Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan Dosen Pengampu: H.Wasludin, SKM, M.Kes.
Disusun Oleh :
Lency Cahyaningsih
(P2790522022)
C. Konsep Seksulitas
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling utama, yang terdiri dari laki-laki
dan perempuan. Pemahaman dan pengetahuan tentang seks sangat penting untuk
mengetahui perkembangan manusia. Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar
manusia berupa ekspresi dan perasaan. Perkembangan seksualitas pada manusia
sangat kompleks. Seksualitas berkaitan dengan biologis, fisiologis, psikologis,
sosial dan norma norma yang berlaku. Adapun pembahasan konsep seksualitas
terdiri dari sistem reproduksi anatomi fisiologi pria dan wanita, dan
perkembangan seksualitas gangguan perilaku seksualitas dan masalah
keperawatan seksualitas penyimpangan seksualitas dan masalah keperawatan
seksualitas.
1. Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Pria
Menurut Caroline Bunker, (2014) menjelaskan adapun sistem
reproduksi pria adalah: Sistem reproduksi terdiri atas (menyimpan sperma),
sistem duktus testis dan vesikula seminalis (menyimpan dan membawa
sperma), skrotum (menampung testis dan mengatur suhunya), penis
(diperlukan untuk menyalurkan sperma pada wanita), dan kelenjar aksesori
memproduksi hormon pria dan seksresi lainnya.
Sistem reproduksi pria mengalami perkembangan selama masa kanak-
kanak dan remaja Sistem reproduksi pria tidak dapat menjalankan fungsinya
sampai hormon disekresikan saat pubertas (masa pubertas), tahap kehidupan
saat organ reproduksi menjadi berfungsi secara sempurna. Pada anak laki-
laki, pubertas biasanya terjadi antara usia 12 dan 16 tahun. Hormon yang
berasal dari hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan gonad memengaruhi sistem
reproduksi. Sebelum pubertas prapubertas), konsentrasi androgen (hormon
pria) dalam darah dan estrogen (hormon wanita) sama pada setiap individu.
Fisiologi sel sperma pada pria Sel benih dalam perkembangan sel
sperma disebut spermatogonia (tunggal: spermatogonium). "Sel induk"
membantu membuat sel benih ini dan sel spesifik, sel Sertoli, memfasilitasi
spermatogenesis. Spermatogonia membelah diri dengan mitosis dan
kemudian meiosis untuk membentuk spermatosit (lihat Bab 15). Bentuk
berikutnya disebut spermatid, yang pada akhirnya berkembang menjadi
spermatozoa (tunggal: spermatazoon). (Setiap spermatosit primer
membentuk empat gamet fungsional.) Testis memproduksi jutaan
spermatozoa setiap hari. Sel sperma matur dalam waktu sekitar dua bulan,
untuk selanjutnya disimpan di dalam duktus deferens.
Sel sperma sangat khusus dan tersusun atas beberapa bagian (Gbr. 28-
4). Kepala sperma mengandung 23 kromosom (setengah dari materi genetik
manusia). Ujung kepala sperma, akrosom, mengandung enzin yang dapat
melarutkan dinding sel telur (ovum, sel kelamin wanita) yang keras. Badan
(bagian tengah) sperma mengandung mitokondria, yang memberi energi yang
diperlukan untuk daya penggerak. Ekor sperma yang menyerupai cambuk
adalah flagelum yang mendorong sperma dengan gerakan mengibas. Setelah
sperma dan semen bercampur dalam duktus ejakulatori, semen (kini juga
dikenal sebagai cairan ejakulatori) mengandung sekitar 60-100 juta sel
sperma per mililiter. Semen dengan sperma yang berjumlah kurang dari 10-
20 juta per mililiter dapat mengalami kesulitan dalam membuahi ovum.
Jumlah semen yang diejakulatorikan (keluar dari tubuh) setiap pria bervariasi
dari 2-5 ml. Setelah ejakulatori ke dalam vagina wanita, sel sperma dapat
bertahan hingga 3 hari. Dari sekitar 250 juta sel sperma yang diejakuasi,
hanya sekitar 100 sperma yang bertahan untuk kontak dengan ovum di dalam
oviduk.
Hubungan seksual atau bersatunya kelamin antara pria dan wanita
disebut kopulasi, sanggama, atau koitus. Pria memasukkan penisnya yang
ereksi ke dalam saluran vagina dan memasukkan semen yang mengandung
sperma ketika pria tersebut mengalami ejakulatori. Zat lain di dalam semen
meliputi asam sitrat, fruktosa, enzim, protein koagulasi, lipid (lemak),
prostaglandin, dan sekresi lain dari vesikula seminalis dan prostat. Selama
timbul gairah seksual, kelenjar Bulbouretra menyekresikan cairan jernih, pra-
ejakulatori, yang membantu melumasi uretra sehingga sperma dapat melintas;
cairan ini juga membilas urine atau zat asing.
Kerja alat kelamin pria merupakan rangkaian refleks yang kompleks
yang terdiri dari beberapa komponen: ereksi. sekresi, emisi, dan ejakulatori.
Ereksi terjadi ketika impuls saraf dari medula spinalis dan otak menyebabkan
vasodilatasi arteri pada penis. Saat arteri dilatasi, aliran balik vena terhambat
dan jaringan kavernosa pada penis menjadi kongesti dengan darah. Darah ini
hanya dapat mengalir melalui sistem vena di sekitar sisi luar korpus
kavernosum. Jaringan yang mengembang menyebabkan konstriksi vena ini
dan mengandung darah hingga orgasme tercapai. (Ketidak mampuan untuk
mencapai ereksi disebut impotensi.) Emisi merupakan akumulasi sel sperma
dan sekresi di dalam uretra. Ejakulatori merupakan pengeluaran semen yang
sangat kuat dari duktus ejakulatori melalui uretra. Orgasme merupakan
sensasi fisik, emosi, dan kepuasan yang terjadi pada saat hubungan seksual
mencapai klimaks; pada pria orgasme disertai dengan ejakulatori semen.
Kesulitan dalam mencapai orgasme disebut anorgasmia. Jumlah sperma yang
rendah disebut oligospermia.
2. Reproduksi Anatomi Fisiologi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri atas sepasang ovarium dan oviduk, dan
uterás, vagina, dan struktur genitalia eksternal. Organ internal uterus, vagina,
dan ovarium-terletak di dalam panggul antara kandung kemih dan rektum.
Struktur ini disokong oleh sekelompok ligamen, yang paling mencolok
adalah ligamentum latum meri dan ligamentum teres uteri. Struktur eksternal
terdiri atas komponen vulva, mons pubis bagiannya adalah labia mayora,
labia minora. Ada organ klitoris, dan perineum.
Hipotalamus menstimulasi sekresi hormon gonado tropin, yang
mencakup hormon luteinizing (luteinizing hormone, LH) dan hormon
penstimulasi folikel (follicle stimulating hormone, FSH) pada wanita. Efek
utama LH dan FSH mencakup menstimulasi pembentukan ovum dan
menstimulasi sekresi hormon dari organ seks. Hormon gonadotropin juga
menstimulasi perkembangan karakteristik seks sekunder wanita. Ovarium
mulai menyekresi estrogen. Estrogen berupa estradiol, estriol, dan estron.
Setelah pubertas, korpus luteum ovarium memproduksi hormon lain,
progesteron, yang berfungsi terutama selama kehamilan.
Pada saat pubertas, hormon menstimulasi folikel primer untuk
meneruskan perkembangannya dan menjadi folikel sekunder. Folikel
sekunder membesar dan membentuk gumpalan pada ovarium. Ketika matur,
folikel sekunder disebut folikel graafian. Sejak pubertas hingga menstruasi
berhenti selama menopause, kira-kira dalam interval bulanan, folikel graafian
yang matur menyebabkan ruptur permukaan ovarium. Sekarang folikel
tersebut dikenal sebagai ouum, yang dikeluarkan ke dalam rongga panggul di
dekat oviduk (yang mengarah ke uterus). Ovum hidup hingga 24 jam sebelum
mulai degenerasi, kecuali dibuahi oleh sperma. Jika fertilisasi dan implantasi
terjadi, ovum menjadi embrio yang berkembang menjadi janin. Ketika janin
telah cukup berkembang untuk bertahan di luar uterus, serviks membuka.
Kontraksi uterus kemudian menyebabkan janin dikeluarkan melalui vagina
(pelahiran).
Siklus menstruasi sebenarnya merupakan dua siklus kontinu yang
saling berkaitan yaitu siklus ovarium dan siklus uterus (Gbr. 29-5). Kelenjar
hipofisis anterior melepaskan sekresi yang mengendalikan kedua siklus
tersebut. Perubahan ini terjadi pada wanita yang tidak hamil yang sudah matur
secara seksual dan mencapai puncaknya dalam menstruasi. Menstruasi adalah
aliran darah dan bahan lain dari uterus melalui vagina. Periode menstruasi
pertama disebut menarke dan menandai awitan pubertas. Rangkaian
perubahan ritmis ini kemudian terjadi sekitar setiap 28 hari. Proses ini dikenal
sebagai periode menstruasi, mens, atau period. Akan tetapi, terdapat
keragaman siklus menstruasi di antara wanita dan juga dalam siklus bulanan
wanita.
Menopause, suatu proses normal, terkadang terjadi secara tiba tiba.
Biasanya, menopause terjadi dalam waktu yang sangat bertahap sehingga
tubuh wanita dapat menyesuaikannya tanpa kesulitan. Akan tetapi, karena
banyak perubahan hormonal yang terlibat, wanita menopause dapat
mengalami beberapa gejala yang tidak menyenangkan, seperti sakit kepala,
iritabilitas, insomnia, ansietas, atau depresi. Salah satu gejala yang paling
sering adalah sensasi panas (hot flashes). Ketidakseimbangan hormon
memengaruhi diameter pembuluh darah. menyebabkan dilatasi atau kontraksi
secara mendadak. Indikator eksternal menopause terdiri atas kecenderungan
untuk mengalami kenaikan berat badan, penipisan rambut, pertumbuhan
rambut di bibir atas dan dagu, dan kulit kering serta gatal.
Siklus menstruasi berlanjut selama hormon ovarium menstimulasi
lapisan uterus, Antara sekitar 40 dan 55 tahun, ovarium menjadi kurang aktif
karena tidak lagi berespons terhadap FSH. Oleh sebab itu, telur tidak lagi
matur dan ovarium berhenti memproduksi estrogen. Penurunan pada fungsi
ovarium ini terjadi secara bertahap. Hasilnya adalah kurangnya kemampuan
untuk menjadi hamil dan terjadi awitan menopause (berhentinya menstruasi).
Klimakterium Wanita disebut menopause (didiskusikan sebelumnya).
Beberapa kondisi fisik berhubungan dengan hilangnya estrogen. Penyakit
vaskular dan penyakit jantung lebih sedikit terjadi pada wanita pramenopause
dibandingkan pada laki-laki. Setelah menopause, rerata penyakit jantung
antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Osteoporosis merupakan kondisi
ketika tulang menjadi rapuh dan kopong serta menjadi lebih mudah
mengalami fraktur. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dan
memburuk ketika hormon tidak ada.
Respon seksual pada wanita dimulai dari adanya jalur saraf wanita yang
terlibat dalam mengendalikan respons seksual sama seperti yang ditemukan
pada pria. Selama gairah seksual, jaringan erektil dalam klitoris dan sekitar
lubang vagina mengalami pembengkakan oleh darah. Kelenjar vestibula
menyekresi mukus sebelum dan selama koitus (hubungan seksual). Jika
klitoris distimulasi dengan intensitas dan durasi yang cukup, wanita akan
merasa pelepasan orgasme baik secara fisik maupun psikologis. Puting
payudara juga berisi jaringan erektil yang berespons terhadap gairah seksual
dan orgasme. Tidak seperti laki-laki, wanita dapat mengalami orgasme secara
berturut-turut dengan waktu istirahat yang minimal.
3. Siklus Respons Seksual
Adapun siklus respons seksual terdiri atas beberapa tahap berikut ini:
a. Tahap Suka Cita.
b. Tahap Kestabilan.
c. Tahap Orgasme (Puncak).
d. Tahap Resolusi (Peredaan).