Anda di halaman 1dari 15

MASALAH ORGANISASI SEKOLAH

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “Dasar-Dasar
Administrasi dan Manajemen Pendidikan”

Dosen Pengampu :

Muhammad Adli Nurul Ihsan, S. Pd. I., M. Pd. I

Disusun Oleh :

Annisa Fitriani 200101070297

Nurlatifah Hairiyah 200101070305

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

2021/1442 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, “Masalah Organisasi
Sekolah” ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang ini.
Pertama-tama, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses penulisan dan penyusunan makalah ini. Terutama kepada
Bapak Muhammad Adli Nurul Ihsan, S. Pd. I., M. Pd. I selaku dosen pada mata kuliah
“Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen Pendidikan” yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Melalui makalah ini, kami
berharap pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai administrasi pendidikan
semakin bertambah.
Akhir kata, kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, guna memperbaiki
kesalahan kami di masa yang akan datang.

Banjarmasin, 25 April 2021

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….… ii


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………...... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………..… 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi Sekolah ……………………………………………….. 3
B. Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembentukan
Organisasi Sekolah…………………………………………………….…..…. 4
C. Struktur Organisasi Sekolah …………………………………………………. 5
1. Struktur Sentralisasi…………………………………………………….… .. 5
2. Struktur Desentralisasi……………………………………………………… 6
D. Permasalahan Dalam Organisasi Sekolah…………………………….....….… 7
E. Upaya Mengatasi Permasalahan yang Ada Dalam
Organisasi Sekolah ………………………………………………………...… 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………..… 11
B. Saran ……………………………………………………………………….… 11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi adalah proses kerjasama sejumlah manusia (dua orang atau lebih)
utnuk mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama. 1 Menurut Purwanto,
organisasi merupakan pemberian struktur atau susunan, terutama dalam penempatan
personal, yang kemudian dihubungkan dengan garis kekuasaan dan tanggung
jawabnya di dalam keseluruhan organisasi. 2 Dalam organisasi, susunan, garis
kekuasaan dan tangggung jawab tersebut menentukan bentuk dan sifat organisasi itu
secara keseluruhan.
Jika dikaitkan dengan sekolah, sekolah juga merupakan organisasi yang sifatnya
terbuka dan terdiri dari seperangkat sistem yang diorganisasikan untuk memudahkan
pencapaian tujuan, khususnya tujuan dalam bidang pendidikan. Sebagai suatu
organisasi dalam bidang pendidikan, tentunya sekolah juga tidak luput dari konflik
atau permasalahan, permasalahan ini bisa berupa kebuntuan dalam komunikasi,
berbedanya pandangan, pendapat, dan harapan antar komponen pendidikan yang ada
di sekolah. 3

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi sekolah?
2. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam pembentukan organisasi sekolah?
3. Bagaimana struktur organisasi sekolah?
4. Apa saja permasalahan yang ada dalam organisasi sekolah?
5. Bagaimana upaya mengatasi permasalahan yang ada dalam organisasi sekolah?

1
Murniati A.R, Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan. (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 54
2
Fitriyani, “Konsep Organisasi Pendidikan Dalam Pemberdayaan Sekolah”, el- Ghiroh: Jurnal Studi
Keislaman. Vol. 17, No. 2, 2019. h. 61 (61-80). Diakses dari: https://jurnal.staibsllg.ac.id/index.php/el-
ghiroh/article/view/105 pada tanggal 18 Mei 2021
3
Anzizhan, “Konflik Dalam Organisasi Sekolah”, Jurnal Tarbiyah, Vol. 22, No. 1, 2015. h. 118 (114-
131). Diakses dari: http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/view/8 pada tanggal 18 Mei 2021

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memaham i mengenai organisasi sekolah.
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai faktor yang perlu diperhatikan dalam
pembentukan organisasi sekolah.
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai struktur dari organisasi sekolah.
4. Untuk mengetahui dan memahami mengenai permasalahan yang ada dalam
organisasi sekolah.
5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai cara yang bisa dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada dalam organisasi sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Sekolah


Organisasi berasal dari kata “organization” yang berarti organisasi,
penyusunan, pengumpulan, dan penghimpunan. Jadi organisasi merupakan susunan
dari kesatuan-kesatuan kecil yang membentuk satu kesatuan besar. Menurut Prajudi
Atmosudirjo, organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata
hubungan kerja antar kelompok orang-orang yang memegang posisi yang bekerja
sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Adapun menurut
Syaiful Sagala, organisasi adalah institusi atau wadah tempat orang berinteraksi dan
bekerjasama sebagai suatu unit terkoordinasi yang setidaknya terdiri dari dua orang
atau lebih yang berfungsi mencapai sasaran. Dapat disimpulkan bahwa organisasi
merupakan sebuah wadah, tempat, atau sistem untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. 4
Apabila dihubungkan dengan pendidikan, sekolah merupakan bagian dari
organisasi pendidikan. Sekolah merupakan institusi yang menghimpun sejumlah
orang dan berinteraksi dengan berbagai ide, harapan, cita-cita, kemauan, bahkan
minat yang beragam, namun itu semua disatukan dalam visi dan misi sekolah untuk
mencerdaskan anak didik. Sebagai sebuah organisasi, sekolah merupakan kumpulan
orang-orang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi saling
berhubungan dan dikoordinasikan agar tugas-tugas sekolah dapat terselesaikan. Jadi,
organisasi sekolah merupakan tempat berlangsungnya interaksi antara warga sekolah,
seperti kepala sekolah, staf, guru, pegawai, komite sekolah, dan siswa yang
kesemuanya itu melakukan relasi sosial dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. 5
Organisasi sekolah juga merupakan alat untuk saling berhubungan antara satuan-
satuan kerja dalam suatu struktur wewenang, itu sebabnya organisasi sekolah harus
bersifat dinamis agar mampu memenuhi kebutuhan organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

4
Fitriyani, Op. cit. h. 64-65
5
Anzizhan, Op. cit. h. 114

3
B. Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembentukan Organisasi Sekolah
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan
organisasi sekolah yang baik, diantaranya 6 :
1. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatannya, sekolah di Indonesia umumnya dibagi menjadi
beberapa bagian, yakni SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama),
SMA (Sekolah Menengah Atas), dan Perguruan Tinggi. Perbedaan tingkatan
sekolah ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan usia sekolah, dimana keadaan
fisik dan jiwa masing-masing anak berbeda di setiap tingkatan. Melalui adanya
perbedaan tingkatan ini, pengorganisasian sekolahnya juga berbeda. Misalnya
pada tingkat sekolah dasar, di tingkat ini tidak terdapat seksi bimbingan
penyuluhan dan konseling. Berbeda dengan sekolah tingkat lanjutan, di sini
biasanya terdapat satu atau lebih tenaga bimbingan penyuluhan dan konseling.
Oleh karena itu, pada sekolah di tingkat lanjutan terdapat seksi bimbingan
penyuluhan dan konseling dalam struktur organisasinya.
2. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolahnya, dapat dibedakan menjadi dua bagian besar,
pertama sekolah umum dan kedua adalah sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah
sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan memiliki tujuan utama
untuk memberikan bekal pengetahuan dan kecakapan untuk melanjutkan studi ke
tingkat yang lebih tinggi. Sekolah umum biasanya meliputi SMP dan SMA.
Sedangkan sekolah kejuruan adalah sekolah yang program pendidikannya
mengarah pada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan khusus agar setelah
menyelesaikan studi di sekolah ini, peserta didik dapat langsung memasuki dunia
kerja di masyarakat.
Tentunya diantara kedua sekolah tadi terdapat perbedaan kurikulum (program
pendidikan) dan tujuan yang hendak dicapai, maka struktur organisasinya juga
pasti berbeda. Perbedaan organisasi ini misalnya terdapat pada petugas
(koordinator) yang bertugas membimbing pada saat praktikum, sedangkan pada
sekolah umum tidak terdapat petugas praktikum.

6
B. Suryosubroto, “Beberapa Hal Tentang Organisasi Sekolah dan Usaha Untuk
Mengembangkannya”. Cakrawala Pendidikan, Edisi 1, Th. IV, 1984. h. 17 (16-35). Diakses dari:
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/7453 pada 17 Mei 2021

4
3. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentu memiliki jumlah murid, jumlah tenaga pendidik dan
karyawan , serta fasilitas yang memadai pula. Berbeda dengan sekolah kecil,
umumnya sekolah ini adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dari
ketentuan yang berlaku. Semakin besar suatu sekolah, penyusunan struktur
organisasinya juga semakin beragam. Hal ini karena sekolah yang besar
cenderung memiliki kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan yang lebih banyak.
4. Letak dan Lingkungan Sekolah
Berdasarkan letak lingkungannya, sekolah yang berada di pedesaan akan
mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, baik kegiatan ekstrakurikuler, ataupun
tugas yang melibatkan diri pada penelitian di laboratorium. Hal ini tentunya
berbeda dengan sekolah-sekolah yang berada di kota-kota besar, yang notabene
memiliki fasilitas yang lebih memadai dibanding sekolah yang ada di desa. Disisi
lain, terdapat kecenderungan bahwa sekolah yang berada di desa memiliki
hubungan yang lebih akrab dengan masyarakat sekitar. Misalnya di suatu sekolah
yang ada di pedesaan, ingin mengadakan kegiatan ekstrakurikuler namun tidak
memiliki lahan yang cukup. Dikarenakan adanya hubungan baik dengan
masyarakat sekitar, maka kepala sekolah bersedia meminjamkan suatu petak tanah
untuk digunakan anak-anak yang akan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam hubungannya dengan organisasi, tentu sekolah tersebut memerlukan seksi
usaha halaman. Dengan demikian, lingkungan sekolah yang berbeda-beda ini
tentunya menimbulkan corak pengorganisasian yang berbeda pula, sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing.
C. Struktur Organisasi Sekolah
Sebagai bagian dari organisasi pendidikan, organisasi sekolah memiliki 2
macam struktur secara umum, yaitu:
1. Struktur Sentralisasi7
Di negara yang organisasi pendidikannya dijalankan secara sentral, yakni
kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan pemerintahan
saja, maka pemerintah daerah kurang atau bahkan tidak mengambil sama sekali
bagian dalam administrasi apapun. Jika ada bagian-bagian yang dikerjakan oleh
pemerintah daerah ataupun wilayah-wilayah selanjutnya, semua itu merupakan

7
Fitriyani, Op. cit. h. 68

5
pekerjaan-pekerjaan perantara, sebagai penyalur ketetapan-ketetapan dan instruksi
dari pusat untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah. Organisasi pendidikan yang
menerapkan sistem sentralisasi ini menjadikan kepala sekolah, tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan dalam menjalankan tugas, tanggung jawab, serta
prosedur pelaksanaan tugas sangat dibatasi oleh aturan-aturan dan instruksi dari
pusat, yang diterima melalui jabatan yang dimiliki oleh atasannya. Sistem ini
memiliki ciri pokok, yaitu keseragaman yang sempurna bagi seluruh daerah di
lingkungan pendidikan negara tersebut. Misalnya keseragaman dalam organisasi
sekolah, rencana pelajaran, buku-buku pelajaran, metode mengajar, soal dan
waktu pelaksanaan ujian, dan lain-lain tanpa memperhatikan keragaman dan
keadaan masing-masing daerah.
Terdapat beberapa kekurangan sistem sentralisasi ini, diantaranya yang
pertama, menyebabkan administrasi yang timbul cenderung kepada sifat otoriter
dan birokratis, sehingga para pelaksana pendidikan (baik guru, kepala sekolah
ataupun pegawai) hanya menjadi orang yang pasif dan bekerja secara tradisional
belaka. Kedua, organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku dikarenakan garis
komunikasi antar sekolah dengan pusat sangat panjang dan berbelit-belit,
sehinggga kelancaran penyelesaian persoalan cenderung kurang terjamin. Ketiga,
dikarenakan terlalu banyak kekuasaan dan pengawasan yang sentral, akan
menimbulkan penghalang bagi inisiatif setempat, sehingga mengakibatkan
keseragaman yang mekanis dalam administrasi pendidikan yang nantinya hanya
mampu membawa hasil-hasil pendidikan yang sedikit. 8
2. Struktur Desentralisasi9
Pada negara yang organisasi pendidikannya desentralisasi, pendidikan
bukanlah menjadi urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Penyelenggaraan pengawasan
sekolah berada sepenuhnya dalam penguasaan daerah. Pemerintah pusat hanya
sebatas pada kewajiban tentang pemberian tanah subsidi, penyelidikan-
penyelidikan, nasihat dan konsultasi. Dengan desentralisasi, tiap daerah diberikan
otonomi yang sangat luas, meliputi penentuan anggaran biaya, rencana
pendidikan, penentuan guru, gaji guru dan pegawai sekolah, buku pelajaran,
pakaian, serta pembangunan sekolah. Organisasi pendidikan secara desentralisasi
8
Ibid, h. 69
9
Ibid

6
ini menjadikan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang profesional dengan
tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat
setempat. Semua kegiatan sekolah yang dijalankan mendapat pengawasan
langsung dari pemerintah masyarakat.
Terdapat beberapa kelebihan yang bisa didapatkan melalui struktur
desentralisasi ini, yaitu pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan setempat, lebih memungkinkan akan terjadi persaingan sehat antar
daerah dalam berlomba untuk menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang
baik, kepala sekolah, guru-guru, dan petugas pendidikan yang lain akan bekerja
sama dengan baik dan sungguh-sungguh karena merasa dibiayai dan dijamin
hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Sedangkan kekurangannya
meliputi beberapa hal, yaitu dikarenakan otonomi yang diberikan sangat
luas,kemungkinan hasil program pendidikan dan pengajaran di setiap daerah bisa
berbeda-beda, baik mutu, sifat, ataupun jenisnya, sehingga hal ini akan
menyulitkan murid mempraktikkan pengetahuan atau kecakapannya di kemudian
hari dalam masyarakat yang luas. Kedua, kepala sekolah, guru, dan para petugas-
petugas pendidikan lainnya cenderung materialistis. Ketiga, penyelenggaraan dan
pembiayaan pendidikan yag diserahkan kepada daerah itu mungkin akan
membebankan masyarakat setempat. 10
Dari penjelasan di atas, struktur sentralisasi maupun desentralisasi memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga struktur yang baik adalah struktur
yang mencampurkan antara keduanya, yakni struktur yang susunan dan
penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tiap wilayah secara
keseluruhan.

D. Permasalahan Dalam Organisasi Sekolah


Seringkali di dalam sebuah organisasi muncul kendala-kendala yang tidak
diinginkan. adapun permasalahan di dalam organisasi tersebut sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Tidak Efektif
Sebagai pemimpin dari organisasi sekolah, tentunya kepala sekolah
memegang penanan penting dalam kelangsungan organisasi sekolah.
Ketidakmampuan seorang kepala sekolah dalam memimpin bawahannya atau
bahkan otoriter, serta tidak mampu berkomunikasi dengan baik kepada

10
Ibid, h. 70

7
bawahannya tentu akan menimbulkan masalah-masalah dalam organisasi sekolah.
Seorang kepala sekolah yang tidak memiliki keahlian dasar, pengetahuan,
keterampilan berkomunikasi dan pemahaman tentang administrasi tentu tidak
akan bisa menjalankan organisasi sekolah dengan baik.
2. Koordinasi11
Koordinasi adalah hal yang tidak asing dalam organisasi. koordinasi
merupakan hal yang harus kita jaga.
a. Koordinasi Dalam Program Kerja
Seringkali dalam sebuah organisasi yang sudah mapan atau yang dapat
dikatakan ketika dalam organisasi terdapat sebuah program kerja yang sangat
bagus sekali pun, jika tidak ada koordinasi maka seringkali menyebabkan
kesalahpahaman yang tentunya dapat menyebabkan kacaunya terlaksana
sebagai program. Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar penanggung
jawab tidak mengetahui batasan-batasan pekerjaannya yang seringkali hanya
dapat diperoleh melalui koordinasi antar penanggung. Hal tersebut dapat
menyebabkan overlapping karena beberapa panitia mengerjakannya dalam
beberapa tugas, sementara kekosongan dalam tugas yang lainnya.
b. Koordinasi Antar Pemimpin
Koordinasi yang buruk dapat mengarah pada komunikasi yang buruk.
komunikasi yang buruk antar pemimpin dalam sebuah program dapat
berakibat pada program-program selanjutnya. maka seringkali terjadi salah
sangka dan salah paham. Padahal para pemimpin selain berhubungan dalam
pelaksanaan program kerja seharusnya memiliki ikatan kultural ketika terjalin
komunikasi yang baik diantaranya.
3. Pengkaderan12
Pengkaderan merupakan langkah awal sebelum organisasi yang baru
terbentuk. pengkaderan harus terjaga dan diperhitungkan dengan baik.
a. Rekrutmen
Bagi sebagian periode organisasi dan bagi berbagai macam organisasi
masalah pengkaderan ini dirasakan berbeda-beda. Oleh karena itu tingkat
animo peminat organisasi berbeda-beda. Namun pernyataan kesuksesan suatu

11
Mochamad Taufan Rizkia, “Masalah Dalam Organisasi”, 2012. h. 7. Diakses dari:
https://www.academia.edu/10012055/Masalah_dalam_Organisasi pada 19 Mei 2021
12
Ibid

8
periode adalah bukan sekedar sukses ketika masa jabatannya namun ketika
dapat menghasilkan (kader-kader) periode yang lebih sukses.
Sehingga dapat dikatakan dalam sebuah organisasi adalah ketika dalam
suatu periode dapat dikatakan sebagai masa kejayaan, namun hal tersebut
tidak ada artinya ketika setelah itu organisasi tersebut tergolong atau bahkan
bubar karena kelemahan tahu bahkan tidak adanya kader penerus.
b. Mempertahankan Kader
Pengkaderan terkait erat pada pengembangan organisasi. Ketika suatu
organisasi dapat merekrut kader dalam jumlah besar maka memungkinkan
jangkauan organisasi tersebut pada komunitas yang luas, serta hal tersebut
merupakan sumber daya yang tidak bisa diremehkan. oleh karena itu usaha
mempertahankan kader seringkali lebih penting dari pada rekrutmennya.

E. Upaya Mengatasi Permasalahan yang Ada Dalam Organisasi Sekolah


Ada beberapa upaya mengatasi permasalahan di dalam organisasi mengenai
koordinasi dan kepemimpinan diantaranya :
1. Mengikuti program pelatihan kepemimpinan, agar kepala sekolah yang berperan
sebagai manajer konflik dapat mengembangkan dan memiliki kemampuan
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan strategi dalam berkomunikasi.
2. Memandang masalah dan berupaya mengatasinya dengan menghasilkan
keputusan yang memuaskan semua pihak, hal ini bisa diawali dengan menjalin
hubungan yang baik antar anggota, hal ini karena koordinasi dapat terjaga apabila
tali silaturahmi dapat terjaga dengan baik.
3. Menciptakan komunikasi yang baik, agar ketika terjadi permasalahan bisa diambil
keputusan secara bersama.
4. Memberikan kesempatan untuk setiap anggota menyampaikan pendapat serta
gagasannya.
5. Meluangkan waktu untuk kumpul bersama anggota lainnya seperti berkemah,
makan-makan dan bermain bersama.
6. Harus bisa saling menghargai antar anggota baik dalam hal pekerjaan ataupun
dalam hal pendapat.
7. Satu hal yang paling penting adalah bekerja dengan ikhlas dan bekerja seolah-olah
itu karena Allah. Karena Allah SWT lah yang menentukan lancar atau tidaknya
kegiatan kita.

9
Selain itu, ada beberapa hal yang harus kita perhitungkan dalam pengkaderan
yakni:
1. Pilih anggota yang benar-benar memenuhi syarat yang dibutuhkan.
2. Jangan ada unsur pilih kasih seperti karena teman, saudara, ataupun keluarga.
3. Jangan ada unsur paksaan ataupun sebagainya karena itu cara yang tidak lazim.
4. Apabila sudah terpilih menjadi anggota, tempatkan anggota-anggota yang terpilih
itu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Contohnya anggota yang terpilih
mahir di bidang dekorasi maka tempatkanlah anggota tersebut di bidang dekorasi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi sekolah merupakan tempat berlangsungnya interaksi antara warga
sekolah, seperti kepala sekolah, staf, guru, pegawai, komite sekolah, dan siswa yang
kesemuanya itu melakukan hubungan sosial dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun organisasi
sekolah yang baik, diantaranya tingkat sekolah (SD, SMP, SMA, sampai dengan
Perguruan Tinggi), jenis sekolah, besar kecilnya sekolah, serta letak dan lingkungan
sekolah.
Sebagai organisasi pendidikan, organisasi sekolah juga memiliki dua struktur
umum yaitu struktur sentralisasi dan struktur desentralisasi.
Seringkali di dalam sebuah organisasi sekolah ataupun organisasi secara
umum, akan muncul kendala-kendala yang tidak diinginkan. Adapun permasalahan di
dalam organisasi tersebut diantaranya: kepemimpinan kepala sekolah yang tidak
efektif, masalah koordinasi, serta masalah pengkaderan.
Ada beberapa upaya mengatasi permasalahan di dalam organisasi mengenai
koordinasi, kepemimpinan, dan pengkaderan diantaranya: mengikuti program
pelatihan kepemimpinan agar kepala sekolah memiliki kemampuan pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan strategi dalam berkomunikasi. Kedua, berupaya
mengatasi masalah dengan menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak,
bisa diawali dengan menjalin hubungan yang baik antar anggota. Ketiga, Pilih
anggota yang benar-benar memenuhi syarat yang dibutuhkan dan jangan ada unsur
pilih kasih seperti karena teman, saudara, ataupun keluarga.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kriteria sempurna, baik
dari segi pengetikan atau dari segi isi, meskipun begitu inilah hasil kerja keras kami.
Kami menyarankan agar pembaca sekalian bisa membaca lebih banyak referensi lain
guna memperkaya wawasan, khususnya yang terkait dengan organisasi sekolah.

11
DAFTAR PUSTAKA

A.R, Murniati. 2008. Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan.
Citapustaka Media Perintis: Bandung

Anzizhan. 2015. “Konflik Dalam Organisasi Sekolah”, Jurnal Tarbiyah, Vol. 22, No. 1. h.
114-131. Diakses dari: http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/
view/8 pada tanggal 18 Mei 2021

Fitriyani. 2019. “Konsep Organisasi Pendidikan Dalam Pemberdayaan Sekolah”, el- Ghiroh:
Jurnal Studi Keislaman. Vol. 17, No. 2. h. 61-80. Diakses dari:
https://jurnal.staibsllg.ac.id/index.php/el-ghiroh/article/view/105 pada tanggal 18
Mei 2021

Rizkia, Mochamad Taufan. 2012. “Masalah Dalam Organisasi”. Diakses dari:


https://www.academia.edu/10012055/Masalah_dalam_Organisasi pada 19 Mei 2021

Suryosubroto, B. 1984. “Beberapa Hal Tentang Organisasi Sekolah dan Usaha Untuk
Mengembangkannya”. Cakrawala Pendidikan, Edisi 1, Th. IV. h. 16-35. Diakses
dari: https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/7453 pada 17 Mei 2021

12

Anda mungkin juga menyukai