Anda di halaman 1dari 6

PENTINGNYA KONSEP DIRI PADA REMAJA

Pendahuluan
Remaja merupakan tahapan seseorang berada di antara fase anak dan dewasa
yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi.
Remaja dibagi menjadi tiga fase batasan umur, yaitu fase remaja awal dengan
rentang usia 12-15 tahun, fase remaja madya dengan rentang usia 15-18 tahun,
dan fase remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun. Masa remaja merupakan
masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas. Mereka sedang
menentukan siapakah, apakah, dan bagaimana dirinya yang disebut sebagai
konsep diri. Remaja membutuhkan waktu yang panjang untuk memahami siapa
dirinya. Pemahaman diri remaja yang baik adalah remaja yang memiliki konsep
diri yang baik, karena konsep diri merupakan penilaian diri sendiri mengenai
keadaan dirinya. Remaja yang menyadari bagaimana dirinya maka akan ada
penilaian tentang keberadaan dirinya, apakah yang dilakukannya baik atau kurang
baik, mampu atau kurang mampu.

Pembahasan
Menurut Atwater dan Duffy (2005) konsep diri merupakan keseluruhan kesan
dan kesadaran yang dimiliki mengenai diri sendiri, termasuk didalamnya adalah
semua persepsi mengenai saya (pribadi) dan aku (kepemilikan di luar diri pribadi),
bersama dengan perasaan, keyakinan, dan nilai yang dimiliki. Konsep diri
mempengaruhi cara seseorang menerima, menilai, dan berperilaku. Menurut
Hurlock, konsep diri merupakan pengertian dan harapan seseorang mengenai diri
sendiri yang dicita-citakan atau yang diharapkan dan bagaimana dirinya dalam
realitas yang sesungguhnya, baik secara fisik maupun psikologis. Santrock
menyebutkan bahwa konsep diri merupakan suatu evaluasi diri terhadap segala
lingkupan perubahan diri. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran
atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri meliputi segala hal yang
dimilikinya menyangkut fisik maupun psikis.
Konsep diri tidaklah bawaan dari lahir, tetapi timbul akibat adanya
pengalaman, persepsi, dan hasil belajar yang dialami oleh setiap individu.
Terdapat empat faktor dalam pembentukan konsep diri remaja. Pertama, orang
tua. Orang tua merupakan tempat awal melakukan interaksi yang kemudian dari
interaksi tersebut akan terbentuk konsep diri remaja. Kedua, teman sebaya. Teman
sebaya mempunyai pengaruh dalam pembentukan konsep diri karena pada usia
remaja ini cenderung melakukan kegiatan secara berkelompok. Ketiga,
masyarakat. Di mana masyarakat melakukan penilaian kemudian penilaian yang
diberikan oleh masyarakat itu akan menjadi konsep diri. Terakhir, belajar. Di
mana konsep diri terbentuk akibat adanya proses belajar.
Konsep diri terdiri dari tiga aspek, yaitu harga diri (self esteem), diri ideal (self
ideals), dan body image (kesan terhadap fisik kita). Harga diri merupakan
pembenaran kita terhadap diri kita sendiri, pendapat yang menyetujui diri sendiri,
dan respek terhadap diri kita sendiri. Kasih sayang dan penerimaan orangtua
merupakan dasar seorang anak mengembangkan harga dirinya. Keberhasilan dan
kegagalan seseorang diyakini juga mempengaruhi harga diri seseorang. Harga diri
dapat mempengaruhi ekspetansi, penilaian terhadap diri dan orang lain, serta
perilaku individu.
Diri ideal merupakan diri yang diinginkan, termasuk di dalamnya aspirasi,
moral yang ideal, dan nilai-nilai yang dimiliki. Diri ideal dipengaruhi oleh
tuntutan orangtua di masa kanak-kanak. Fungsi diri ideal adalah membantu
seseorang untuk terpacu meraih yang terbaik. Kegagalan meraih diri ideal tidak
menjadikan kita “sakit mental”, apabila meningkatkan usaha dalam meraih
aspirasi atau memodifikasi diri ideal kita untuk mengurangi gap ke arah yang
lebih realistik.
Body image merupakan kesadaran kita akan tubuh kita sendiri, berupa refleksi
tubuh kita, dan pengalaman kita bersama tubuh kita. Body image dipengaruhi oleh
sosial-budaya dan jenis kelamin seseorang (misalnya perempuan lebih
memprioritaskan sex appeal, sedangkan laki-laki lebih mengutamakan kompetensi
fisik).
Konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu
betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan,
evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif, serta mampu merancang tujuan-
tujuan yang sesuai dengan realitas.
Konsep diri positif dapat dimiliki semua remaja karena konsep diri positif
merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dimiliki setiap remaja.
Remaja yang memiliki konsep diri positif akan dapat menerima diri apa adanya.
Mereka memandang kelemahannya sebagai motivasi untuk terus berjuang.
Menerima diri apa adanya tidak berarti bahwa ia tidak pernah kecewa terhadap
dirinya sendiri atau bahwa ia gagal mengenali kesalahannya sebagai suatu
kesalahan. Tetapi ia tidak perlu merasa bersalah terus menerus atas
keberadaannya. Dengan menerima diri sendiri ia dapat menerima orang lain.
Oleh karena konsep diri positif mampu mengasimilasikan seluruh pengalaman
individu, baik yang positif maupun yang negatif, maka hal ini merupakan modal
yang berharga dalam menghadapi kehidupan di masa depan. Remaja yang
memiliki konsep diri positif ternyata memiliki teknik coping yang baik, dukungan
teman sebaya, dan keluarga yang menurut mereka memuaskan. Adapun ciri-ciri
seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah :
1) Yakin akan kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah
2) Dapat menerima diri dan merasa dirinya berharga seperti orang lain
3) Menerima pujian tanpa merasa malu
4) Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat
5) Mampu memperbaiki diri, karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk mengubahnya.

Konsep diri negatif terdiri dari dua tipe. Tipe pertama yaitu individu yang tidak
tahu siapa dirinya, tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri, serta tidak
mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Tipe kedua adalah individu yang
terlalu teratur dan terlalu stabil, dengan kata lain kaku. Hal ini bisa dikarenakan
didikan orang tua yang terlalu keras. Individu tersebut menciptakan citra diri yang
tidak mengijinkan adanya penyimpangan dan aturan-aturan yang menurutnya
merupakan cara hidup yang tepat.
Remaja yang memiliki konsep diri negatif merupakan remaja yang memiliki
pandangan tidak baik terhadap dirinya sendiri, atau tidak dapat menerima
keadaannya sendiri. Remaja yang memiliki konsep diri negatif akan membuatnya
cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif pada dirinya. Mereka
mudah mengecam dan menyalahkan diri sendiri karena merasa dirinya kurang,
misalnya kurang cantik, kurang pintar, kurang berbakat, dan lainnya.
Remaja yang mempunyai konsep diri negatif disebabkan adanya lingkungan
yang memberikan pandangan-pandangan tersebut di mana disebut sebagai remaja
nakal yang cenderung menghayati diri mereka sebagaimana orang lain
memandang mereka. Seperti yang diungkapkan Travers, “A person who has high
fear of failure would be described as a person having a negative or poor self
concept and terms of self concept theory, might be expected to be poorly
motivated”. Maksudnya ialah seseorang yang takut akan kegagalan yang tinggi
akan digambarkan mempunyai konsep diri yang negatif dan mempunyai motivasi
yang buruk. Jika mereka selalu disebut anak nakal dan banyak label yang
diberikan kepada mereka, maka mereka berpendapat bahwa mereka tidak
diinginkan oleh lingkungannya.” Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental
dan perkembangan kepribadian remaja tersebut. Adapun ciri-ciri seseorang yang
memiliki konsep diri negatif adalah :
1) Peka terhadap ktitik
2) Sering menunjukkan respon yang berlebihan terhadap pujian dari orang
lain
3) Hiperkritis terhadap orang lain
4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain
5) Menunjukkan sikap mengasingkan diri dan malu-malu
6) Pesimis terhadap kompetisi
7) Merasa dirinya inferior, tidak berharga, tidak memiliki kemampuan, dan
perasaan tidak aman
Konsep diri merupakan bagian penting dalam setiap diri individu karena
konsep diri adalah gambaran tentang diri sendiri. Konsep diri dianggap sebagai
pemegang peranan kunci dalam pengintegrasian kepribadian individu, di dalam
memotivasi tingkah laku serta di dalam pencapaian kesehatan mental.
Pengharapan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak
dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu
akan cenderung sukses, dan apabila individu tersebut merasa dirinya gagal, maka
sebenarnya dirinya telah menyiapkan dirinya untuk gagal.
Selain itu, konsep diri dapat memengaruhi prestasi akademik. Jika si remaja
memiliki prestasi akademik, maka seseorang tersebut akan memiliki konsep diri
yang cenderung positif karena seseorang yang memiliki konsep diri yang tinggi
akan berusaha mengembangkan kemampuan yang dimiliki dan tidak mudah putus
asa ketika melakukan kegagalan. Konsep diri yang baik akan berakibat baik pada
kita dan konsep diri yang buruk akan memberikan dampak negatif terhadap kita.
Adapun beberapa langkah untuk mengembangkan konsep diri yang sehat dan
positif, antara lain :
1) Mencintai diri sendiri
2) Mengurai dan memahami diri kita, serta diri yang kita inginkan
3) Belajar dari kritik yang konsisten
4) Menyingkirkan sugesti negatif dari pikiran
5) Mengembangkan minat dan bakat
6) Menemukan tujuan hidup yang bermakna
Daftar Pustaka

Andriawati, S. 2012. Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Narapidana


Menghadapi Masa Depan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Malang.
Skripsi. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim

Dewi, K. S. 2012. Kesehatan Mental. Semarang : UPT UNDIP Press Semarang

Haruna, D. 2017. Usaha Meningkatkan Konsep Diri yang Positif Siswa Kelas XII
TKJ 2 SMKN 2 Pinrang Melalui Konseling Peer Group. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 2(1), 12-23

Mustofa, A. 2014. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas
XI IPS MAN 1 Kota Blitar. Skripsi. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim

Nasti, S. H. H. 2016. Konsep Diri Anak Jalanan. Skripsi. Surakarta : Universitas


Muhammadiyah Surakarta

Pramono, A. 2013. Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Melalui Teknik


Psikodrama untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif. Jurnal Bimbingan
Konseling, 2(2), 99-104

Ranny, dkk. 2017. Konsep Diri Remaja dan Peranan Konseling. Jurnal Penelitian
Guru Indonesia, 2(2), 40-47

Saraswatia, G. K., Zulpahiyana, & Arifah, S. 2015. Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Konsep Diri Remaja di SMPN 13 Yogyakarta. Jurnal Ners
dan Kebidanan Indonesia, 3(1), 33-38

Syarif, N. 2013. Gambaran Konsep Diri Individu yang Telah Pulih dari
Skizofrenia. Skripsi. Surabaya : UIN Sunan Ampel

Anda mungkin juga menyukai