PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cognitive restructuring telah digunakan selama bebrapa terakhir untuk menangani gangguan
stress pasca-trauma pada remaja dan orang dewasa. cognitive restructuring juga telah
ditunjukkan efektif dalam mengurangi perasaan kontaminasi pada orang dewasa yang
merupakan penyintas penganiayaan seksual anak disertai dengan kegiatan-kegiatan imagery.
Cognitive restructuring juga telah digunakan dengan sukses pada klien dengan depresi,
gangguan panik dan Masalah-masalah self–esteem, Stress, Pikiran-pikiran yang menyebut
dirinya negatif dan kecemasan fobia sosial, gangguan obesif, kompulsif, gangguan panik, fobia,
dan penyalah gunaan substansi dalam sebuah penelitian yang berusaha untuk mengurangi
kecemasan tes selama tes-tes beresiko tinggi, cognitive restructuring sama efektifnya dengan
penanganan tradisional yang menggunakan desensitisasi sistematik.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2) Mengamati dan menggali sejauh mana pikiran dan perasaan saat itu. Konseli dapat
membesar-besarkan masalah atau pikiran irasional untuk mendapatkan perhatian.
3) Mengubah cara berfikir yang masih salah.
4) Membantu konseli mengevaluasi perilaku yang memfokuskan pada pikiran negatif fdan
belajar menerima tanggung jawab sehingga konseli mandiri dan mencapai integrasi perilaku.
5) Membantu menghentikan pernyataan negatif dan menggantinya dengan ppernyataan positf
mengenai diri sendiri
Menurut Meichenbaum, mendeskripsikan tiga tujuan teknik cognitive restructuring yang dapat
dipenuhi konselor professional dank lien sambil menjalani ketujuh langkah yang dideskripsikan
oleh Doyle, yaitu:
1. Klien perlu menjadi sadar akan pikiran-pikirannya. Konselor professional juga dapat
membantu klien menggunakan imagery reconstructin untuk mengakses pikiran-pikiran
tertentu. Proses ini melibatkan klien membayangkan sebuah situasi dalam gerak lambat,
sedemikian rupa sehingga dapat mendiskripsikan pikiran-pikiran dan perasan-perasaan di
seputar insiden. Mungkin lebih mudah bagi klien jika konselor profesional meminta klien untuk
memberikan nasihat kepada seseorang yang mengalami stres akibat situasi serupa seperti yang
dialami klien. Meichenbaum juga merekomendasikan agar klien mencatat pikiran-pikirannya
melalui self-monitoring (memantau diri sendiri). Tiap kali klien menjadi terganggu, klien
mendeskripsikan didalm sebuah catatan harian (jurnal) tentang insiden itu beserta pikiran dan
perasaan apa pun yang dialaminya.
2. Klien perlu mengubah proses pikirannya. konselor profesional dapat membantu klien
memenuhi tujuan ini dan belajar mengubah pola-pola berpikirnya. Konselor profesional dapat
membantu klien dalam menjadi sadar akan perubahan-perubahan dalam proses pikiran yang
perlu dibuat dengan membantu klien untuk “mengevaluasi pikiran dan keyakinannya,
memunculkan prediksi, mengeksplorasi alternative, dan mempertanyakan logika yang keliru” .
Ketika mengevaluasi pikiran dan keyakinan klien, konselor professional bisa menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang membantu klien mendefinisikan label-label yang diberikannya
sendiri. Dengan memerintahkan klien untuk membentuk prediksi, konselor profesional
membantu klien menyadari pikiran-pikiran mana yang rasional dan mana yang self-defeating.
Contohnya, konselor professional dapat bertanya, “Apa yang anda bayangkan terjadi atau yang
Anda pikir akan terjadi jika X terjadi? Bagaimana kita dapat menemukannya? Bagaimana Anda
tahu bahwa hal itu benar-benar akan terjadi?”. Inti dalam mengeksplorasi alternatif adalah
klien mengambil perspektif yang berbeda. Jika klien dapat memunculkan suatu alternatif yang
rasional, tidak Self-defeating, berarti kemajuan sedang dibuat. Sepanjang langkah ini konselor
professional seharusnya memastikan untuk mempertanyakan logika keliru klien.
3. Klien perlu bereksperimen untuk mengeksplorasi dan mengubah ide tentang dirinya dan
dunia. Konselor profesional dapat mulai dengan memerintahkan klien untuk melakukan
eksperimen-eksperimen pribadi dalam rangka terapeutik dan kemudian beralih ke situasi
kehidupan nyata ketika klien sudah siap. Suatu scheme diary juga dapat membantu dalam
mengubah keyakinan-keyakinanseorang klien.
Teknik cognitive restructuring adalah salah satu teknik yang didasarkan pada terapi irasional
emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis berfokus pada pikiran. Menurut Ellis manusia
adalah korban dari pikiran irasional sehingga menghancurkan diri sendiri melalui pikiran
irasional. Sehingga cognitive restructuring adalah identifikasi dan merubah pikiran negatif
maupun irasonal menjadi pikiran yang positif atau irasional dengan menggunakan pendekatan
terstruktur, aktif dan menyesuaikan waktu yang diperlukan (Ahla, 2014). Teknik cognitive
restructuring digunakan untuk membantu mengatasi permasalahan mengenai perilaku
maladaptif yang berlebihan, membantu klien melihat fakta kognisi melalui proses bimbingan,
monitoring, diskusi mengenai pernyataan atau pikiran yang negatif. Selain itu alasan pemilihan
teknik cognitive restructuring dipilih oleh peneliti karena teknik ini menggunakan tahapan atau
pendekatan secara terstruktur. Dari segi waktu dapat dilakukan secara efisien. Efektif
digunakan untuk anak usia remaja, yang masih mencari jati diri dan mengalami permasalahan
kompleks.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Restrukturisasi Kognitif adalah salah satu teknik kognitif yang digunakan dalam konseling
kognitif di samping teknik perilaku (behavioral) dan teknik didaktik. Dengan bantuan
restrukturisasi kognitif ini, siswa dengan sikap resliliensi yang rendah dapat memiliki pandangan
baru dalam menghadapi sebuah permasalahan dan tantangan, sehingga memiliki regulasi
emosi, pengendalian diri, optimisme yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Efrod Bradley T. 2017. 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap Konselor. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar
Mihai Marian & Letitia Filimon. 2009. Cognitive Restructuring And Improvement Of Symptoms
With Cognitive-Behavioural Therapy And Pharmacotherapy In Patients With Depressio.
Marks, Isaac. 1998. Treatment Of Post traumatic Stress Disorder by exposure and/or Cognitive
Restructuring. Arch Gen Psychiatry. Vol. 55, Hlm. 317-325