Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DIRI

Oleh :
Dwiky Harly Wibowo (201410370311185)

Febri Ariyanto (201410370311216)

Imam Hidayat (201410370311203)

Rifqi Choirul Anam (201410370311215)

Wahyu Prayoga (201410370311201)

Yogha Arieka Adnantha (201410370311212)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
2014
PENGERTIAN KONSEP DIRI SERTA CIRI-CIRINYA

1.      Pengertian Konsep diri

a. Menurut Hurlock (dalam Nia, 2011 :  ) konsep diri adalah konsep seseorang dari
siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan
sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya
reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan
psikologis. Citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, sedangkan citra
diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi.

b.  Song dan Hattie (dalam Nia, 2011 :  ) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri
atas konsep diri akademis dan non akademis. Selanjutnya konsep diri non
akademis dapat dibedakan menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi
menurut Song dan Hattie, konsep diri secara umum dapat dibedakan menjadi
konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan penampilan diri.

c.   Menurut Burns (dalam Erawati, 2011 :  ) konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri
kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan.

d.   Menurut William D. brooks yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmad (1985: 125)
yang menyatakan konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya
sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.

e.   Menurut (Mulyana, 2000:7)  menyatakan konsep diri adalah pandangan individu


mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang
diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu

Berdasarkan kajian-kajian teori di atas, maka dasar teori yang digunakan untuk
menyusun kisi-kisi konsep diri adalah gabungan dari teori Hurlock dan teori Song
& Hattie yang menyatakan konsep diri adalah gabungan dari keyakinan yang
dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.  Dimensi konsep diri
mencakup citra diri fisik, citra diri psikologis dan konsep diri sosial. Indikator
citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, indikator citra diri
psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan indikator
konsep diri sosial adalah pandangan, penilaian siswa terhadap kemampuan
bergaul dan kerjasama dengan orang lain.

2. Ciri-ciri Konsep Diri

Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran


mental terhadap diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri,
pengharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Salah satu ciri dari
konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang
tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-
ada, serta harga diri yang rendah. Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam
Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya
mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:

 mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi


kehidupan yang dijalaninya,
 menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat
dengan manusia lainnya,
 mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang
lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
 bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
 menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
 kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri,
sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
 memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
 tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang
ada pada dirinya.
Manfaat  Mengetahui Konsep Diri

Dengan adanya konsep diri individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan
tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan
sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila
individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan
untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses
dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu

LANDASAN TEORI

A. KONSEP DIRI

Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah konsep memiliki arti

gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

sesuatu. Istilah diri berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang

lain. Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya

sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri (KBBI, 2008).

Konsep diri merupakan sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi

pembahasan dalam ranah ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008). Shavelson,

Hubner, & Stanton (1976) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi

seseorang terhadap dirinya sendiri, dimana persepsi ini dibentuk melalui

pengalaman dan interprestasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Marsh (1990)

juga menambahkan bahwasanya konsep diri merupakan nilai dari hasil proses

pembelajaran yang dilakukan dan dari hasil situasi psikologis yang diterima.

Menurut Purkey (1988), konsep diri merupakan totalitas dari kepercayaan

terhadap diri individu, sikap dan opini mengenai dirinya, dan individu tersebut

merasa hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada dirinya. Menurut Rice & Gale

(1975) konsep diri terdiri diri dari berbagai aspek, misalnya aspek sosial, aspek

fisik, dan moralitas. Konsep diri merupakan suatu proses yang terus selalu
berubah, terutama pada masa kanak-kanak dan remaja. Menurut Gage dan

Berliner (1998) selain merupakan cara bagaimana individu melihat tentang diri

mereka sendiri, konsep diri juga mengukur tentang apa yang akan dilakukan di

masa yang akan datang, dan bagaimana mereka mengevaluasi performa diri

mereka.

Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab

pemahaman seseorang mengenai konsep dirinya akan menentukan dan

mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif,

maka akan negatiflah perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri seseorang

positif, maka positiflah perilaku seseorang tersebut (Fits dan Shavelson, dalam

Yanti, 2000). Hurlock (1999) menambahkan bahwasanya konsep diri individu

dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam hubungannya

dengan masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwasanya konsep diri

adalah sebuah pandangan ataupun persepsi individu mengenai dirinya sendiri

yang terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan serta berpengaruh terhadap

aktivitas kehidupan individu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teori konsep diri Shavelson ,dkk (1976).

Perkembangan Teori Konsep diri

Freud pada tahun 1900 mengungkapkan bahwasanya hal yang terpenting

dari diri individu adalah proses mental. Freud mengatakan bahwasanya konsep

diri merupakan sebuah unit psikologis yang paling dasar untuk memahami proses

mental individu. Konsep ini terus dikembangkan oleh Freud dalam perkembangan

teori ego dan dalam interpretasi terhadap diri individu. Dalam perkembangannya,

konsep diri semakin luas digunakan dalam dunia terapi dan konseling. Lecky pada

tahun 1945 menggunakan istilah konsistensi diri yang mengacu pada dasar-dasar
perilaku individu dalam terapi dan pada tahun 1948, Raimy memperkenalkan

istilah konsep diri dalam wawancara konseling karena ia melihat bahwasanya

dasar-dasar dari konseling adalah bagaimana individu tersebut melihat dirinya

secara utuh dalam konsep dirinya (Purkey, 1988).

Selanjutnya, Roger pada tahun 1947 mencoba untuk mengembangkan pola

“self” dalam sebuah sistem psikologis. Roger menilai bahwa ―self” merupakan

dasar atau hal utama yang menjadi bagian dari kepribadian dan penyesuaian

individu. Roger juga mengatakan bahwasanya ―self” merupakan produk sosial

yang tumbuh dari proses interpersonal yang dilakukan. Teori konsep diri semakin

berkembang pada tahun 1970 sampai tahun 1980-an dengan pola konsep diri

umum. Pada saat itu semakin banyak peneliti yang menyadari betapa pentingnya

mempelajari konsep diri karena konsep diri sangat mempengaruhi perilaku

individu. Dalam permasalahan seperti penggunaan alkohol, permasalahan

keluarga, penyalahgunaan obat-obatan, masalah akademis dan lain sebagainya,

sangat dipengaruhi oleh konsep diri seseorang. Sehingga banyak para peneliti

mengembangkan suatu cara bagaimana agar dapat menguatkan konsep diri untuk

menjadi lebih baik (Purkey, 1988).

Pada awalnya konsep diri merupakan suatu konstruk yang bersifat umum

atau yang lebih dikenal dengan istilah unidimensional (Prasetyo, 2006). Konsep

diri umum merupakan generalisasi pemahaman konsep diri tanpa melihat

deskripsi spesifik dari apa yang dilihat secara khusus. Hal ini mengandung arti

bahwa konsep diri umum merupakan pemahaman seorang individu terhadap diri

mereka secara umum tanpa melihat bagian-bagian yang lebih spesifik dari diri

mereka (Puspasari, 2007).

Perkembangan konsep diri selanjutnya lebih mengarah pada konsep diri

yang bersifat spesifik atau yang lebih dikenal dengan istilah multidimensional.
Konsep diri spesifik merupakan pola penilaian konsep diri individu yang melihat

ke dalam perspektif yang lebih luas terhadap diri individu, sehingga bisa

mendapatkan gambaran diri individu dari berbagai sudut pandang yang beragam

dan dinamis (Metivier, 2009). Jika hanya ada satu penjelasan mengenai konsep

diri unidimensional, maka pada konsep diri multidimensional dapat melihat diri

seseorang dari berbagai konteks, seperti konsep diri spiritual, konsep diri sosial,

konsep diri terhadap lingkungan dan lain sebagainya (James, dalam Metivier,

2009).

Pada seperempat abad terakhir, penelitian mengenai konsep diri semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena keinginan para peneliti untuk

mengembangkan konstruk konsep diri pada diri individu. Salah satu pola

pengembangan konsep diri yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan

pola konsep diri yang bersifat multidimensional (Marsh & Craven, 2008). Marsh

& Parker (dalam Metivier, 2009) mengatakan bahwasanya pola pengukuran

konsep diri yang bersifat multidimensional memiliki beberapa keuntungan

dibandingkan dengan pola unidimensional. Dalam konsep diri yang bersifat

multidimensional kita dapat melihat karakteristik individu dari berbagai macam

konteks pada diri individu, dapat memprediksi perilaku seseorang, dapat

membantu menyelesaikan permasalahan pada individu, dan dapat

mengembangkan integrasi antar konstruk daripada konsep diri yang bersifat

unidimensional.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep diri yang bersifat

multidimensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsep diri secara spesifik

sehingga mendapatkan berbagai macam konsep diri individu dari sudut pandang

yang beragam selain dari beberapa keunggulan pola konsep diri multidimensional

yang telah disebutkan di atas.


Jenis dan Struktur Konsep Diri

Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) membagi konsep diri menjadi

beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non

akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi

beberapa bagian lagi seperti dalam tabel berikut :

Struktur konsep diri Shavelson, Hubner, & Stanton (1976)

Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :

1. Konsep diri akademis (Academic self concept), yang terdiri dari konsep diri

mengenai kemampuan berbahasa inggris, sejarah, matematika, dan ilmu

pengetahuan alam.

2. Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman

sebaya (peers) dan konsep diri terhadap orang berpengaruh (significant

others).

3. Konsep diri emosional (emotional self-concept).

4. Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri

kemampuan fisik dan konsep diri mengenai penampilan diri.

Kemudian pada tahun 1985, Marsh merevisi struktur konsep diri bersama

dengan Shavelson dengan pola sebagai berikut :

Struktur Konsep Diri Marsh & Shavelson (1985)

Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial.

Namun lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis

konsep diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua,

akademis, problem-solving, spiritual, hubungan teman sebaya baik yang sejenis

maupun lawan jenis, kejujuran, emosional dan lain-lain.

Marsh & Shavelson (1985) dalam teorinya membuat 13 jenis konsep diri

yang dapat diteliti dalam diri individu, yakni :


1. Konsep diri umum (general self-concept).

2. Konsep diri akademis (academic self-concept).

3. Konsep diri matematika (mathematic self-concept).

4. Konsep diri problem-solving.

5. Konsep diri spiritual.

6. Konsep diri kestabilan emosi (emotional self-concept).

7. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama

(same sex peers self-concept).

8. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin berbeda

(opposite sex peers self-concept).

9. Konsep diri hubungan orangtua (parent self-concept).

10. Konsep diri penampilan fisik (physical appearance self-concept).

11. Konsep diri kekuatan fisik (physical ability self-concept).

12. Konsep diri verbal (verbal self-concept).

13. Konsep diri kejujuran (honesty self-concept).

Dari berbagai macam jenis konsep diri Marsh & Shavelson di atas, peneliti

hanya mengambil tujuh jenis konsep diri yang akan diteliti. Hal ini dilakukan

peneliti karena ketujuh jenis konsep diri ini dianggap berpengaruh oleh peneliti

terhadap proses mentoring Agama Islam yang dilaksanakan.

Ketujuh jenis konsep diri tersebut adalah :

1. konsep diri akademis, dalam prosesnya mentoring mengajarkan tentang

motivasi belajar dan strategi untuk memaksimalkan potensi akademis peserta

mentoring.

2. konsep diri problem-solving, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk

berfikir untuk memecahkan permasalahan yang ada.

3. konsep diri spiritual, dalam prosesnya mentoring memiliki tujuan utama untuk
meningkatkan potensi spiritual dalam diri peserta.

4. konsep diri kejujuran, dalam prosesnya mentoring mengajarkan tentang moral

(akhlak) yang di dalamnya terdapat poin-poin mengenai kejujuran.

5. konsep diri parent-relation, dalam prosesnya mentoring juga membicarakan

mengenai cara berbakti dengan orangtua.

6. konsep diri emotional, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk dapat

mengelola diri dan emosinya.

7. konsep diri umum (general-esteem), dalam prosesnya mentoring memiliki

tujuan untuk membangun individu untuk menjadi insan yang lebih berguna secara

paripurna (keseluruhan).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal

(Marsh, 2003; Burger, 2008). Faktor internal tersebut diantaranya adalah

intelegensi, motivasi dan emosi (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock,

1999), kompetensi personal (Marsh, 2003; Hurlock, 1999; Christa, 2007;),

episode keberhasilan dan kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998;

Hurlock, 1999; Ulfah, 2007), episode dalam kehidupan (Burger, 2008; Stuart &

Sudeen, 1998) keberhasilan personal (Marsh, 2003), status kesehatan (Burger,

2008; Hurlock, 1999), usia (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah, 2007;

Rola, 2006), kondisi dan penampilan fisik (Hurlock, 1999; Rola, 2006), persepsi

individu tentang kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998), jenis kelamin

(Rola, 2006), aktualisasi diri (Fits, dalam Agustiani, 2006), religiusitas (Agustiani,

2006) dan tingkat stres seseorang (Burger, 2008).

Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan keluarga

(Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,
1981; Christa, 2007), teman sebaya (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah,

2007; Shavelson & Roger, 1981; Christa, 2007), peran pendidik (Marsh, 2003;

Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981;

Christa, 2007), kebudayaan (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,

1981), status sosial (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981), dan

pengalaman interpersonal (Fits, dalam Agustiani, 2006).

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, maka

peneliti mengambil kesimpulan bahwasanya faktor-faktor utama yang

mempengaruhi konsep diri pada mahasiswa adalah :

1. Faktor internal :

a. Intelegensi, motivasi dan emosi (karakter mahasiswa).

b. Kompetensi personal (kemampuan dan keterampilan tertentu yang dimiliki

oleh mahasiswa).

c. Episode dalam kehidupan (pengalaman mahasiswa yang berpengaruh

besar dalam hidup, seperti masa sekolah).

d. Episode keberhasilan dan kegagalan (pengalaman dalam memanfaatkan

peluang, misalnya pengalaman berorganisasi).

e. Keberhasilan personal (pengalaman berprestasi).

f. Status kesehatan (riwayat kesehatan mahasiswa).

g. Penampilan fisik (kepercayaan diri mahasiswa terhadap penampilannya).

h. Aktualisasi diri, (misalnya hobi mahasiswa).

i. Persepsi tentang kegagalan (pengalaman kegagalan di masa lalu).

j. Jenis kelamin.

k. Religiusitas.

l. Usia.

m. Tingkat stres.
2. Faktor Eksternal

a. Orangtua dan keluarga (hubungan dengan orangtua, termasuk tempat

tinggal individu).

b. Teman sebaya (misalnya teman bermain/peers,teman kuliah, dan lainlain).

c. Peran pendidik (misalnya peran dosen, pementor, pembina, dan lain-lain).

d. Kebudayaan (misalnya suku, agama, adat istiadat, dan lain-lain).

e. Status sosial (misalnya status pendidikan orangtua, pendapatan orangtua,

dan lain-lain).

f. Pengalaman interpersonal (misalnya riwayat pembinaan yang pernah

dilakukan).

Dalam penelitian ini, hal yang difokuskan untuk meningkatkan konsep diri

mahasiswa muslim adalah melalui faktor religiusitas dari faktor internal, dan

peran pendidik dari faktor eksternal.

Pengukuran Konsep Diri

Burns (dalam Strein, 1995) mengemukakan dua cara yang dapat dilakukan

untuk mengukur konsep diri, yaitu :

1. Melalui respon atas aitem-aitem dalam skala konsep diri spesifik yang

diberikan kepada subjek.

2. Melalui pengamatan individual atas pola perilaku yang muncul dari subjek.

Untuk metode pelaporan yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri

individu di antaranya :

1. Skala Penilaian

Skala ini dapat berupa kuesioner, inventori, atau skala-skala sikap yang

diberikan kepada subjek.

2. Daftar ceklist
Metode ini mengarahkan subjek untuk memilih aitem-aitem yang sesuai

dengan kondisi subjek yang sebenarnya.

3. Teknik Sort-Q

Metode ini mengarahkan subjek untuk melakukan sortir ataupun pengurutan

terhadap kumpulan aitem-aitem yang ada dalam tes. Sehingga didapatkan

sebuah kontinum penilaian yang sesuai dengan diri subjek.

4. Metode respons yang tidak terstruktur (bebas)

Metode ini meminta subjek untuk memberikan jawaban yang tidak terstruktur

(bebas). Jenis soal yang ditawarkan biasanya tertulis dalam bentuk essay,

dimana subjek disuruh untuk menuliskan kata-kata dalam kolom yang

kosong.

5. teknik-teknik proyektif

Teknik ini sering digunakan dalam mengukur konsep diri yang tidak sadar

(unconscious self-concept).

6. Wawancara

Alat ukur yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri ini cukup

banyak. Marsh (1992) membuat beberapa alat ukur konsep diri yang dapat

digunakan di berbagai negara, diantaranya adalah SAS (Sydney Attributional

Scale), SDQI, SDQII, & SDQIII (Self Description Questionnaire), ASDQI &

ASDQII (Academic Self Description Questionnaire), EASDQ (Elite Athlete Self

Description Questionnaire), PSDQ (Physical Self Description Questionnaire), dan

NSCQ (Nurse Retention Index Questionnaire).

Selain di atas, alat ukur konsep diri lainnya yang sering digunakan adalah

adalah Tennessee Self-Concept Scale –Second Edition, Coopersmith Self-Esteem

Inventory, Multidimensional Self Concept Scale, Piers-Harris Children’s Self-

Concept Scale (Ellie, Hoffman, & Kemple, 2011).


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur SDQIII (Self

Description Questionnaire) yang dikembangkan oleh Marsh (1984). SDQIII

merupakan alat ukur lanjutan dari SDQI dan SDQII. Alasan peneliti

menggunakan alat ukur ini karena SDQIII dapat digunakan untuk subjek yang

berusia remaja akhir hingga dewasa. Sejalan dengan tujuan penelitian ini adalah

untuk mengukur konsep diri remaja akhir (mahasiswa). Sedangkan metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik ceklist dan wawancara.

Teknik ceklist dilakukan dengan memberikan ceklist pada skala SDQIII yang

sesuai dengan keadaan diri subjek. Teknik wawancara dilakukan untuk

memperkuat hasil penelitian dari skala.

TIGA BAGIAN UTAMA KONSEP DIRI 

Menurut Brian Tracy, self-concept Anda memiliki tiga bagian utama yaitu:

Self-Ideal (Diri Ideal),

Self-Image (Citra Diri), dan

Self-Esteem (Jati Diri).

Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian


Anda, menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan
menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.

Self-Ideal (Diri Ideal)

Self-ideal adalah komponen pertama dari self-concept Anda.

Self-ideal Anda terdiri dari :

harapan,
impian,

visi,

idaman

Self-idealterbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda


kagumi dari diri Anda maupun dari orang lain yang Anda hormati. Self-
ideal adalah sosok seperti apa yang paling Anda inginkan untuk bisa menjadi diri
Anda, di segala bidang kehidupan Anda. Bentuk ideal ini akan menuntun Anda
dalam membentuk perilaku Anda.

Self-Image (Citra Diri)


Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan
bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana
Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-
image

Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-
imageself-image

Self-Esteem (Jati Diri)


self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin
Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa
pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin
menyukai diri Anda. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian
Anda. Komponen-komponen pentingnya :

bagaimana Anda berpikir,

bagaimana Anda merasa,

bagaimana Anda bertingkah laku.


Coba Anda memberikan jawaban sebuah simulasi:

Siapa Saya?

Mengapa saya ada?

Apa keunggulan / kelebihan yang saya milik?

Untuk siapa saya bekerja?

Apa hasil/produk dari pekerjaan saya?

Dimana saya mengerjakannya?

BAGAIMANA ANDA AKAN MEMBENTUK KONSEP DIRI

Sangat ditentukan oleh sikap diri Anda sendiri. Sikap adalah kebiasaan berpikir
dan oleh karenanya dapat dibentuk dan dipelajari.

Sikap yang baik harus terus menerus dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke
waktu dengan cara mengubah cara berpikir Anda yang lama, menjadi cara
berpikir yang baru dalam memandang semua hal.

Kuesioner  Konsep Diri

Untuk mengukur variabel konsep diri digunakan kuesioner dengan lima alternatif
jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Cara menjawab : jika  pada butir 1 anda
menjawab Sangat Setuju maka  anda membuat jawaban dikomentar ” 1/SS” dan
seterusnya.

NO PERNYATAAN SS S KS TS STS

1 Saya merasa diri saya paling menarik diantara


teman-teman saya.

2 Saya merasa tidak memiliki bentuk tubuh yang


indah.

3 Saya merasa saya memiliki mata yang indah.

4 Saya merasa memiliki tinggi badan yang ideal.

5 Dihadapan orang saya merasa paling kecil.

6 Saya cocok mengenakan semua jenis pakaian.

7 Saya selalu merasa canggung di depan orang


banyak, karena penampilan saya jelek.

8 Saya merasa saya bukan orang yang cantik/tampan.

9 Saya merasa memiliki sesuatu yang dapat


dibanggakan dari bentuk tubuh saya.

10 Saya selalu merasa tidak puas dengan penampilan


saya.

11 saya merasa saya tidak pernah bahagia.

12 Saya selalu merasa hidup ini indah.

13 Saya merasa pemikiran saya tidak selalu buruk


dengan orang lain.

14 Saya merasa senang teman-teman memberikan


kepercayaan kepada saya.

15 Saya takut untuk mengeluarkan pendapat.

16 Saya merasa mampu menahan amarah saya di depan


umum.
17 Saya canggung untuk mencoba sesuatu hal yang
baru.

18 Saya merasa tidak mampu untuk mengambil


keputusan sendiri.

19 Saya selalu merasa bahagia menjalani hidup

20 saya merasa hidup saya selalu sengsara.

21 Saya tidak suka memilih-milih teman dalam


bergaul.

22 Saya suka membantu teman saya yang sedang


mengalami kesulitan.

23 Saya mudah mendapat teman dalam bergaul.

24 Saya bisa mengerjakan semua hal tanpa bantuan


orang lain.

25 Saya merasa malu mengeluarkan pendapat pada saat


berbicara dengan teman.

26 Saya suka memilih-milih teman dalam bergaul.

27 Saya tidak suka diajak jalan-jalan oleh teman-teman


saya.

28 Saya kurang menyukai belajar kelompok.

29 Saya simpati melihat teman saya yang sedang


tertimpa musibah.
30 Saya juga ikut bahagia, ketika teman saya bahagia.

Sumber :

http://belajarpsikologi.com/

http://Wikipedia.com/

Ebook Chapter II USU/Konsep Diri


Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009

USU Repository ? 2008

Burns, R.B. 1993. Konsep Diri, Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku.

Jakarta, Penerbit Arcan.

Anda mungkin juga menyukai