Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA AN.

S DENGAN DIARE AKUT


DEHIDRASI RINGAN SEDANG (DADRS) DI RUANG DAHLIA BAWAH
RSUD KABUPATEN TANGERANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawaran


Dasar profesi

Dosen Pembimbing : Bangun Wijonarko, SST, Ners, M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Nanda Triocha (P2790522030)


2. Nia Tri Juniarti (P2790522031)
3. Nur Kholifah (P2790522032)
4. Nur Vanny Widyagiri (P2790522033)
5. Riska Amalia Amanda (P2790522036)
6. Selfiani (P2790522039)
7. Shaniyatun Ni’mah (P2790522040)
8. Yuheni (P2790522048)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Berkat karunia dan limpah rizki-Nya kita masih
diberikan nikmat akal dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Solawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya yang setia
sampai akhir zaman amin.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen


pengajar yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini guna memenuhi
tugas praktik klinik keperawatan dasar. Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu segala masukan, saran, dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa
kami harapkan Semoga Allah SWT, memberikan ilmu kepada kita secara merata
dan memberikan keberkahan atas ilmu-Nya sehingga ilmu kita lebih dapat
dipertanggung jawabkan.

Tangerang, 18 Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian penyakit Diare...........................................................................5
B. Etiologi Diare..............................................................................................7
C. Klasifikasi Diare..........................................................................................9
D. Patofisiologi Diare......................................................................................9
E. Phatway Diare............................................................................................10
F. Manifestasi Klinis......................................................................................12
G. Komplikasi.................................................................................................14
H. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................14
I. Penatalaksanaan Medis..............................................................................17
J. Asuhan Keperawatan Teori........................................................................18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian , Analisa data, Diagnosa , intervensi dan Evaluasi.................30
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian , Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Evaluasi..................56
BAB V KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................69
B. Saran..........................................................................................................69
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5
tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita
meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele,
padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut
catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di
Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke 2 terbesar pada balita.
Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua
mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun dalam
menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian
terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada
bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi)
.Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang
akan diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit Diare?
2. Bagaimana anatomi fisiologi penyakit Diare?
3. Apa etiologi penyakit Diare?
4. Bagaimana kalasifikasi penyakit Diare?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Diare?
6. Bagaimana patofisiologi penyakit Diare?
7. Apa manefestasi klinis penyakit diare?
8. Apa pemeriksaan penunjang penyakit diare?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit diare?
10. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit
Diare?
C. Tujuan
1. Apa definisi penyakit Diare?
2. Bagaimana anatomi fisiologi penyakit Diare?
3. Apa etiologi penyakit Diare?
4. Bagaimana kalasifikasi penyakit Diare?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Diare?\
6. Bagaimana patofisiologi penyakit Diare?
7. Apa manefestasi klinis penyakit diare?
8. Apa pemeriksaan penunjang penyakit diare?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit diare?
10. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena
penyakit Diare?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit

1) Definisi

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk


tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).

Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan


konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalahsuatu


keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lendir.
2) Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran pencernaan
terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus
dan usus besar. Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat
nutrien yang sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan
ke dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat
gizi). Sebelum zat ini diperoleh tubuh makanan harus berjalan/bergerak
sepanjang saluran pencernaan.
a) Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari
bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan faring,
terdiri dari :
a. Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam. Bagian
atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan membran mukosa bibir, pipi dan
gusi. Pipi membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M.buksinator ditutupi oleh
fasia bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat
papilla kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis. Bagian diantara arkus
alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki atap yang dibentuk oleh palatum durum
(palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian belakang.
Dasar mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik
membrane mukosa. Sisa lidah pada gusi diatas mandibula. Garis tengah lipatan
membrane mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan permukaan
bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenulum lingua terdapat
papila kecil bagian puncaknya bermuaraduktus duktus glandula submandibularis.
- Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel besar
menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa 11 menimbulkan tersedak. Proses
ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu
melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan, melicinkan,
dan membasahi makanan yang kering dengan saliva serta mengaduk makan
sampai rata.
b) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat lintang
yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan dalam proses mekanisme
pencernaan di mulut dengan menggerakkan makanan ke segala arah. Bagian-
bagian lidah adalah pangkal lidah dan ujung lidah.

c) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis
kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikodea.
Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar), organ
terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring
dan mematikan bakteri/mikrorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan
pernapasan. Faring melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan makan.
d) Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Panjangnya kira
kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai
ujung bawah rongga dada dibelakang trakea. Pada bagian dalam di belakang
jantung menembus diafragma sampai rongga dada. Fundus lambung melewati
persimpangan sebelah kiri diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke
luar meliputi : lapisan selaput selaput lendir, lapisan mukosa, lapisan otot
melingkar, dan lapisan otot memanjang.
e) Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan
usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan pankreas dan
limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya
gerakan peristaltik terutama di daerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung
sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic
tekanan organ lain dan postur tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari
Fundus ventrikuli, Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor,
Kurvatura mayor dan Ostium kardia.
Fungsi lambung :
a. Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan
mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makanan terjadi secara
gerakan peristaltic setiap 20 detik.

b. Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung
dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yangdihasilkan antara lain
pepsin, HCL, renin, dan lapisan lambung.
c. Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor ekstrinsik
dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik yang berguna untuk
pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati
f) Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-kira 6 meter,
merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses
pencernaan dan absorbs pencernaan. Bentuk dan susunannya berupa lipatan-
lipatan melingkar. Makanan dalam intestinum minor dapat masuk karena
adanya gerakan dan memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-
jonjot tempat absorsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung dan
pangkalnya terdapat katup. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan empedu
dan pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus pankreatikus, mencerna
makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam
amino, karbohidrat dalam monoksida, dan menggerakan kandungan usus.
g) Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang
luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5- 1,7 meter dan
penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang tersusun seperti huruf U
terbalik mengelilingi usus halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai
anus. Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir
atau (mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan
jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens,
kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid.
Fungsi usus besar adalah sebagi berikut :

a. Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk


massa yang lembek yang disebut feses.
b. Menyimpan bahan feses.

c. Tempat tinggal bakteri koli.

3) Etiologi

Menurut Brunner & Suddart (2014) etiologi diare adalah :


a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
4) Klasifikasi
Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu
sebagai berikut:
a. Diare akut: keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari.
b. Diare persisten atau diare kronis: keluarnya tinja cair selama 14 hari atau
lebih dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau diare kronis
dalam waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi.
c. Diare disentri: keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh sakit
perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia, kehilangan
berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri.
5) Patofiosiologi

Menurut Dwiaenda (2014) sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa


dapat menyebabkan gastroenteritis. Pada diare bayi yang paling sering patogen
adalah virus dan entero patogenik, Ecoli. Pada orang dewasa terdapat perbedaan
yang berkaitan dengan umur, apakah infeksi di daerah tropik dan faktor
presipitasi seperti pengorbanan antibiotik yang terdahulu atau imun.
Enterokolitis menyebabkan kram dan diare. Sedangkan gastro entero kolitis
menimbulkan mual, muntah dan kram. Dua cara utama dimana organisme
patogen menyebabkan diare : Invasi bakteri pada mukosa kolon menyebabkan
peradangan ulserasi.

Hal ini menyebabkan diare berdarah dengan pasasi mucus dan nanah
(sering disebut disentri). Sekresi entero toksin bakterial menyebabkan sekresi air
dan elektrolit dengan diare berair yang banyak. Enterotoksin dapat dihasilkan
sesudah kolonisasi bakteri (tanpa invasi) pada usus halus (masa inkubasi 6-24
jam). Enterotoksin ini mungkin masuk ke dalam karena makanan yang
terkontaminasi kurang dimasak terutamaoleh pencemaran makanan stafilokoki.
6) Pathway

Gambar 2 Pathway Diare


Sumber : Modifikasi dari Nurarif & Kusuma (2016)
7) Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai


berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran menurun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).

h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam.
8) Komplikasi
Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare adalah
sebagai berikut:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).

b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).

c. Hipoglikemi.

d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

9) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat

10) Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis menurut Brunner & Suddart (2014):

a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,


mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit Penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil)
dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan

d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasiatau


diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yangsangat
muda atau pasien lansia.
Terapi obat menurut Markum (2018) :

a. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg

b. klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

c. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

d. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.


B. Asuhan Keperawatan Diare

1) Pengkajian

Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu nama


klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab, perkerjaan, agama.
Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan psikososial.
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi
dan feses menjadi cair. Keluhan lain yang menyertai muntah, demam, nyeri
abdomen, kondisi feses yang encer, lender dan darah. Pengkajian riwayat
dihubungkan dengan epidemiologi merupakan pengkajian penting dalam
menetukan penyebab, rencana intervensi, dan factor resiko yang mungkin terjadi.

Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang mungkin


terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi
enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut gastrointestinal yang dapat
berbahaya sehingga harus di lakukan dalam kondisi rehidrasi cairan. Riwayat
alergi pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang
banyak mengandung sorbitol dan fruktosa. Pada pengkajian psikososial pasien
biasanya mengalami kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi
tentang pendidikan kesehatan. pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan
kolaboratif untuk menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan
pemeriksaan medis untuk dehidrasi. Pemeriksaan status dehidrasi esensial
merupakan pemeriksaan medis untuk menentukan kebutuhan pengganti cairan
dalam pemenuhan hidrasi, tetapi pada kondisi klinik perawat yang dapat
melakukan perhitungan skor dapat melakukan peran kolaboratif dalam
menentukan jumlah cairan yang akan di berikan (Muttaqin & Sari, 2011).
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x

c. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid


jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

e. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,


lingkungan tempat tinggal.

h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


1. Pertumbuhan

• Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg(rata-rata


2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
• Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahunkedua
dan seterusnya.
• Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan

gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

• Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2. Perkembangan

a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

• Fase anal : Keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan
bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna
interpersonal, bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri
anak.
c. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
• berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
• Meniru membuat garis lurus (GH)
• Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
• Melepasa pakaian sendiri (BM)

3. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lenganmengecil,


lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.

b. Keadaan umum: klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c. Kepala: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih

d. Mata: cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan: mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic


meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan: dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena asidosis


metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .

h. Sistem integumen: warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria (200- 400 ml/ 24
jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi: semua anak sakit yang MRS bisa mengalami


stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi diusus ditandai dengan konsistensi
feses cair
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
turgor kulit tidak elastis
3. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan akral teraba hangat

B. Rencana Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Diare Setelah dilakukan Manajemen diare
berhubungan tindakan 1. Identifikasi 1. mempermudah
dengan proses keperawatan 3x24 penyebab diare dalam tindakan
infeksi diusus jam diharapkan terapi
ditandai dengan eliminasi fekal 2. Monitor warna, 2. Membantu
konsistensi pada pasien frekuensi, membedakan
feses cair membaik, dengan konsistensi penyakit individu
kriteria hasil: feses dan mengkaji
1. Konsistebsi beratnya tiap
feses 3. Monitor iritasi defekasi
membaik kulit di daerah 3. Untuk mengetahui
2. Frekuensi perineal kondisi kulit pada
defekasi 4. Pasang jalur perineal
membaik intravena dan 4. Untuk memberikan
3. berikan cairan hidrasi cairan tubuh
intravena secara parentera
5. Untuk menjaga
5. Anjurkan asupan makanan
makan porsi yang dibutuhkan
kecil dan sering tubuh
6. kolaborasi 6. Menurunkan
pemberian obat motilitas atau
peristaltik usus dan
menunjukkan
sekresi degestif
untuk
menghilangkan
kram dan diare.
2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan tindakan Hipovolemia
dengan keperawatan 1. Periksa tanda 1. Untuk mengetahui
kehilangan selama 3x24 jam dan gejala adanya tanda-
cairan aktif diharapkan status hypovolemia tanda dehidrasi
ditandai dengan cairan membaik dan mencegah
turgor kulit dengan kriteria syok hipovolemik
tidak elastis hasil : 2. Untuk
1. Turgor kulit 2. Monitor intake mengumpulkan
meningkat dan output dan menganalisis
2. Membran cairan data pasien untuk
Mukosa mengatur
bibir keseimbangan
membaik cairan
3. Untuk
3. Berikan asupan mempertahankan
cairan per oral cairan
4. Kolaborasi 4. Untuk
pemberian memberikan
cairan IV hidrasi cairan
tubuh secara
parentera
3. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan intervensi 3x24 hipertermia
dengan jam diharapkan
dehidrasi suhu tubuh agar 1. identifikasi 1. untuk mengetahui
ditandai dengan tetap berada pada penyebab proses penyakit
akral teraba rentang normal hipertermia
hangat dengan kriteria 2. monitor suhu 2. Untuk memonitor
hasil: tubuh keadaan umum
1. Suhu tubuh pasien dengan
membaik demam selama
2. Akral proses infeksi
membaik 3. Sediakan 3. Memberikan
3. Ventilasi lingkungan kenyamanan pada
membaik yang dingin pasien

4. longgarkan 4. Membantu
atau lepaskan menurunkan
pakaian demam pada pasien

5. membantu pasien
5. pemberian proses konduksi
kompres panas dari tubuh
hangat
6. untuk menunjang
6. kolaborasi upaya-upaya
pemberian perawatan dalam
cairan usaha menurunkan
intravena panas tubuh
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan Dasar

Tgl/Jam MRS : 14 Agustus 2022/ 22.40 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 15 Agustus 2022
Metode Pengkajian : anamnesa dan observasi
Diagnosa Medis 00243110
No. Registrasi : DADRS
C. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : An. S
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Paramuth dormitory kota tangerang
selatan,
banten, indonesia
Umur : 2 tahun
Agama : islam
Status Perkawinan : belum menikah
Pendidikan : belum sekolah
Pekerjaan :-
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Paramuth dormitory kota tangerang
selatan, banten, indonesia
Hubungan dengan Klien : ayah dan anak

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Orang tua pasien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu dan BAB
cair sebanyak 3 kali disertai mual muntah setiap diberi makan dan minum saat
dirumah.
b. Riwayat Pengkajian Sekarang
Orang tua pasien mengatakan demamnya naik turun dan BAB masih cair 5x
dan berlendir. An. S tampak lesu dan lemah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit
terdahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan
seperti DM, Jantung, Hipetensi. Serta keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
menular.

Genogram :

Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: klien

: sudah meninggal

: tinggal satu rumah

3. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


a. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Jika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga selalu berobat ke dokter.
b. Pola Aktifitas dan Latihan ( Kegiatan Sehari-hari)
Sebelum Sakit : orang tua pasien mengatakan sebelum sakit anak riang dan
sering bermain
Selama Sakit : orang tua pasien mengatakan selama sakit anak tidak nafsu
makan, lemah dan lesu
c. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : orang tua pasien mengatakan sebelum sakit anak tidur malam 8
jam sehari dan 1 jam tidur siang. Tidak mrmiliki gangguan tidur.
Selama Sakit :
1) Kualitas dan kuantitas tidur
Orang tua pasien mengatakan selama sakit anak lebih sering berbaring
ditempat tidur, saat tidur anak lebih mudah terbangun
2) Gangguan tidur : -
d. Pola nutrisi metabolik
1) Pengkajian Nutrisi (ABCD)
a) ( Antropometri ) :
BB : 18 Kg
TB : 95 cm
IMT : 19.94 (status gizi baik)
b) (Biomechanical ) : Hb (12.3), Leukosit (15.80), Ht( 34) Trombosit
(427)
c) (Clinical Sign) : Pasien tampak lesu dan lemas
d) (Diet) : nasi lunak rendah sisa 1000 kal

2) Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi, susu, roti, air putih, lauk pauk
3) Porsi : 1 porsi habis
4) Keluhan : Tidak ada

Sakit Selama
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : bubur, terkadang diganti dengan cairan nutrisi melalui IV
3) Porsi : ½ porsi
4) Keluhan : anak tidak nafsu makan, dengan keluhan mual dan muntah

e. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum Sakit
a) Frekuensi BAB : 1x dalam sehari
b) Konsistensi : padat
c) Warna : kuning kecoklatan
d) Keluhan Dan Kesulitan BAB : tidak ada
e) Penggunaan Obat Pencahar : Tidak.

Selama Sakit
a) Frekuensi BAB : 3x dalam sehari
b) Konsistensi : Cair
c) Warna : kuning
d) Keluhan Dan Kesulitan BAB : frekuensi bab lebih sering dan cair
(diare)
e) Penggunaan Obat Pencahar : tidak

2) BAK
Sebelum Sakit
a) Frekuensi BAK : 4/5 kali sehari
b) Jumlah Urine : normal
c) Warna : kekuningan
d) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada keluhan
Selama Sakit
a) Frekuensi BAK : 4/5 kali sehari
b) Jumlah Urine : 40-50 cc
c) Warna : kekuningan
d) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada keluhan
ANALISIS KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN
Intake Output Analisis
a. Minuman dan makan a. Urine 360 cc Intake : 2000 cc
563,4 cc b. Feses 390 cc Output : 1100 cc
b. Infus 1400 cc c. IWL 350 cc
c. Obat 36,6 cc
Total : 2000 cc Total : 1100 cc Balance : 900 cc

f. Pola kognitif dan perceptual


1) Nyeri (Kualitas, insentitas, durasi, skala, cara mengurangi nyeri)
Nyeri tidak ada
2) Fungsi panca indra (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu,
perasa)
Penglihatan : normal
Pendengaran : normal
Pengecapan : normal
Penghidu : normal
Perasa: normal
3) Kemampuan membaca : An. S belum bisa membaca
g. Pola konsep diri (tidak terkaji dikarenakan pasien masih anak usia 2 tahun)
1) Harga diri : -
2) Ideal diri :-
3) Identitas diri : -
4) Gambaran diri : -
5) Peran : -
h. Pola koping
1) Masalah utama selama masuk RS ( keuangan, dll)
Orang tua pasien mengatakan saat masuk kerumah sakit memiliki hambatan
dalam bahasa dikarenakan harus memiliki penerjemah
2) Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya
Tidak ada
3) Pandangan terhadap masa depan
Orang tua pasien mengatakan pandangan masa depan baik
4) Koping makanisme yang digunakan saat terjadi masalah
Orang tua pasien mengatakan penggunaan koping saat terjadi masalah
yakni dengan musyawarah atau diskusi dengan keluarga
i. Pola seksual reproduksi
Tidak ada masalah dalam seksual reproduksi
j. Pola peran hubungan
1) Pola pasien dalam keluarga dan masyarakat
Pasien tampak dekat dengan Ayah dan kakaknya, selama di rawat pasien
dijaga oleh ayahnys saja.
2) Apakah pasien punya teman dekat
Saat dilakukan pengkajian pasien hanya dekat dengan ayah dan kakaknya
3) Siapa yang dipercaya untuk membantu pasien jika ada kesulitan
Pasien bergantung pada ayahnya
4) Apakah pasien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatan
pasien
Orang tua pasien mengatakan anaknya bermain di sekitaran rumah
k. Pola nilai dan kepercayaan
1) Agama : islam
2) Ibadah: Keluarga pasien mengatakan untuk ibadah keluarga rutin

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : cukup
1) Kesadaran: composmentis
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan Darah: 98/73 mmHg
b) Nadi
- Frekuensi : 79 x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
c) Pernafasan
- Frekuensi : 23 x/menit
- Irama : teratur
d) Suhu : 37C

b. Pengkajian Head To Toe


1) Kepala
a) Bentuk dan ukuran kepala : Normal
b) Pertumbuhan rambut : Lebat
c) Kulit kepala : Normal
2) Muka
a) Mata
(1) Kebersihan : Bersih
(2) Fungsi penglihatan : Normal
(3) Palpebral : tidak ada oedem
(4) Konjungtiva : tidak anemis
(5) Sclera : tidak ikterik
(6) Pupil : isokor
(7) Diameter ki/ka : simetris
(8) Reflek Terhadap Cahaya : baik
(9) Pengunaan alat bantu penglihatan : tidak
b) Hidung
(1) Fungsi penghidu : baik
(2) Sekret : tidak ada
(3) Nyeri sinus : tidak ada
(4) Polip : tidak ada
(5) Napas Cuping Hidung : tidak ada
c) Mulut
(1) Kemampuan bicara : baik
(2) Keadaan bibir : simetris
(3) Selaput mukrosa : kering
(4) Warna lidah : merah muda
(5) Keadaan gigi : normal
(6) Bau nafas :-
(7) Dahak : tidak ada dahak
d) Gigi
(1) Jumalah :-
(2) Kebersihan : baik
(3) Masalah : tidak ada masalah
e) Telinga
(1) Fungsi pendengaran : baik
(2) Bentuk : simetris
(3) Kebersihan : bersih
(4) Serumen : tidak ada
(5) Nyeri Telinga : tidak ada
3) Leher
(1) Bentuk : Simetris
(2) Pembesaran tyroid : tidak ada
(3) Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran kelenjar
getah bening
(4) Nyeri waktu menelan : Tidak ada
(5) JVP : kurang dari 2 detik
4) Dada (Thorax)
a) Paru-paru
 Inspeksi :
 bentuk dada datar
 payudara simetris kiri dan kanan
 Palpasi :
 tidak ada retraksi pada dada
 Perkusi :
 Sonor
 Auskultasi :
 Suara nafas vesikuler, tidak ditemukan weezing dan ronchi
b) Jantung
 Inspeksi :
 Pulsasi iktus cordis normal
 Palpasi :
 Pulsasi teraba
 Perkusi :
 Bunyi pekak/datar
 Auskultasi :
 Bunyi jantung lupdup
5) Abdomen
 Inspeksi :
 Bentuk bulat
 Gerakan normal
 Aukultusi : bising usus 14 kali/menit
 Perkusi :-
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Genetalia : normal
7) Anus dan rectum : normal
8) Ekstremitas
a) Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri : Normal
 ROM kanan dan kiri : Normal
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
 Pergerakan sendi bahu : Normal
 Perabaan Akral : hangat
 Pitting edema : tidak ada
 Terpasang infus : pada saat pengkajian pasien
terpasang infus
b) Bawah
 Kekuatan otot kanan dan kiri : normal
 ROM kanan dan kiri : normal
 Perubahan bentuk tulang : tidak ada
 Varises : tidak ada
 Perabaan Akral : hangat
 Pitting edema : tidak ada
9) Intergumen : -
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 14.08.2022
Jenis pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keteramgan
Hasil
HEMATLOGI
Hemoglobin 13.2-17.3 g/dl 12.3
Leukosit 3.80-10.80 x10*3/ul 15.80
Hematokrit 40-52 % 34
Trombosit 140-440 x10*3/ul 427
HITUNG JENIS
Basofil 0-1 % 0
Eeositofil 2-4 % 0
Batang 3-5 % 0
Segmen 50-70 % 87
Limfosot 25-40 % 5
Monosit 2-8 % 8
KIMIA
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah <180 Mg/dl 120
Berwaktu
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 132-145 mEq/L 139
Kalium (K) 3.1-5.1 mEq/L 4.3
Chlorin (Cl) 96-111 mEq/L 101
IMUNO-
SEROLOGI
REMATOLOGI
CRP Kuantitatif 0.00-6.00 mg/L 4.82
Hasil Laboratorium Tanggal 15/08/2022
Jenis pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keteramgan
Hasil
ANALISA FESES
MAKROSKOPIS
Warna Coklat Coklat
Konsistensi Lunak Lunak
Bau
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
MIKROSKOPIK
Identifikasi Cacing
Lekosit 0-2 0-1
Eritrosit 0-1 0-1
Amoeba Histolytica Negatif Negatif
Telur Cacing Negatif Negatif

Hasil Laboratorium tanggal 16/08/2022


Jenis pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keteramgan
Hasil
URINALISA
MAKROSKOPIK
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Jernig Agak Keruh
CARIK CELUP
Lekosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen 0.1-1 Umol/L 0.2
Problem Negatif Negatif
pH 4.5-8 7.5
Darah Negatif Negatif
Berat jenis 1.003-1.030 1.005
Keton Negatif Trace
Bilirubin Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
SEDIMEN
Leukosit 0-5 /LPB 1-3
Eritrosit 0-5 /LPB 1-2
Epithel 1+ /LPK +
Silinder Negatif /LPK Negatif
Kristal Negatif /LPK Negatif
Bakteri Negatif /LPK Negatif

b. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal pemeriksaan
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Tidak terdapat pemeriksaan diagnostik -
yang dilakukan

6. TERAPI MEDIS
Hari Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi
/Tanggal Kandungan
15-17 Cairan/obat IV :
Agustus Ranitidine 2x18 mg Antagonis Reseptor Sekresi asam
2022 Histamin H2 lambung
Cefotaxime 1x1 g Antibiotik Mencegah
Sefalosporin Infeksi
Kaen 3B 1400 cc /24 Eletrolit Larutan
jam intravena untuk
mensuplai
Obat Peroral :
Zink Obat bebas terbatas
1x20 ml Terapi tambahan
Lacto B Suplemen diare pada anak
2x1 sach Diare,
intoleransi
PCT PO antipiretik laktosa dan
2x5 mg sembelit

Menurunkan
demam

D. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
S: Diare Proses
1. ayah pasien mengatakan anaknya BAB sejak 3 infeksi
hari yang lalu dan demam.
2. ayah pasien mengatakan anaknya BAB encer 3
x/sehari saat dirumah
O:
1. Anak tampak lesu dan lemas
2. Turgor kulit tidak elastis
S: Hipovolemia Kehilangan
1. ayah pasien mengatakan anaknya BAB sejak 3 cairan aktif
hari yang lalu dan demam.
2. ayah pasien mengatakan anaknya BAB encer 3
sehari.
O:
1. S: 37.6 °C N: 79 x/menit RR: 23x/menit
2. Mukosa bibir kering
3. An. S tampak rewel
4. Turgor kulit tidak elastis
5. Turgor kulit kembali <2 detik
6. Terpasang infus di kaki kanan Kaen 3B
1400/24 jam
S: Hipertermia Dehidrasi
Ayah pasien mengatakan anaknya demam sudah 3
hari yang lalu dan sekarang demamnya naik turun
DO:
1. N: 79 x/menit
2. S: 37.6 °C
3. RR: 23x/menit
4. Akral teraba hangat
5. Turgor kulit tidak elastis

E. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi diusus ditandai dengan konsistensi feses
cair
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan turgor
kulit tidak elastis
3. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan akral teraba hangat

F. Rencana Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. S Nama Mahasiswa :Kelompok 4


Ruang : Dahlia bawah
No. M.R. : 00243110
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Diare Setelah dilakukan Manajemen diare
berhubungan tindakan 7. Identifikasi 7. mempermudah
dengan proses keperawatan 3x24 penyebab diare dalam tindakan
infeksi diusus jam diharapkan terapi
ditandai dengan eliminasi fekal 8. Monitor warna, 8. Membantu
konsistensi pada pasien frekuensi, membedakan
feses cair membaik, dengan konsistensi penyakit individu
kriteria hasil: feses dan mengkaji
4. Konsistebsi beratnya tiap
feses 9. Monitor iritasi defekasi
membaik kulit di daerah 9. Untuk mengetahui
5. Frekuensi perineal kondisi kulit pada
defekasi 10. Pasang jalur perineal
membaik intravena dan 10. Untuk memberikan
6. berikan cairan hidrasi cairan tubuh
intravena secara parentera
11. Untuk menjaga
11. Anjurkan asupan makanan
makan porsi yang dibutuhkan
kecil dan sering tubuh
12. kolaborasi 12. Menurunkan
pemberian obat motilitas atau
peristaltik usus dan
menunjukkan
sekresi degestif
untuk
menghilangkan
kram dan diare.
2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan tindakan Hipovolemia
dengan keperawatan 5. Periksa tanda 5. Untuk mengetahui
kehilangan selama 3x24 jam dan gejala adanya tanda-tanda
cairan aktif diharapkan status hypovolemia dehidrasi dan
ditandai dengan cairan membaik mencegah syok
turgor kulit dengan kriteria hipovolemik
tidak elastis hasil : 6. Untuk
3. Turgor kulit 6. Monitor intake mengumpulkan dan
meningkat dan output menganalisis data
4. Membran cairan pasien untuk
Mukosa mengatur
bibir keseimbangan
membaik cairan
7. Untuk
7. Berikan asupan mempertahankan
cairan per oral cairan
8. Kolaborasi 8. Untuk memberikan
pemberian hidrasi cairan
cairan IV tubuh secara
parentera
3. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan intervensi 3x24 hipertermia
dengan jam diharapkan
dehidrasi suhu tubuh agar 7. identifikasi 7. untuk mengetahui
ditandai dengan tetap berada pada penyebab proses penyakit
akral teraba rentang normal hipertermia
hangat dengan kriteria 8. monitor suhu 8. Untuk memonitor
hasil: tubuh keadaan umum
4. Suhu tubuh pasien dengan
membaik demam selama
5. Akral proses infeksi
membaik 9. Sediakan 9. Memberikan
6. Ventilasi lingkungan kenyamanan pada
membaik yang dingin pasien

10. longgarkan atau 10. Membantu


lepaskan menurunkan demam
pakaian pada pasien

11. membantu pasien


11. pemberian proses konduksi
kompres hangat panas dari tubuh

12. kolaborasi 12. untuk menunjang


pemberian upaya-upaya
cairan intravena perawatan dalam
usaha menurunkan
panas tubuh

G. Implementasi Keperawatan

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. S Nama Mahasiswa : Kelompok 4


Ruang :Dahlia Bawah
Tanggal : 00243110
No Waktu Diagnosa Implementasi Hasil
1. Senin, 2 1. Memeriksa tanda dan 1. N: 79 x/menit
15/8/2022 gejala hipovolemi Turgor kulit Kembali
08.00 <2detik
Mukosa bibir Kering
08.00 1 2. Memonitor warna, , 2. BAB encer 5 kali
frekuensi dan konsistensi dengan konsistensi
feses encer kuning
kecoklatan berlendir

08.00 1 3. Monitoring iritasi 3. Adanya kemerahan


disekitar perineal disekitar perineal

08.30 1,3 4. Memberikan cairan per 4. Memberikan pasien


oral obat zink 1 x 20ml
dan Lacto B 1 x 1
sch
Pemberian PCT PO 1x5
2 5. Mengkolaborasi mg
pemberian cairan IV 5. Pasien terpasang
infus Kaen-3B 1400
08.00 3 6. Mengidentifikasi ml/24 jam
penyebab hipertermia 6. An. S mengalami
demam karena
dehidrasi didapatkan
08.10 3 7. Monitor suhu tubuh akral hangat
08.30 1 8. Kolaborasi pemberian 7. S: 37.6 °C
obat 8. Obat injeksi Ranitide
1x18 mg dan
cefotaxine 1x1g

15.00 3 9. Monitoring suhu tubuh 9. S: 36.8 °C


15.10 3 10. Kolaborasi pemberian 10. Pemberian PCT PO
obat 1x5 mg lewat oral
16.00 3 11. Pemberian kompres 11. Ayah pasein bersedia
hangat dan anak tidak
gelisah
21.20 3 12. Memberikan cairan per 12. Lacto B 1x 1 sch
oral
21.20 1,3 13. Kolaborasi pemberian 13. Ranitidine 1 x 18 mg
obat dan cefotaxine 1x1 g,
Pemberian PCT PO
1x5 mg
21.00 3 14. Monitoring suhu tubuh 14. S: 37.5 °C
24.00 2 15. Memonitor intake dan 15. Intake – output
output cairan 2000cc – 1000
cc=1000cc/24jam

2. Selasa, 1 1. Memonitor warna, 1. Ayah pasien


16/8/2022 frekuensi dan konsistensi mengatakan BAB
feses encer 3 kali dengan
warna kuning
kecoklatan
08.00 1 2. monitor iritasi kulit di 2. Masih ada
daerah perianal kemerahan disekitar
08.00 1 3. menganjurkan makanan anus
porsi kecil dan sering 3. Ayah pasien
mengatakan anaknya
sudah mau makan
08.30 1,2,3 4. Kolborasi pemberian sedikit demi sedikit
obat dan cairan IV 4. Obat oral Lacto B 1
x1 sch, zinx 1x20ml
Obat IV ranitidine 1x18
mg dan cefotaxime
1x1 g, Pemberian
PCT PO 1x5 mg.
Kaen 3B/24 Jam
08.00 3 5. Monitor suhu tubuh 5. Suhu: 37.3 °C
08.10 3 6. Menyediakan lingkungan 6. Kamar pasien dalam
yang dingin keadaan dingin
15.00 3 7. Monitoring suhu tubuh 7. S: 36.5 °C
16.00 3 8. Kolaborasi pemberian 8. Pemberian PCT PO
obat 1x5 mg lewat oral
21.20 3 9. Memberikan cairan per 9. Lacto B 1x 1 sch
oral
21.20 1 10. Kolaborasi pemberian 10. Ranitidine 1 x 18 mg
obat dan cefotaxine 1x1 g,
Pemberian PCT PO
1x5 mg
21.00 3 11. Monitoring suhu tubuh 11. S: 37.5 °C
24.00 2 12. Memonitor intake dan 12. Intake – output
output cairan 1800cc – 750
cc=1050 cc/24jam

3. Rabu, 1 1. Memonitor warna, 1. Ayah pasien


15/8/2022 frekuensi dan konsistensi mengatakan BAB
feses hanya 2 kali dan
berampas
08.00 1 2. memonitor iritasi disekitar 2. kemerahan disekitar
perineal anus sudah
08.00 2,3 3. menganjurkan minum air berkurang
yang cukup 3. ayah mengatakan
anaknya minum
08.00 3 4. menganjurkan untuk dengan kuat
melonggarkan pakaain 4. ayah pasien
mengatakan bajunya
08.00 3 5. monitoring suhu sudah dilonggarkan
5. Suhu: 36,5°C
08.30 1,2,3 6. kolaborasi pemberian obat
dan cairan IV 6. Obat oral Lacto B 1
x1 sch, zinx 1x20ml
Obat IV ranitidine 1x18
mg dan cefotaxine
1x1 g. Kaen 3B/24
jam
15.00 1,2,3 7. Observasi TTV 7. S: 36,5°C N:
112x/menit RR:21
x/menit
21.20 1 8. Memberikan cairan per 8. Lacto B 1x 1 sch
oral
21.20 1,3 9. Kolaborasi pemberian obat 9. Ranitidine 1 x 18 mg
dan cefotaxine 1x1 g,
Pemberian PCT PO
1x5 mg
21.00 2 10. Monitoring intake dan 10. Intake – output
24.00 output 2000cc –
750cc=1250
cc/24jam

H. Evaluasi Keperawatan
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama klien: An. S


Diagnosis medis: 00243110 Ruang Rawat: Dahlia
Bawah
Tgl. Diagnosis SOAP Tanda-
Keperawatan tangan
16 Agustus 1 S : ayah pasien mengatakan anaknya BAB
2022 encer 4 kali konsistensi encer warna kuning
kecoklatan berlendir
O:
1. Feses tampak encer Berwarna kuning
kecoklatan dan berlendir
2. An. S tampak lesu dan lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitoring feses
2. Kolaborasi pemberian obat
3. Monitor iritasi di daerah perineal
4. Menganjurkan makan sedikit tapi
sering
2 S : ayah pasien mengatakan anaknya BAB
encer 4 kali berwarna kuning kecoklatan dan
berlendir.
O:
1. BAB encer berwarna kuning
kecoklatan dan berlendir
2. Turgor kulit tidak elastis
3. Mukosa bibir kering
4. CRT < 2 detik
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Pemberian infus Kaen 3 B/ 24 Jam
2. Monitoring intake dan output
caira/24 jam
3 S : ayah pasien mengatakan demam anaknya
naik turun
O:
1. S: 37°C
2. Akral teraba hangat
3. Turgor kulit tidak elastis
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi Dilanjutkan
1. Monitor suhu
2. Sediakan lingkungan yang dingin
17 Agustus 1 S : anak mengalami diare BAB encer 3x
2022 O:
1. Tidak ada muntah
2. Mukosa bibir tampak kering
3. Feses tampak encer berwarna
kuning kecoklatan dan berampas
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi
1. Monitoring feses
2. Kolaborasi pemberian obat
3. Monitor iritasi di daerah perineal
4. Menganjurkan cairan peroral
2 S : ayah pasien mengatakan anaknya BAB
encer dari pagi sampai sekarang jadi 3 kali
berwarna kuning kecoklatan
O:
1. Mukosa bibir sudah tidak kering
2. Turgor kulit kembali <2detik
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi
1. Pemberian infus Kaen 3 B/ 24 Jam
2. Monitoring intake dan output
caira/24 jam
3 S : ayah pasien mengatakan demam nya
masih naik turun
O:
1. S : 36.5
2. Mukosa bibir tampak sudah tidak
kering
3. Pasien tidak rewel dan gelisah
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu tubuh
2. Kolaborasi pemberian obat
3. Anjurkan longgarkan baju
4. Anjurkan minum air yang cukup
18 Agustus 1 S : ayah pasien mengatakan BAB 1 kali
2022 O:
1. An.S tampak tidak rewel
2. Mukosa bibir tampak lembab
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2 S : ayah pasien mengatakan BAB 1 kali
O:
1. N : 98 x/menit
2. S : 36.6 °C
3. RR : 22 x/menit
4. Mukosa bibir tampak lembab
5. Pasien tampak tidak rewel
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 S : ayah pasien mengatakan kemerahan
sudah berkurang
O:
1. N : 98 x/menit
2. S : 36.6 °C
3. RR : 22 x/menit
4. Akral hangat
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya


kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan
pada anak dengan kasus DADRS di RSUD Kabupaten Tangerang 2022.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang


secara sistemis data dikumpulkan dan di evaluasi untuk menentukan
status kesehatan klien ( Olfah & Ghofur, 2016). Berdasarkan teori
yang ada menurut Direktorat Jendral Pengendalian Lingkungan dan
Penyehatan Lingkungan (2011) Diare adalah suatu dimana kondisi
seseorang BAB (buang air besar ) dengan konsistensi lembek atau bisa
juga cair, dan bahkan bisa berupa air saja dengan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih).
Pengkajian pada An. S dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2022.
Pasien An.S berusia 2 tahun dengan diagnosa medis DADRS.
Ditemukan pengkajian pada pasien An.S yaitu Orang tua pasien
mengatakan anaknya demam sejak 3 hari dan BAB cair sebanyak 3
kali disertai mual muntah setiap diberi makan dan minum. Tekanan
Darah: 98/73 mmHg, nadi: 79x/menit, suhu: 37C

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilitian klinis mengenai


respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Menurut aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan Nurarif dan
Kusuma (2015) dan mengacu pada standar diagnoa keperawatan PPNI
(2017) terdapat 7 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diare.
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 3 diagnosa
keperawatan yang ditegakkan pada An.S yaitu Diare berhubungan
dengan proses infeksi diusus ditandai dengan konsistensi feses cair,
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan turgor kulit tidak elastis, Hipertermia berhubungan dengan
dehidrasi ditandai dengan akral teraba hangat.
Berikut ini pembahasan diagnosa yang sama pada pasien An. S
yaitu :
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi diusus ditandai
dengan konsistensi feses cair Dari hasil pengkajian yang
ditemukan pada An.S didapatkan data subjektif ayah pasien
mengatakan anaknya BAB sejak 3 hari yang lalu dan demam,
ayah pasien mengatakan anaknya BAB encer 3 x/sehari dan
berampas. Data objektif yang ditemukan Anak tampak lesu dan
lemas dan Turgor kulit tidak elastis.
Diare adalah pengeluaran fases yang tidak normal dengan
konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi lebih
tinggi dari tiga kali dalam satu hari. Diare juga didefinisikan
sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme
seperti bakteri, virus, parasit ( Mendri & Prayogi, 2017).
Ketika infeksi organisme terjadi dalam salura pecernaan
kemudian bekembang diusus dan terjadi hipersekresi air dan
elektrolit dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
anakn merangsang usus untuk mengeluarkan nya sehingga
timbul diare.
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan turgor kulit tidak elastis. Dari hasil
pengkajian yang ditemukan pada An.S didapatkan data
subjektif ayah pasien mengatakan anaknya BAB sejak 3
hari yang lalu dan demam. ayah pasien mengatakan
anaknya BAB encer 3 sehari. Data objektif yang ditemukan
S: 37.6 °C N: 79 x/menit RR: 23x/menit, Mukosa bibir
kering, An. S tampak rewel, Turgor kulit tidak
elastis,Turgor kulit kembali <2 detik, Terpasang infus di
kaki kanan Kaen 3B 1400/24 jam.
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan
volume cairanekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena
kehilangan cairan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
perdarahan sehingga dapat menimbulkan syok
hipovolemia (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan
intravaskular, interstisial, dan/ atau intraselular (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
akral teraba hangat. Dari hasil pengkajian yang ditemukan
pada An.S didapatkan data subjektif Ayah pasien
mengatakan anaknya demam sudah 3 hari yang lalu dan
sekarang demamnya naik turun. Data objektif yang
ditemukan N: 79 x/menit, S: 37.6 °C, RR: 23x/menit, Akral
teraba hangat, Turgor kulit tidak elastis.
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di
atas rentang normaltubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Hipertermi merupakan keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh
>37,80C(100 oF) per oral atau 38,8 0C (101 oF) per rektal
yang sifatnya menetap karena faktor eksternal
(Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan keadaan
peningkatansuhu tubuh (suhu rektal > 38,80C (100,4 F))
yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia adalah kondisi
di mana terjadinya peningkatan suhu tubuh sehubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
(Perry& Potter, 2005).

3. Intervensi keperawatan

Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah intervensi, intervensi


asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada kedua klien sesuai
dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Menurut
buku SIKI, terdapat 4 tindakan dalam intevensi keperawatan yang
terdiri dari observasi,teraupetik, edukasi dan kolaborasi.
Pada masalah keperawatan diare yang dilakukan pada An.S
intervensinya yaitu obeservasi : identifikasi penyebab diare, monitor
warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor tanda dan
gejala hipovolemia dan monitor iritasi kulit di daerah perinial, edukasi
: anjurkan makanan porsi kecil tapi sering dan kolaborasi pemberian
terapi. Pada masalah keperawatan hipovolemi yang dilakukan pada
An.S intervensinya yaitu observasi : Periksa tanda dan gejala
hypovolemia ,Monitor intake dan output cairan, Berikan asupan cairan
peroral,KolaborasipemberiancairanIV.

4. Intervensi keperawatan

Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah intervensi, intervensi


asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada kedua klien sesuai
dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Menurut
buku SIKI, terdapat 4 tindakan dalam intevensi keperawatan yang
terdiri dari observasi,teraupetik, edukasi dan kolaborasi.
Pada masalah keperawatan diare yang dilakukan pada An.S
intervensinya yaitu obeservasi : identifikasi penyebab diare, monitor
warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor tanda dan
gejala hipovolemia dan monitor iritasi kulit di daerah perinial, edukasi
: anjurkan makanan porsi kecil tapi sering dan kolaborasi pemberian
terapi.
Pada masalah keperawatan hipovolemi yang dilakukan pada An.S
intervensinya yaitu observasi : Periksa tanda dan gejala hypovolemia
,Monitor intake dan output cairan, Berikan asupan cairan per oral,
Kolaborasi pemberian cairan IV.
Pada masalah keperawatan hipertermi pada An.S, intervensinya
yaituobservasi : identifikasi penyebab hipertermia monitor suhu tubuh,
Sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian,
pemberian kompres hangat, kolaborasi pemberian cairan intravena .
5. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehata yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteri hasil yang diharapkan.
Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobata, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien keluarga, atau mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor
– faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, starategi implementasu
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Olfah & Ghofur, 2016).
Implementasi pada An.S dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2022- 17
Agustus 2022.. Implementasi dilakukan sesuai dengan intevensi yang mengacu
pada SIKI.Implementasi yang dilakukan kelompok pada An.S pada hari pertama
yaitu : Memeriksa tanda dan gejala hipovolemi , Memonitor warna, frekuensi
dan konsistensi feses, Monitoring iritasi disekitar perineal , Memberikan cairan
per oral ,Mengkolaborasi pemberian cairan IV, Mengidentifikasi penyebab
hipertermia, Monitor suhu tubuh ,Kolaborasi pemberian obat, Monitoring suhu
tubuh, Kolaborasi pemberian obat, Pemberian kompres hangat, Memberikan
cairan per oral , Kolaborasi pemberian obat, Monitoring suhu tubuh, Memonitor
intake dan output cairan.
Pada hari kedua kelompok melakukan Memonitor warna frekuensi dan
konsistensi feses monitor iritasi kulit di daerah perianal, menganjurkan makanan
porsi kecil dan sering, Kolborasi pemberian obat dan cairan IV, Monitor suhu
tubuh, Menyediakan lingkungan yang dingin, Monitoring suhu tubuh, Kolaborasi
pemberian obat, Memberikan cairan per oral ,Kolaborasi pemberian obat,
Monitoring suhu tubuh, Memonitor intake dan output cairan.
Pada hari ketiga kelompok melakukan Memonitor warna, frekuensi dan
konsistensi feses, memonitor iritasi disekitar perineal, menganjurkan minum air
yang cukup, menganjurkan untuk melonggarkan pakaain, monitoring suhu,
kolaborasi pemberian obat dan cairan IV, Observasi TTV, Memberikan cairan per
oral, Kolaborasi pemberian obat, Monitoring intake dan output.

53
6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses


keperawatan yangg berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yangtelah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien (Olfah & Ghofur, 2016).

Menurut asumsi kelompok hasil evaluasi yang dilakukan pada An.S terdapat
diagnosa yang teratasi selama setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan yaitu
diagnosa keperawatan diare, hipovolemi, resiko hipovolemi. Dan pada An.S
terdapat diagnosa yang teratasi setelah 3 hari keperawatan yaitu hipertermi
ditandai dengan orang tua An.S mengatakan anaknya sudah tidak demam dengan
suhu 36,6 oC. Menurut asumsi kelompok hasil evaluasi yang dilakukan pada klien
1 dan 2 terdapat diagnosa yang teratasi selama setelah 3 hari dilakukan asuhan
keperawatan yaitu diagnosa keperawatan diare, hipovolemi, resiko hipovolemi,
defisit nutrisi, dan gangguan integritas kulit. pada klien 2 terdapat diagnosa yang
teratasi setelah 2 hari keperawatan yaitu hipertermi ditandai dengan orang tua
klien mengatakan anaknya sudah tidak demam dengan suhu 36,9 oC.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil peneliti dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IVpeneliti
mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pasien terdapat 3 kasus yaitupada kasus mengalami keluhan


utama BAB dengan konsistensi cair dengan frekuensi yang sering disertai mual
muntah setiap diberi makan dan minum. Dan pasien tampak lesi dan lemas pasein
juga mengalami demam naik turun.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien diare sebanyak 7 diagnosa


yaitu gangguan pertukaran gas, hipovolemia, diare, defisit nutri, gangguan
integritas kulit, ansietas, dan resiko syok. Namun pada pasien yang kelompok kaji
terdapat 3 diagnosa keperawatan yang dapat di tegakkan ialah Diare,
Hipovolemia, Hipertermie.
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang digunakan dalam kasus disusun sesuai dengan diagnosa yang
ditegakkan dan disesuaikan dengan menyesuaikan keluhan dan kondisi pada
klien. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan
secara mandiri atau kolaborasi.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi


keperawatan yang telah disusun. Implementasi keperawatan pada kasus tersebut
telah dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun oleh peneliti.

55
5. Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan


yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien dengan
diagnosa 1, 2 dan 3 selama 3 hari perawatan oleh peniliti dan dibuat dalam bentuk
SOAP. Evaluasi pada pasien semua masalah teratasi.

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa, perawat dan pasien atau keluarga pasien dapat menambah
ilmu pengetahuan tentang kompres air hangat sebagai salah satu terapi alternatif yang
telah di buktikan secara ilmiah dan dapat menerapkan tindakan menurunkan demam
dengan kompres hangat dan dapat di lakukan secara mandiri atau di bantu oleh petugas
kesehatan untuk membantu menurunkan demam.
56
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan Keperawatan.


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2017.Standar Diagnose Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi


1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Nurlaila,N,Kep, M., dkk.(2018). Buku Ajar Keperawatan Anak. Penerbit: Leutik Prio

Handayani,A.(2021). Tindakan Keperawatan Pada Anak Diare.

Sulisnadewi,N.L.K. dkk.(2012). Pendidikan Kesehatan Keluarga Efektif Meningkatkan


Kemampuan Ibu Dalam Merawat Anak Diare. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3),165-
170
57
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai