
Umur : 1 th 11 bl 23 hr
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku bangsa : -
Alamat : Gabus RT 2 RW 3 Gabus Pati
Tanggal masuk RS : 25 Oktober 2020 jam 22.54.48
No. RM : 273760
Diagnose Medis : DADS
Nama ayah/ibu : Tn S
Umur : 32 th
Jenis kelamin : laki2
Agama : Islam
Pendidikan ibu : SLTA
Pekerjaan ibu : SLTA
Pekerjaan ayah : SWASTA
Alamat : Gabus RT 2 RW 3 Gabus Pati

II. KELUHAN UTAMA :


Ibu an A mengatakan bahwa anaknya panas dan diare 8 X sejak tadi malam

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Menurut keterangan ibu An a sejak hari minggu tgl 23 oktober april 2020 pasien
muntah lebih dari 4 x. sudah diperiksakan ke dr umum dan diberi obat syrup.
Malam harinya an A diare dengan frekwensi tak bisa dihitung ( ibu lupa ) berak
cair dan pasien panas. Oleh orang tuanya dibawa ke IGD dan dilakukan
pemeriksaan dengan hasil : Nadi 100 X / mnt, suhu 39,5 º C, Berat badan : 9,0
( sebelum sakit BB 10 kg ) oleh dr jaga di dianosa DADS dan diberi th : infus RL
35 tts / minit ( microdrip ) cefotaxim 250 ng/ 8 jam, zink 1 tab / 24 jam dan L

28
bio1 sazet / 12 jam paracetamol puyer 100 mg / 8 jam dan selanjutnya dianjrkan
opname di R cempaka RSU Pati

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1) Penyakit pada waktu kecil : batuk pilek panas sembuh setelah di beri obat
dari dr umum.
2) Pernah dirawat di RS : belum pernah
3) Obat-obatan yang digunakan : syrup turun panas dan obat dari dr umum.
4) Tindakan ( operasi ) : belum pernah
5) Riwayat imunisasi : dasar lengkap dan hepatitis. (imunisasi BCG, Hep B 1
dan Polio I pada usia 3 hari, Hep II pada usia 1 bulan, kemudian mendapat
DPT I dan polio II pada usia 2 bulan, DPT II dan polio III pada usia 3
bulan, DPT 3 dan polio IV pada usia 4 bulan, campakdiberikan umur 9 bl )
6) Alergi : obat ( - ) makanan ( - )
7) Kecelakaan : tidak pernah

V. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN :


1) Kemandirian dalam bergaul : menurut ibu An A sudah bisa minum dengan
cangkir, bisa menirukan kegiatan orang tuanya selama dikaji kondisi anak
diam dalam dekapan ibunya
2) Motoric halus :menurut ibunya anak bisa menaruh mainannya dalam
tempatnyabisa bertepuk tangan sambil bernyanyidan bisa memegang
benda dengan kedua jarinya.
3) Kognitif dan Bahasa : sudah bisa memanggil orang tuanya bpk ibuk
dengan jelas
4) Motoric kasar : anaksudah bisa berdiri sendiri dan bisa jalan satu sampai
3 langkah
Kesimpulan perkembangan anak :sesuai DDST II atau Denver Developmental Screening
Test II Tahap tahap personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pertumbuhan
dan perkembangan an. A normal

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA & GENOGRAM


pasien/ keluarga menyatakan bahwadi keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular ( misal TBC, HIV. Hepatitis B )atau penyakit keturunan
( missal kencing manis )

a. Genogram

TN K
Ny K NY S
TN S MENINGGAL

SDR S
Sdri E

29
AVn.A
KETERANGAN An M
: Laki – laki

: Perempuan

: An A ( pasien)

---------- : Tinggal Satu rumah

POLA FUNGSIONAL (MENURUT GORDON)

1. Pola persepsi kesehatan managemen ( pemeliharaan kesehatan ): bila sakit


segera diperiksakan ke petugas kesehatan terdekat.
2. Pola metabolism nutrisi :
A. JB : tidak di ukur. BB sebelum sakit 14 kg setelah sakit 13 kg.
B. Hb : 11,8. Albumin : tidak diperiksa.
C. Selama dikaji Anak tampak lemah tidak mual / muntah, tidak mau makan.
Sebelum dirawat anak muntah terus. Kulit diraba terasa hangat, turgor
kurang.
D. Selama sakit anak hanya minum ASI ditambah bubur saring tapi hanya 1
atau 2 sendok saja. Biasanya sebelum sakit selain minum ASI, juga
ditambah susu formula dan makanan tambahan berupa makanan ringan
dan nasi, sayur ikan dan buah.
3. Pola eliminasi :

pasien BAB 8 X / 12 jam dengan konsisten cair.Pasien BAK 4 X sehari

4. Pola Aktifitas Latihan : selama dikaji anak cenderung tidur dan diam dalam
pelukan ibunya, sebelum sakit anak biasa bermain dengan saudara dan orang
tuanya
5. Pola istirahat tidur : anak biasa tidur siang sekitar 2-3 jam dan malam hari 8-
10 jam
6. Pola persepsi kognitif: anak sudah pandai menirukan omongan orang dewasa.
7. Pola persepsi diri : anak ceria bila tidak sakit
8. Pola hubungan sosial: cenderung takut dengan orang yang baru dikenal
9. Pola sexual : -
10. Pola pemecahan masalah mengatasi stress : anak akan menangis bila ada yg
diinginkan.

30
11. Pola kepercayaan nilai nilai : anak sudah dibiasakan diajak bernyanyi lagu2
religi.

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI :


a. Diagnosa medis : diare akut dehidrasi sedang
b. Tindakan oprasi : -
c. Status nutrisi : Status nutrisi anak masih kurang, diet BH, anak masih
menyusu Asi ibunya
 Antropometri measurements
BB : 13 kg, TB : 64 cm dan Lingkar Kepala : 32 cm.
Z skor (14 -14,2) : (14,2 -12,6) = - 0,125
 Biochemical data
Hemoglobin : 11,5 g/dl, Albumin tidak dilakukan pemeriksaan
 Clinical signs
Keadaan umum pasien terlihat lemas,banyak tidurnya,turgor kulit elastis,kulit
lembab dan tidak ada oedem, rambut baik tidak ada perubahan warna,mata baik
tidak ada gangguan,mulut dan gigi bersih tidak ada stomatitis,tidak ada riwayat
kejang,tidak ada gondok,kondisi tulang bagus,Paisen muntah dan nafsu makan
berkurang
 D : Diet Tim dan anak makan menghabiskan 40% dari porsi rumah sakit.
Usia (Bulan) -1 SD Median 1 SD
Bulan 12 bulan 12,6 14,2 16,0
Karena usia anak 35 bulan dengan berat badan 14 kg, maka anak dikatakan Gizi
Baik.
d. Status Cairan
Anak mengalami penurunan BB 1 kg selama di sakit sehingga anak mengalami
dehidrasi ringan.
1/14 X 100 % : 7 %
1. Obat-obatan :
Infus infus RL 32 tts / mnt ( microdrip )
Injeksi ceftriaxon 1 x 1 gr
Pamol 3 x 100 mg
Zink 1 x 20 mg
L bio 1 sazet : 1x1
2. Aktivitas : istirahat di tempat tidur dan cenderung rewel
3. Tindakan keperawatan : pemenuhan cairan & elektrolit
4. Hasil laboratorium :

PROSEDUR TGL NILAI


DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN HASIL NORMAL ANALISA
/ LAB
Hb 25/10/2020 11,8 14 - 24 Rendah
Ht 25/10/2020 34,5 40 - 52 Normal
Leuco 25/10/2020 23,5 10 - 26 Normal

31
Trombo 25/10/2020 581 150 - 400 Normal
GDS 25/10/2020 143 70 - 160 Normal
Calcium 25/10/2020 9,70 8,1 – 10,4 Rendah
Natrium 25/10/2020 138,6 135 - 155 Rendah
Kalium 25/10/2020 4,04 3,6 – 5,5 Rendah
Chloride 25/10/2020 104,2 95 - 108 Normal

5. Hasil rontgen : -
6. Data tambahan : BB : 13 kg sebelum sakit 14 kg.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Temperature : 38,2 °C
2. Denyut jantung / nadi : 100 X / mnt
3. RR : 20 / MNT
4. TD : -

5. Pertumbuhan : takada kelainana.


6. Keadaan umum : lemah
7. Lingkar kepala : mesocopal . rambut bersih.
8. Mata : jernih, takada secret.
9. Hidung : bersih. Pilek ( - )
10. Mulut : bersih. Gigi tumbuh 8 ( gigi seri )
11. Telinga : bersih. Cerumen ( - )
12. Tengkuk : normal
13. Dada :
a) Inspeksi dada : simetris
b) Palpasi : nyeri tekan ( - )
c) Perkusi : sonor di semua lapang dada
14. Paru – paru

Auskultasi : vesikuler tak ada suara wezing maupun ronchi.

15. Jantung :
a) Inspeksi : tak tampak ictus cordis :
b) Palpasi :
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : bunyi jantung teratur ( gallop / lop dup )
16. Abdomen :
a) Inspeks : perut datar ,
b) Auskultasi : peristaltic cepat
c) Palpasi : tak ada pembesaran pada lien,hepar maupun gaster.
17. Punggung : normal
18. Genetalia : perempuan. Normal disekitar anus kulit tampak kemerahan.
19. Ekstermitas : lengkap. Tak ada kelainan.
20. Kulit : hangat, turgor kurang.

32
B. ANALISA DATA

NO TANDA DAN GEJALA PROBLEM ETIOLOGI

1 DS : Ibu pasien mengatakan Defisit volume kehilangan cairan aktif


anaknya masih diare sebanyak cairan
5x
DO : -Mukosa bibir kering
- Turgor kulit sedang
- Pasien terlihat lemah
- Pasien daire konsisten
cair warna
kuning,lendir tidak ada
- CRT 3 detik

Tanda2 vital :
T:-
N : 100 X / mnt
S :38,2 ° C
RR : 30X / menit
2 Ds:
Keluarga pasien mengatakan Hypertermi Proses Infeksi
badan terasa panas dan
menggigil.
Do :
- Raut muka memerah
- Akral dingin
- Pasien berkeringat dingin
- TTV :
 RR: 30 X/menit
 N:100x/menit
 S:38,5˚c
- Leukosit 23.500 ul

3 DS: Resiko Penurunan intake


Keluarga pasien mengatakan Ketidakseimbangan makanan
anak tidak menghabiskan nutrisi kurang dari
makanannya,sering minum kebutuhan tubuh
susu dan air putih
DO:
1 : Hb : 11,8 g/dl
2 : RR:30 X/menit
N:100x/menit
S:38,5˚c
konjungtiva anemis, pasien
lemas.
 Pasien diberikan diit
Bubur halus
dan kadang mengkonsumsi
biscuit.dan susu 3 – 5
botol/hari
 A : BB : 13 kg, TB : 64 cm

33
dan Lingkar Kepala : 32
cm.
 B : Hemoglobin : 11,8 g/dl,.
 C : Tidak ada kelainan
misalnya pembengkaan
(oedema),tidak ada
perubahan pada
rambut,kulit,gigi dan mulut
dan kejang -,gondok -.
D : Diet BH dan anak
makan tidak habis 1 porsi dari
porsi rumah sakit.
IMT = 12,5

C. MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN PRIORITAS )

TGL/ JAM TGL JAM TT


NO DITEMUKAN DIAGNOSA KEP TT TERATASI
1 26/ 10 / 2020 Defisit Volume cairan B/D
14.00 kehilangan cairan aktif

2 26/ 10/ 2020 Hypertermi B/D Proses Infeksi


14.00
3 26/ 10 / 2020 Resiko Ketidakseimbangan
14.00 nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh B/D Penurunan intake
makanan

D. RENCANA / INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX KEP TUJUAN, KRITERIA INTERVENSI KEP TT


EVALUASI NIC
NOC
1 Defisit Volume Setelah dilakukan 1) Kaji adanya tanda
cairan B/D tindakan keperawatan
dehidrasi
kehilangan cairan selama 3 x 24 jam tidak
aktif terjadi kekurangan 2) Jaga kelancaran aliran
volume cairan.
infus
Kriteria hasil (NOC):
1) Fulid balance 3) Periksa adanya
2) Hydration tromboplebitis
3) Nutritional 4) Pantau tanda vital tiap 6
status : Food and jam
fluid intake 5) Lakukan kompres dingin
 Tidak ada jika terdapat hipertermia
tanda suhu diatas 38 0C
dehidrasi 6) Pantau balance cairan
 Suhu tubuh 7) Berikan nutrisi sesuai diit
normal 36,5- 8) Awasi turgor kulit dan

34
37 0C tanda – tanda syock
 Kelopak mata
tidak cekung
Turgor kulit baik
Akral hangat

2 Hypertermi B/D Setelah dilakukan 1) Monitor suhu minimal tiap 2


Proses Infeksi tindakan keperawatan
jam
selama 3 x 24 jam tidak
terjadi peningkatan 2) Rencanakan monitoring suhu
suhu tubuh.
secara kontinyu
Kriteria hasil (NOC):
Termoregulasi 3) Monitor TD, nadi, dan RR
1. Suhu tubuh
4) Monitor warna dan suhu
dalam rentang
kulit
normal
5) Monitor tanda-tanda
2. Nadi dan RR
hipertermi dan hipotermi
dalam rentang
6) Tingkatkan intake cairan dan
normal
nutrisi
3. Tidak ada
7) Ajarkan pada pasien cara
perubahan
warna kulit dan mencegah keletihan akibat
tidak ada
panas
pusing, merasa
nyaman 8) Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
9) Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
10) Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan

1 1) Berikan anti piretik jika

perlu

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan makanan
kebutuhan tubuh selama 2 X 24 jam 2. Kolaborasi dengan ahli
B/D Penurunan kebutuhannutrisi cukup gizi untuk menentukan
intake makanan dengan kriteria : jumlah kalori dan nutrisi
1. Tidak ada rasa mual yang dibutuhkan pasien.
atau muntah 3. Anjurkan pasien untuk

35
2. Tidk ada tanda meningkatkan intake Fe :
tanda malnutrisi zink 1 tablet / 24 jam
3. Menunjukkan 4. Anjurkan keluarga pasien
peningkatan fungsi untuk meningkatkan
pengecapan dan asupan protein dan kalori
menelan 5. Berikan informasi tentang
4. Tidak terjadi kebutuhan nutrisi pada
penurunan berat anak
badan yang berarti 6. Monitor adanya
penurunan berat badan
7. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
8. Monitor mual dan muntah

E. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

NO DX
NO KEP TGL JAM IMPLEMENTASI RESPON TT
1 1 26 /10 2020 Memonitor status cairan DS: Keluarga pasien
14.00 termasuk intake dan ourput bersedia
cairan dan menganjurkan DO: - Pasien diberikan
pasien untuk banyak minum minum air putih dan
susu botol habis 3 -6
botol/hari
- Balance cairan + 66,40
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit sedang
- Pasien terlihat lemah

16.00 Memelihara IV RL 32 tts / Tetesan sesuai program


mnt ( microdrip )
I 18.00 Memonitor tanda vital dan DS : Pasien menangis kuat
diare pasien DO :S :38,0 °C
N : 92 X/ mnt
Diare 4x konsisten Cair
Mendorong pasien untuk DS : Ibu bersedia
menambah intake oral DO : Pasien diberikan
minum air putih dan susu
botol habis 3 -5 botol/hari
dan ASI
I 27 /10 2020 Memonitor adanya tanda DS : ibu pasien bersedia
14.00 dan gejala kelebihan volume DO : Tak ada oedem pada
cairan kak idan Kelopak mata

17.00 Monitor diare pasien dan DS : Ibu mengatakan


intake out put pasien anaknya BAB 2x ada
ampasnya dan ibu
mengatakan anaknya
minum ASI dan air putih
dan susu botol 3 – 6
botol/hari
DO : - BAB 2x warna
kuning konsisten seperti
bubur

36
- Balance cairan +
108,29
Memonitor vital sign DS : Pasien menangis kuat
DO : TTV :
- N : 104 x/menit

18.00 -S : 38,1˚C
- RR: 28 x/menit

Memberikan obat oral - Obat masuk dan tidak


paracetamol 100mg muntaH
1 28 /10 /2020
14.30 Memonitor diare pasien DS : ibu pasien mengatakan
anaknya BAB satu kali
lembek,warna kuning
DO : BAB 1x lembek
16.00 Memonitor status cairan DS : Ibu pasien mengatakan
pasien anaknya sudah banyak
minum
DO : Minum susu 3- 5
botol/hari
Pasien masih terpasang
infus RL 32 tts/mnt
Tugor kulit bagus
Mukosa bibir lembab
Balance cairan + 168,13
17.00 Memonitor TTV DS : -
DO : S : 36,7,Nadi 92x/mnt,
RR : 25x/mnt

2 2 26 /10 2020 DS : Pasien menangis kuat


15.30 Memberikan kompres DO : Keluarga kooperatif
hangat Anak mau dikompres

16.00 Menganjurkan untuk tidak DS : Pasien menangis kuat


memakai selimut dan jaket DO : Keluarga kooperatif
tebal

17.00 - Memonitor tanda vital DS : Pasien menangis kuat


DO: TTV :
- N : 104 x/menit
-S : 38,1˚C
- RR: 28 x/meni
18.00 Memberikan obat oral DS: Ibu pasien bersedia
paracetamol 100 mg DO : obat masuk dan tidak
muntah
3 2 27/10/2020 Menganjurkan untuk banyak DS : Keluarga pasien
14.30 minum menyatakan bersedia
DO: Pasien terlihat diberi
minum air putih dan
susu botol dan ASI

17.00 - Memonitor tanda vital DS : Pasien menangis kuat


DO : TTV :
- N : 92 x/menit

37
-S : 36,1˚C
RR: 25 x/menit

18.00 Memberikan obat oral DS : Ibu pasien bersedia


paracetamol 100 mg DO : obat masuk dan tidak
muntah

2 28/10/2020 Memonitor TTV DS : Pasien menangis kuat


15.30 DO : TTV :
- N : 92 x/menit
-S : 36,7˚C
RR: 25 x/menit

17.00 Mengajarkan pada ibu DS : Ibu mampu


pasien apa yang dilakukan menjelaskan dan
bila anaknya demam memahami penjelasan
dari petugas
DO : -
4 3 26/10/2020 - Memonitor mual dan DS : Ibu mengatakan
14.00 muntah pasien tidak muntah
- Monitor interaksi DO : Ibu selalu menyuapi
anak atau orangtua anaknya
selama makan

17.30 Mengkaji adanya alergi DS : Ibu mengatakan


makanan anaknya tidak alergi
makanan
DO : ibu tampak antusias
menjelaskan kepada
petugas

3 3 27/10/ 2020 - Kolaborasi dengan DS : Ibu mengatakan


15.00 ahli gizi untuk anaknya suka makan telur
menentukan jumlah rebus
kalori dan nutrisi DO :Orang tua kooperatif
yang dibutuhkan dan memahaminya
pasien.
- Mengnjurkan
keluarga pasien
untuk meningkatkan
asupan protein dan
kalori

15.30 - Mengnjurkan orang DS : Ibu mengatakan


tua pasien untuk Makan bubur halus hanya
meningkatkan intake 4 sendok dan lebih banyak
Fe: minum dan anak mau
Zink 1 tablet makan sayuran dan ikan
- Memberikan DO : Diit ASI lancer,
informasi tentang minu susu tambahan 3 – 6
kebutuhan nutrisi 5 botol/hari
Makan bubur halus hanya
4 sendok.
Orang tua kooperatif dan
memahaminya

38
17.00 - Menganjurkan DS : Keluarga pasien
menyatakan bersedia
keluarga untuk DO : Pasien terlihat diberi
memberikan makan biskuit sedikit-
sedikit tapi sering
makanan porsi kecil
tapi sering.

- Memonitor BB DS : -
DO : BB : 13 kg
pasien

Medical Manajement

a. IVF, O2 therapi

MEDICAL BALANCE CAIRAN


MAJAJEMEN
- Infus RL 32 TPM 26 oktober 2020,jam
17.45

Intake
Output
Minum : 105cc
BAK : 100 cc
Makan : 50 cc
Bab : : 70 cc
Infus : 110 cc
AM : 15.16
IWL : 56,87cc
Mengompol = 1,89
Total : 225,16 cc
Total :158,78 cc
Balance cairan 225,16
-158,76 = +66,40

27 Oktober 2020 jam


17.00
Intake
Output
Minum : 150
Bak : 80 cc
Makan : 20 cc
Bab : 50 cc
Infus : 100 cc
Injeksi : 10 cc
IWL : 56,87 cc
Total : 183 cc
AM : 15,16 cc
Total : 335,16 cc
Balance cairan 335,16

39
– 186,87 = +108,29

28 Oktober 2020 jam


16.00
Minum : 150 cc
Bak : 80 cc
Makan : 50
Bab : 10 cc
Infus : 100 cc
Muntah : -
Injeksi : -
IWL : 56,87 cc
AM : 15,16 cc
Total : 315 cc
Balanca Cairan 315 –
1146,87 = +168,13

b. Obat-obatan

Cara kerja obat Respon


Nama obat TGL therapy fungsi dan klasifikasi pasien
1 2 3 4
Injeksi ceftriaxone 1 x TGL 26/10/2020 Anti biotik Tak ada alergi
1gr

Pamol 3 x 100 mg TGL 26/ 10 /2020 Penurun panas Tak ada alergi

Zink 1 tablet / 24 jam TGL 26 / 10 /2020 Memenuhi kebutuhan Tak ada alergi
zat besi
L bio 1 sazet : 1-0-1 TGL 26 / 10 / 2020 Memperlancar Tak ada alergi
pencernaan

c. Diet

Jenis diit Tgl therapi Penjelasan Indikasi & Makanan Respon klien
umum tujuan spesifik

ASI Sejak dari Memenuhi anak tidak


PASI rumah kebutuhan muntah
nutrisi bayi
Bubur saring 26/10/2020 Memenuhi Anak makan
kebutuhan hanya sedikit.
nutrisi bayi

40
F. EVALUASI

NO TGL / DX KEP PERKEMBANGAN TT


JAM
1 28/ 10 / Defisit volume S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
2020 cairan dan tidak diare
Jam elektrolit B / D O:
Kehilangan cairan Tekanan darah : -
17.30
aktif Nadi : 92 X/mnt
Suhu tubuh : 37, 5 ° C
Elastisitas turgor kulit baik,
Membran mukosa lembab
BAB 1x konsisten lembek, warna kuning
A : Masalah Defisit Volume cairan teratasi
P : Pertahankan Intervensi
2 28/ 10 / Hypertermi B/D S : Ibu Pasien mngatakan anaknya sudah tidak
2020 Proses infeksi panas
Jam O : TTV
S : 36,7Nadi : 92x/mnt,RR : 25x/mnt
17.30
A : Masalah Hypertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi

3 28/ 10 / Resiko S : Ibu Pasien mengatakan anaknya sudah mau


2020 Ketidakseimbangan makan banyak
Jam nutrisi kurang dari O : Tidak ada rasa mual atau muntah
kebutuhan tubuh Tidk ada tanda tanda malnutrisi
17.30
Anak sudah mau makan tgetapi masih
sedikit .
Tak ada nyeri telan/
BB : 13 Kg,IMT = 12,5 kg
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian pada An.A 26 Oktober 2020 didapatkan mukosa bibir kering, turgor kulit

sedang, pasien terlihat lemah, pasien muntah 4 kali, dehidrasi sedang, CRT 3 detik, RR:

32 X/menit, N:102x/menit dan S:38,8˚c

2. Diagnosa yang dapatkan yaitu kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan

dengan muntah yang berlebihan, hipertermi berhubungan dengan adanya viremia,

kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual intake yang kurang,

anoreksia, .

3. Diagnosa yang didapat di atas dilaksanakan pembuatan intervensi sesuai NIC NOC

dengan implementasi keperawatan yang mengacu pada intervensi oleh penulis

4. Evaluasi diagnosa pertama sampai ke tiga masalah teratasi semua.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis yaitu selain sebagai pemenuhan syarat tugas profesi ners

stase anak, makalah ini juga sebagai pengalaman yang realita serta sebagai motivasi

dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan DIARE.

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang memadai guna terpenuhinya

perawatan dan tindakan yang sesuai dengan prosedur keperawatan khususnya pada anak

dengan DIARE.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Mampu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada anak

dengan DIARE dan perawat harus memprioritaskan bagi anak yang membutuhkan

penanganan segera sehingga anak mendapatkan perawatan yang optimal untuk

meningkatkan kesembuhan anak.

42
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit.Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.

Suriadi, dkk.2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar

43

Anda mungkin juga menyukai