Anda di halaman 1dari 85

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

V DENGAN KASUS
GANGGUAN PSIKOSOSIAL : GANGGUAN KONSEP
DIRI HARGA DIRI RNDAH (HDR) DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH MADANI PALU

( Stase Kep. Jiwa)

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

CI Institusi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KONSEP DIRI

A. Konsep Dasar Konsep Diri


1. Pengertian
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta
lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat
meyakini bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang uth dan unik
sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya yang diperoleh
melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan
membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan
konsep diri diluspengaruhi oleh pengalaman interpersonal dal kultural yang
memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai
bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan
pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang
berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau
stesor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, idea diri, harga diri,
identitas dan peran.

2. Komponen Konsep Diri

Terdapat empat komponen konsep diri, yaitu :


a. Gambaran Citra Diri
Gambaran atau citra diri (body image) mencangkup sikap individu
terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan
fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait
dengan seksualitas,femininitas dan maskualinitas, keremajaan,
kesehatan dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten
dengan struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa
kelainan citra diri memeliki akar psikolog yang dalam, misalnya
kelainan pola makan seperti anoreksia. Citra diri mempengaruhi oleh
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat lebih
jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri
lainnya. Selain citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya.
Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas
mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang, misalnya
berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan
sebagainya
b. Harga Diri
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya
dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang
lain. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri
maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh
perasaan diterima,dicintai, dihormati oleh orang lain, serta
keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.
c. Peran
Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh msyarakat
yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola
sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai orang tua,
atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan
pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat
dipenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya,
kegagalan untuk memenuhi harapann atas peran dapat menyebabkan
penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang.

d. Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri
suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang
sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan
perbedaan dan keunikan dibandingkan dengan orang lain. Identitas
sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang
didengar seorang dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan
identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas
seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual
merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau
wanita dan mencangkup orlentasi seksual
3. Jenis Konsep Diri
Dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif.
a. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri


dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik
sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu
yang memiliki konsep diri positif yang dapat memahami dan menerima
sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri
sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat
menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif
akan merancang tujuan-tujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu dengan
yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu
menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup
adalah suatu proses penemuan.
b. Konsep Diri Negatif

konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:


1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur,
tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-
benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang
dihargai dalam kehidupannya.
2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini
bisaterjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras,
sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya
penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya
merupakan cara hidup yang tepat.

4. Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara
bertahap, saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai
nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana
kaki, tangan, mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan
memperlancar proses tumbuh-kembang anak. Pengalaman dalam keluarga
merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan
perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau ditolak dan dalam
keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru
perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat agar
individu mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas. Dengan
demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan
perkembangan kepribadiaan seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang
positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar
bekalang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif bersal dari pengalaman
yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman.
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
meladaptif. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai
stresor, dengan adanya stresor akan menyebabkan ketidakkeseimbangan dalam
diri sendiri. Dalam menguasai ketidakseimbangan tersebut individu
menggunakan koping yang bersifat mambangun ataupun kopik yang bersifat
merusak. (Suliswati,dkk,2005)

Konsep diri mencangkup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada


dalam pengetahuan seseorang tentangdirinya sendiri dan yang memengaruhi
hubungan individu tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada sejak
lahir tapi berkembang perlahan-lahan sebagai hasil pengalaman unik dengan
diri sendiri, dengan orang yang berarti dan dengan sesuatu yang nyata
dilingkungan. Bagaimanapun konsep diri bisa atau tidak bisa merefleksikan
realita. Pada masa bayi, konsep diri terutama adalah kesadaran tentang
eksistensi mandiri seseorang yang dipelajari dimasa lalu sebagai hasil dari
kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Proses ini menjadi lebih
aktif selama masa toldler ketika anak telah menggali batasan kemampuan
mereka dan dampaknya kepada orang lain. Anak usia sekolah lebih menyadari
perbedaan diantara orang, lebih sensitif dengan tekanan sosial, dan menjadi
lebih sibuk memikirkan masalah kritikan-diri dan evaluasi-diri. Selama
masalah remaja awal, anak lebih berfokus pada perubah fisik dan emosi yang
terjadi dan pada penerimaan teman sebaya. Konsep diri diperjalas selama
masa remaja akhir ketika anak muda mengatur konsep diri mereka disekitar
nilai, tujuan, dan kompetensi yang didapat selama anak kanak-kanak. (Donna
L. Wong, dkk 2009).
Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi
kedalam beberapa tahap, yaitu :
1-1 tahun
 Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi
pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang
lain.
 Membedakan dirinya dari lingkungan
3-3 tahun
 Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai
 Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak
 Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
 Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru,
dan bersosialisasi.
3-6 tahun
 Memiliki inisiatif
 Mngenali jenis kelamin
 Meningkatkan kesadaran diri
 Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan
perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya.
 Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
12-20 tahun
 Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga
tidak lagi dominan
 Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru
 Menguatnya identitas nasional
 Menyadari kekuatan dan kelemahan
20-40 tahun
 Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
 Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri
 Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung
jawab.
40-60 tahun
 Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik
 Mengevaluasi ulang tujuan hidup
 Merasa nyaman dengan proses penuaan
Di atas 60 tahun
 Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
 Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya.
(A.Aziz Alimul, 2009)

5. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri individu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utama


adalah perkembangan, keluarga dan budaya, stresor, sumber, riwayat
keberhasilan dan kegagalan, serta penyakit.
a. Perkembangan

Saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep


diri berubah. Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang
suportif dan penuh kasih sayang, sementara anak-anak membutuhkan
kebebasan untuk menggali dan belajar.
b. Keluarga dan budaya

Nilai yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh kelarga dan
budaya. Selanjutnya, teman sebaya memengaruhi anak dan dengan
demikian memengaruhi rasa dirinya. Ketika anak berkonfrontasi
dengan membedakan harapan dari keluarga, budaya, dan teman
sebaya, rasa diri anak sering kali membingungkan. Sebagai contoh,
anak mungkin menyadari bahwa orang tuanya mengharapkan ia tidak
minum alkohol dan mengharapkan ia menghadiri layanan agama
setiap Sabtu malam. Pada saat bersamaan, teman sebayanya meminum
bir dan mendorongnya untuk menghabiskan malam Sabtunya dengan
mereka.
c. Stresor

Stresor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil


menghadapi masalah. Di pihak lain, stresor yang berlebihan dapat
menyebabkan respon maladaptif termasuk penyalahgunaan zat,
menarik diri, dan ansietas. Kemampuan individu untuk menangani
stresor sangat bergantung pada sumber daya personal.
d. Sumber Daya

Individu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh


sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri, sedangkan
sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang
memadai, dan organisasi. Secara umum, semakin besar jumlah sumber
daya yang dimiliki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep
diri semakin positif.
e. Riwayat keberhasilan dan kegagalan

Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri


mereka sebagai orang yang gagal, sementara individu yang memiliki
riwayat keberhasilan memiliki konsep diri yang lebih positif, yang
kemungkinan dapat mencapai lebih banyak keberhasilan
f. Penyakit

Penyakit dan trauma juga dapat memengaruhi konsep diri.


Seorang wanita yang telah menjalani mastektomi mungkin
memandang diri mereka tidak lagi menarik. Selain itu, kehilangan
akibat mastektomi dapat memengaruhi cara ia bertindak dan menilai
dirinya sendiri. Individu berespons terhadap stresor, seperti penyakit
dan gangguan fungsi akibat penuaan dalam berbagai cara : menerima,
menyangkal, menarik diri, dan depresi adalah reaksi yang umum.

B. Tanda dan Gejala


1. Keputusasaan

Batasan Karakteristik
 Menutup mata
 Penurunan afek
 Penurunan selera makan
 Penurunan respon terhadap stimulus
 Penurunan verbalisasi
 Kurang inisiatif
 Kurang keterlibatan dalam asuhan
 Pasif
 Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak
bicara
 Gangguan pola tidur
 Meninggalkan orang yang mengajak bicara
 Isyarat verbal (misalnya : isi putus asa, “saya tidak dapat”, mengehla
napas)
2. Gangguan Citra Tubuh

Batasan Karakteristik:
 Perilaku mengenali tubuh individu
 Perilaku menghindari tubuh individu
 Perilaku memantau tubuh individu
 Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh (mis:
penampilan, struktur, fungsi)
 Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis:
penampilan, struktur, fungsi)
 Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan
tentang tubuh individu (mis: perubahan, struktur, fungsi)
 Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu
dalam penampilan

Objektif
 Perubahan actual pada fungsi
 Perubahan actual pada struktur
 Perilaku mengenali tubuh individu
 Perilaku memantau tubuh individu
 Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special tubuh
terhadap lingkungan
 Perubahan dalam keterlibatan social
 Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan
 Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh
 Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
 Kehilangan bagian tubuh
 Tidak melihat bagian tubuh
 Tidak menyentuh bagian tubuh
 Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
 Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh
Subjektif
 Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral
 Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
 Penekanan pada kekuatan yang tersisa
 Ketakutan terhadap reaksi orang lain
 Fokus pada penampilan masa lalu
 Perasaan negative tentang sesuatu
 Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
 Fokus pada perubahan
 Fokus pada kehilangan
 Menolak memverifikasi perubahan actual
 Mengungkapkan perubahan gaya hidup

3. Gangguan Identitas Personal

Batasan Karakteristik
 Sifat personal kontradiktif
 Deskripsi waham tentang diri sendiri
 Gangguan citra tubuh
 Kebingungan gender
 Ketidakefektifan koping
 Gangguan hubungan
 Ketidakefektifan performa peran
 Merasa koping
 Merasa aneh
 Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
 Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal
 Ketidakpastian tentang nilai budaya (misalnya : mempertanyakan
kepercayaan, agama, dan moral)
 Ketidakpastian tentang tujuan
 Ketidakpastian tentang nilai ideologis (misalnya : mepertanyakan
kepercayaan, agama, dan moral)
4. Harga Diri Rendah Kronik

Batasan Karakteristik :
 Bergantung pada pendapat orang lain
 Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
 Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
 Secara berlebihan mencari penguatan
 Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
 Enggan mencoba situasi baru
 Enggan mencoba hal baru
 Perilaku bimbang
 Kontak mata kurang
 Perilaku tidak asertif
 Sering kali mencari penegasan
 Pasif
 Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
 Ekspresi rasa bersalah
 Ekspresi rasa malu
5. Harga Diri Rendah Situasional

Batasan Karakteristik :
 Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
 Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi
 Perilaku bimbang
 Perilaku tidak asertif
 Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap harga
diri
 Ekspresi ketidakberdayaan
 Ekspresi ketifakbergunaan
 Verbalisasi meniadakan diri
6. Kesiapan Meningkatkan Konsep Diri

Batasan Karakterisitik
 Menerima keterbatasan
 Menerima kekuatan
 Tindakan selaras dengan ekspresi verbal
 Mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan
 Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh
 Mengekspresikan kepuasan dengan identitas pribadi
 Mengekspresikan kepuasan dengan performa peran
 Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga
 Mengekspresikan kepuasan dengan gagasan tentang diri sendiri
 Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri
C. Pohon Masalah (Dalam Bentuk Bagan Berdasarkan Patofisiologi)

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

Ketergantunga Stessor Kehilangan


n pada orang Kehilangan Kehilangan
Ideal diri tidak (perasaan
objek (sanak pekerjaan,kehila Perubahan
lain ditolak dari
fungsi/bagian ngan peran,
realistis saudara) penampilan
lingkungan) tubuh perceraian

Menerima Menarik Diskrimi


Koping individu kenyataan diri nasi
Perasaan tidak tidak efektif balik
mampu
Mengkritik Inisiatif
diri sendiri Umpan balik berkurang,
Ketidak perasaan hampa
positif dari
efektifan koping lingkungan sekitar

Gangguan
Identitas Persepsi positif
Trauma Personal terhadap
perubahan

Risiko Gangguan
Identitas
Harga Diri Rendah Personal

Gangguan Citra
Tubuh
Keputusasaan

Persiapan meningkatkan
konsep diri
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes MMPI

Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ialah tes


kepribadian yang paling banyak digunakan secara luas dalam penelitian dan
penilaian dalam psikologi yang memakai skala klinis. Skala klinis merupakan
skala dengan penilaian objektif, yaitu bagaimana orang lain menilai individu
tersebut. Struktur MMPI yang terdiri dari 567 pertanyaan yang dijawab benar
atau salah membutuhkan sekitar 60- 90 menit untuk diselesaikan. MMPI
penting karena dapat digunakan untuk membedakan orang yang normal
dengan orang yang ada kemungkinan ketidaknormalan dalam kepribadiannya.
MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai
alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh psikiater.
2. Electro Encephalography (EEG)

Electro Encephalography (EEG) merupakan pemeriksaan syaraf otak


dengan merekam gelombang gelombang otak. EEG adalah pemeriksaan
penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk menentukan adanya
kelainan gelombang gelombang di otak secara fungsional. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui adanya :
a. Pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami kejang.
b. Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit sistemik
(misalnya keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal
ginjal).
c. Melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur ( sleep disorder )
atau narkolepsi.
d. Membantu menegakkan diagnosa koma.
e. Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan
trauma, tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan penyakit
degeneratif.
f. Membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat
menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan kemunduran
intelektual.
3. CT (Computed Tomography)

CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat


tinggi.Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan
intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying
lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan struktur otak.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai


digunakan sejak tahun 1980 gambar yang dihasilkan juga merupakan hasil
rekonstruksi komputer. Namun berbeda dengan CT-Scan, MRI tidak
menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan medan magnet dan
radiofrekuensi. MRI merupakan studi pilihan bagi evaluasi pada sebagian
besar lesi pada otak dan spinal. MRI melakukan scan terhadap nukleus
hidrogen yang merupakan atom terbanyak ditubuh manusia.
E. Penatalaksanaan Medis

Pemberian terapi medis pada kasus gangguan psikososial juga tidak


digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan
antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan
kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya
pada sinapsis dan mengoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan
melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien
dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin,
norepineprin.

Terdapat banyak jenis antidepresan, salah satunya obat jenis Tricyclic Anti
Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan
fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin
sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami
skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
F. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial adalah sebagai
berikut :
1. Pengkajian psikologis
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apaka klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakah klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah kien menolak untuk memberi respon?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinteraksi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
2. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
b. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
c. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang
lain?
d. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
e. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasan klien?
Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif dan
subjektif yang berfokus pada stresor konsep diri baik yang akurat maupun potensial
dan pada perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh stresor yang
mungkin dirasakan perawat selama mengumpulkan riwayat keperawatan termasuk
kehilangan pekerjaan, awitan penyakit kronis atau tunawisma. Data objektif
selanjutnya termasuk perilaku yang diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi
terhadap perubahan citra tubuh, keengganan untuk mencoba hal – hal baru, dan
interaksi verbal dan non verbal antara klien dengan orang lain (misalnya
pengeksperian rasa malu atau kegagalan untuk melihat pada bagian tubuh yang
mengalami perubahan). Data subjektif dikumpulkan untuk menentukan pandangan
klien tentang diri dan lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber data yang
penting. Bagaimana keluarga dan orang terdekat merasakan respons klien terhadap
ancaman pada harga diri?
Pengkajian keperawatan harus mencakup pertimbangan tentang perilaku
koping sebelumnya, sifat, besar, dan intensitar stresor dan sumber internal dan
eksternal klien. Sering kali perawat lupa untuk mengkaji bagaimana klien mengatasi
stresor di masa lalu. Koping klien bisa saja melalui penghindaran terhadap masalah,
pengumpulan informasi, membedakan keputusan tentang diri mereka terhadap
masalah, pengumpulan informasi, membedakan keputusan tentang diri mereka
terhadap orang terdekat untuk membuat, menyangkal, dan sebagainya. Tidak semua
masalah ditunjukkan dengan cara yang sama oleh klien, tetapi sering kali seseorang
menggunakan pola koping yang signifikan. Catatan medis klien adalah sumber data
objektif lainnya yang dapat menunjukkan riwayat koping negatif melalui
penggunaan alkohol atau bahan terlarang lainnya.
Juga penting untuk mengkaji aktivitas peningkatan kesehatan yang
dilakukan klien. Misalnya, apakah klien menghadiri kelompok duka cita atau
kelompok bercerai untuk mendapat dukungan selama peristiwa hidup yang
menegangkan? Suatu tinjauan tentang sumber didalam komunitas klien dan
keinginan atau minat klien dalam menggunakan sumber komunitas juga membantu
dalam menetapkan rencana perawatan. Rumah sakit dan perawatn komunitas harus
mewaspadai sumber untuk rujukan klien karena perawatan tidak berakhir dengan
berakhirnya perawatan dirumah.
Contoh Pertanyaan Pengkajian Konsep Diri
Respon khas yang menunjukkan Harga
Pertanyaan dari Perawat
Diri Rendah
IDENTITAS Jawaban yang menunjukkan penghinaan
“Jika Anda tidak mengetahui diri Anda, tentang diri sendiri (misalnya, Saya tidak
bagaimana mungkin Anda akan terlalu baik,” “Saya bukan apa – apa,”
menggambarkan diri Anda kepada Saya?” atau “ Saya terlalu kurus, gemuk, jelek.”)
CITRA TUBUH Adalah normal bagi seseorang untuk
“Apakah ada sesuatu tentang tubuh Anda membuat komentar tentang atribut
yang Anda ubah? Jika ya, perubahan spesifik, seperti “Hidung saya terlalu
apa?” panjang” atau “Paha saya terlalu gemuk.”
Jika jawabannya berfokus pada banyak
hal, ini tidak sehat.
Jawaban yang menunjukkan perbedaan
dari apa sebenarnya orang tersebut juga
menyebabkan kekhawatiran, seperti
“Berat badan saya 75kg ;ebih ringan,”
atau “Jika saya bukan Hispanik,”
menunjukkan ketidaknyamanan yang
besar.
HARGA DIRI Pertanyaan tentang tidak menyukai diri
“Bagaimana perasaan Anda tentang diri sendiri atau tidak mencapai apa yang
Anda?” seseorang harapkan juga menyebabkan
“Apakah Anda memenuhi apa yang Anda kekhawatiran. Mengungkapkan
inginkan dalam hidup Anda sejauh ini?” ketidakberdayaan atau keputusasaan
menunjukkan sitres diri.

PERAN Perasaan tidak puas dalam peran


“Apakah Anda pikir Anda telah mampu menimbulkan stres konsep diri.
menjadi (seorang ibu, anak perempuan,
seorang istri, seorang suami, seorang
ayah, anak laki – laki) dalam keluarga
Anda dengan cara yang Anda inginkan?”
G. Diagnosa Keperawatan
1. Keputusasaan
a. Definisi

Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya ada


sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan tidak
mampu memobilisasi energi demi kepentingan sendiri
b. Batasan Karakteristik
 Menutup mata
 Penurunan afek
 Penurunan selera makan
 Penurunan respon terhadap stimulus
 Penurunan verbalisasi
 Kurang inisiatif
 Kurang keterlibatan dalam asuhan
 Pasif
 Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang
mengajak bicara
 Gangguan pola tidur
 Meninggalkan orang yang mengajak bicara
 Isyarat verbal (misalnya : isi putus asa, “saya tidak dapat”,
mengehla napas)
c. Faktor yang Berhubungan
 Diasingkan
 Penurunan kondisi fisiologis
 Stres jangka panjang
 Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
 Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
 Pembatasan aktivitas jangka panjang
 Isolasi sosial
2. Gangguan Citra Tubuh
a. Definisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
b. Batasan Karakteristik:
 Perilaku mengenali tubuh individu
 Perilaku menghindari tubuh individu
 Perilaku memantau tubuh individu
 Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh
(mis: penampilan, struktur, fungsi)
 Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
(mis: penampilan, struktur, fungsi)
 Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh individu (mis: perubahan, struktur,
fungsi)
 Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan
individu dalam penampilan
Objektif
 Perubahan actual pada fungsi
 Perubahan actual pada struktur
 Perilaku mengenali tubuh individu
 Perilaku memantau tubuh individu
 Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan
special tubuh terhadap lingkungan
 Perubahan dalam keterlibatan social
 Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek
lingkungan
 Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh
 Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
 Kehilangan bagian tubuh
 Tidak melihat bagian tubuh
 Tidak menyentuh bagian tubuh
 Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
 Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh
Subjektif
 Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral
 Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
 Penekanan pada kekuatan yang tersisa
 Ketakutan terhadap reaksi orang lain
 Fokus pada penampilan masa lalu
 Perasaan negative tentang sesuatu
 Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
 Fokus pada perubahan
 Fokus pada kehilangan
 Menolak memverifikasi perubahan actual
 Mengungkapkan perubahan gaya hidup
c. Faktor yang Berhubungan:
 Biofisik, kognitif
 Budaya, tahap perkembangan
 Penyakit, cedera
 Perceptual, psikososial, spiritual
 Pembedahan, trauma
 Terapi penyakit
3. Gangguan Identitas Personal
a. Definisi
Ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang utuh dan
terintegrasi.
b. Batasan Karakteristik
 Sifat personal kontradiktif
 Deskripsi waham tentang diri sendiri
 Gangguan citra tubuh
 Kebingungan gender
 Ketidakefektifan koping
 Gangguan hubungan
 Ketidakefektifan performa peran
 Merasa koping
 Merasa aneh
 Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
 Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan
eksternal
 Ketidakpastian tentang nilai budaya (misalnya :
mempertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)
 Ketidakpastian tentang tujuan
 Ketidakpastian tentang nilai ideologis (misalnya :
mepertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)
c. Faktor Yang Berhubungan
 Harga diri rendah kronik
 Indoktrinasi pemujaan
 Diskontinuitas budaya
 Diskriminasi
 Disfungsi proses keluarga
 Mengonsumsi zat kimia toksik
 Inhalasi zat kimia toksik
 Kondisi manik
 Gangguan kepribadan ganda
 Sindrom otak organik
 Prasangka
 Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi, gangguan
disosiatif)
 Krisis situasional
 Harga diri rendah situasional
 Perubahan peran sosial
 Tahap perkembangan
 Tahap pertumbuhan
 Penggunaan obat psikoaktif
4. Risiko Gangguan Identitas Personal
a. Definisi

Risiko ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang terintegrasi


dan komplet
b. Faktor Risiko
 Harga diri rendah kronik
 Indoktrinasi pemujaan
 Diskontinuitas budaya
 Diskriminasi
 Disfungsi proses keluarga
 Mengonsumsi zat kimia toksik
 Inhalasi zat kimia toksik
 Kondisi manik
 Gangguan kepribadian ganda
 Sindrom otak organik
 Prasangka
 Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi, gangguan
disosiatif)
 Krisis situasional
 Harga diri rendah situasional
 Perubahan peran sosial
 Tahap perkembangan
 Tahap pertumbuhan
 Penggunaan obat psikoaktif
5. Harga Diri Rendah Kronik
a. Definisi

Evaluasi diri/perasaan negative tentang diri sendiri atau kecakapan diri


yang berlangsung lama.
b. Batasan Karakteristik :
 Bergantung pada pendapat orang lain
 Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa
 Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
 Secara berlebihan mencari penguatan
 Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
 Enggan mencoba situasi baru
 Enggan mencoba hal baru
 Perilaku bimbang
 Kontak mata kurang
 Perilaku tidak asertif
 Sering kali mencari penegasan
 Pasif
 Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
 Ekspresi rasa bersalah
 Ekspresi rasa malu
c. Faktor yang Berhubungan :
 Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan
 Kurang kasih saying
 Kurang persetujuan
 Kurang keanggotaan dalam kelompok
 Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri
 Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri
 Persepsi kurang rasa memiliki
 Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
 Gaangguan psikiatrik
 Kegagalan berulang
 Penguatan negative berulang
 Peristiwa traumatic
 Situasi traumatic
6. Harga Diri Rendah Situasional
a. Definisi

Perkembangan persepsi negative tentang harga diri sebagai respons


terhadap situasi saat ini.
b. Batasan Karakteristik :
 Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa
 Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi
 Perilaku bimbang
 Perilaku tidak asertif
 Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini
terhadap harga diri
 Ekspresi ketidakberdayaan
 Ekspresi ketifakbergunaan
 Verbalisasi meniadakan diri
c. Faktor yang Berhubungan :
 Perilaku yang tidak selaras dengan nilai
 Perubahan perkembangan
 Gangguan citra tubuh
 Kegagalan
 Gangguan fungsional
 Kurang penghargaan
 Kehilangan
 Penolakan
 Perubahan peran social
7. Risiko Harga Diri Rendah Situasional
a. Definisi

Berisiko mengalami persepsi negative tentang harga diri sebagai respons


terhadap situasi saat ini
b. Faktor risiko
 Perilaku tidak selaras dengan nilai
 Penurunan kendali terhadap lingkungan
 Perubahan perkembangan
 Gangguan citra tubuh
 Kegagalan
 Gangguan fungsi
 Riwayat ditinggalkan
 Riwayat penganiayaan
 Riwayat ketidakberdayaan yang dipelajari
 Riwayat pengabaian
 Kurang pengenalan
 Kehilangan
 Penyakit fisik
 Penolakan
 Perubahan peran sosial
 Harapan diri tidak realistis

8. Kesiapan Meningkatkan Konsep Diri


a. Definisi
Pola persepsi atau gagasan tentang diri yang memadai untuk
kesejahteraan dan dapat ditingkatkan.
b. Batasan Karakterisitik
 Menerima keterbatasan
 Menerima kekuatan
 Tindakan selaras dengan ekspresi verbal
 Mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan
 Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh
 Mengekspresikan kepuasan dengan identitas pribadi
 Mengekspresikan kepuasan dengan performa peran
 Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga
 Mengekspresikan kepuasan dengan gagasan tentang diri
sendiri
 Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri
H. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Keputusasaan Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: NIC
Kriteria Hasil a. Kaji dan dokumentasikan kemungkinan bunuh diri
a. Pengendalian diri terhadap depresi : b. Pantau afek dan kemampuan membuat keputusan
tindakan personal untuk meminimalkan c. Kaji kebutuhan spiritual
sifat melankolis dan mempertahankan d. Pantau nutrisi : asupan dan berat badan
ketertarikan terhadap peristiwa hidup e. Dukung partisipasi aktif dalam aktivitas kelompok untuk memberikan kesempatan
b. Tingkat depresi : tingkat keparahan terhadap dukungan sosial dan penyelesaian masalah
alam perasaan melankolis dan f. Buat agenda waktu bersama pasien untuk memberi kesempatan dalam mengeksplorasi
kehilangan minat dalam peristiwa hidup tindakan koping
c. Harapan : optimisme yang secara g. Gali bersama pasien faktor yang berkontribusi terhadap perasaan keputusasaan
pribadi memuaskan dan mendukung h. Rekomendasikan meluangkan waktu beberapa saat di luar ruangan setiap hari ; untuk
kehidupan pasien rawat inap, letakkan tempat tidur di dekat jendela
d. Keseimbangan alam perasaan: i. Beri penguatan positif terhadap perilaku yang menunjukkan inisiatif, seperti kontak mata,
penyesuaian yang tepat terhadap membuka diri, penurunan jumlah waktu tidur, perawatan diri, peningkatan nafsu makan
kecenderungan emosi yang dominan j. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area harapan dalam hidupnya
dalam berespons terhadap situasi k. Bantu pasien mengembangkan spiritual dirinya
e. Energi psikomotor : dorongan dan l. Terapkan panduan meninjau hidup atau nostalgia, jika perlu
energi individu untuk mempertahankan m. Hindari menutupi kebenaran
aktivitas kehidupan sehari-hari, nutrisi, n. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri sendiri
dan keamanan personal o. Dorong hubungan terapeutik dengan orang terdekat
f. Kualitas hidup : tingkat persepsi positif
terhadap situasi hidup saat ini
g. Keinginan untuk hidup : keinginan,
semangat, dan upaya untuk bertahan
hidup
h. Menunjukkan semangat untuk hidup
2. Gangguan Citra NOC NIC
Tubuh a. Body Image Body image enhancement
b. Self esteem a. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dalam prognosis penyakit
Kriteria Hasil d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
a. Body image positif e. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan f. Fasilitas kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
personal
c. Mendeskripsikan secara faktual
perubahan fungsi tubuh
d. Mempertahankan interaksi social
3. Gangguan NOC NIC
Identitas a. Distorted Throught Self-Control a. Pantau pernyataan pasien tentang harga dirinya
Personal b. Identity b. Nilai apakah pasien percaya diri terhadap penilaiannya
c. Self-Mutilation Restraint c. Pantau frekuensi ungkapan verbal yang negatif terhadap diri sendiri
d. Dorong pasien untuk mengungkapkan secara verbal konsekuensi dari perubahan fisik dan
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: emosi yang mempengaruhi konsep diri
Kriteria Hasil e. Berikan perawatan dengan sikap yang tidak menghakimi, mempertahankan privasi, dan
a. Mengungkapkan secara verbal tentang martabat pasien
identitas personal f. Libatkan psien dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan
b. Mengungkapkan secara verbal g. Bina komunikasi dengan pasien sejak masuk rumah sakit
penguatan tentang identitas personal h. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif
c. Memperlihatkan kesesuaian perilaku i. Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
verbal dan non verbal j. Berikan pengalaman yang dapat meningkatkan otonomi pasien, jika perlu
k. Hindari memberi kritik negatif
l. Tunjukkan rasa percaya terhadap kemampuan pasien untuk menghadapi situasi
m. Dorong pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri
4. Risiko NOC NIC
Gangguan a. Distorted Throught Self-Control Behaviour Management : Self-Harm
Identitas b. Identity a. Dorong pasien untuk mengungkapkan secara verbal konsekuensi dari perubahan fisik dan
Personal c. Self-Mutilation Restraint emosi yang mempengaruhi konsep diri
Family Involvement Promotion
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: a. Bina hubungan dengan pasien sejak masuk ke rumah sakit
Kriteria Hasil b. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif
a. Mengungkapkan secara verbal tentang c. Menjadi penghubung antara pasien dan keluarga
identitas personal Self-Awareness Enhancement
b. Mengungkapkan secara verbal a. Pantau pernyataan pasien tentang harga dirinya
penguatan tentang identitas personal b. Nilai apakah pasien percaya diri terhadap penilaiannya
c. Memperlihatkan kesesuaian perilaku c. Pantau frekuensi ungkapan verbal yang negatif terhadap diri sendiri
verbal dan non verbal d. Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
e. Berikan pengalaman yang dapat meningkatkan otonomi pasien, jika diperlukan
f. Hindari memberi kritik negatif
g. Dorong pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri
5. Harga Diri NOC
NIC
Rendah a. Body image, disturbed
b. Coping, ineffective SP.BHSP
c. Personal identity, disturbed  Memberi salam
d. Health behaviour, risk  Perkenalkan diri sambil berjabat tangan
e. Self esteem situasional, low  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:  Jelaskan tujuan pertemuan
Kriteria Hasil  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Mengidentifikasi kemampuan aspek
 Beri perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
postitf yang dimilik
 Memiliki kemampuan yang dapat SP 1
digunakan  Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
 Memilih kegiatan sesuai kemampuan  Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif
 Melakukan kegiatan yang sudah dipilih seperti kegiatan di rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien
 Merencanakan kegiatan yang sudah  Beri pujian yang realitas dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian
dilatih yang negative

1. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini


 Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjaadi pendegar yang aktif.
2. Pilih kemampuan yang akan dilatih
3. Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
4. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri
 Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
 Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdeekat
pasien
 Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien
 Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien
5. Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
 Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
 Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan
pasien
 Beri dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan pasien
6. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
 Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap
 Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan pasien.
Sp 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
 Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilh
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Masukkan dalam jadwal egiatan pasien

SP 1
f. Keluarga mampu merawat pasien  Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
dengan HDR di rumah dan menjadi  Jelaskan proses terjadinya HDR
system pendukung yang efektif bagi  Jelaskan tentang cara merawat pasien
pasien  Main peran dalam merawat pasien HDR
Setelah.…..x pertemuan, keluarga mampu :  Susun RTL Keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
 Mengidentifikasi kemampuan yang SP 2
dimiliki pasien  Evaluasi kemampuan SP1
 Menyediakan fasilitas untuk pasien  Latih keluarga langsung ke pasien
melakukan kegiatan  Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
 Mendorong pasien melakukan kegiatan
 Memuji pasien saat pasien dapat
SP 3
melakukan kegiatan
 Evaluai kemampuan keluarga
 Membantu melatih pasien
 Evaluasi kemampuan pasien
 Membantu menyusun jadwal kegiatan
 RTL kleuarga
pasien
 Follow up
 Membantu perkembangan pasien
 Rujukan

7. Risiko Harga NOC NIC


Diri Rendah a. Body image, disturbed Self Esteem Enhancement
Situasional b. Coping, ineffective Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
c. Personal identity, disturbed a. Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya
d. Health behaviour, risk b. Ajarkan keterampilan perilaku yang positif melalui bermain peran, model peran, diskusi
e. Self esteem situasional, low c. Dukung peningkatan tanggung jawab diri, jika diperlukan
d. Buat statement positif terhadap pasien
Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: e. Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negatif
Kriteria Hasil f. Dukung pasien untuk menerima tantangan bar
a. Adaptasi terhadap ketunandayaan fisik : g. Kaji alasan-alasan untuk mengkritik atau menyalahkan diri sendiri
respon adaptif klien terhadap tantangan h. Kolaborasi dengan sumber-sumber lain (petugas dinas sosial, perawat spesialis klinis,
fungsional penting akibat dan layanan keagamaan)
ketunandayaan fisik Body Image Enhancement
b. Resolusi berduka : penyesuaian dengan Counseling
kehilangan aktual atau kehilangan yang a. Mengguakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau
akan terjadi perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping,
c. Penyesuaian psikososial : perubahan pemecahan masalah
hidup : respon psikososial adaptif Coping Enhancement
individu terhadap perubahan bermakna
dalam hidup
d. Menunjukkan penilaian pribadi tentang
harga diri
e. Mengungkapkan penerimaan diri
f. Komunikasi terbuka
g. Mengatakan optimisme tentang masa
depan
h. Menggunakan strategi koping efektif
8 Kesiapan Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan: NIC
Meningkatkan Kriteria Hasil a. Kaji bukti konsep diri positif (misalnya : alam perasaan, citra tubuh positif, kepuasan
Konsep Diri a. Citra tubuh : persepsi tentang terhadap tanggung jawab peran, persepsi tentang kepuasan terhadap diri sendiri secara
penampilan dan fungsi tubuh individu umum)
b. Otonomi pribadi : tindakan pribadi pada b. Pantau pernyataan pasien tentang harga diri
individu yang kompeten untuk melatih c. Tentukan kepercayaan diri pasien terhadap penilaian sendiri
kepemimpinan dalam keputusan hidup d. Ajarkan keterampilan perilaku positif melalui bermain peran, model peran, diskusi, dsb
c. Harga diri : penilaian diri tentang harga e. Bantu klien mengantisipasi perubahan perkembangan dan perubahan situasional yang
diri dapat mempengaruhi performa peran dan harga diri
d. Verbalisasi tentang penerimaan diri f. Tunjukkan rasa percaya terhadapa kemampuan pasien untuk menangani situasi
e. Penerimaan pujian dari orang lain g. Dorong pasien menerima tantangan baru
h. Beri penguatan atas kekuatan pribadi yang diidentifikasi pasien
i. Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain
j. Bantu menetapkan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
k. Beri penghargaan atau puji kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC

Hidayat, A.Aziz Alimun 2002. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC

Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta : MediAction

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC

Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Ed 3

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

Wong, Donna L., Dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik. Jakarta: EGC
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa : IRFAN NPM : JP.019.02.008


Ruang rawat : Salak Tanggal dirawat : 23/9/2020
Tanggal pengkajian :30 September 2020

IDENTITAS KLIEN
Nama inisial :Tn.V No. RM : 123456
Umur : 18 Tahun Jenis Kelamin :Laki – laki .
ALASAN MASUK
Ibu klien mengatakan Klien masuk RSJ karena klien sering menyendiri, tidak mau keluar
rumah , membanting – banting barang- barang ibunya . ibu klien menengatakan klien
berperilaku seperti itu setelah klien di ampuasi akibat kecelakaan motor. Kontak mata kurang,
klien Nampak menunduk dan terus melihat kakinya.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? []Ya [√]Tidak
2. Pengobatan sebelumnya ? []Tidak berhasil []Kurang berhasil []Berhasil
3. Pernah mengalami penyakit fisik ?( termasuk gangguan tumbuh kembang)[]Ya [√]Tidak
Bila Ya, Jelaskan …………………………………………………………………………
Riwayat Trauma:
No. Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik - - - -
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan dalam keluarga - - - -
5. Tindakan criminal - - - -
Jelaskan :
klien tidak memiliki riwayat trauma akibat pengniayaan.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
[] Perubahan pertumbuhan dan perkembangan [] Resiko tinggi kekerasan
[] Berduka antisipasi [] Ketidakefektifan [] Berduka disfungsional
[] penatalaksanaan regiment [] Respon paska trauma
[] Sindroma trauma perkosaan
[] Lain-lain, jelaskan……………………………………………………………
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (Bio, Psiko, Sosio, Kultural dan
Spiritual)

klien mengalami kecelakaan motor dan menyebabkan kakinya harus di amputasi….

……………………………………………………………………………………….
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Perubahan pertumbuhan dan perkembangan [] Berduka antisipasi
[√] Respon Paska trauma [] Berduka disfungsional
[] Sindroma trauma perkosaan [] Lain-lain, jelaskan……………………………
Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? [] Ya[√]Tidak
Kalau ada :-
Hubungan keluarga : kurang kooperatif
Gejala : klien Nampak sering menyendiri dan tidak mau keluar
rumah dan membanting barang- barang ibunya.
Riwayat pengobatan : klien tidak memiliki riwayat pengobatan
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
[] Koping keluarga tidak efektif : kompromi [√] Resiko tinggi kekerasan
[] Lain-lain, jelaskan ………………………………………………………………
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 30 September 2020
Keadaan umum: baik
Tanda-tanda vital : TD: 120/80. mmHg S: 36,60C
N: …88.x/menit R : 22 x/menit
Berat badan : 69kg Tinggi badan : 160 cm
Keluhan fisik : [√] Ya[]Tidak
Jelaskan:

klien mengalami amputasi pada kaki


Pemeriksaan Fisik :

Jelaskan :
klien mengalami masalah pada ekstremitas bawah (kaki) , kaki klien Nampak di amputasi,
kekuatan otot 5 5
………………0…5…

klien mengatakan sulit berjalan.

Masalah / Diagnosa Keperawatan :


[] Resiko tinggi perubahan suhu tubuh [] Kerusakan menelan
[] Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi []Perubahan eliminasi feses
[] Resiko tinggi terhadap infeksi []Perubahan eliminasi urine
[] Perubahan nutrisi : kurang dari……………………………………………..…………
[] Defisit volume cairan [] Kelebihan volume cairan
[] Perubahan nutrisi : lebih dari…………………..…………...………………………….
[] Kerusakan integritas kulit …..………………………………………………………….
[] Lain-lain, jelaskan:……………………..………………………………………………

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram

Keterangan
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
[] Koping keluarga tidak efektif : kompromi
[] Koping keluarga: Potensial untuk pertumbuhan
[] Lain-lain, jelaskan …………………..…………………………………………………
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien mengatakan malu dengan kondisi fisiknya saat ini .
b. Identitas : klien mengatakan bahwa dirinya laki – laki,berpendidikan terakhir SMA
dan belum menikah
c. Peran : klien mengatakan dalam keluarga berperan sebagai anak ke-3 dari 5
bersaudara, klien bekerja sebagai petani
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul ibunya
e. Harga diri : klien mengatakan merasa malu karena kondisi fisiknya saat ini yang
cacat.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Pengabaian unilateral [] Harga diri rendag kronis
[√] Gangguan citra tubuh [√] Harga diri rendah situasiona
[] Gangguan identitas pribadi [] Lain-lain,
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti/terdekat : Ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien tidak mengikuti keiatan
kelompok apapun
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : .ibu klien mengatakan klien tidak
mau bergaul dengan orang lain
dan hanya mengurung diri
dirumah
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[].Kerusakan komunikasi [] Isolasi social
[] kerusakan komunikasi verbal [√]Kerusakan interaksi social
[] Lain-lain,
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan sakitnya adalah pemberian Allah SWT.
b. Kegiatan ibadah : klien beragama islam
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Distres spiritual [] Lain-lain,
STATUS MENTAL
1. Penampilan
Jelaskan : klien berpakaian seperti biasanya hanya saja kadang klien tidak mengganti pakaiannya
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Sindrom deficit perawatan diri ( makan, mandi, berhias, toileting, instrumentasi)
[] Deficit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toileting, instrumentasi)
[] Lain-lain, jelaskan …………………………………………………………………….
2. Pembicaraan
[] Cepat [] Keras [] Gagap
[] Inkoheren [] Apatis [√] lambat
[] Membisu [√] Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : klien tidak mampu memulai pembicaraan terlebih dahulu dan dank lien hanya
terus menunduk melihat kakinya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Kerusakan komunikasi [] Kerusakan komunikasi verbal
[] Lain-lain,
Aktivitas motoric/Psikomotor Kelambatan :
[√] Lesu [] Tegang [] Gelisah [] Agitasi
[] Tik [] Grimasen [] Tremor [] Kompulsif
Jelaskan …klien Nampak sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Peningkatan:
[] Hiperkinesia [] Grimace [] Gagap [] Otomatisma
[] Stereotipi [] Negativisme [] Gaduh gelisah katatonik
[] Reaksi konsversi [] Mannarism [] Tremor [] Katapleksi
[] Verbigerasi [] Tik [] Berjalan kaku / rigid
[] Ekhopraxia []Command automatism
[] Kompulsif : sebutkan ………………………………………………………………….
Jelaskan ……...…………………………………………………………………………...
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
[] Resiko tinggi cidera [] Intoleransi aktivitas
[] Kerusakan mobilitas fisik [] Resiko tinggi kekerasan [] Perilaku kekerasan
[] Lain-lain, jelaskan ……………………………………………………………………..
[] Defisit aktivitas deversional/hiburan
3. Alam Perasaan
[] Merasa kesepian [] Anhedonia [] Apatis [] Eforia
[] Marah [√] Depresi/sedih [] Cemas (Ringan, sedang, berat dan panic)
Jelaskan : klien mengatakan sedih karena kakinya diamputasi
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Resiko tinggi cidera [] Ketidakberdayaan [] Ketakutan
[] Isolasi social [] Resiko diri membahayakan diri
[] Resiko diri penganiayaan diri []Ansietas (Jelaskan: ringan/)
[] Lain-lain,
4. Afek
[] Adekuat [√] Inadekuat [] Tumpul
[] Labil [] Dangkal / datar [] Ambivalensi
Jelaskan … : klien kuang beresepon
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Resiko tinggi cidera [√] Kerusakan interaksi social
[] Kerusakan komunikasi [] Isolasi social []Kerusakan komunikasi verbal
[] Lain-lain,
5. Interaksi selama wawancara
[] Bermusuhan [] Tidak tersinggung [√] Tidak kooperatif
[√] Kontak mata kurang [] Defensif [] Curiga
Jelaskan : selama wawancara klien kuang kooperatif dan kontak mata kuang
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
[] Kerusakan komunikasi [] Risiko tinggi kekerasan [√] Kerusakan
interaksi [] Isolasi social [] Risiko tinggi penganiayaan diri
[] Risiko tinggi mutilasi diri [] Risiko membahayakan diri
[] Lain-lain, jelaskan
6. Persepsi – Sensorik
Halusinasi : [] Pendengaran [] Penglihatan [] Perabaan
[] Pengecapan []Penciuman
Ilusi : [] ADA [√] TIDAK ADA
Depersonalisasi : [] ADA[√] TIDAK ADA
Derealisasi : [] ADA [√] TIDAK ADA

Masalah / Diagnosakeperawatan :
[] Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi (pendengaran)
[] Lain-lain, jelaskan ……………………………………………………………………
7. Poses pikir :
[] Koheren [] Flight of idea [] Inkoheren
[] Bicara cepat [] Sirkumtansial [] Blocking
[] Neulogisme [] Pengulangan pembicaraan [] Tangensial
[] Afisia [] Kehilangan asosiasi

Masalah / Diagnosa keperawatan :


[] Gangguan proses pikir,
[] Lain-lain, jelaskan……………………………………………………………...………
8. Isi Pikir
[] Obsesi [] Fobia, sebutkan .................. [] Depersonalisasi
[] Ide terkait [] Hipokondria [] Pikiran magis
[] Waham [] Agama [] Kejar/curiga [] Somatik
[] Nihilstik [] Kebesaran [] Non realistic

Masalah / Diagnosa keperawatan :


[] Gangguan proses pikir , jelaskan …………………………………………………….
[] Lain-lain, jelaskan : tidak ada gangguan…
Bentuk Pikir
[] Rasional [] Irasional [] Relevan []Irelevan
[] Realistik [√] Non realistic
9. Kesadaran :
[] Menurun [√]Tidak menurun
a.[ √] Compos mentis b.[] Apatis/Sedasi c.[]Somnolensia
d.[] Sopor e.[] Subkoma f.[] Koma
[] Meninggi [] Hipnosa [] Disosiasi
[] Gangguan perhatian [] Berubah

Masalah / diagnosa keperawatan


[] Risiko tinggi cedera [] Perubahan proses pikir ............................... (jelaskan)
[] Lain-lain, jelaskan : tidak ada ganguan
Orientasi
[] Waktu [] Tempat [] Orang
Masalah / diagnose keperawatan :
[] Risiko tinggi cidera [] Perubahan proses pikir ............................ (jelaskan)
[] Lain-lain, jelaskan …tidak ada gangguan..
10. Memori
[] Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat jangka pendek (1 hari- 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam )
[] Amnesia [] Paramnesia [] Konfabulasi [] Dejavu
[] Jamanisvu [] Fause reconnaissance [] Hiperamnesia
Jelaskan …tidak ada gangguan
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Perubahan proses piker

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


[] Mudah beralih [] Tidak mampu berkonsentrasi
[] Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : tidak ada gangguan
Masalah / diagnose keperawatan
[] Isolasi social [] Perubahan proses pikir

12. Kemampuan penilaian


[] Gangguan ringan [] Gangguan bermakna
Jelaskan : tidak ada gangguan.…………....
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Perubahan proses pikir)
13. Daya tilik diri
[] Mengingkari penyakit yang diderita [] Menyalahknan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : tidak ada masalah
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Perubahan proses pikir .................................................................................. (jelaskan)
KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Makanan : [√] Bantuan minimal [] Bantuan total
Jelaskan : klien dapat makan secara mandiri
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
[] Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
[] Perubahan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh
2. BAB/BAK : [] Bantuan minimal [] Bantuan total
Jelaskan : klien dapat BAB/BAK secara mandiri.
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Perubahan eliminasi fases [] Perubahan eliminasi urin
3. Mandi : [] Bantuan minimal [] Bantuan total
Jelaskan : klien dapat mandi secara mandiri……....
4. Berpakaian/berhias : [] Bantuan minimal [] Bantuan total
Jelaskan … : klien dapat berhias secara mandiri
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Defisit perawatan diri .......................(makan, mandi, berhias, toileting, instrumentasi)
[] Lain-lain, jelaskan ……………………………………………………………………
5. Istirahat dan tidur
[] Tidur siang lama : 14.00 s/d 16.00
[] Tidur malam lama : 22.00 s/d 06.00
[] Aktifitas sebelum/sesudah tidur : tidak ada
Jelaskan : ibu klien mengatakan klien lebih sering tidur dan mengurung diri
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Gangguan pola tidur
[] Lain-lain, jelaskan
Penggunaan obat : [√] Bantuan minimal [] Bantuan total
Jelaskan : klien tidak mampu mengatur penggunaan obat sendiri…...…………......
Masalah / diagnosa keperawatan :
[] Perubahan pemeliharaan kesehatan
[√] Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment
terapi [] Ketidakpatuhan
[] Lain-lain, jelaskan ……………………………………………………………………..
6. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan : [√] YA [] TIDAK
System pendukung : [√] YA [] TIDAK
[√] Keluarga [] Terapis [√] Teman sejawat Kelompok sosial
Jelaskan : klen membutuhkn keluarga dalam membantu pemenuhan kesehatan.
Masalah / diagnosa keperawatan :
[] Perilaku mencari bantuan kesehatan
[] Lain-lain, jelaskan ……………………………………………………………………
7. Aktifitas dalam rumah
Mempersiapkan makanan : [] YA [√] TIDAK
Menjaga kerapihan rumah : [] YA [√] TIDAK
Mencuci pakaian : [] YA [√] TIDAK
Pengaturan keuangan : [] YA [√] TIDAK
8. Kegiatan diluar rumah
Belanja : [] YA [√] TIDAK
Transportasi : [] YA [√] TIDAK
Lain-lain : [] YA [] TIDAK
Masalah / diagnosakeperawatan :
[] Perubahan pemeliharaan kesehatan
[√] Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
[] Lain-lain,
MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alcohol
 Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat / berlebihan
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktif konstruktif √ Menghindar
 Olah raga  Menciderai diri
 Lain-lain…………………………  Lain-lain………………………..

Masalah / diagnosa keperawatan


[] Kegiatan penyesuaian [√]Koping individu tidak efektif
[] Koping individu tidak efektif (koping defensif)
[] Koping individu tidak efektif (menyangkal)
Lain-lain, jelaskan …………………………………………………………………………
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
[] Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya ……………………..…………………...
klien lebih sering menyediri

[] Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya …………..…………………………


klien tidak mau berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien lain, klien
berinteraksi dengan di arahkan oleh petugas
. [] Masalah dengan pendidikan, spesifiknya………………………………………………
klien tamatan SMA
[] Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya …………………………………………………
klien belum bekrja
[] Masalah dengan perumahan, spesifiknya ……………………………………………………
klien tinggal bersama keluarganya , klien jarang berinteraksi dengan keluarga
[] Masalah dengan ekonomi, spesifiknya ……………………….……………………………...
klien belum bisa mencukupi ekonominya sendiri dan masidipenuhi oleh orang
tuanya, selama di RS klien menggunakan jamkesmas
[] Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya ………………………………………….
klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama , sebelumnya klien memiliki
riwayatamputasi pada kakinya akibat kecelakaan lalulinta
[] Masalah lainnya, spesifiknya ………………………………………………………………...
klien sulit diajak berinteraksi dan kurang kooperatif
[] Masalah / diagnosa keperawatan
[] Perubahan pemeliharaan kesehatan
[] Perubahan pada eliminasi urine
[] Gangguan konsep diri (Gangguan citra tubuh)
[] Gangguan konsep diri (Gangguan identitas pribadi)
[√] Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri)
[] Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah kronis)
[] Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah situasional)
[] Perilaku mencari bantuan kesehatan
[] Enuresis maturasi [] Ketidakberdayaan
[] Keputusasaan [] Perubahan kinerja peran
[] Sindrom stress relokasi
[] Lain-lain, jelaskan ……………………………………………………………………
PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal ?
[√] Penyakit/gangguan jiwa [] System pendukung
[] Factor presipitasi [] Mekanisme koping
[] Penyakit fisik [] Obat-obatan
[] Lain-lain, jelaskan ……………………………………………………………………………
Jelaskan :
Masalah / diagnosa keperawatan
[] Perilaku mencari bantuan kesehatan
[] Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeuti
[] Kurang pengetahuan
ASPEK MEDIK
Terapi medik:
Diagnosa Medik :
Terapi Medik :

KLASIFIKASI DATA

NO. DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1.  ibu klien mengatakan sudah  klien Nampak menyendiri
lebih dari seminggu klien  klien Nampak selalu memerhatikan
sering mengurung diri kakinya yang diamputasi
 ibu klien mengatakan klien  klien hanya diam
tidak mau berinteraksi dengan  tidak ada kontak mata
orang lain  klien kurang kooperatif
 ibu klien mengatakan klien  klien hanya berbicara seadanya
hanya sering diam dan  kiln berbicara pelan
memerhatikan kakinya yang  klien menolak berhubngan dengan
diamputasi orang lain
 klien mengatakan malu dengan  ekspresi sedih
kondisiya sekarang  afek tumpul
 klien mengatakan malu karna
tidak bisa berjalan seperti biasa
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Gangguan Persepsi Sensori


 ibu klien mengatakan sudah :
lebih dari seminggu klien sering Halusinasi Pendengaran
mengurung diri
 ibu klien mengatakan klien tidak
mau berinteraksi dengan orang
lain
 ibu klien mengatakan klien
hanya sering diam dan
memerhatikan kakinya yang
diamputasi
 klien mengatakan malu dengan
kondisiya sekarang
 klien mengatakan malu karna
tidak bisa berjalan seperti biasa

DO :
 klien Nampak menyendiri
 klien Nampak selalu
memerhatikan kakinya yang
diamputasi
 klien hanya diam
 tidak ada kontak mata
 klien kurang kooperatif
 klien hanya berbicara seadanya
 klien berbicara pelan
 klien menolak berhubngan
dengan orang lain
 ekspresi sedih
 afek tumpul

DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


POHON MASALAH

Efek Isolasi sosial : menarik diri

Core Problem Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Causa Gangguan citra tubuh akibat kehilangan fungsi/bagian tubuh

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Palu, 30 Septemeber 2020

Perawat yang mengkaji

( IRFAN)
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
1. Gangguang SP.BHSP
Konsep diri : Setelah 1 x pertemuan, pasien  Memberi salam
Harga Diri mampu membina hubungan saling  Perkenalkan diri sambil berjabat tangan
Rendah percaya dengan perawat denga
KH :
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
 klien mau diajak  Jelaskan tujuan pertemuan
berkomunikasi  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 klien dapat menyebutkan  Beri perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
identitasnya (nama, umur,
alamat, dll)
 klien mau mengungkapkan
isi perasaannya
SP 1
Setelah 3x pertemuan interaksi
diharapkan:  Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
Kriteria Hasil  Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
 Mengidentifikasi kemampuan kegiatan di rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien
aspek postitf yang dimilik  Beri pujian yang realitas dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang
 Memiliki kemampuan yang negative
dapat digunakan
1. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
 Memilih kegiatan sesuai
kemampuan  Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini
 Melakukan kegiatan yang  Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
sudah dipilih diungkapkan pasien
 Merencanakan kegiatan yang  Perlihatkan respon yang kondusif dan menjaadi pendegar yang aktif.
sudah dilatih 2. Pilih kemampuan yang akan dilatih
3. Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan
yang akan pasien lakukan sehari-hari
4. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri
 Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
 Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdeekat pasien
 Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien
 Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien
5. Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
 Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih pasien)
yang akan dilatihkan
 Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien
 Beri dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan pasien
6. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
 Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap
 Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan
bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan pasien.
Sp 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
 Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilh
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Masukkan dalam jadwal egiatan pasien

SP 1
g. Keluarga mampu merawat  Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
pasien dengan HDR di  Jelaskan proses terjadinya HDR
rumah dan menjadi system  Jelaskan tentang cara merawat pasien
pendukung yang efektif bagi  Main peran dalam merawat pasien HDR
pasien  Susun RTL Keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
Setelah 1.x pertemuan, keluarga SP 2
mampu :  Evaluasi kemampuan SP1
 Mengidentifikasi kemampuan  Latih keluarga langsung ke pasien
yang dimiliki pasien
 Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
 Menyediakan fasilitas untuk
pasien melakukan kegiatan
SP 3
 Mendorong pasien melakukan
 Evaluai kemampuan keluarga
kegiatan
 Evaluasi kemampuan pasien
 Memuji pasien saat pasien
dapat melakukan kegiatan  RTL kleuarga
 Membantu melatih pasien  Follow up
 Membantu menyusun jadwal  Rujukan
kegiatan pasien
 Membantu perkembangan
pasien
IMPLEMTASI KEPERAWATAN

No DX Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


1 30/9/2020 SP.BHSP
S:-
 Memberi salam O:
09.00 H: klien tidak berespon - klien Nampak menyendiri
- klien Nampak selalu memerhatikan kakinya
 Merkenalkan diri sambil berjabat tangan yang diamputasi
 Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai - klien hanya diam
klien - tidak ada kontak mata
H: klien tidak berespon dan hanya menunduk - klien kurang kooperatif
- klien menolak berhubngan dengan orang lain
 Menjelaskan tujuan pertemuan - ekspresi sedih
 Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya - afek tumpul
 Memberi perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien A : Tujuan Belum Tercapai (BHSP belum berhasil)
H: klien tidak berespon dan hany diam P : Lanjut SP. BHSP
30/9/2020 SP.BHSP
S:-
 Memberi salam O:
13.00 H: klien tidak berespon - klien masih belum mau diajak berinteraksi
- klien Nampak menyendiri
 Merkenalkan diri sambil berjabat tangan - klien Nampak selalu memerhatikan kakinya
 Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai yang diamputasi
klien - klien hanya diam
H: klien tidak berespon dan hanya menunduk - tidak ada kontak mata
- klien kurang kooperatif
 Menjelaskan tujuan pertemuan - klien menolak berhubngan dengan orang lain
 Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya - ekspresi sedih
 Memberi perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar - afek tumpul
klien
H: klien tidak berespon dan hany diam A:Tujuan Belum Tercapai( BHSP belum berhasil)

P : Lanjut SP. BHSP


1/10/2020 SP.BHSP S:
- klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang
 Memberi salam
09.00 H: klien hanya diam O:
- klien Nampak menyendiri
 Merkenalkan diri sambil berjabat tangan - klien Nampak selalu memerhatikan kakinya
 Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai yang diamputasi
klien - klien hanya diam
H: - saat ditanya klien hanya berbicara pelan dan
- klien hanya menunduk dan berbicara pelan menjawab seadanya
- klien mengatakan : “nama saya V” - tidak ada kontak mata
- klien kurang kooperatif
 Menjelaskan tujuan pertemuan - klien menolak berhubngan dengan orang lain
 Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya - ekspresi sedih
 Memberi perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
A:Tujuan tercapai ( BHSP berhasil)
klien
H: P : Lanjut SP.1. HDR (mendiskusikan kemampuan aspek
- klien hanya menunduk dan berbicara pelan dan lambat positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai
- klien mengatakan :”saya malu karna kakiku sudah bunting.. kemampuan yang masi dapat digunakan, membantu
“saya malu karna tidak bisa berjalan seprti dulu” pasien memilih dan menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian)
1/10/2020 S:
SP 1
- klien mengatakan bisa merapikan tempat tidurnya
1. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini O:
09.00  Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini - klien Nampak menyendiri
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap - klien Nampak selalu memerhatikan kakinya
kemampuan diri yang diungkapkan pasien yang diamputasi
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjaadi pendegar yang aktif - klien hanya diam
H: - saat ditanya klien hanya berbicara pelan dan
Klien mengatakan : “ merapikan tempat tidur, mencuci piring, merapikan menjawab seadanya
pakaian, “ - ada kontak mata
2. Memilih kemampuan yang akan dilatih - klien mulai kooperatif
H: - klien menolak berhubngan dengan orang lain
Klien mengatakan : “merapikan tempat tidur, mencuci piring, merapikan - ekspresi sedih
pakaian saja” - klien dapat melakukan latihan aktivitas yang
3. Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pertama
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
4. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan A:Tujuan tercapai ( SP.1 HDR berhasil)
secara mandiri
P : Lanjut SP.2. HDR (Melatih pasien melakukan kegiatan
 Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
lain yang sesuai dengan kemampuan pasien)
 Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdeekat pasien
 Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien
 Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien

5. Menilai kemampuan pertama yang telah dipilih


 Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan
 Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien
 Beri dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang
diperlihatkan pasien
H:
Klien mengatakan : “ merapikan tempat tidur”

6. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien


 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
 Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap
 Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga
7. Memberikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap
aktifitas yang dilakukan pasien
2/10/2020 S:
Sp 2
- klien mengatakan merasa minder denngan kondisinya
 Mengvaluasi kegiatan yang lalu (SP1) sekarang
09.00 H: - klien mengatakan kadang berbicara dengan temannya
Klien mengatakan : “ sudah melakukan tahian pertama membersihkan O:
tempat tidur “
- klien Nampak menyendiri
“sudam memasukan dalam jadwal latihan “
- klien Nampak selalu memerhatikan kakinya
 Meilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
H: yang diamputasi
Klien mengatakan : “mencuci piring” - klien lebih sering diam
- saat ditanya klien hanya berbicara pelan dan
 Melatih kemampuan yang dipilh menjawab seadanya
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien - ada kontak mata
- klien mulai kooperatif
- klien mulai berhubngan dengan orang lain
- ekspresi sedih
- klien dapat melakukan latihan aktivitas yang
kedua

A:Tujuan tercapai ( SP.2 HDR berhasil)

P : Lanjut SP.3. HDR (Melatih pasien melakukan kegiatan


lainnya yang sesuai dengan kemampuan pasien)
3/10/2020 S:
SP 3
- klien mengatakan merasa minder denngan kondisinya
 Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan 2) sekarang
09.00 H: - klien mengatakan kadang berbicara dengan temannya
Klien mengatakan : “saya merapikan tempat tidur dan muncuci piring” O:
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan - klien mulai berhubngan dengan orang lain
H:
- klien kadang memerhatikan kakinya yang
Klien mengatakan : “merapikan pakaian “
diamputasi
 Memasukkan dalam jadwal egiatan pasien
- klien lebih sering diam
- saat ditanya klien hanya berbicara pelan dan
menjawab seadanya
- ada kontak mata
- klien mulai kooperatif
- ekspresi klien kadang sedih
- klien dapat melakukan latihan aktivitas ketiga

A: Tujuan tercapai (SP.3 HDR berhasil )


P: Lanjut Sp.1 Keluarga (Mendiskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga
diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah, dan memberi
kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat )

3/10/2020 S:
SP 1
- ibu klien mengatakan paham cara merawat anaknya
 Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien O:
13.00  Menjelaskan proses terjadinya HDR - keluarga klie Nampak pahamdengan penjelasan
 Menjelaskan tentang cara merawat pasien perawat
 memainkan peran dalam merawat pasien HDR - keluarga klien dapat mempraktekkan cara merawat
 Menyusun RTL Keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien klie
A: Tujuan Tercapai ( SP1. keluarga berhasil )
P : Lanjut SP .2 Keluarga (Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien)
4/10/2020 S:
SP 2
Keluarga klien mengatakan paham dengan semua penjelasan
 Mengevaluasi kemampuan SP1 perawat
13.00  Melatih keluarga langsung ke pasien
 Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien O:
- Keluarga klien Nampak paham dengan penjelasan
perawat
A: Tujuan tercapai ( SP.2.keluarga berhasil )
P : Lanjut SP .3 Keluarga (Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga)

5/10/2020 S:
SP 3
Keluarga klien mengatakan paham dengan semua penjelasan
 Mengevaluai kemampuan keluarga perawat
13.00  Mengevaluasi kemampuan pasien
 RTL kleuarga O:
 Follow up - Keluarga klien Nampak paham dengan penjelasan
 Rujukan perawat
A: Tujuan tercapai ( SP.3.keluarga berhasil )
P : pertahankan Intervensi

96
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-1
S.P. : Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
 klien Nampak menyendiri
 klien Nampak selalu memerhatikan kakinya yang diamputasi
 klien hanya diam
 tidak ada kontak mata
 klien kurang kooperatif
 klien menolak berhubngan dengan orang lain
 ekspresi sedih
 afek tumpul
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
3. Tujuan Keperawatan:
klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan:
 Memberi salam
 Merkenalkan diri sambil berjabat tangan
 Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
 Menjelaskan tujuan pertemuan
 Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Memberi perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“selamat pagi pak, perkenalkan saya mantra Irfan biasa dipanggil Ivan,
nama bapak siapa ?biasanya dipanggil siapa ? biasanya dipanggil dengan
panggilan apa ?saya dinas disini pagi in

35
b. Evaluasi / validasi
“bagaimana kabar bapak pagi ini ? apa yang bapak rasakan hari ini ?
c. Kontrak
Topik: “bagaimana kalau kita bercakap - cakap sebentar tentang identitas
bapak. boleh ?”.
Waktu : “kira – kira berapa lama ? 15 menit boleh yah ?”.
Tempat : “kita berbincang – bincangnya disini saja yah ?”
2. FaseKerja
“kalau boleh tau nama bapak siapa ? biasa dipanggil apa ?
sekarang umur bapak berapa ? masih ingat tanggal lahirnya ?
apa alas an bapak dibawa kesini ?
alamat bapak dimana ?”
3. FaseTerminasi
a. Evaluasiresponklienterhadaptindakankeperawatan
1) EvaluasiSubjektif (Klien) :
“baiklah pak .. sepertinya bapak belum mau berbicara saat ini..
b. Rencanatindaklanjut
”baiklah, sekian dulu pembicaraan kita. sebentar setelah makan siang
saya akan dating lagi yah pak .”
c. Kontrak yang akandatang
Topik: “untuk pertemuan siang ini saya akan dating lagi untuk
menayankan hal yang sama..
Waktu : “untuk pertemuan selanjutnya setelah jam makan siang yah pak?”
Tempat : “kita berbincangnya disini saja yah !”

35
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-2
S.P. : Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
C. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
 klien Nampak menyendiri
 klien Nampak selalu memerhatikan kakinya yang diamputasi
 klien hanya diam
 tidak ada kontak mata
 klien kurang kooperatif
 klien menolak berhubngan dengan orang lain
 ekspresi sedih
 afek tumpul
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
3. Tujuan Keperawatan:
klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan:
 Memberi salam
 Merkenalkan diri sambil berjabat tangan
 Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
 Menjelaskan tujuan pertemuan
 Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Memberi perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

D. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“selamat pagi pak, perkenalkan saya mantra Irfan biasa dipanggil Ivan,
nama bapak siapa ?biasanya dipanggil siapa ? biasanya dipanggil dengan
panggilan apa ?saya dinas disini pagi in

36
b. Evaluasi / validasi
“bagaimana kabar bapak pagi ini ? apa yang bapak rasakan hari ini ?
c. Kontrak
Topik: “bagaimana kalau kita bercakap - cakap sebentar tentang identitas
bapak. boleh ?”.
Waktu : “kira – kira berapa lama ? 15 menit boleh yah ?”.
Tempat : “kita berbincang – bincangnya disini saja yah ?”
2. FaseKerja
“kalau boleh tau nama bapak siapa ? biasa dipanggil apa ?
sekarang umur bapak berapa ? masih ingat tanggal lahirnya ?
apa alas an bapak dibawa kesini ?
alamat bapak dimana ?”
3. FaseTerminasi
a. Evaluasiresponklienterhadaptindakankeperawatan
1) EvaluasiSubjektif (Klien) :
“baiklah pak .. sepertinya bapak belum mau berbicara saat ini..
b. Rencanatindaklanjut
”baiklah, sekian dulu pembicaraan kita. besok pagi saya akan dating lagi
yah pak .”
c. Kontrak yang akandatang
Topik: “untuk pertemuan siang ini saya akan dating lagi untuk
menayankan hal yang sama..
Waktu : “untuk pertemuan selanjutnya besok pagi yah pak?”
Tempat : “kita berbincangnya disini saja yah !”

35
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-3
S.P. : Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
E. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
 klien Nampak menyendiri
 klien Nampak selalu memerhatikan kakinya yang diamputasi
 klien hanya diam
 tidak ada kontak mata
 klien kurang kooperatif
 klien menolak berhubngan dengan orang lain
 ekspresi sedih
 afek tumpul
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
3. Tujuan Keperawatan:
klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan:
 Memberi salam
 Merkenalkan diri sambil berjabat tangan
 Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
 Menjelaskan tujuan pertemuan
 Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Memberi perhatiaan pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

F. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“selamat pagi pak, perkenalkan saya mantra Irfan biasa dipanggil Ivan,
nama bapak siapa ?biasanya dipanggil siapa ? biasanya dipanggil dengan
panggilan apa ?saya dinas disini pagi in

36
b. Evaluasi / validasi
“bagaimana kabar bapak pagi ini ? apa yang bapak rasakan hari ini ?
c. Kontrak
Topik: “bagaimana kalau kita bercakap - cakap sebentar tentang identitas
bapak. boleh ?”.
Waktu : “kira – kira berapa lama ? 15 menit boleh yah ?”.
Tempat : “kita berbincang – bincangnya disini saja yah ?”
2. FaseKerja
“kalau boleh tau nama bapak siapa ? biasa dipanggil apa ?
sekarang umur bapak berapa ? masih ingat tanggal lahirnya ?
apa alas an bapak dibawa kesini ?
alamat bapak dimana ?”
3. FaseTerminasi
a. Evaluasiresponklienterhadaptindakankeperawatan
1) EvaluasiSubjektif (Klien)
“bagaimana perasaan bapak setelah kita mengobrol – ngobrol tadi ?
bapak senang tidak berkenalan dengan saya ?”
2) Evaluasiobjektif (Perawat)
“coba bapak ulang lagi nama bapak ?
coba bapak ulang lagi tanggal lahir bapak dan searang bapak umur
berapa ?
coba bapak ulangi lagi siapa nama saya tadi ?
coba bapak ceritakan kembali apa alasan bapak dibawa kesini ?”
b. Rencanatindaklanjut
”baiklah, sekian dulu pembicaraan kita. besok kita lanjutkan lagi. kalau
ada keluhan – keluhan, besok bapak bisa ceritakan kepada saya.”
c. Kontrak yang akandatang
Topik: “untuk pertemuan besok kita menglang kembali apa yang telah kita
bahas hari ini dan besok saya akan menanyakan tentang hal –hal
yang membuat bapak merasa tidak nyaman”.
Waktu : “untuk pertemuan selanjutnya kira- kira jam berapak bapak bisa?”
Tempat : “besok saya kesini lagi ya, kita lanjutkan lagi obrolan kita harini
ini . Terimakasih pak !”

37
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-4
S.P. 1 : mendiskusikan kemampuan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masi dapat
digunakan, membantu pasien memilih dan menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana harian.
G. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
DS :
- klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang

DO:
- klien Nampak menyendiri
- klien Nampak selalu memerhatikan kakinya yang diamputasi
- klien hanya diam
- saat ditanya klien hanya berbicara pelan dan menjawab seadanya
- tidak ada kontak mata
- klien kurang kooperatif
- klien menolak berhubngan dengan orang lain
- ekspresi sedih

2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah
3. Tujuan Keperawatan:
 Klien dapat Mengidentifikasi kemampuan aspek postitf yang dimilik
 Klien dapat Memiliki kemampuan yang dapat digunakan
 Klien dapat Memilih kegiatan sesuai kemampuan
 Klien dapat Melakukan kegiatan yang sudah dipilih
 Klien dapat Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
4. Tindakan Keperawatan:
 Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
 Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan di rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien
 Beri pujian yang realitas dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negative
a. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
 Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
38
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjaadi pendegar yang aktif.
b. Pilih kemampuan yang akan dilatih
c. Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
d. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri
 Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
 Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdeekat pasien
 Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien
 Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien
e. Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
 Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang akan dilatihkan
 Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien
 Beri dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan
pasien
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
 Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap
 Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang
dilakukan pasien.

H. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. ORIENTASI :

“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Irfa. Bagaimana keadaan bapak hari ini
? bapak terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih”
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana
kalau 20 menit ?
2. KERJA :
” bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring., merapikan
pakaian.............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan
yang bapak miliki “.
” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
39
”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak”. Mari kita lihat tempat
tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri)
kalau bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan,
dan bapak bapak (tidak) melakukan.
3. TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan
tempat tidur ? Yach, t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang
sudah bapak praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus,
cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi Sampa

40
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-5
S.P. 2 : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
 klien Nampak menyendiri
 klien Nampak selalu memerhatikan kakinya yang diamputasi
 klien hanya diam
 saat ditanya klien hanya berbicara pelan dan menjawab seadanya
 ada kontak mata
 klien mulai kooperatif
 klien menolak berhubngan dengan orang lain
 ekspresi sedih
 klien dapat melakukan latihan aktivitas yang pertama
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Tujuan Keperawatan:
 Klien dapat Melakukan kegiatan yang sudah dipilih
 Klien dapat Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
4. Tindakan Keperawatan:
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
 Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilh
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. ORIENTASI :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
2. KERJA :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
41
untuk membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air
bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah
itu Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba Bapak yang melakukan…”
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya
3. TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Bapak Mau berapa kali V mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci piring tiga
kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
merapikan pakaian”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

42
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-6
S.P. 3 : Melatih pasien melakukan kegiatan lainnya yang sesuai dengan
kemampuan pasien.

C. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
 klien mengatakan merasa minder denngan kondisinya sekarang
 klien mengatakan kadang berbicara dengan temannya
 klien Nampak menyendiri
 klien Nampak selalu memerhatikan kakinya yang diamputasi
 klien lebih sering diam
 saat ditanya klien hanya berbicara pelan dan menjawab seadanya
 ada kontak mata
 klien mulai kooperatif
 klien mulai berhubngan dengan orang lain
 ekspresi sedih
 klien dapat melakukan latihan aktivitas yang kedua
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Tujuan Keperawatan:
 Klien dapat Melakukan kegiatan yang sudah dipilih
 Klien dapat Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
4. Tindakan Keperawatan:
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Masukkan dalam jadwal egiatan pasien

D. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. ORIENTASI :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan ketiga. Masih ingat apa kegiatan itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan merapikan pakaian”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita lihat pakaiannya!”
43
2. KERJA :
“ Bapak sebelum kita merapikan pakaiannya, pertama kita keluarkan semua pakayan
yang berantakkan, lalu kita bersihkan tempat pakaian bapak,

“Setelah semuanya bersih kita lipat kembali pakaian bapak . cara melipatnya dari
sisi satu kemudian sisi satunya lagi.. nah sperti itu ,, sekarang kita susun kembali
dengan rapih kedalam lemari pakaian bapak,, Nah selesai…
“Sekarang coba Bapak yang melakukan…”
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan merapikkan pakainnya dengan baik..
selanjutnya kita meletakkan pakaian yang kotor kedalam tempat pakaian kotor..
Bagus..!
3. TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan merapikan pakaiannya ?”
“Bagaimana jika kegiatan merapikan pakaian ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari
Bapak Mau berapa kali V merpikan pakaian? Bagus sekali ” baiklah pak sampai
disini dulu pertemuan kita .. mulai besok akan ada teman saya yang menggantikan
saya disini.. selanjutnya bapak harus lanjutkan latihan bapak yang sudah dilatih dan
jangan lupa masukkan kedalam jadwal latihan.. Terimakasih pak!

44
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-1
S.P. 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi
kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat

A. PROSES KEPERAWATAN:
1. Tujuan Keperawatan:
 Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
 Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
2. Tindakan Keperawatan:
 Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
 Jelaskan proses terjadinya HDR
 Jelaskan tentang cara merawat pasien
 Main peran dalam merawat pasien HDR
Susun RTL Keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN

1. ORIENTASI :
“Selamat pagi !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak? Berapa
lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
2. KERJA :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan dirinya
dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak
Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya
pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus
menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t
jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak)
45
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan
Bapak untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-
alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat.
Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang
yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
3. TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu
kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

46
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-2
S.P. 2.Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Tujuan Keperawatan:
 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
2. Tindakan Keperawatan:
 Evaluasi kemampuan SP1
 Latih keluarga langsung ke pasien
 Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui Bapak”
2. KERJA:
”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan keluarga?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”

47
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
3. TERMINASI:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi
kepada Bapak»
« tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Pak/Bu »
« Sampai jumpa »

48
FORMAT STRATEGIPELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : IRFAN
NPM : JP.019.02.008
Pertemuan : Ke-3
S.P.3 . Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Tujuan Keperawatan:
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien
2. Tindakan Keperawatan:
 Evaluai kemampuan keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
 RTL kleuarga
 Follow up
 Rujukan

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

1. ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan
jadwal Bapak selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
2. KERJA:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat
selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan diri
sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit”
3. TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya!”

49
ANALISA PROSES
INTERAKSI

Poin
No Aspek yang dinilai Ket
1 2 3 4
1. Memilih dan menata lingkungan yang √
sesuai untuk interaksi
2. Menetapkan tujuan hubungan perawat – √
Klien
3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik √
4. Menggunakan sikap terapeutik √
5. Membina hubungan saling percaya √
6. Mengimplementasikan rencana tindakan √
keperawatan selama interaksi
7. Mensisntesa pengetahuan dan √
pemakaiannya dalam menganalisa perilaku
Klien
8. Menganalisa perilaku sendiri, khususnya √
yang berhubungan dengan interaksi
9. Melakukan komunikasi sesuai dengan √
tahapan komunikasi (orientasi, kerja,
terminasi)
10. Membantu klien dalam mengakhiri √
hubungan melalui fase terminasi

Total : 10
Presentasi :
Keterangan :
4 = Baik
3 = Sedang
2 = Kurang

50
SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAN KELUARGA DALAM
KEPATUHAN MINUM OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MADANI PALU

( Stase Kep. Jiwa)

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020

51
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manfaat Control Dan Minum Obat Secara Teratur Dan


Peran Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan
Sasaran : Keluarga dan pasien yang mengalami ganguan jiwa di RSJ
MADANI
Waktu : 30 menit
Hari / Tanggal : 26 September 2020
Tempat : Ruang Rawat RSJ Madani

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang Manfaat Kontrol Dan
Minum Obat Secara Teratur Dan Peran Keluarga Dalam Mencegah
Kekambuhan, pada keluarga yang berkunjung ke RSJ MADANI Palu
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 X 15 menit diharapkan keluarga yang
berkunjung ke poliklinik jiwa RSJD Dr.RM Soedjarwadi Klaten mampu :
1. Menyebutkan manfaat control dan minum obat secara teratur
2. Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan
3. Menyebutkan tanda –tanda dan gejala kekambuhan
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Setting Tempat
Peserta duduk di depan penyaji.
E. Media
Leaflet
F. Materi
1. Konsep Keluarga
2. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa harus minum obat
3. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa sering tidak teratur minum obat
52
4. Akibat jika tidak teratur minum obat
5. Faktor penyebab terjadinya kekambuhan
6. Hal-hal yang harus dilakukan jika penderita menolak minum obat
7. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
8. Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga
9. Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa.
G. PROSES PELAKSANAN PENYULUHAN KESEHATAN
No KEGIATAN DIHARAPKAN WAKTU
1. Pra interaksi 3 menit
- Salam pembuka - Pasien menjawab
- Perkenalan perawat salam
- Penyampaian tujuan kegiatan - Pasien menerima
- Melakukan kontrak waktu perkenalan
- Menyampaikan apersepsi - Pasien mengerti
tentang tujuan penkes
- Pasien menyetujui
kontrak waktu
- Pasien mendengarkan

2. Interaksi - Mendegarkan 10 menit


a.Menjelaskan dan menguraikan dan memperhatikan
materi ttg:
1. Konsep Keluarga
2. Hal-hal yang membuat penderita
gangguan jiwa harus minum obat
3. Hal-hal yang membuat penderita
gangguan jiwa sering tidak teratur
minum obat
4. Akibat jika tidak teratur minum
obat
5. Faktor penyebab terjadinya
kekambuhan
6. Hal-hal yang harus dilakukan
jika penderita menolak minum
obat
7. Peran keluarga dalam mencegah
kekambuhan klien dengan
gangguan jiwa
8. Beberapa gejala kekambuhan
yang perlu di identifikasi oleh
klien dan keluarga
9. Hal yang harus dilakukan
53
keluarga dalam perawatan pasien
dengan gangguan jiwa.

b.Memberikan kesempatan pada


peserta penyuluhan untuk bertanya
c.Menjawab pertanyaan peserta
penyuluhan yang berkaitan dengan
materi yang belum jelas
3. Terminasi dan salam penutup - Menanyakan hasil 2 menit
- Tanya jawab (Evaluasi) yang belum jelas dan
- Menyimpulkan hasil materi menjawab pertanyaan
- kontrak waktu selanjutnya - Menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan (Salam) penutup

H. Evaluasi
Menanyakan pada klien dan keluarga klien tentang :
1. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa harus minum obat
2. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa sering tidak teratur minum obat
3. Akibat jika tidak teratur minum obat
4. Faktor penyebab terjadinya kekambuhan
5. Hal-hal yang harus dilakukan jika penderita menolak minum obat
6. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
7. Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga

54
MATERI
Manfaat Kontrol Dan Minum Obat Secara Teratur dan Peran Keluarga Dalam
Mencegah Kekambuhan Pada Pasien Gangguan Jiwa

A. Pendahuluan
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien, dan merupakan
”Perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam memberikan asuhan /
perawatan yang diperlukan klien di rumah termasuk memotivasi klien dalam
keteraturan minum obat . Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak
diteruskan di rumah yang kemudian dapat mengakibatkan klien harus dirawat kembali
(kambuh).
B. Mengapa penderita ganguan jiwa harus minum obat?
1. Penderita umumnya merasa tidak memiliki masalah atau sakit.
2. Untuk memacu atau menghambat fungsi mental yang terganggu.
3. Memperbaiki kondisi penderita.
C. Mengapa penderita ganguan jiwa sering tidak teratur minum obat?
1. Tidak menyadari kalau sakit.
2. Merasa bosan dengan pengobatan karena membutuhkan waktu yang lama.
3. Adanya efek samping dari pengobatan.
4. Tidak nyaman terhadap jumlah dan dosis obat.
5. Lupa minum obat.
6. Tidak mendapat dukungan dari keluarga.
7. Sikap negatif terhadap pengobatan (berhenti pengobatan medis karena melakukan
pengobatan tradisional atau alternatif)
D. Apa akibat jika tidak teratur atau berhenti minum obat?
· Ketidakteraturan minum obat dapat meimbulkan kekambuhan.
Selain faktor obat apa saja penyebab kekambuhan yang lain?
Dari penderita
1. Motifasi klien untuk sembuh
2. Masalah yang dihadapi (sifat masalah, asal, waktu, dan jumlah).
3. Tipe kepribadian penderita (tertutup atau terbuka).
4. Kepatuhan pengobatan.
55
Keluarga dan lingkungan
1. Penolakan terhadap penderita gangguan jiwa (pengucilan, diejek, tidak diterima).
2. Komunikasi tidak terbuka, tidak melibatkan penderita dalam pergaulan.
3. Kurang/tidak memberikan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan penderita,
kurang pujian terhadap kemampuan positif penderita.
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang pola perilaku penderita dan
penanganannya, pengawasan minum obat.
E. Apa yang harus dilakukan jika penderita menolak minum obat?
1. Buat kesepakatan dengan penderita (membuat jadwal minum obat).
2. Jelaskan manfaat pengobatan bagi penderita, serta akibat jika lupa/menolak
minum obat.
3. Konsultasikan dengan dokter mengenai pilihan obat, seperti bentuk sirup atau
puyer.
4. Modifikasi pemberian obat, Seperti diberikan/diminumkan bersama-sama saat
makan buah
5. Berikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai keinginan sendiri untuk
minum obat.
6. Libatkan anggota keluarga untuk mengawasi penderita minum obat (memastikan
obat benar-benar diminum).
F. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
Salah satu factor yang menyebabkan kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
diantaranya adalah keluarga. Ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga seperti
bermusuhan, mengkrtik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan dapat
menimbulkan kekambuhan pada klien tersebut mendukung bagi perbaikan atau
peningkatan kesehatan jiwa klien melainkan menjadi stressor bagi klien yang
merupakan stimulus munculnya kekambuhan klien
G. Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut
2. Tidak napsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
56
5. Depresi
6. Tidak ada minat
7. Menarik diri
H. Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan
jiwa
1. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu:

Bantu & perhatikan pemenuhan kebutuhan makan dan minum, kebersihan diri &
penampilan
2. Latih kegiatan sehari-hari, misalnya makan sendiri, cuci pakaian
sendiri, membersihkan rumah.
3. Bantu komuniksai yang teratur
a. Bicara yang jelas & singkat.
b. Kontak/bicara yang teratur.
c. Pertahankan tatap mata saat bicara.
d. Sabar, lembut dan tidak terburu-buru.
e. Lakukan sentuhan & belaian yang akrab.
f. f) Berikan pujian bila melakukan hal yang benar atau baik.
4. Libatkan dalam kelompok
a. Beri kesempatan nonton TV, baca koran, dengar musik.
b. Sediakan peralatan pribadi, misalnya tempat tidur, lemari pakaian
c. Ikut sertakan dalam pertemuan keluarga secara teratur.
d. Ikut sertakan dalam kegiatan pengobatan kelompok, misalnya permainan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi
kelima, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Hastings Diana. (2008). Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa
Halusinasi.edisi kedua, Jakarta : EGC

Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Keliat, budi A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC

Maramis, W. F. (2008). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga University


Press.
Stuart.G. W., Sundeen, (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5,
Jakarta : EGC

58
lingkungan, duduk atau berbaring
Bagaimana ciri sehat jiwa? berjam-jam atau menolak untuk
Emosi tenang, cukup bahagia, dapat bergerak.
bergaul, bebas dari khawatir, benci, dan Banyak bicara atau diam,
cemas. pembicaraan sulit dimengerti dan
Dapat memelihara keseimbangan jiwa tidak berhubungan.
secara mantap (tabah, memiliki Menunjukkan sedih atau gembira
tanggungjawab, mampu mengambil berlebihan.
, apa itu sakit jiwa? Mungkin mendengar suara atau
Sakit jiwa adalah terjadinya perubahan melihat sesuatu yang tidak dapat
dalam pikiran, performa, perasaan, dan dirasakan oleh orang lain.
perilaku umumnya berlebihan, berkurang, Melupakan hal-hal yang penting.
atau abnormal. Tidak mampu mengambil keptusan.
Perubahan tingkat kesadaran.
Perubahan pribadi dan sosial
Mengabaikan kebutuhan tubuh dan
kebersihan diri (tidak mau mencuci,
menyisir rambut, menolak mandi
atau berganti pakaian).
Apa saja ciri sakit jiwa?
Gangguan fungsi tubuh Mengapa penderita ganguan jiwa harus
Sukar tidur. minum obat?
Tidak nafsu makan dan makannya
DISUSUN OLEH: hanya sedikit.
Buang air kecil lebih sering,
IRFAN mengompol, sulit buang air besar
(tinja keras).
NPM. JP019.008
Gangguan fungsi mental
Perilaku aneh membuat keluarga,
orang lain malu dan bingung,
membahayakan diri dan orang lain, Penderita umumnya merasa tidak
aktif sekali, gelisah, mengancam memiliki masalah atau sakit.
tanpa tujuan, hilang minat terhadap Untuk memacu atau menghambat
kegiatan sehari-hari dan fungsi mental yang terganggu.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
Memperbaiki kondisi penderita. Ketidakteraturan minum obat dapat
meimbulkan kekambuhan.
Mengapa penderita ganguan jiwa sering Selain faktor obat apa saja penyebab
tidak teratur minum obat? kekambuhan yang lain?

Apa yang harus dilakukan jika penderita


menolak minum obat?
Buat kesepakatan dengan penderita
(membuat jadwal minum obat).
Tidak menyadari kalau sakit. Dari penderita Jelaskan manfaat pengobatan bagi
Merasa bosan dengan pengobatan Motifasi klien untuk sembuh penderita, serta akibat jika
karena membutuhkan waktu yang lama. Masalah yang dihadapi (sifat lupa/menolak minum obat.
Adanya efek samping dari pengobatan. masalah, asal, waktu, dan jumlah). Konsultasikan dengan dokter mengenai
Tidak nyaman terhadap jumlah dan Tipe kepribadian penderita (tertutup pilihan obat, seperti bentuk sirup atau
dosis obat. atau terbuka). puyer.
Lupa minum obat. Kepatuhan pengobatan.
Modifikasi pemberian obat, Seperti
Tidak mendapat dukungan dari Keluarga dan lingkungan diberikan/diminumkan bersama-sama
keluarga. Penolakan terhadap penderita saat makan buah
Sikap negatif terhadap pengobatan gangguan jiwa (pengucilan, diejek,
Berikan pujian langsung pada penderita
(berhenti pengobatan medis karena tidak diterima).
saat mempunyai keinginan sendiri
melakukan pengobatan tradisional atau Komunikasi tidak terbuka, tidak
untuk minum obat.
alternatif). melibatkan penderita dalam
Libatkan anggota keluarga untuk
pergaulan.
mengawasi penderita minum obat
Kurang/tidak memberikan aktivitas
(memastikan obat benar-benar
yang sesuai dengan kemampuan
diminum).
penderita, kurang pujian terhadap
kemampuan positif penderita.
Kurang pengetahuan keluarga tentang
pola perilaku penderita dan
penanganannya, pengawasan minum
Apa akibat jika tidak teratur atau berhenti obat.
minum obat?

Anda mungkin juga menyukai