Anda di halaman 1dari 20

PSIKOLOGI SOSIAL

(Konsep Diri & Harga Diri)


A. Pengertian Konsep Diri
 Self concept atau konsep diri adalah cara dan sikap seorang individu dalam
memandang dirinya sendiri. Pandangan atau perspektif diri meliputi aspek
fisik maupun psikis, seperti mengenal karakteristik individu itu sendiri,
tingkah laku atau perbuatannya, kemampuan dirinya, dan sebagainya. Tak
hanya mencakup kekuatan diri individu itu saja, melainkan kelemahan dan
kegagalan yang ada pada dirinya.
 Sebagai contoh, apabila individu menganggap bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, akan terbentuk
self concept yang baik atau positif pada dirinya. Namun, sebaliknya,
apabila individu itu menganggap bahwa dirinya tidak mampu atau dalam
artian pesimis sebelum mencoba, akan terbentuk self concept yang negatif
pada dirinya.
 Robert Bruce Burns berpendapat bahwa self concept adalah relasi antara
sikap dan keyakinan mengenai diri individu itu sendiri.
 Budi Anna Keliat mengatakan bahwa self concept atau konsep diri adalah
cara pandang individu dalam memandang dirinya, baik secara utuh, fisikal,
intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial.
 Potter and Perry memandang bahwa self concept atau konsep diri adalah
gambaran subjektif dari diri individu dan perpaduan yang kompleks, mulai
dari perasaan, persepsi sadar dan bawah sadar, hingga sikap. Self concept
atau konsep diri memberi individu kerangka rujukan yang memengaruhi
self management akan situasi dan hubungan individu dengan orang lain.
 Cawagas memberikan pendapat bahwa self concept adalah suatu cara
pandangan secara menyeluruh seorang individu terhadap dimensi fisik
1|Page
dirinya sendiri, karakteristik yang dipunyai, aspek motivasi atau dorongan,
kelemahan, kepandaiannya, dan celah kegagalan dirinya.
 Menurut Pudjijogyanti, dirinya menganggap bahwa self concept adalah
salah satu faktor penentu tingkah laku individu, seperti apakah akan baik
atau buruk. Perilaku negatif seorang individu merupakan hasil dari adanya
gangguan dalam upaya pencapaian harga diri (self esteem).
 Stuart dan Sundeen mengungkapkan bahwa self concept atau konsep diri
adalah segala pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang diketahui individu
terhadap dirinya sendiri dan memengaruhi hubungan dirinya dengan
individu lain.
 Rochman Natawidjaya mengemukakan pengertian dari self concept atau
konsep diri adalah tanggapan individu terhadap dirinya sendiri,
kemampuan dan ketidakmampuannya, tabiatnya, harga diri, dan hubungan
individu tersebut dengan orang lain.
 William D. Brooks mengatakan bahwa self concept atau konsep diri adalah
perspektif terkait totalitas psikis, fisik, dan sosial terhadap diri sendiri yang
terbentuk dari berbagai pengalaman serta interaksi atau komunikasi
individu dengan individu lain.
 Menurut Carl Rogers, ia mengungkapkan bahwa self concept atau konsep
diri itu berapa pada strata kesadaran individu. Jadi, self concept adalah
suatu konfigurasi atau penggabungan dari berbagai tanggapan yang saling
terkait dengan diri sendiri, masuk hingga ke dalam kesadaran individu.
 James F. Calhoun mengartikan self concept atau konsep diri sebagai
gambaran batin seorang individu yang meliputi pengetahuan akan dirinya
sendiri, pengharapan diri, dan penilaian akan dirinya sendiri.
 Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-
ciri sifat ) yang dimiliki (Brehm & Kassin, 1993).

2|Page
 William D. Brooks (Jalaluddin Rakhmat, 2007: 99) mendefinisikan konsep
diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of
ourselves that we have derived from experiences and our interaction with
others”. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita
sendiri. Persepsi ini bisa bersifat psikologi, sosial, dan fisik. Persepsi yang
bersifat psikologi misalnya pandangan mengenai watak sendiri. Persepsi
yang bersifat sosial misalnya pandangannya tentang bagaimana orang lain
menilai dirinya. Persepsi yang bersifat fisik misalnya pandangan tentang
penampilannya sendiri.
 Anita Taylor (Jalaluddin Rakhmat, 2007: 100) mendefinisikan konsep diri
sebagai “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and
attitudes you hold about yourself”. Konsep diri meliputi apa yang kita
pikirkan tentang diri kita sendiri dan yang kita rasakan tentang diri kita
sendiri.
 Menurut Hendra Surya (2007: 3) mengatakan bahwa konsep diri adalah
gambaran, cara pandang, keyakinan, pemikiran, perasaan terhadap apa
yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri yang meliputi kemampuan,
karakter diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan
diri.
 Hurlock menyatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang
mengenai dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.
 Burn (1993) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri
secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri,
pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya
tentang hal-hal yang ingin dicapai.

3|Page
 Konsep diri adalah konstruk sentral untuk mengenal dan mengerti
individu, terkait dengan dunia fenomenalnya dalam dunia fenomenal orang
lain (Fitts, 1971).
 Menurut Gunarsa & Gunarsa (2000) menyatakan, konsep diri merupakan
pendapat individu mengenai dirinya yang dalam pikiran dan bukan dalam
realitas kompleks.
 Berdasarkan penjelasan di atas dan berbagai definisi dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gabungan beberapa pikiran,
perasaan, dan sikap terhadap pengetahuan, keyakinan dan gambaran yang
dimiliki individu tentang karakteristik dirinya sendiri baik yang bersifat
fisik, sosial, maupun psikologis yang diperoleh.
B. Aspek-Aspek Konsep Diri
Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada Calhoun dan Acocella
(1995) yang mengatakan konsep diri terdiri dari tiga aspek, yaitu :
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri. Dalam
benak kita ada satu daftar julukan yang menggambarkan kita, usia,
jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan lain sebagainya.
b) Harapan
Pada saat kita mempunyai satu set pandangan tentang siapa kita, kita
juga mempunyai satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan
kita menjadi apa di masa mendatang. Pendeknya kita mempunyai
pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-
ideal. Diri-ideal tersebut sangat berbeda untuk tiap individu.
Seseorang mungkin melihat masa depan dirinya sangat bagus
memakai jaket dengan tambalan di siku dan memberi kuliah dari
mimbar di kelas yang penuh dengan mahasiswa. Diri-ideal orang lain
di masa mendatang mungkin berupa orang yang di dalam rumah yang
4|Page
besar dengan “Lincoln Continental” putih besar yang diparkir di
depan.
c) Penilaian
Penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Kita berkedudukan sebagai
penilai tentang diri kita sendiri setiap hari, mengukur apakah kita
bertentangan dengan (1)” saya-dapat-menjadi apa”, yaitu pengharapan
kita bagi kita sendiri dan (2)”saya-seharusnyamenjadi apa” yaitu
standar kita bagi diri sendiri. Semakin besar ketidak sesuaian antara
gambaran kita tentang siapa kita dan gambaran tentang seharusnya
kita menjadi apa atau dapat menjadi apa, akan semakin rendah rasa
harga-diri kita. Orang yang hidup sesuai dengan standar dan harapan-
harapan untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang
sedang dikerjakan, akan ke mana dirinya, akan memiliki rasa harga-
diri tinggi. Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari standar harapan-
harapanya akan memiliki rasa harga-diri rendah. Evaluasi kita tentang
diri kita sendiri merupakan komponen konsep-diri yang sangat kuat.

C. Proses Pembentukan Konsep Diri


Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan
pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan
akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh
sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola
asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang
mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini
disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan,
kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak
5|Page
pernah memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman
akibat kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Jadi anak
menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari
lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif,
maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah
konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput
dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu
tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi
sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil
mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah.
Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar
keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai. Dalam konsep
diri ini terdapat beberapa unsur antara lain:
1. Penilaian diri merupakan pandangan diri terhadap:
- Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri.
Bagaimana kita mengetahui dan mengendalikan dorongan,
kebutuhan dan perasaanperasaan dalam diri kita.
- Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau
cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif
atau negatif.
- Bayangan subyektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang
positif akan dimiliki kalau merasa puas (menerima) keadaan fisik
diri sendiri. Sebaliknya, kalau merasa tidak puas dan menilai
buruk keadaan fisik sendiri maka konsep diri juga negatif atau
akan jadi memiliki perasaan rendah diri.
2. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana individu
menerima penilaian lingkungan sosial pada diri nya. Penilaian sosial

6|Page
terhadap diri yang cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep
diri dan kepercayaan diri. Adapun pandangan lingkungan pada
individu seperti si gendut, si bodoh atau si nakal akan menyebabkan
individu memiliki konsep diri yang buruk terhadap dirinya.
3. Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self
image atau citra diri, yaitu merupakan gambaran:
- Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi seperti
tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga atau peran
lingkungan sosial kita.
- Saya ingin jadi apa, kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita
ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak realistis.
Bayangbayang kita mengenai ingin jadi apa nantinya, tanpa
disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh ideal yang yang
menjadi idola, baik itu ada di lingkungan kita atau tokoh fantasi
kita.
- Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini
menunjukkan pada perasaan keberartian diri kita bagi lingkungan
sosial maupun bagi diri kita sendiri.
Konsep diri yang terbentuk pada diri juga akan menentukan
penghargaan yang berikan pada diri. Penghargaan terhadap diri atau yang
lebih dikenal dengan self esteem ini meliputi penghargaan terhadap diri
sebagai manusia yang memiliki tempat di lingkungan sosial. Penghargaan
ini akan mempengaruhi dalam berinteraksi dengan orang lain.

D. Bentuk-bentuk Konsep Diri


Menurut Calhoun & Acocella (Ghufron & Risnawita, 2016) dalam
perkembanganya konsep diri terbagi dua, yaitu :
a) Konsep Diri Positif
7|Page
Konsep diri yang positif ciri-cirinya adalah yakin terhadap
kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar
dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap
orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang
tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu Mengembangkan diri
karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk
dan berupaya untuk mengubahnya.
b) Konsep Diri Negatif
Konsep diri negatif ciri-cirinya adalah peka terhadap kritik, responsif
terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak
disukai orang lain, dan pesimistis terhadap kompetisi.
c) Fungsi Harga Diri
Sikap yang kita miliki mampu menjaga atau meningkatkan harga diri.
Contohnya :
Sikap patuh terhadap aturan-aturan protokoler pada acara-acara resmi,
bertujuan agar kita tidak berperilaku menyimpang untuk menjaga
harga diri kita di depan publik.
Berdasarkan pada teori Calhoun & Acocella (Ghufron & Risnawita,
2016) dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbagi menjadi konsep diri
positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif ditunjukkan dengan
adanya kemampuan untuk mengembangkan diri karena individu sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk
mengubahnya. Sedangkan konsep diri negatif ditunjukkan dengan sikap
pesimistis terhadap kompetisi.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Hurlock (1992) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri meliputi:
1. Kondisi fisik
8|Page
Kesehatan yang buruk dan cacat fisik menghalangi individu
untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga menyebabkan individu
merasa berbeda dengan orang lain. Reaksi yang datang dari orang lain
terutama dari orang terdekat yang dianggap penting akan
mempengaruhi individu dalam melakukan penilaian terhadap kondisi
fisiknya. Individu yang mudah sakit akan berbeda dalam menilai
tubuhnya dibandingkan dengan individu yang tahan terhadap penyakit,
individu yang sakit mudah merasa frustasi dengan kondisi fisiknya.
Kondisi-kondisi tersebut akan mempengaruhi konsep diri individu.
2. Bentuk tubuh
Postur tubuh yang tidak sesuai dengan yang diinginkan
mengakibatkan rendahnya konsep diri. Citra mengenai bentuk tubuh
yang ideal telah menjadi harapan setiap individu terhadap dirinya.
3. Nama dan julukan
Nama yang menimbulkan cemoohan atau menggambarkan status
keluarga yang minoritas dapat mengakibatkan perasaan rendah diri.
Julukan yang negatif pada individu akan menimbulkan konsep diri
individu menjadi rendah.
4. Status sosial dan ekonomi
Individu yang merasa mempunyai status sosial yang lebih tnggi
dari individu lain cenderung mempunyai gambaran yang positif
terhadap dirinya. Demikian sebaliknya individu yang merasa memiliki
status sosial ekonomi yang lebih rendah dari individu lain cenderung
mempunyai gambaran yang negatif terhadap dirinya.
5. Dukungan sosial
Ada atau tidaknya dukungan dari orang lain memengaruhi
pembentukan konsep diri individu.
6. Keberhasilan dan kegagalan

9|Page
Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas ataupun
permasalahan memberikan rasa percaya diri dan menerima dirinya
sendiri, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan kurang
mampu yang menyebabkan penilaian negatif terhadap dirinya.

7. Jenis kelamin
Pandangan bahwa peran yang dijalankan wanita lebih rendah
dari pria menyebabkan menurunya penilaian wanita terhadap dirinya.
Namun dalam lingkungan masyarakat sekarang ini sudah terbentuk
adanya konsep bahwa pria dan wanita memiliki hak dan perlakuan
yang sama dalam semua bidang seperti pendidikan, pekerjaan,
keterampilan dan lain sebagainya. Perlakuan yang sama akan sangat
berpengaruh terhadap konsep diri individu tanpa memandang jenis
kelamin.
8. Intelegensi
Individu yang berintelegensi kurang dari rata-rata akan
merasakan penolakan dari kelompoknya, penolakan tersebut akan
menyebabkan individu memiliki penilaian negatif terhadap dirinya. Hal
itu disebabkan karena individu merasa ada yang kurang dan berbeda
dengan kondisi dirinya dibandingkan dengan orang lain yang
berintelegensi normal.

F. Pengetahuan Tentang Diri


Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema yaitu pengetahuan
yang terorganisir mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk
menginterpretasikan pengalaman. Dengan demikian, konsep diri Adalah
skema diri (self-schema), yaitu pengetahuan tentang diri yang

10 | P a g e
mempengaruhi cara seseorang mengelolah informasi dan mengambil
Tindakan.
Beaman, klentz, diener, & svanum (1979) melakukan sebuah
eksperimen yang menunjukkan bagaimana pengetahuan tentang diri
mempengaruhi Tindakan individu. Pada perayaan Halloween dirumah-
rumah yang menjadi tempat pelaksanaan eksperimen diletakkan kotak
permen yang boleh diambil oleh anak-anak yang datang mengenakan
kostum. Manipulasi dilakukan dengan cara meletakkan cermin berukuran
besar di dekat kotak permen sehingga setiap anak yang mengambil permen
dapat melihat dirinya sendiri. Setelah dipersilahkan masuk tuan rumah
akan menyuruh anak-anak yang datang untuk mengambil permen yang
sudah disediakan. Secara sengaja, tuan rumah menjauh agar tidak kelihatan
Ketika menyuruh anak-anak itu mengambil permen. Kadang tuan rumah
menyuruh anak-anak itu mengambil hanya satu permen untuk satu orang
dan kadang menyuruh untuk mengambil sebanyak yang mereka mau.
Sebagian anak diminta menyebutkan nama mereka dan sebagian lagi tidak.
Hasil dari eksperimen itu, Ketika terdapat cermin dan menyebutkan
nama anak-anak mengambil hanya satu atau mengambil lebih sedikit
permen daripada Ketika tidak terdapat cermin dan tidak menyebutkan
nama. Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa tingkah laku seseorang
dipengaruhi oleh pengetahuan atau kesadaran siapa dirinya.
Menurut Higgins (1987) ada tiga jenis skema diri yang disebutkan
berikut ini yaitu :
a) Actual Self
Yaitu bagaimana diri kita saat ini
b) Ideal self
Yaitu bagaimana diri yang kita inginkan
c) Ought self

11 | P a g e
Yaitu bagaimana diri kita seharusnya.
Pada diri seseorang mungkin terjadi kesenjangan atau diskrepansi
antara actual self dan ideal self atau ought self. Higgins dalam teori
diskrepansi diri (self discrepancy theory) menyatakan bahwa diskrepansi
yang terjadi dapat memotivasi seseorang untuk berubah agar mengurangi
diskrepansi yang dirasakannya. Namun, apabila seseorang gagal dalam
mengatasi diskrepansi maka dapat menyebabkan munculnya emosi-emosi
negatif. Kegagalan dalam mengatasi diskrepansi antara actual self, dan
ideal self dapat memicu munculnya dejection related emotions seperti
kecewa, tidak puas dan sedih. Sedangkan diskrepansi antara actual self dan
ought self dapat memicu munculnya agitation related emotions seperti
cemas, takut, dan terancam.
Diskrepansi yang dirasakan seseorang dapat mendorong terjadinya
perubahan karena kita mengembangkan possibleself yaitu gambaran diri
pada masa yang akan datang baik yang diinginkan maupun yang tidak
diinginkan. Gambaran mengenai diri yang diinginkan dapat mempengaruhi
motivasi seseorang, misalnya untuk berhenti merokok, belajar rajin agar
lulus kuliah tepat waktu, rajin pergi ke gym dan lain-lain. Contoh
bagaimana kita mengembangkan possible self Adalah saat dimana kita
menyatakan resolusi awal tahun yaitu tahun ini selain kuliah saya akan
aktif di BEM, tahun ini saya bisa menghentikan kebiasaan begadang yang
membuat saya sering telat datang ke kuliah karena kesiangan bangunnya.
G. Identitas Personal dan Sosial
Pada identitas personal seseorang akan mendefinisikan dirinya
berdasarkan atribut atau trait yang membedakan diri dengan orang lain dan
hubungan interpersonal yang dimiliki. Sedangkan pada identitas sosial
seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan keanggotaan dalam

12 | P a g e
suatu kelompok sosial atau atribut yang dimiliki Bersama oleh anggota
kelompok.
Menurut Brewer & Gardiner (1996) tiga bentuk diri yang menjadi
dasar bagi seseorang dalam mendefinisikan dirinya Adalah sebagai berikut
yaitu :
a) Individual self
Yaitu diri yang didefinisikan berdasarkan trait pribadi yang
membedakan dengan orang lain.
Contohnya :
Saya Adalah seorang pekerja keras yang pantang menyerah Ketika
menghadapi tantangan
b) Relational Self
Yaitu diri didefinisikan berdasarkan hubungan interpersonal yang
dimiliki dengan orang lain.
Contoh :
Saya temannya anak mantan presiden.
c) Collective self
Yaitu diri didefinisikan berdasarkan keanggotan dalam suatu
kelompok sosial.
Contoh :
Saya mahasiswa UI Angkatan tahun 1995.
Penelitian yang dilakukan Triandis dkk (1985) menunjukkan bahwa
orang jepang, korea, dan cina lebih banyak mengungkapkan diri dalam
kaitannya dengan kategori sosial, kelompok, dan hubungan yang dimiliki
daripada kepribadian atau trait pribadi. Salah satu situasi dan konteks
sosial yang berpengaruh Adalah hubungan yang kita miliki dengan orang
lain. Sebagai contoh apabila ada seseorang yang berasal dari kelompok
minoritas berada di tengah-tengah kelompok mayoritas orang itu akan

13 | P a g e
lebih kuat dalam mendefinisikan dirinya berdasarkan karakteristik
minoritasnya, seperti, “saya satu-satunya perempuan yang menjadi pilot
pesawat tempura tau “saya mahasiswa asia yang kuliah diperguruan tinggi
yang didominasi mahasiswa asing atau saya mahasiswa daerah.
Faktor situasi dan konteks sosial lain yang berpengaruh terhadap
pendefinisian diri Adalah keyakinan kita tentang bagaimana orang lain
akan memperlakukan kita. Sebagai bentuk antisipasi terhadap penerimaan
atau penolakan orang lain terhadap kita sering kali kita memilih-milih
identitas diri yang diungkapkan. Misalnya, jika kita mendatangi suatu
kelompok remaja pengemar music alternatif untuk mengadakan
wawancara maka untuk bisa diterima dan menghindari penolakan dari
mereka kita mungkin akan mengungkapkan bahwa kita dulu juga
mengemari music alternatif. Hal ini mungkin terjadi karena kita
mengantisipasi perlakuan orang lain Adalah kita menyembunyikan atau
tidak mengungkapkan siapa diri kita yang sebenarnya.
H. Harga Diri
Penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif terhadap diri ini
disebut harga diri (self esteem). Harga diri menunjukkan keseluruhan sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negatif. Setiap
orang menginginkan harga diri yang positif. Mengapa demikian ? menurut
Vaughan & Hogg (2002) alasannya Adalah sebagai berikut yaitu :
1. Harga diri yang positif membuat orang merasa nyaman dengan dirinya
di tengah kepastian akan kematian yang suatu waktu akan
dihadapinya. Greenberg, Pyszczynski & Solomon (1986) dalam terror
management theory menyatakan bahwa manusia mengalami
kecemasan dalam menghadapi kematian. Greenberg dkk melakukan
eksperimen yang hasilnya menunjukkan bahwa partisipasn
eksperimen yang mendapat penilian positif terhadap aspek-aspek
14 | P a g e
kepribadiannya, harga dirinya positif lebih sedikit mengalami arousal
fisik dan kecemasan Ketika menonton video tentang kematian yang
sengaja diputar oleh eksperimeter.
2. Harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan,
kesepian, dan penolakan sosial. Dalam hal ini harga diri menjadi alat
ukur sosial (sociometer) untuk melihat sejauh mana seseorang merasa
diterima dan menyatu dengan lingkungan sosialnya. Dengan
demikian, semakin positif harga diri yang dimiliki semakin
menunjukkan bahwa ia semakin merasa diterima dan menyatu dengan
orang-orang disekitarnya.
Harga diri dapat diukur secara eksplisit maupun implisit. Pengukuran
secara eksplisit dilakukan dengan meminta orang untuk memberikan
ratting (mulai dari sangat sesuai sampai sangat tidak sesuai) terhadap
sejumlah penyataan tentang diri. Misalnya, “saya merasa berguna bagi
orang lain”. Pengukuran secara implisit dilakukan dengan mengukur
kecepatan reaksi orang terhadap sejumlah stimulus yang diasosiasikan
dengan diri. Stimulus diberikan secara subliminal (ditampilkan dengan
cepat untuk dapat dikenali secara sadar) dengan harapan mengurangi
kemungkinan orang memberikan respons tidak apa adanya untuk
menampilkan kesan tertentu dirinya. Kecepatan reaksi yang muncul
menunjukkan kekuatan hubungan antara diri dengan stimulus yang
ditampilkan. Misalnya, kata hangat atau gambar yang berhubungan dengan
sifat hangat.
Salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur harga diri
secara eksplisit Adalah skala Rosenberg. Skala ini terdiri dari 10
pernyataan tentang diri. Berikut Adalah kesepuluh pernyataan skala
Rosenberg yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu :

15 | P a g e
1. Saya merasa sebagai orang yang berguna, paling tidak sama seperti
orang lain.
2. Saya merasa memiliki sejumlah kualitas yang baik.
3. Secara umum saya cenderung merasa sebagai orang yang gagal.
4. Saya mampu melakukan hal-hal sebaik yang kebanyakkan orang
lakukan.
5. Saya merasa memiliki banyak hal untuk dibanggakan.
6. Saya memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
7. Secara umum saya puas dengan diri saya sendiri.
8. Saya berharap saya lebih menghargai diri saya sendiri.
9. Saya seringkali merasa tidak berguna.
10. Saya seringkali berpikir saya sama sekali bukan orang yang baik.
Responden diminta untuk memberikan ratting menyangkut kesesuaian
pernyataan-pernyataan tersebut dengan dirinya (1 = sangat tidak sesuai
dengan diri saya, 2 = tidak sesuai dengan diri saya, 3 = agak sesuai dengan
diri saya, 4 = sesuai dengan diri saya, dan 5 = sangat sesuai dengan diri
saya).
Pada umumnya orang menginginkan harga diri yang positif dan hal ini
mendorong munculnya gejala above average effect yaitu kecenderungan
orang untuk menilai dirinya diatas rata-rata pada berbagai aspek diri yang
dianggap positif secara sosial. Termotivasi untuk memperoleh atau melihat
diri yang positif orang kemudian dapat mengalami bias dalam menilai hasil
yang diperolehnya. Ketika hasil diperoleh positif maka orang akan
menjelaskan bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas hasil tersebut,
sementara apabila hasil yang diperoleh negatif orang akan mengalihkan
tanggung jawab atas hasil tersebut kepada orang lain atau hal lain diluar
dirinya. Bias dalam menilai hasil ini disebut self-serving bias yaitu
kecenderungan untuk menilai hasil positif sebagai akibat dari faktor

16 | P a g e
internal (trait atau karakteristik pribadi) dan menilai hasil negatif sebagai
akibat dari faktor eksternal (orang lain atau situasi).
Dulu harga diri yang rendah dianggap sebagai akar dari berbagai
penyakit sosial. Orang-orang yang melakukan penyalahgunaan obat-
obatan, memiliki prestasi sekolah yang buruk, mengalami depresi, dan
melakukan Tindakan kekerasan (termasuk terorisme) adalag orang-orang
yang memiliki harga diri yang rendah. Namun, dari serangkaian penelitian
ditemukan bahwa harga diri yang tinggi tidak selalu berpengaruh positif
terhadap tingkah laku. Bullying, narsisme, dan eksibisionisme Adalah
contoh tingkah laku negatif yang dilakukan oleh orang dengan harga diri
tinggi. Mengapa orang dengan harga diri tinggi melakukan hal tersebut ?
karena harga diri tinggi mencerminkan superioritas terhadap orang lain dan
orang termotivasi untuk terus mempertahankannya. Ketika ada situasi yang
dipersepsikan mengancam superioritas tersebut maka muncullah tingkah
laku agresif yang bertujuan untuk mempertahankannya.
I. Perbandingan Sosial
Bagaimana kita tau seberapa baik atau buruknya diri kita ? apa saja
yang baik dan yang buruk dari diri kita? Pertanyaan-pertanyaan itu
mungkin sering ditanyakan orang pada dirinya sendiri. Menurut Baron &
Byrne dan Branscombe (2006) untuk mendapatkan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut orang melakukan perbandingan sosial
(social comparison).
Menurut Festinger (1954) untuk mengetahui seperti apa dirinya orang
akan melakukan perbandingan dengan orang lain karena tidak adanya
patokan yang objektif untuk menilai. Dengan demikian, orang lain menjadi
sumber informasi mengenai diri kita. Kita dapat melakukan perbandingan
dengan orang lain yang lebih baik (upward social comparasion) maupun
yang lebih tidak baik (downward social comparasion). Namun, motif dasar
17 | P a g e
melakukan perbandingan dengan orang lain Adalah lebih karena kita ingin
memperoleh gambaran yang positif tentang diri kita bukan karena kita
ingin memperoleh gambaran yang akurat tentang diri kita
(Baumeister,1998).
Menurut self evaluation model dari Tester (1988) untuk mendapatkan
pandangan positif tentang diri kita cenderung menjaga jarak dengan orang
lain yang melakukan sesuatu yang lebih baik daripada kita dan lebih
membandingkan diri dengan orang lain yang lebih tidak baik dari diri kita.
Sebagai contoh, seorang pegawai negeri sipil disuatu departeman akan
lebih membandingkan dirinya dengan pegawai negeri sipil lain di
departemen yang sama atau berbeda (tetapi sama-sama di departeman
pemerintah) daripada membandingkan dengan pegawai di perusahaan
swasta multinasional untuk menilai sudah seberapa sukses dirinya.
J. Presentasi Diri
Saat berinteraksi dengan orang lain, sering kali perhatian kita tertuju
pada bagaimana orang akan menilai kita. Kita berusaha mengontrol
bagaimana orang lain berpikir mengenai kita sehingga kita perlu
melakukan impression management. impression management, yaitu usaha
untuk mengatur kesan yang orang lain tangkap mengenai kita baik secara
disadari maupun tidak. Sebagai bagian dari impression management kita
melakukan presentasi diri (self presentation) seperti kita inginkan dengab
berbagai macam tujuan.
Menuru Jones & Pittman (1982) ada 5 strategi presentasi diri yang
memiliki tujuan yang berbeda yaitu :
1) Ingratiation
Dengan tujuan agar disukai kita menampilkan diri sebagai orang yang
ingin membuat orang lain senang. Cara ini apabila dilakukan secara
berlebihan (misalnya ABS = asal bapak senang) dapat membuat orang
18 | P a g e
lain merasa terganggu jika orang yang menjadi sasaran tidak
menyukai atau merasa “dijilat”.
2) Self-Promotion
Dengan tujuan agar dianggap kompeten kita menampilkan diri sebagai
orang yang memiliki kelebihan atau kekuatan baik dalam hal
kemampuan atau trait pribadai.
3) Intimidation
Dengan tujuan agar ditakuti kita menampilkan diri sebagai orang yang
berbahaya dan menakutkan.

4) Supplication
Dengan tujuan dikasihani kita menampilkan diri sebagai orang yang
lemah dan tergantung.
5) Exemplification
Dengan tujuan dianggap memiliki integritas moral tinggi kita
menampilkan diri sebagai orang yang rela berkorban untuk orang lain.
Selain lima strategi diatas, ada strategi presentasi diri yang lain yaitu
self-handicapping yang merujuk pada segala Tindakan yang dilakukan
agar dapat mengeksternalisasi apabila mendapat hasil negatif dan
menginternalisasi apabila mendapat hasil positif. Tujuan dari strategi ini
Adalah melindungi harga diri sebagai antisipasi terhadap hasil yang tidak
sesuai harapan (misalnya, menjelang ujian seorang mahasiswa mengatakan
bahwa dalam beberapa hari terakhir ia mengalami kesulitan tidur dan buku
yang ia miliki terpaksa dipinjamkan kepada teman yang mau memfotokopi
karena baru saja kehilangan bukunya).
Strategi presentasi diri lainnya Adalah bask in reflected glory
(BIRging) dimana orang mengasosiasikan dirinya dengan keberhasilan

19 | P a g e
orang lain bukan keberhasilan dirinya sendiri. Tujuan dari strategi bask in
reflected glory (BIRging) Adalah meningkatkan harga diri. Contohnya, di
hari senin seseorang memakai kaos tim sepak bola kesayangannya setelah
pada hari minggu tim tersebut memastikan menjuarai kompetisi. Dengan
memakai kaos itu dirinya ikut merasa senang dan bangga.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai