Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI


A. Konsep Dasar Konsep Diri
1.
Pengertian
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat
untuk mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya,
masalahnya serta lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosiospiritual yang uth dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi
terhadap lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik
dengan dirinya sendiri dan orang lain. Menurut para ahli, definisi dari
konsep diri, yaitu :
a. Stuart & Sundeen,1998 Konsep diri merupakan suatu pikiran,
keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain.
b. Sunaryo, 2004 Konsep diri merupakan Cara individu melihat
pribadinya

secara

utuh,menyangkut

aspek

fisik,emosi,

intelektual,sosial dan spritual, termasuk didalamnya persepsi


individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksinya
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek tertentu, serta tujuan, harapan, dan
keinginan individu itu sendiri. (Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul
Chayatin,2008)
Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat
mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan
dari perkembangan konsep diri diluspengaruhi oleh pengalaman
interpersonal dal kultural yang memberikan perasaan positif, memahami
kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui
akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Dalam
merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat

menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stesor dari berbagai


komponen konsep diri yaitu citra tubuh, idea diri, harga diri, identitas dan
peran.
2.

Komponen Konsep Diri


Terdapat empat komponen konsep diri, yaitu :
a. Gambaran Citra Diri
Gambaran atau citra diri (body image) mencangkup sikap
individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik,
struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi
hal-hal

yang

terkait

dengan

seksualitas,femininitas

dan

maskualinitas, keremajaan, kesehatan dan kekuatan. Citra


mental tersebut tidak selalu konsisten

dengan struktur atau

penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri


memeliki akar psikolog yang dalam, misalnya kelainan pola
makan seperti anoreksia. Citra diri mempengaruhi oleh
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan
terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan
aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain citra diri juga
dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat
menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra
diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang, misalnya berat
tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan
sebagainya
b. Harga Diri
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang
dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan
ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui
penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain.
Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan
diterima,dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan
yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.

c. Peran
Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh
msyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam
masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan
yang

diharapkan

dari

seseorang

berdasarkan

posisinya

dimasyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat


dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan
harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat
dipenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat.
Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harapann atas peran
dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya
konsep diri seseorang.
d. Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya
sendiri suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup
konsistensi seorang sepanjang waktu dan dalam berbagai
keadaan

serta

menyiratkan

perbedaan

dan

keunikan

dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat


melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seorang
dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat
diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas
seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual
merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria
atau wanita dan mencangkup orlentasi seksual. (A.Aziz Alimul,
2009)
3.

Jenis Konsep Diri


Menurut Calhoum dan Acocella (1990), dalam perkembangannya

konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
a. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri


dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya
dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan
bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif yang dapat
memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya
sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuantujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu dengan yang memiliki
kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi
kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu
proses penemuan.
b. Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi
dua tipe, yaitu:
1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak
teratur, tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu
tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan
kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.
2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal
ini bisaterjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat
keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan
adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam
pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
4.

Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara

bertahap, saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain,


mempunyai nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari
dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan sebagainya serta kemampuan
berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang anak. Pengalaman
dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga
dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah

atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk


mengidentifikasikan dan meniru perilaku orang lain yang diinginkan serta
merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang
sesuai atau penghargaan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa
kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan
kepribadiaan seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar bekalang
penerimaannya sukses, konsep diri yang positif bersal dari pengalaman
yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman.
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial
yang meladaptif. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari
berbagai

stresor,

ketidakkeseimbangan

dengan
dalam

adanya

stresor

akan

diri

sendiri.

Dalam

menyebabkan
menguasai

ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat


mambangun ataupun kopik yang bersifat merusak. (Suliswati,dkk,2005)

Konsep diri mencangkup konsep, keyakinan, dan pendirian yang


ada dalam pengetahuan seseorang tentangdirinya sendiri dan yang
memengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain. Konsep
diri tidak ada sejak lahir tapi berkembang perlahan-lahan sebagai hasil
pengalaman unik dengan diri sendiri, dengan orang yang berarti dan
dengan sesuatu yang nyata dilingkungan. Bagaimanapun konsep diri
bisa atau tidak bisa merefleksikan realita. Pada masa bayi, konsep diri
terutama adalah kesadaran tentang eksistensi mandiri seseorang yang
dipelajari dimasa lalu sebagai hasil dari kontak sosial dan pengalaman
dengan orang lain. Proses ini menjadi lebih aktif selama masa toldler
ketika anak telah menggali batasan kemampuan mereka dan dampaknya

kepada orang lain. Anak usia sekolah lebih menyadari perbedaan


diantara orang, lebih sensitif dengan tekanan sosial, dan menjadi lebih
sibuk memikirkan masalah kritikan-diri dan evaluasi-diri. Selama
masalah remaja awal, anak lebih berfokus pada perubah fisik dan emosi
yang terjadi dan pada penerimaan teman sebaya. Konsep diri diperjalas
selama masa remaja akhir ketika anak muda mengatur konsep diri
mereka disekitar nilai, tujuan, dan kompetensi yang didapat selama
anak kanak-kanak. (Donna L. Wong, dkk 2009).
Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi
kedalam beberapa tahap, yaitu :
1-1 tahun
a. Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi
pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau
orang lain.
b. Membedakan dirinya dari lingkungan
3-3 tahun
a. Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai
b. Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak
c. Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
d. Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi,
meniru, dan bersosialisasi.
3-6 tahun
a. Memiliki inisiatif
b. Mngenali jenis kelamin
c. Meningkatkan kesadaran diri
d. Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan
akan perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya.
e. Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
12-20 tahun
a. Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru,
keluarga tidak lagi dominan
b. Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru
c. Menguatnya identitas nasional

d. Menyadari kekuatan dan kelemahan


20-40 tahun
a. Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang
lain
b. Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri
c. Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya
tanggung jawab.
40-60 tahun
a. Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik
b. Mengevaluasi ulang tujuan hidup
c. Merasa nyaman dengan proses penuaan
Di atas 60 tahun
a. Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
b. Berkeinginan

untuk

meninggalkan

warisan

bagi

generasi

berikutnya. (A.Aziz Alimul, 2009)


5.

Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


Konsep diri individu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utama
adalah perkembangan, keluarga dan budaya, stresor, sumber, riwayat
keberhasilan dan kegagalan, serta penyakit.
a. Perkembangan
Saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep
diri berubah. Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan
yang suportif dan penuh kasih sayang, sementara anak-anak
membutuhkan kebebasan untuk menggali dan belajar.
b. Keluarga dan budaya
Nilai yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh kelarga dan
budaya. Selanjutnya, teman sebaya memengaruhi anak dan
dengan demikian memengaruhi rasa dirinya. Ketika anak
berkonfrontasi dengan membedakan harapan dari keluarga,
budaya, dan teman sebaya, rasa diri anak sering kali
membingungkan. Sebagai contoh, anak mungkin menyadari
bahwa orang tuanya mengharapkan ia tidak minum alkohol dan
mengharapkan ia menghadiri layanan agama setiap Sabtu
malam. Pada saat bersamaan, teman sebayanya meminum bir

dan mendorongnya untuk menghabiskan malam Sabtunya


dengan mereka.
c. Stresor
Stresor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil
menghadapi masalah. Di pihak lain, stresor yang berlebihan
dapat

menyebabkan

respon

maladaptif

termasuk

penyalahgunaan zat, menarik diri, dan ansietas. Kemampuan


individu untuk menangani stresor sangat bergantung pada
sumber daya personal.
d. Sumber Daya
Individu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh
sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri,
sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan,
pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum,
semakin besar jumlah sumber daya yang dimiliki dan digunakan
individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif.
e. Riwayat keberhasilan dan kegagalan
Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri
mereka sebagai orang yang gagal, sementara individu yang
memiliki riwayat keberhasilan memiliki konsep diri yang lebih
positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak
keberhasilan
f. Penyakit
Penyakit dan trauma juga dapat memengaruhi konsep diri.
Seorang wanita yang telah menjalani mastektomi mungkin
memandang diri mereka tidak lagi menarik. Selain itu,
kehilangan akibat mastektomi dapat memengaruhi cara ia
bertindak dan menilai dirinya sendiri. Individu berespons
terhadap stresor, seperti penyakit dan gangguan fungsi akibat
penuaan dalam berbagai cara : menerima, menyangkal, menarik
diri, dan depresi adalah reaksi yang umum.
B. Tanda dan Gejala
1.
Keputusasaan
Batasan Karakteristik
a. Menutup mata
b. Penurunan afek

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Penurunan selera makan


Penurunan respon terhadap stimulus
Penurunan verbalisasi
Kurang inisiatif
Kurang keterlibatan dalam asuhan
Pasif
Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak

bicara
j. Gangguan pola tidur
k. Meninggalkan orang yang mengajak bicara
l. Isyarat verbal (misalnya : isi putus asa, saya tidak dapat,
2.

mengehla napas)
Gangguan Citra Tubuh
Batasan Karakteristik:
a.
b.
c.
d.

Perilaku mengenali tubuh individu


Perilaku menghindari tubuh individu
Perilaku memantau tubuh individu
Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh (mis:

penampilan, struktur, fungsi)


e. Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis:
penampilan, struktur, fungsi)
f. Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan

perubahan

pandangan tentang tubuh individu (mis: perubahan, struktur,


fungsi)
g. Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan
individu dalam penampilan
Objektif
a. Perubahan actual pada fungsi
b. Perubahan actual pada struktur
c. Perilaku mengenali tubuh individu
d. Perilaku memantau tubuh individu
e. Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special
tubuh terhadap lingkungan
f. Perubahan dalam keterlibatan social
g. Perluasan batasan tubuh untuk
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

menggabungkan

lingkungan
Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh
Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
Kehilangan bagian tubuh
Tidak melihat bagian tubuh
Tidak menyentuh bagian tubuh
Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh

objek

Subjektif
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
3.

Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral


Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
Penekanan pada kekuatan yang tersisa
Ketakutan terhadap reaksi orang lain
Fokus pada penampilan masa lalu
Perasaan negative tentang sesuatu
Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
Fokus pada perubahan
Fokus pada kehilangan
Menolak memverifikasi perubahan actual
Mengungkapkan perubahan gaya hidup

Gangguan Identitas Personal


Batasan Karakteristik
a. Sifat personal kontradiktif
b. Deskripsi waham tentang diri sendiri
c. Gangguan citra tubuh
d. Kebingungan gender
e. Ketidakefektifan koping
f. Gangguan hubungan
g. Ketidakefektifan performa peran
h. Merasa koping
i. Merasa aneh
j. Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
k. Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal
l. Ketidakpastian

tentang

nilai

budaya

(misalnya

(misalnya

mempertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)


m. Ketidakpastian tentang tujuan
n. Ketidakpastian

tentang

nilai

ideologis

mepertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)


4.

Harga Diri Rendah Kronik


Batasan Karakteristik :
a. Bergantung pada pendapat orang lain
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa
c. Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
d. Secara berlebihan mencari penguatan

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
5.

Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup


Enggan mencoba situasi baru
Enggan mencoba hal baru
Perilaku bimbang
Kontak mata kurang
Perilaku tidak asertif
Sering kali mencari penegasan
Pasif
Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
Ekspresi rasa bersalah
Ekspresi rasa malu

Harga Diri Rendah Situasional


Batasan Karakteristik :
a. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
b.
c.
d.
e.

peristiwa
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi
Perilaku bimbang
Perilaku tidak asertif
Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap

harga diri
f. Ekspresi ketidakberdayaan
g. Ekspresi ketifakbergunaan
h. Verbalisasi meniadakan diri
6.
Kesiapan Meningkatkan Konsep Diri
Batasan Karakterisitik
a. Menerima keterbatasan
b. Menerima kekuatan
c. Tindakan selaras dengan ekspresi verbal
d. Mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan
e. Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh
f. Mengekspresikan kepuasan dengan identitas pribadi
g. Mengekspresikan kepuasan dengan performa peran
h. Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga
i. Mengekspresikan kepuasan dengan gagasan tentang diri sendiri
j. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri

C. Pohon Masalah (Dalam Bentuk Bagan Berdasarkan Patofisiologi)


Faktor Predisposisi
Ketergantung
an pada orang
lain

Ideal diri
tidak realistis

Stessor
(perasaan ditolak
dari lingkungan)

Kehilangan
objek (sanak
saudara)

Koping individu
tidak efektif

Perasaan
tidak mampu
Mengkritik
diri sendiri

Faktor Presipitasi

Ketidak
efektifan koping

Kehilangan
pekerjaan,kehila
ngan peran,
perceraian

Kehilangan
fungsi/bagian
tubuh
Menerima
kenyataan
balik
positif dari
lingkunga
n sekitar

Menarik
diri

Perubahan
penampilan

Diskrimin
asi

Inisiatif
berkurang,
perasaan hampa

Umpan balik
positif dari
lingkungan sekitar

Gangguan
Identitas
Personal

Trauma

Persepsi positif
terhadap
perubahan

Risiko Gangguan
Identitas
Personal

Harga Diri Rendah


Gangguan
Citra Tubuh

Persiapan meningkatkan
konsep diri

Keputusasaan

D. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Tes MMPI
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ialah tes
kepribadian yang paling banyak digunakan secara luas dalam penelitian
dan penilaian dalam psikologi yang memakai skala klinis. Skala klinis
merupakan skala dengan penilaian objektif, yaitu bagaimana orang lain
menilai individu tersebut. Struktur MMPI yang terdiri dari 567
pertanyaan yang dijawab benar atau salah membutuhkan sekitar 60- 90
menit untuk diselesaikan. MMPI penting karena dapat digunakan untuk
membedakan orang yang normal dengan orang yang ada kemungkinan
ketidaknormalan dalam kepribadiannya. MMPI sampai saat ini masih
sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa
gangguan jiwa oleh psikiater.
2.
Electro Encephalography (EEG)
Electro Encephalography (EEG) merupakan pemeriksaan syaraf
otak dengan merekam gelombang gelombang otak. EEG adalah
pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk
menentukan adanya kelainan gelombang gelombang di otak secara
fungsional. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya :
a. Pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami
kejang.
b. Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit sistemik
(misalnya keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes,
gagal ginjal).
c. Melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur ( sleep
disorder ) atau narkolepsi.
d. Membantu menegakkan diagnosa koma.
e. Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan
trauma, tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan
penyakit degeneratif.
f. Membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat
menyebabkan

nyeri

kepala,

kemunduran intelektual.
3.

CT (Computed Tomography)

gangguan

perilaku

dan

CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang


sangat tinggi.Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi
perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space
occupying lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan
struktur otak.
4.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)


MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai
digunakan sejak tahun 1980 gambar yang dihasilkan juga
merupakan hasil rekonstruksi komputer. Namun berbeda dengan CTScan, MRI tidak menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan
medan magnet dan radiofrekuensi. MRI merupakan studi pilihan
bagi evaluasi pada sebagian besar lesi pada otak dan spinal. MRI
melakukan scan terhadap nukleus hidrogen yang merupakan atom
terbanyak ditubuh manusia.

E. Penatalaksanaan Medis
Pemberian terapi medis pada kasus gangguan psikososial juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan
antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok
pengambilan

kembali

neurotransmitter

norepineprin

dan

serotonin,

meningkatkan konsentrasinya pada sinapsis dan mengoreksi defisit yang


diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan
masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah
yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan, salah satunya obat jenis Tricyclic
Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin,
sesuai

dengan

fungsi

dari

obatnya

yaitu

untuk

meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan


motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang
diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia
sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
F. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut
Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian psikologis
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apaka klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakah klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah kien menolak untuk memberi respon?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinteraksi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
2. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
b. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
c. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?

3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan


orang lain?
d. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
e. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasan klien?
Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif
dan subjektif yang berfokus pada stresor konsep diri baik yang akurat maupun
potensial dan pada perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri.
Contoh stresor yang mungkin dirasakan perawat selama mengumpulkan
riwayat keperawatan termasuk kehilangan pekerjaan, awitan penyakit kronis
atau tunawisma. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku yang
diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh,
keengganan untuk mencoba hal hal baru, dan interaksi verbal dan non
verbal antara klien dengan orang lain (misalnya pengeksperian rasa malu atau
kegagalan untuk melihat pada bagian tubuh yang mengalami perubahan).
Data subjektif dikumpulkan untuk menentukan pandangan klien tentang diri
dan lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber data yang penting.
Bagaimana keluarga dan orang terdekat merasakan respons klien terhadap
ancaman pada harga diri?
Pengkajian keperawatan harus mencakup pertimbangan tentang
perilaku koping sebelumnya, sifat, besar, dan intensitar stresor dan sumber
internal dan eksternal klien. Sering kali perawat lupa untuk mengkaji
bagaimana klien mengatasi stresor di masa lalu. Koping klien bisa saja
melalui

penghindaran

terhadap

masalah,

pengumpulan

informasi,

membedakan keputusan tentang diri mereka terhadap masalah, pengumpulan

informasi, membedakan keputusan tentang diri mereka terhadap orang


terdekat untuk membuat, menyangkal, dan sebagainya. Tidak semua masalah
ditunjukkan dengan cara yang sama oleh klien, tetapi sering kali seseorang
menggunakan pola koping yang signifikan. Catatan medis klien adalah
sumber data objektif lainnya yang dapat menunjukkan riwayat koping negatif
melalui penggunaan alkohol atau bahan terlarang lainnya.
Juga penting untuk mengkaji aktivitas peningkatan kesehatan yang
dilakukan klien. Misalnya, apakah klien menghadiri kelompok duka cita atau
kelompok bercerai untuk mendapat dukungan selama peristiwa hidup yang
menegangkan? Suatu tinjauan tentang sumber didalam komunitas klien dan
keinginan atau minat klien dalam menggunakan sumber komunitas juga
membantu dalam menetapkan rencana perawatan. Rumah sakit dan perawatn
komunitas harus mewaspadai sumber untuk rujukan klien karena perawatan
tidak berakhir dengan berakhirnya perawatan dirumah.
Contoh Pertanyaan Pengkajian Konsep Diri
Respon khas yang menunjukkan Harga
Pertanyaan dari Perawat
Diri Rendah
IDENTITAS
Jawaban
yang
menunjukkan
Jika Anda tidak mengetahui diri penghinaan

tentang

diri

sendiri

Anda, bagaimana mungkin Anda akan (misalnya, Saya tidak terlalu baik,
menggambarkan diri Anda kepada Saya bukan apa apa, atau Saya
Saya?
CITRA TUBUH

terlalu kurus, gemuk, jelek.)


Adalah normal bagi seseorang untuk

Apakah ada sesuatu tentang tubuh membuat komentar tentang atribut


Anda yang Anda ubah? Jika ya, spesifik, seperti Hidung saya terlalu
perubahan apa?

panjang atau Paha saya terlalu


gemuk. Jika jawabannya berfokus
pada banyak hal, ini tidak sehat.
Jawaban

yang

menunjukkan

perbedaan dari apa sebenarnya orang


tersebut

juga

menyebabkan

kekhawatiran, seperti Berat badan


saya 75kg ;ebih ringan, atau Jika
saya bukan Hispanik, menunjukkan

ketidaknyamanan yang besar.


Pertanyaan tentang tidak menyukai

HARGA DIRI

Bagaimana perasaan Anda tentang diri sendiri atau tidak mencapai apa
diri Anda?

yang

seseorang

Apakah Anda memenuhi apa yang menyebabkan


Anda inginkan dalam hidup Anda Mengungkapkan
sejauh ini?

harapkan

juga

kekhawatiran.
ketidakberdayaan

atau keputusasaan menunjukkan sitres


diri.

PERAN

Perasaan tidak puas dalam peran

Apakah Anda pikir Anda telah menimbulkan stres konsep diri.


mampu menjadi (seorang ibu, anak
perempuan, seorang istri, seorang
suami, seorang ayah, anak laki laki)
dalam keluarga Anda dengan cara
yang Anda inginkan?
G. Diagnosa Keperawatan
1.
Keputusasaan
a. Definisi
Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang
hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan
pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan
sendiri
b. Batasan Karakteristik
1) Menutup mata
2) Penurunan afek
3) Penurunan selera makan
4) Penurunan respon terhadap stimulus
5) Penurunan verbalisasi
6) Kurang inisiatif
7) Kurang keterlibatan dalam asuhan
8) Pasif
9) Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang
mengajak bicara
10) Gangguan pola tidur
11) Meninggalkan orang yang mengajak bicara
12) Isyarat verbal (misalnya : isi putus asa, saya tidak
dapat, mengehla napas)

2.

c. Faktor yang Berhubungan


1) Diasingkan
2) Penurunan kondisi fisiologis
3) Stres jangka panjang
4) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
5) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
6) Pembatasan aktivitas jangka panjang
7) Isolasi sosial
Gangguan Citra Tubuh
a. Definisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik
individu
b. Batasan Karakteristik:
1) Perilaku mengenali tubuh individu
2) Perilaku menghindari tubuh individu
3) Perilaku memantau tubuh individu
4) Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh
(mis: penampilan, struktur, fungsi)
5) Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada
tubuh (mis: penampilan, struktur, fungsi)
6) Mengungkapkan
perasaan
yang
mencerminkan
perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis:
perubahan, struktur, fungsi)
7) Mengungkapkan
persepsi

yang

mencerminkan

perubahan individu dalam penampilan


Objektif
1) Perubahan actual pada fungsi
2) Perubahan actual pada struktur
3) Perilaku mengenali tubuh individu
4) Perilaku memantau tubuh individu
5) Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan
special tubuh terhadap lingkungan
6) Perubahan dalam keterlibatan social
7) Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek
lingkungan
8) Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh
9) Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
10) Kehilangan bagian tubuh
11) Tidak melihat bagian tubuh
12) Tidak menyentuh bagian tubuh
13) Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
14) Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh
Subjektif

1) Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang


netral
2) Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
3) Penekanan pada kekuatan yang tersisa
4) Ketakutan terhadap reaksi orang lain
5) Fokus pada penampilan masa lalu
6) Perasaan negative tentang sesuatu
7) Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
8) Fokus pada perubahan
9) Fokus pada kehilangan
10) Menolak memverifikasi perubahan actual
11) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
c. Faktor yang Berhubungan:
1) Biofisik, kognitif
2) Budaya, tahap perkembangan
3) Penyakit, cedera
4) Perceptual, psikososial, spiritual
5) Pembedahan, trauma
6) Terapi penyakit
3.

Gangguan Identitas Personal


a. Definisi
Ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang utuh dan
terintegrasi.
b. Batasan Karakteristik
1) Sifat personal kontradiktif
2) Deskripsi waham tentang diri sendiri
3) Gangguan citra tubuh
4) Kebingungan gender
5) Ketidakefektifan koping
6) Gangguan hubungan
7) Ketidakefektifan performa peran
8) Merasa koping
9) Merasa aneh
10) Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
11) Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan
eksternal
12) Ketidakpastian

tentang

nilai

budaya

(misalnya

mempertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)

13) Ketidakpastian tentang tujuan


14) Ketidakpastian

tentang

(misalnya:mepertanyakan

nilai

kepercayaan,

ideologis
agama,

dan

moral)
c. Faktor Yang Berhubungan
1) Harga diri rendah kronik
2) Indoktrinasi pemujaan
3) Diskontinuitas budaya
4) Diskriminasi
5) Disfungsi proses keluarga
6) Mengonsumsi zat kimia toksik
7) Inhalasi zat kimia toksik
8) Kondisi manik
9) Gangguan kepribadan ganda
10) Sindrom otak organik
11) Prasangka
12) Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi,
gangguan disosiatif)
13) Krisis situasional
14) Harga diri rendah situasional
15) Perubahan peran sosial
16) Tahap perkembangan
17) Tahap pertumbuhan
18) Penggunaan obat psikoaktif
4.

Risiko Gangguan Identitas Personal


a. Definisi
Risiko ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang
terintegrasi dan komplet
b. Faktor Risiko
1) Harga diri rendah kronik
2) Indoktrinasi pemujaan
3) Diskontinuitas budaya
4) Diskriminasi
5) Disfungsi proses keluarga
6) Mengonsumsi zat kimia toksik
7) Inhalasi zat kimia toksik

8) Kondisi manik
9) Gangguan kepribadian ganda
10) Sindrom otak organik
11) Prasangka
12) Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi,

5.

gangguan disosiatif)
13) Krisis situasional
14) Harga diri rendah situasional
15) Perubahan peran sosial
16) Tahap perkembangan
17) Tahap pertumbuhan
18) Penggunaan obat psikoaktif
Harga Diri Rendah Kronik
a. Definisi
Evaluasi diri/perasaan negative tentang diri sendiri atau
kecakapan diri yang berlangsung lama.
b. Batasan Karakteristik :
1) Bergantung pada pendapat orang lain
2) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa
3) Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri
sendiri
4) Secara berlebihan mencari penguatan
5) Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
6) Enggan mencoba situasi baru
7) Enggan mencoba hal baru
8) Perilaku bimbang
9) Kontak mata kurang
10) Perilaku tidak asertif
11) Sering kali mencari penegasan
12) Pasif
13) Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
14) Ekspresi rasa bersalah
15) Ekspresi rasa malu
c. Faktor yang Berhubungan :
1) Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan
2) Kurang kasih saying
3) Kurang persetujuan
4) Kurang keanggotaan dalam kelompok
5) Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri
6) Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri
7) Persepsi kurang rasa memiliki
8) Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
9) Gangguan psikiatrik
10) Kegagalan berulang

11) Penguatan negative berulang


12) Peristiwa traumatic
13) Situasi traumatic
6.

Harga Diri Rendah Situasional


a. Definisi
Perkembangan persepsi negative tentang harga diri sebagai
respons terhadap situasi saat ini.
b. Batasan Karakteristik :
1) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa
2) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
situasi
3) Perilaku bimbang
4) Perilaku tidak asertif
5) Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini

7.

terhadap harga diri


6) Ekspresi ketidakberdayaan
7) Ekspresi ketifakbergunaan
8) Verbalisasi meniadakan diri
c. Faktor yang Berhubungan :
1) Perilaku yang tidak selaras dengan nilai
2) Perubahan perkembangan
3) Gangguan citra tubuh
4) Kegagalan
5) Gangguan fungsional
6) Kurang penghargaan
7) Kehilangan
8) Penolakan
9) Perubahan peran social
Risiko Harga Diri Rendah Situasional
a. Definisi
Berisiko mengalami persepsi negative tentang harga diri sebagai
respons terhadap situasi saat ini
b. Faktor risiko
1) Perilaku tidak selaras dengan nilai
2) Penurunan kendali terhadap lingkungan
3) Perubahan perkembangan
4) Gangguan citra tubuh
5) Kegagalan
6) Gangguan fungsi
7) Riwayat ditinggalkan
8) Riwayat penganiayaan
9) Riwayat ketidakberdayaan yang dipelajari
10) Riwayat pengabaian
11) Kurang pengenalan
12) Kehilangan

13) Penyakit fisik


14) Penolakan
15) Perubahan peran sosial
16) Harapan diri tidak realistis
8.

Kesiapan Meningkatkan Konsep Diri


a. Definisi
Pola persepsi atau gagasan tentang diri yang memadai untuk
kesejahteraan dan dapat ditingkatkan.
b. Batasan Karakterisitik
1) Menerima keterbatasan
2) Menerima kekuatan
3) Tindakan selaras dengan ekspresi verbal
4) Mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan
5) Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh
6) Mengekspresikan kepuasan dengan identitas pribadi
7) Mengekspresikan kepuasan dengan performa peran
8) Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga
9) Mengekspresikan kepuasan dengan gagasan tentang diri
sendiri
10) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep
diri

H. Rencana Keperawatan
No

Diagnosa Keperawatan

Keputusasaan

Tujuan dan Kriteria


Intervensi (NIC)
Hasil (NOC)
Setelah
3x24
jam NIC
interaksi diharapkan:
a. Kaji
dan
Kriteria Hasil
dokumentasikan
a. Pengendalian diri
kemungkinan bunuh
terhadap depresi :
diri
tindakan personal b. Pantau
afek
dan
untuk
kemampuan membuat
meminimalkan
keputusan
sifat
melankolis c. Kaji
kebutuhan
dan
spiritual
mempertahankan
d. Pantau nutrisi : asupan
ketertarikan
dan berat badan
terhadap peristiwa e. Dukung
partisipasi
hidup
aktif dalam aktivitas
b. Tingkat depresi :
kelompok
untuk

c.

d.

e.

f.

g.

h.

tingkat keparahan
alam
perasaan
melankolis
dan
kehilangan minat
dalam
peristiwa
hidup
Harapan
:
optimisme
yang
secara
pribadi
memuaskan
dan
mendukung
kehidupan
Keseimbangan
alam
perasaan:
penyesuaian yang
tepat
terhadap
kecenderungan
emosi
yang
dominan
dalam
berespons terhadap
situasi
Energi
psikomotor
:
dorongan
dan
energi
individu
untuk
mempertahankan
aktivitas kehidupan
sehari-hari, nutrisi,
dan
keamanan
personal
Kualitas hidup :
tingkat
persepsi
positif
terhadap
situasi hidup saat
ini
Keinginan untuk
hidup : keinginan,
semangat,
dan
upaya
untuk
bertahan hidup
Menunjukkan
semangat
untuk
hidup

f.

g.

h.

i.

j.

k.
l.
m.
n.
o.

2.

Gangguan Citra Tubuh

NOC
a. Body Image
b. Self esteem
Setelah

3x24

memberikan
kesempatan terhadap
dukungan sosial dan
penyelesaian masalah
Buat agenda waktu
bersama pasien untuk
memberi kesempatan
dalam mengeksplorasi
tindakan koping
Gali bersama pasien
faktor
yang
berkontribusi terhadap
perasaan keputusasaan
Rekomendasikan
meluangkan
waktu
beberapa saat di luar
ruangan setiap hari ;
untuk pasien rawat
inap, letakkan tempat
tidur di dekat jendela
Beri penguatan positif
terhadap perilaku yang
menunjukkan inisiatif,
seperti kontak mata,
membuka
diri,
penurunan
jumlah
waktu tidur, perawatan
diri,
peningkatan
nafsu makan
Bantu pasien dan
keluarga
untuk
mengidentifikasi area
harapan
dalam
hidupnya
Bantu
pasien
mengembangkan
spiritual dirinya
Terapkan
panduan
meninjau hidup atau
nostalgia, jika perlu
Hindari
menutupi
kebenaran
Libatkan pasien secara
aktif dalam perawatan
diri sendiri
Dorong
hubungan
terapeutik
dengan
orang terdekat

NIC
Body image enhancement
a. Kaji secara verbal dan
non verbal respon klien
jam
terhadap tubuhnya

interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Body image positif
b. Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
c. Mendeskripsikan
secara
faktual
perubahan fungsi
tubuh
d. Mempertahankan
interaksi social

3.

Gangguan
Personal

Identitas NOC
a. Distorted Throught
Self-Control
b. Identity
c. Self-Mutilation
Restraint
Setelah
3x24
jam
interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Mengungkapkan
secara
verbal
tentang identitas
personal
b. Mengungkapkan
secara
verbal
penguatan tentang
identitas personal
c. Memperlihatkan
kesesuaian perilaku
verbal dan non
verbal

b. Monitor
frekuensi
mengkritik dirinya
c. Jelaskan
tentang
pengobatan, perawatan,
kemajuan
dalam
prognosis penyakit
d. Dorong
klien
mengungkapkan
perasaannya
e. Identifikasi
arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
f. Fasilitas kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
NIC
a. Pantau
pernyataan
pasien tentang harga
dirinya
b. Nilai apakah pasien
percaya diri terhadap
penilaiannya
c. Pantau
frekuensi
ungkapan verbal yang
negatif terhadap diri
sendiri
d. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
secara
verbal
konsekuensi
dari
perubahan fisik dan
emosi
yang
mempengaruhi konsep
diri
e. Berikan
perawatan
dengan sikap yang
tidak
menghakimi,
mempertahankan
privasi, dan martabat
pasien
f. Libatkan psien dalam
pengambilan
keputusan mengenai
perawatan
g. Bina
komunikasi
dengan pasien sejak
masuk rumah sakit
h. Fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
i. Dorong pasien untuk
mengidentifikasi
kekuatan
j. Berikan pengalaman

4.

Risiko
Gangguan NOC
Identitas Personal
a. Distorted Throught
Self-Control
b. Identity
c. Self-Mutilation
Restraint
Setelah
3x24
jam
interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Mengungkapkan
secara
verbal
tentang identitas
personal
b. Mengungkapkan
secara
verbal
penguatan tentang
identitas personal
c. Memperlihatkan
kesesuaian perilaku
verbal dan non
verbal

yang
dapat
meningkatkan
otonomi pasien, jika
perlu
k. Hindari
memberi
kritik negatif
l. Tunjukkan
rasa
percaya
terhadap
kemampuan
pasien
untuk
menghadapi
situasi
m. Dorong pasien untuk
mengevaluasi
perilakunya sendiri
NIC
Behaviour Management :
Self-Harm
a. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
secara
verbal
konsekuensi
dari
perubahan fisik dan
emosi
yang
mempengaruhi konsep
diri
Family
Involvement
Promotion
a. Bina
hubungan
dengan pasien sejak
masuk ke rumah sakit
b. Fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
c. Menjadi penghubung
antara pasien dan
keluarga
Self-Awareness
Enhancement
a. Pantau
pernyataan
pasien tentang harga
dirinya
b. Nilai apakah pasien
percaya diri terhadap
penilaiannya
c. Pantau
frekuensi
ungkapan verbal yang
negatif terhadap diri
sendiri
d. Dorong pasien untuk
mengidentifikasi
kekuatan
e. Berikan pengalaman
yang
dapat
meningkatkan

5.

Harga Diri
Kronis

Rendah Setelah
3x24
jam
interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Tingkat depresi :
keparahan
alam
perasaan
melankolis
dan
hilang minat dalam
peristiwa hidup
b. Kualitas hidup :
tingkat
persepsi
positif
tentang
situasi hidup saat
ini
c. Harga
diri
:
penilaian
diri
tentang
penghargaan diri
d. Mengungkapkan
penerimaan
diri
secara verbal
e. Mempertahankan
postur tubuh tegak
f. Mempertahankan
kontak mata
g. Menerima
kritik
dari orang lain

otonomi pasien, jika


diperlukan
f. Hindari
memberi
kritik negatif
g. Dorong pasien untuk
mengevaluasi
perilakunya sendiri
NIC
a. Pantau
pernyataan
pasien tentang harga
diri
b. Tentukan rasa percaya
diri pasien dalam
penilaian diri
c. Pantau
frekuensi
ucapan peniadaan diri
d. Ajarkan keterampilan
untuk bersikap positif
melalui
bermain
peran, model peran,
diskusi, dsb
e. Tentukan
batasan
tentang ucapan negatif
(misalnya
:
menyangkut frekuensi,
isi pembicaraan, dan
pendengar)
f. Beri penguatan atas
kekuatan diri yang
diidentifikasikan oleh
pasien
g. Bantu
pasien
mengidentifikasi
respon positif dari
orang lain
h. Hindari tindakan yang
dapat mengusik pasien
i. Bantu
penyusunan
tujuan yang realistis
untuk mencapai harga
diri yang lebih tinggi
j. Bantu pasien mengkaji
kembali
persepsi
negatif tentang dirinya
k. Beri penghargaan atau
pujian atas kemajuan
pasien
dalam
mencapai tujuan
l. Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang
dapat meningkatkan
harga diri

6.

Harga Diri
Situasional

Rendah NOC
NIC
a. Body
image, Self Esteem Enhancement
disturbed
a. Tunjukkan
rasa
b. Coping, ineffective
percaya diri terhadap
c. Personal identity,
kemampuan pasien
disturbed
untuk
mengatasi
d. Health behaviour,
situasi
risk
b. Dorong
pasien
e. Self
esteem
mengidentifikasi
situasional, low
kekuatan dirinya
c. Ajarkan
Setelah
3x24
jam
keterampilan
interaksi diharapkan:
perilaku yang positif
Kriteria Hasil
melalui
bermain
a. Adaptasi terhadap
peran, model peran,
ketunandayaan
diskusi
fisik
:
respon
d. Dukung peningkatan
adaptif
klien
tanggung jawab diri,
terhadap tantangan
jika diperlukan
fungsional penting
e. Buat
statement
akibat
positif
terhadap
ketunandayaan
pasien
fisik
f. Monitor
frekuensi
b. Resolusi berduka :
komunikasi verbal
penyesuaian
pasien yang negatif
dengan kehilangan
g. Dukung
pasien
aktual
atau
untuk
menerima
kehilangan
yang
tantangan bar
akan terjadi
h. Kaji alasan-alasan
c. Penyesuaian
untuk
mengkritik
psikososial
:
atau
menyalahkan
perubahan hidup :
diri sendiri
respon psikososial
i. Kolaborasi dengan
adaptif
individu
sumber-sumber lain
terhadap perubahan
(petugas dinas sosial,
bermakna
dalam
perawat
spesialis
hidup
klinis, dan layanan
d. Menunjukkan
keagamaan)
penilaian pribadi Body
Image
tentang harga diri
Enhancement
e. Mengungkapkan
Counseling
penerimaan diri
a. Mengguakan
f. Komunikasi
proses
terbuka
pertolongan
g. Mengatakan
interaktif yang
optimisme tentang
berfokus
pada
masa depan
kebutuhan,
h. Menggunakan
masalah,
atau
strategi
koping
perasaan pasien
efektif
dan
orang
terdekat untuk
meningkatkan
atau mendukung

7.

Risiko
Harga
Diri NOC
Rendah Situasional
a. Body
image,
disturbed
b. Coping,
ineffective
c. Personal identity,
disturbed
d. Health behaviour,
risk
e. Self
esteem
situasional, low
Setelah
3x24
jam
interaksi diharapkan:
Kriteria Hasil
a. Adaptasi terhadap
ketunandayaan fisik
: respon adaptif
klien
terhadap
tantangan
fungsional penting
akibat
ketunandayaan fisik
b. Resolusi berduka :
penyesuaian
dengan kehilangan
aktual
atau
kehilangan
yang
akan terjadi
c. Penyesuaian
psikososial
:
perubahan hidup :
respon psikososial
adaptif
individu
terhadap perubahan
bermakna
dalam
hidup
d. Menunjukkan
penilaian
pribadi
tentang harga diri
e. Mengungkapkan
penerimaan diri
f. Komunikasi
terbuka
g. Mengatakan
optimisme tentang
masa depan
h. Menggunakan
strategi
koping

koping,
pemecahan
masalah
Coping Enhancement
NIC
Self Esteem Enhancement
Tunjukkan rasa percaya diri
terhadap
kemampuan
pasien untuk mengatasi
situasi
a. Dorong
pasien
mengidentifikasi
kekuatan dirinya
b. Ajarkan
keterampilan
perilaku yang positif
melalui
bermain
peran, model peran,
diskusi
c. Dukung peningkatan
tanggung jawab diri,
jika diperlukan
d. Buat
statement
positif
terhadap
pasien
e. Monitor frekuensi
komunikasi verbal
pasien yang negatif
f. Dukung
pasien
untuk
menerima
tantangan bar
g. Kaji alasan-alasan
untuk
mengkritik
atau menyalahkan
diri sendiri
h. Kolaborasi dengan
sumber-sumber lain
(petugas
dinas
sosial,
perawat
spesialis klinis, dan
layanan keagamaan)
Body
Image
Enhancement
Counseling
a. Mengguakan proses
pertolongan interaktif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah,
atau perasaan pasien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau
mendukung
koping,
pemecahan

efektif
8

Kesiapan
Setelah
3x24
jam
Meningkatkan Konsep interaksi diharapkan:
Diri
Kriteria Hasil
a. Citra
tubuh
:
persepsi
tentang
penampilan
dan
fungsi
tubuh
individu
b. Otonomi pribadi :
tindakan
pribadi
pada individu yang
kompeten
untuk
melatih
kepemimpinan
dalam
keputusan
hidup
c. Harga
diri
:
penilaian
diri
tentang harga diri
d. Verbalisasi tentang
penerimaan diri
e. Penerimaan pujian
dari orang lain

masalah
Coping Enhancement
NIC
a. Kaji bukti konsep diri
positif (misalnya :
alam perasaan, citra
tubuh
positif,
kepuasan
terhadap
tanggung jawab peran,
persepsi
tentang
kepuasan terhadap diri
sendiri secara umum)
b. Pantau
pernyataan
pasien tentang harga
diri
c. Tentukan kepercayaan
diri pasien terhadap
penilaian sendiri
d. Ajarkan keterampilan
perilaku
positif
melalui
bermain
peran, model peran,
diskusi, dsb
e. Bantu
klien
mengantisipasi
perubahan
perkembangan
dan
perubahan situasional
yang
dapat
mempengaruhi
performa peran dan
harga diri
f. Tunjukkan
rasa
percaya
terhadapa
kemampuan
pasien
untuk
menangani
situasi
g. Dorong
pasien
menerima tantangan
baru
h. Beri penguatan atas
kekuatan pribadi yang
diidentifikasi pasien
i. Bantu
pasien
mengidentifikasi
respon positif dari
orang lain
j. Bantu
menetapkan
tujuan realistis untuk
mencapai harga diri
yang lebih tinggi
k. Beri penghargaan atau
puji kemajuan pasien

ke arah
tujuan

pencapaian

I. Referensi
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Wong, Donna L., Dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik. Jakarta:
EGC
Hidayat, A.Aziz Alimun 2002. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Ed 3
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.
Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 20122014. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2.
Jakarta : MediAction

.2015
Nama Pembimbing / CI:

Nama Mahasiswa

..
...
NIP

NIM

Nama Pembimbing / CT

.
NIP.

Anda mungkin juga menyukai