Nim : 201950095
Konsep Diri
Self concept atau konsep diri adalah cara dan sikap seorang individu dalam memandang dirinya
sendiri. Pandangan atau perspektif diri meliputi aspek fisik maupun psikis, seperti mengenal
karakteristik individu itu sendiri, tingkah laku atau perbuatannya, kemampuan dirinya, dan
sebagainya. Tak hanya mencakup kekuatan diri individu itu saja, melainkan kelemahan dan
kegagalan yang ada pada dirinya.
Sebagai contoh, apabila individu menganggap bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya, akan terbentuk self concept yang baik atau positif pada dirinya. Namun,
sebaliknya, apabila individu itu menganggap bahwa dirinya tidak mampu atau dalam artian pesimis
sebelum mencoba, akan terbentuk self concept yang negatif pada dirinya.
Oleh sebab itu, sebagai individu sangat penting untuk engenali dirinya sebaik mungkin untuk
mengembangkan dirinya menggapai cita-cita dan tujuan hidup di masa depan yang dibahas pada
buju Landasan Pendidikan dibawah ini.
Untuk memahami pengertian self concept secara mendalam, berikut akan diberikan pengertian dari
beberapa ahli di bawah ini.
Robert Bruce Burns berpendapat bahwa self concept adalah relasi antara sikap dan keyakinan
mengenai diri individu itu sendiri.
Budi Anna Keliat mengatakan bahwa self concept atau konsep diri adalah cara pandang individu
dalam memandang dirinya, baik secara utuh, fisikal, intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial.
Potter and Perry memandang bahwa self concept atau konsep diri adalah gambaran subjektif dari
diri individu dan perpaduan yang kompleks, mulai dari perasaan, persepsi sadar dan bawah sadar,
hingga sikap. Self concept atau konsep diri memberi individu kerangka rujukan yang memengaruhi
self management akan situasi dan hubungan individu dengan orang lain
4. Cawagas
Cawagas memberikan pendapat bahwa self concept adalah suatu cara pandangan secara
menyeluruh seorang individu terhadap dimensi fisik dirinya sendiri, karakteristik yang dipunyai,
aspek motivasi atau dorongan, kelemahan, kepandaiannya, dan celah kegagalan dirinya.
Stuart dan Sundeen mengungkapkan bahwa self concept atau konsep diri adalah segala pikiran,
keyakinan, dan kepercayaan yang diketahui individu terhadap dirinya sendiri dan memengaruhi
hubungan dirinya dengan individu lain.
7. Rochmad Natawidjaya
Rochman Natawidjaya mengemukakan pengertian dari self concept atau konsep diri adalah
tanggapan individu terhadap dirinya sendiri, kemampuan dan ketidakmampuannya, tabiatnya, harga
diri, dan hubungan individu tersebut dengan orang lain.
8. Willian D. Brooks
William D. Brooks mengatakan bahwa self concept atau konsep diri adalah perspektif terkait
totalitas psikis, fisik, dan sosial terhadap diri sendiri yang terbentuk dari berbagai pengalaman serta
interaksi atau komunikasi individu dengan individu lain.
9. Carl Rogers
Menurut Carl Rogers, ia mengungkapkan bahwa self concept atau konsep diri itu berapa pada strata
kesadaran individu. Jadi, self concept adalah suatu konfigurasi atau penggabungan dari berbagai
tanggapan yang saling terkait dengan diri sendiri, masuk hingga ke dalam kesadaran individu.
James F. Calhoun mengartikan self concept atau konsep diri sebagai gambaran batin seorang
individu yang meliputi pengetahuan akan dirinya sendiri, pengharapan diri, dan penilaian akan
dirinya sendiri.
Konsep diri cenderung lebih mudah dibentuk ketika orang masih muda dan masih melalui proses
penemuan diri dan pembentukan identitas. Berk (1996) menjelaskan bahwa perkembangan konsep
diri diawali dari usia 2 tahun (ada rekognisi diri dengan melihat dirinya di kaca, foto, video); masa
kanak-kanak awal (konsep dirinya bersifat kongkrit, biasanya berdasar karakteristik nama,
penampilan fisik, barang-barang milik dan tingkah laku sehari-hari); masa kanak-kanak pertengahan
(ada transformasi dalam pemahaman diri, mulai menjelaskan diri dengan istilah-istilah sifat
kepribadian, mulai dapat membandingkan karakteristik dirinya dengan teman sebayanya).
Perkembangan konsep diri pada masa remaja berbeda strukturnya dan lebih terorganisir dibanding
masa anak-anak (Steinberg, 1993). Contoh, bila anak mengemukakan statement tentang
kepribadiannnya maka nampak kontradiktif: “Saya bersahabat, saya pemalu”. Sedang statement
remaja lebih terorganisir: “Saya pemalu saat bertemu pertama kali dengan orang lain”. Dalam hal ini,
anak dan remaja mulai berpartisipasi dalam identitas sosial ke dalam konsep diri mereka di sekolah
dasar dengan mengukur situasi mereka di antara teman sebaya (Trautwein, Lüdtke, Marsh, & Nagy,
2009). Lebih lanjut, sampai usia lima tahun, menerima dari teman sebaya memiliki pengaruh penting
pada konsep diri anak, mempengaruhi perilaku dan keberhasilan akademis mereka (Gest, Rulison,
Davidson, & Welsh, 2008).
Definisi Konsep Diri
Konsep diri didefinisikan sebagai: “identitas diri seseorang, skema yang terdiri dari kumpulan
keyakinan dan perasaan yang tidak terorganisir tentang diri sendiri” (Baron & byrne, 1997); sebagai
“perasaan seseorang tentang identitas ‘saya’, (Myers, 1993); dan sebagai “penilaian kognitif
terhadap kompetensi fisik, sosial, dan akademik kita (Eggen & Kauchak, 1999).
Dalam ulasannya tentang Bracken (1992) ), mengidentifikasi enam domain spesifik yang terkait
dengan konsep diri. Domainnya meliputi:
Rogers dalam teorinya mengatakan bahwa individu yang sehat secara psikologis secara aktif
menjauh dari peran yang dibentuk oleh persepsi orang lain, dan sebaliknya memandang diri sendiri
untuk pembenaran. Sebaliknya, individu neurotik memiliki konsep diri yang tidak sesuai dengan
keterampilannya. Individu ini takut untuk menerima pengalaman mereka, entah untuk melindungi
diri mereka sendiri atau untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain (Aronson, Wilson, & Akert,
2007). Demikian pula, Mead (1934) menyatakan bahwa kita sering kali membedakan diri kita dengan
membayangkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita dan kemudian memasukkan persepsi ini ke
dalam konsep diri kita.
Seringkali kita berbuat sesuatu berdasarkan penilaian orang lain, apa yang menurut orang lain baik
maka kita akan melakukannya. Kita merasa membutuhkan pengakuan dari orang lain, bukan karena
keinginan kita sendiri. Segala sesuatunya, tidak terlepas dari ketakutan jika di anggap buruk oleh
orang lain. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka akan mengakibatkan kita bingung dengan
konsep diri kita sendiri. Kita tidak memiliki identitas diri berdasarkan hati nurani kita sendiri. Kita
tidak harus selalu menyenangkan/mengikuti orang lain. Tidak perlu mengikuti trend atau pun meniru
orang lain. Jadilah diri sendiri apa adanya dengan tetap mengikuti hati nurani jika hal tersebut
positif.
Carl Rogers mengatakan dalam teorinya bahwa konsep diri berkaitan dengan ideal self. Ideal self
yakni keinginanmu untuk menjadi seseorang seperti apa. Dalam hal ini terkadang harapan dan
realita tidak sesuai. Jika terjadi ketidaksesuaian, maka kita akan merasa stres, bingung, tidak
berdaya, merasa tidak berguna, merasa gagal, merasa malu, terpuruk. Jika kita membiarkan hal ini
tanpa berusaha bangkit kembali, maka kita akan selamanya didalam lubang penyesalan. Walaupun
harapan kita tidak sesuai dengan kenyataannya, it’s okay. Bermimpi tentu boleh, namun jika tidak
sesuai realita kita perlu menerimanya. Memang tidak mudah tapi kita bisa merangkai harapan
kembali dan berusaha menggapainya kembali.
Untukmu yang ingin mengembangakan konsep diri yang positif, berikut tipsnya :
Jika kita tidak mencintai diri sendiri, lalu siapa yang akan mencintai kita? Kita tidak bisa selamanya
menggantungkan orang lain untuk terus-menerus mencintai kita. Karena manusia itu dinamis,
manusia pernah melakukan kesalahan. Jika kita menggantungkan diri pada orang lain, kita akan
kecewa. Latihlah diri untuk mencintai dirimu apa adanya. Jika gagal, katakan pada dirimu “it’s okay,
besok kita coba lagi”. Tidak perlu terlalu keras dan menyalahkan dirimu sendiri. Jika berhasil, katakan
pada dirimu “aku berhasil, aku bangga pada diriku sendiri”. Mencintai diri sendiri tentunya berbeda
dengan egois. Mencintai diri berguna untuk membentuk konsep diri yang positif.
Hidupmu adalah tanggungjawabmu. Berhasil atau gagal itu semua tergantung dari dirimu. Kamu
tidak bisa selamanya menyalahkan orang lain jika gagal, kamu tetap perlu introspeksi diri. Kamu
tidak selamanya pula bisa bergantung pada orang lain untuk membantumu, kamu harus berusaha
semampumu sendiri. Ketika kita memiliki keinginan atau mimpi atau harapan, kita akan membuat
rencana. Menyusun rencana atau strategi dengan berbagai pilihan yang ada, pilihlah dengan
bijaksana. Jika kita telah memilih, lakukan dengan penuh tanggungjawab. Tanggungjawab adalah
salah satu kunci untuk membantu kita memiliki konsep diri yang positif.
Ini berkaitan dengan poin 3. Ketika kita memiliki mimpi atau tujuan hidup, kita harus realistis. Kita
ingin sukses tapi kita belum tau bagaimana memulainya. Kita ingin kaya, tapi kita tidak tahu
bagaimana mengelola uang. Realistis itu perlu dengan mengetahui potensi kita, dengan menyusun
strategi. Ketika kita kecil kita ingin menjadi dokter, polisi, koki, dll. Lalu ketika semakin dewasa,
impian pada waktu kecil bisa berbeda dengan umur kita sekarang. Pada waktu kecil, kita hanya
memiliki tujuan tapi belum realistis, belum memiliki strategi, kita hanya berdasarkan mengikuti
orang lain. Pada saat ini, tentukan kembali tujuanmu secara realistis, tentunya setelah kamu
mengenali dirimu dan kemudian kamu bertanggungjawab dengan pilihanmu. Dengan adanya tujuan
yang realistis, kamu akan lebih jelas tahu mengenai konsep dirimu.
Lingkungan sekitar sangatlah berperan penting dalam membantu kita mencapai tujuan kita. Dengan
siapa kita bergaul dan berkumpul akan membentuk perilaku dan pemikiran kita. Kita memang tidak
bisa memilih dimana kita dilahirkan, tapi kita bisa memilih dengan siapa kita berteman. Bukan
berarti pilih-pilih teman tidak baik, tentunya kita ingin berkembang kearah positif bukan? Jika kita
memiliki tujuan baik, carilah teman yang memiliki visi yang sama dan meminta orang-orang terdekat
untuk mendukung tujuanmu. Jika kita memilih stuck dalam kegiatan dan lingkungan yang tidak
membantu kita berkembang, kita akan kesulitan sendiri. Diluar sana banyak kesempatan yang akan
datang jika kita memulai dengan perubahan kecil. Lingkunganmu akan mencerminkan siapa kamu
dan tentunya membentuk konsep dirimu.
Akar permasalah yang terjadi pada diri manusia sebagian besar ada pada perspektif terhadap dirinya
sendiri. Pemahaman ini akan muncul dari pikiran negatif terhadap dirinya sendiri, seperti merasa
dirinya tak berguna, rendah diri atau inferior, tidak cantik atau ganteng, tidak menarik, tidak
memiliki keterampilan, dan segala macam kritik terhadap dirinya sendiri yang malah menyebabkan
suatu problem.
Berikut ini ada beberapa faktor yang memengaruhi self concept seorang individu, di antaranya.
1. Kegagalan
Sadar atau tak sadar, kegagalan yang terjadi pada diri individu secara terus menerus akan
memberikan pertanyaan besar pada potensi atau kemampuan dirinya sendiri sehingga berujung
pada persepsi bahwa dirinya lemah dan tak dapat diandalkan.
2. Overthinking
Seorang individu yang terlalu sering overthinking sangatlah tidak baik. Hal itu karena dapat
mengarahkan pikiran buruk terhadap penilaian dirinya sendiri sehingga terciptalah self concept yang
negatif. Individu tersebut cenderung terus menerus memikirkan kegagalan yang dialaminya, tanpa
ada keinginan untuk mencari solusinya. Sikap seperti ini harus segera dihentikan.
Dalam buku You are Overthinking! Ini, penulis ingin menyampaikan pesan tentang segala hal yang
berhubungan dengan overthinking dari sudut pandang yang berbeda. Kalian akan diajak untuk
menikmati sebuah karya melalui perumpamaan-perumpamaan yang membuat kalian hanyut ke
dalamnya hingga terbawa emosinya.
Dibuat dengan penuh diksi, isi dan solusi. Kalian akan melihat fenomena-fenomena overthinking dari
segala sisi sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk antisipasi.
3. Depresi
Sebenarnya, poin ini ada kaitannya dengan poin-poin sebelumnya. Seorang individu dihadapkan
pada kegagalan, ia menganggap bahwa dirinya tidak memiliki potensi lagi untuk melawan kegagalan
itu, dan tidak mengambil peluang atas kegagalan tersebut. Sampai akhirnya, individu itu dilanda
stres hingga depresi karena terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatif atas kegagalan
yang ia alami.
Self concept yang sehat dan positif akan menimbulkan manfaat untuk diri sendiri. Berikut adalah
manfaat yang didapatkan dengan memiliki self concept yang sehat dan positif, di antaranya:
1. Memaksimalkan Potensi Diri
Apabila individu memiliki self concept yang positif, individu itu akan percaya bahwa ia dapat
melakukan berbagai hal, mampu menyelesaikan masalah yang ada dengan mencari peluang dan
solusi, membuka potensi yang dimiliki kepada hal-hal yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.
Individu yang memiliki self concept positif, cenderung memiliki sikap yang optimis dan realistis
terhadap tujuan yang diinginkannya. Dengan begitu, peluang dirinya untuk berhasil akan semakin
besar sehingga tujuan yang diinginkannya pun akan tercapai.
Individu yang memiliki self concept positif mampu menghindari self-sabotaging behavior. Self-
sabotaging behavior sebagai bentuk pemikiran, sikap, ataupun tindakan yang menahan dirinya untuk
meraih apa yang ia mau, misalnya, goals dalam hidupnya.
Memiliki self concept yang positif akan membentuk diri menjadi pribadi yang lebih positif, optimis,
dan yakin bahwa dirinya mampu mendapatkan apa yang diinginkan atau dituju. Akan tetapi,
sebaliknya, apabila self concept pada diri individu itu negatif atau dapat dikatakan tak sehat, hal itu
tak akan membawa dirinya dalam mencapai keinginan dan tujuannya.
Memengaruhi perspektif bagaimana individu itu menggunakan fisiknya dalam menghadapi suatu
masalah atau tantangan dalam kehidupannya sehari-hari. Contoh simpelnya, seorang individu ingin
mengikuti suatu perlombaan lari, apabila ia memiliki self concept bahwa dirinya terlalu gemuk untuk
dapat mengikuti perlombaan lari tersebut dan akan menjadi orang terakhir yang sampai di garis
finish, mungkin saja itu akan terjadi.
Akan berbeda bila individu tersebut memiliki self concept positif bahwa dirinya kuat dan akan
memenangkan lomba lari tersebut, bisa saja hasilnya akan sesuai dengan pemikirannya tersebut. Hal
ini menandakan bahwa individu yang memiliki self concept positif akan mampu memengaruhi
fisiknya dalam menghadapi masalah yang ada.
Individu yang memiliki self concept positif akan mampu menentukan seberapa jauh ia dapat keluar
dari ‘zona nyaman’ nya dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, dirinya mampu
menentukan seberapa jauh kemampuan dirinya untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Kesimpulan dari Self Concept
Self concept adalah pandangan dan penilaian individu pada dirinya sendiri. Hal ini berguna sebagai
landasan berperilaku dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Maka dari itu, ciptakanlah self
concept yang positif agar mampu membentuk kepribadian yang baik pula.
Itulah pembahasan lengkap mengenai Self Concept, mulai dari pengertian, komponen self concept,
karakteristik, faktor-faktor yang memengaruhi self concept, hingga pentingnya self concept untuk
diri sendiri.