Anda di halaman 1dari 5

a.

Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri suatu
kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang sepanjang
waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan dan keunikan
dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat melalui
pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seorang dari orang lain
mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan
yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan
orang lain. Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual
merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan
mencangkup orlentasi seksual
1. Jenis Konsep Diri
Dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep
diri negatif.
a. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu
dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang
positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif
yang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-
macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi
positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep
diri positif akan merancang tujuan-tujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu
dengan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu
menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu
proses penemuan.

b. Konsep Diri Negatif


konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:
1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak
tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam
kehidupannya.
2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisaterjadi
karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan
citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat
hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

2. Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap, saat
bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian
sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan
sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang
anak. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena
keluarga dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau
ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan
dan meniru perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat
agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas. Dengan
demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan
perkembangan kepribadiaan seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar bekalang penerimaannya
sukses, konsep diri yang positif bersal dari pengalaman yang positif yang mengarah
pada kemampuan pemahaman.
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
meladaptif. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stresor,
dengan adanya stresor akan menyebabkan ketidakkeseimbangan dalam diri sendiri.
Dalam menguasai ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang
bersifat mambangun ataupun kopik yang bersifat merusak. (Suliswati,dkk,2005)
Konsep diri mencangkup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam
pengetahuan seseorang tentangdirinya sendiri dan yang memengaruhi hubungan
individu tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada sejak lahir tapi berkembang
perlahan-lahan sebagai hasil pengalaman unik dengan diri sendiri, dengan orang yang
berarti dan dengan sesuatu yang nyata dilingkungan. Bagaimanapun konsep diri bisa
atau tidak bisa merefleksikan realita. Pada masa bayi, konsep diri terutama adalah
kesadaran tentang eksistensi mandiri seseorang yang dipelajari dimasa lalu sebagai
hasil dari kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Proses ini menjadi lebih
aktif selama masa toldler ketika anak telah menggali batasan kemampuan mereka dan
dampaknya kepada orang lain. Anak usia sekolah lebih menyadari perbedaan diantara
orang, lebih sensitif dengan tekanan sosial, dan menjadi lebih sibuk memikirkan
masalah kritikan-diri dan evaluasi-diri. Selama masalah remaja awal, anak lebih
berfokus pada perubah fisik dan emosi yang terjadi dan pada penerimaan teman
sebaya. Konsep diri diperjalas selama masa remaja akhir ketika anak muda mengatur
konsep diri mereka disekitar nilai, tujuan, dan kompetensi yang didapat selama anak
kanak-kanak. (Donna L. Wong, dkk 2009).

Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam


beberapa tahap, yaitu :
1-1 tahun
 Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain.
 Membedakan dirinya dari lingkungan
3-3 tahun
 Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai
 Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak
 Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
 Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru, dan
bersosialisasi.
3-6 tahun
 Memiliki inisiatif
 Mngenali jenis kelamin
 Meningkatkan kesadaran diri
 Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan
seperti senang, kecewa dan sebagainya.
 Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
12-20 tahun
 Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi
dominan
 Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru
 Menguatnya identitas nasional
 Menyadari kekuatan dan kelemahan
20-40 tahun
 Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
 Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri
 Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab.
40-60 tahun
 Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik
 Mengevaluasi ulang tujuan hidup
 Merasa nyaman dengan proses penuaan
Di atas 60 tahun
 Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
 Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya. (A.Aziz
Alimul, 2009)

3. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


Konsep diri individu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utama adalah
perkembangan, keluarga dan budaya, stresor, sumber, riwayat keberhasilan dan
kegagalan, serta penyakit.
a. Perkembangan
Saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep diri berubah.
Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih
sayang, sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan
belajar.
b. Keluarga dan budaya
Nilai yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh kelarga dan budaya.
Selanjutnya, teman sebaya memengaruhi anak dan dengan demikian
memengaruhi rasa dirinya. Ketika anak berkonfrontasi dengan membedakan
harapan dari keluarga, budaya, dan teman sebaya, rasa diri anak sering kali
membingungkan. Sebagai contoh, anak mungkin menyadari bahwa orang
tuanya mengharapkan ia tidak minum alkohol dan mengharapkan ia
menghadiri layanan agama setiap Sabtu malam. Pada saat bersamaan, teman
sebayanya meminum bir dan mendorongnya untuk menghabiskan malam
Sabtunya dengan mereka.
c. Stresor
Stresor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi
masalah. Di pihak lain, stresor yang berlebihan dapat menyebabkan respon
maladaptif termasuk penyalahgunaan zat, menarik diri, dan ansietas.
Kemampuan individu untuk menangani stresor sangat bergantung pada sumber
daya personal.
d. Sumber Daya
Individu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah rasa
percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan,
pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum, semakin besar ju

Anda mungkin juga menyukai