Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DIRI

Oleh :
Muhammad Nur Arifin (20010107)

Irfan Nasrudin Alawy (20010010)

Atep Darwin (20010164)

Dyah Wulandari (20010032)

Popy Suprihartini (20010162)

Samsiatul Marhamah (20010260)

Nur’aida Pratama (20010124)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI


FAKULTAS PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep diri adalah kesadaran akan pandangan , pendapat, penilaian, dan sikap seseorang
terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial juga etika. Konsep
diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir. Soeitoe menyatakan konsep diri
seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dari uraian yang diberikan oleh orang lain tentang
dirinya. Pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan terintegrasi kedalam konsep diri. Konsep
diri merupakan faktor bawaan tapi dibentuk dan berkembang melalui proses belajar yaitu dari
pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Individu dengan konsep diri
yang tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang menyenangkan dari pada individu dengan
konsep diri yang rendah.

Pada hakikatnya konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi
aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaaman dan interaksi kita
dengan orang lain. Konsep merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan-
lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan. Jadi, konsep
diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan
membedakan aku dari aku yang bukan aku. Penulisan makalah ini dilatar belakangi karna kita
perlunya memahami pemahaman tentang konsep diri dan kedudukannya dalam kehidupan sehari-
hari. Konsep diri adalah Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system
terbuka serta saling berinteraksi. Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari
pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi
dirinya. Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian konsep diri ?


2. Apa saja komponen konsep diri ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
4. Apa saja manfaat konsep diri ?
5. Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri ?
6. Bagaimana rentang konsep diri positif dan negative ?
7. Bagaimana langkah-langkah mempertahankan konsep diri ?
8. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri.


2. Untuk mengetahui komponen konsep diri.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri.
4. Untuk mengetahui manfaat konsep diri.
5. Untuk mengetahui hambatan dalam membangun konsep diri.
6. Untuk mengetahui konsep diri positif dan negative.
7. Untuk mengetahui langkah-langkah mempertahankan konsep diri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri (self concept) adalah cara pandang dan sikap seseorang terhadap diri
sendiri. Konsep diri merupaka inti dari kepribadian seseorang dan sangat berperan dalam
menentukan dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku seseorang di
dalam lingkungannya.

Menurut Para Ahli adalah sebagai berikut :

a. Menurut Burns (dalam Pudjijogyanti, 1993)

Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.

b. Menurut Rini (dalam Pudjijogyanti 2004)

Konsep diri diartikan keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya.

c. Menurut Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1993)

Konsep diri mencangkup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik
pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan lain sebagainya.

d. Menurut William D Brooks (dalam Rahmat, 2003)

Konsep diri sebagai “ those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that
we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi, konsep diri adalah
pandangan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial
dan fisik.

e. Menurut Pietrosefa (2002)

Pietrosefa memberikan gambaran mengenai konsep diri yang diadaptasikan oleh Mappiarre
yaitu ;

1. Dimensi Pertama Citra Diri, yaitu diri dilihat oleh diri sendiri.
2. Dimensi Kedua Ctra Diri, yaitu dilihat oleh orang lain, persepsi orang lain terhadap
dirinya.
3. Dimensi Ketiga Citra Diri, yaitu diri mengacu pada tipe-tipe orang yang saya kehendaki
tentang diri saya (ideal self).

f. Menurut Hurlock (1999)

Konsep diri menyangkut gambaran fisik dan psikologis. Aspek fisik berkaitan dengan
tampang atau penampakan lahiriah (appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan
ketidak menarikan diri dan cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian
tubuh berbeda serta prestise yang ada pada dirinya.

Sedangkan Konsep diri yang bersifat psikologis berdasarkan pikiran, perasaan dan
emosional. Hal ini berhubungan dengaan kualitas dan abilitas yang memainkan peranan
penting dalam penyesuaian dalam kehidupan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian,
kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan diri dari tipe-tipe yang berbeda, yaitu:
1. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya, meliputi
karakteristik fisik, sosial, psikologis, emosional, aspirsi daan prestasi ( Hurlock).
2. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya sendiri yang dapat
bersifat psikiologis, sosial dan fisik (Brooks).
3. Konsep diri adalah pengetahuan dan evaluasi terhadap diri sendiri yang diperoleh melalui
pengalaman dari interaksi dengan orang lain (burns).

Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir. Soeitoe menyatakan konsep diri
seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dari uraian yang diberikan oleh orang lain tentang
dirinya. Pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan terintegrasi kedalam konsep diri.

Konsep diri merupakan faktor bawaan tapi dibentuk dan berkembang melalui proses belajar yaitu
dari pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Individu dengan
konsep diri yang tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang menyenangkan dari pada individu
dengan konsep diri yang rendah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah kesadaran akan
pandangan , pendapat, penilaian, dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik,
diri pribadi, diri keluarga, diri sosial juga etika.

B. Komponen Konsep Diri

Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock (1976) antara lain:

a. The Perceptual Component


Gambaran dan kesan seseorang tentang penampilan tubuhnya dan kesan yang dibuat pada orang
lain atau sering disebut konsep diri fisik. Tercangkup didalamnya gambaran yang dipunyai seseorang
tentang daya tarik tubuhnya (attractiveness) dan keserasian jenis kelamin (sex apporiateness).
Komponen ini sering disebut physical self concept.

b. The Conseptual Component


Pandangan tentang karakteristik yang berbeda dengan orang lain baik tentang dengan kemampuan
dan kekurangnya serta disusun dari kualitas penyesuaian hidupnya tentang kepercayaan diri
tergantung keberanian, kegagalan dan kelemahan. Komponen ini sering disebut psychological self
concept.

c. The Attitudinal Component


Perasaan tentang kebangaan dan rasa malunya. Yang termasuk dalam komponen ini adalah
keyakinan nilai, aspirasi dan komitmen yang membentuk dirinya.

Sedangkan menurut Pudjijogyanti (1988), Komponen-komponen konsep diri ada dua yaitu :

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya. Misalnya “ saya anak
bodoh “ atau “ siapa saya “. Jadi komponen kognitif merupakan penjelasan dari “siapa saya” yang
akan member gambaran tentang diri saya. Gambaran diri ( self-picture ) tersebut akaan membentuk
citra diri ( self-image ).
2. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri. penilaian tersebut akan membentuk
penerimaan terhadap diri ( self acceptance ), serta harga diri ( self-esteem) individu.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri, antara
lain:

1. Usia
Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak
berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri seseorang
menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat
dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya
terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung
berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat
dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun social.

2. Inteligens
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan
dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih
mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima.
Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008).

3. Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika
prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
4. Status Sosial Ekonomi
Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya.
Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan lingkungan
terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan
individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan
individu yang status sosialnya rendah.

Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi
menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang
berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai
konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep
diri yang tinggi (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21).

d. HubunganKeluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan
mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak
untuk jenis seksnya.

e. Orang Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda mengenal diri
saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat, 2005:101) menjelaskan bahwa
individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, individu akan
cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu
meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi
dirinya. Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan penilaian
orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin jelek sampai yang paling
baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, dan kesukaan orang lain
terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang
yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya.
Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.

f. Kelompok Rujukan (Reference Group)


Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105), ciri orang yang memiliki
konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap
hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap
pesimis terhadap kompetisi.
Sebaliknya, orang yang memilikii konsep diri positif ditandai dengan lima hal:

1. Kemampuan mengatasi masalah.

2. Merasa setara dengan orang lain.

3. Menerima pujian tanpa rasa malu.

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang


tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

D. Manfaat Konsep Diri

1. Rasa Percaya Diri


Bila anda mengetahui potensi diri anda, maka anda akan lebih percaya diri, dan inilah kunci utama
keberhasilan seseorang.

2. Semangat dan Gairah Hidup


Kalau anda mengetahui potensi diri anda, anda akan hidup lebih bersemangat dan penuh gairah.

3. Keberanian
Ketika rasa percaya diri itu tumbuh, anda akan berani merealisasikan apa yang telah menjadi tujuan
dan sasaran hidup anda. Anda akan berani mengambil resiko.

4. Kebebasan
Ketika anda telah menemukan potensi diri serta merasa percaya diri, anda akan merasa hidup lebih
bebas, bebas dari ketakutan dan keraguan.
5. Harga Diri ( Self-Esteem )
Bila anda menerima keberadaan diri anda, menerima kelebihan maupun kekurangan diri anda, anda
akan mencintai diri anda. Rasa cinta pada diri sendiri inilah yang menjadi landasan untuk menjadi diri
sendiri. Dan ketika anda mampu menjadi diri sendiri, maka self-esteem anda akan meningkat.

6. Kedamaian dan Kebahagiaan


Dengan menemukan siapa diri anda – menemukan citra-citra yang memadai, realistik dan positif –
pintu kebebasan terbuka untuk anda, dimana anda akan bisa merasakan kedamaian dan
kebahagiaan. Anda bisa bahagia dengan keberadaan diri anda sendiri.

7. Keberhasilan dalan hidup


Kunci keberhasilan dalam hidup adalah percaya pada diri sendiri, untuk mempercayai diri sendiri,
kita perlu menggali dari dalam diri untuk menemukan potensi diri yang tersembunyi.

Dengan membangun citra diri yang memadai, realistik dan positif, sesungguhnya anda membangun
jalan keberhasilan diri anda sendiri.

E. Hambatan Dalam Membangun Konsep Diri

Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi yang
bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering terjadi dalam
pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:

1. Hambatan yang berasal dari lingkungan


Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan
ini antara lain disebabkan sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung
semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.

2. Hambatan yang berasal dari individu sendiri


Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki
tujuan yang jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang
kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa
rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan
membina tim yang rendah.

F. Konsep Diri Positif dan Negative

Konsep diri merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap
individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri.
Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu menyadari siapa
dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan
sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan.

Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat
mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang
dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang
dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat
bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif. Menurut
Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik
sebagai berikut:

1. Konsef diri positif

a. Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif


untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.

b. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan
membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses
belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak
merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.

c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak
diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.

d. Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri
untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.

2. Konsep diri negatif


a. Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain
sebagai proses refleksi diri.

b. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang
telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.

c. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain
disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.

d. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap
orang lain.

e. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang


mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.

G. Langkah-Langkah Mempertahankan Konsep Diri

Langkah-langkah mempertahankan konsep diri yaitu sebagai berikut :

1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri


Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai.
Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya.
Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan
segalasesuatu sekaligus.

2. Jangan memusuhi diri sendiri


Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap
menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan
peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul
kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
3. Berpikir positif dan rasional
“We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the
world” (The Buddha).
Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatbaik itu persoalan maup
un terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah :

1. Belajar menyukai diri sendiri atau cinta diri sendiri

2. Kembangkan pikiran positive thinking

3. Hubungan interpersonal harus dibina dengan baik

4. Pro-aktif atau sikap yang aktif menuju yang positive

5. Menjaga keseimbangan hidup


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus
menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa
saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan
dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.

Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra
diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu
harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus
belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal
ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.

Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita
menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan
mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

B. Saran

Setelah kami menyimpulkan apa yang telah di jabarkan. Maka jika sekiranya ada kesalahan
ataupun kekeliruan dari makalah ini, baik dalam penyusunan maupun penulisan, kritik dan saran
pemabaca sangat kami harapakan demi kelangsungan penulisan kami selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai