Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas : BKI C
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Konseling Naratif
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konseling.
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang
Bagaimana Konseling Naratif . Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada Bapak/ Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Konseling
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca terutama bagi mahasiswa .Oleh karena itu kami membutuhkan saran dan
kritik membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling Naratif......................................................................... 2
B. Tujuan Konseling Naratif............................................................................... 3
C. Prosedur Konseling Naratif............................................................................ 3
D. Teknik-Teknik Konseling Naratif.................................................................. 4
E. Kelemahan dan Kelebihan Konseling Naratif................................................ 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 7
B. Saran............................................................................................................... 7
Daftar pustaka ........................................................................................................... 8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi konseling adalah aspek yang sangat penting dalam praktik
konseling. Strategi konseling merupakan acuan atau patokan dari tercapainya
tujuan konseling. Dengan memahami dan menggunakan strategi konseling
dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya maka konselor, sebagai seorang
profesional, di samping telah memenuhi tuntutan ilmiah dalam menjalankan
profesinya, juga dapat bekerja lebih efektif serta efisien. Perlunya
menggunakan strategi dalam proses konseling tidak hanya memenuhi
akuntabilitas dan tanggung jawab profesi, tetapi didalamnya juga terkandung
ketulusan untuk menolong konseli.
Salah satu teknik dalam konseling adalah naratif yang berakar dari
pendekatan post modern. Dengan demikian konselor perlu untuk mempelajari
terkait dengan bagaimana strategi konseling naratif agar mendapatkan
pemahaman dan keterampilan yang tepat untuk melakukan tugas dengan
efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan strategi konseling naratif?
2. Apa tujuan konseling naratif?
3. Bagaimana prosedur dari konseling naratif?
4. Bagaimana teknik dari konseling naratif?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari konseling naratif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari konseling naratif
2. Untuk mengetahui tujuan dari konseling naratif
3. Untuk mengetahui prosedur dalam konseling naratif
4. Untuk mengetahui teknik dalam konseling naratif
5. Untuk mengetahui dukungan penelitian strategi konseling naratif
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan konseling naratif
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Tujuan Konseling Naratif
Konseling naratif bertujuan untuk:
a. Tujuan umum terapi naratif adalah mengajak orang-orang untuk
menjelaskan pengalaman mereka dalam bahasa baru dan segar. Dalam
melakukan ini, mereka membuka makna baru untuk pemikiran, perasaan
dan perilaku bermasalah.
b. Membantu konseli dalam mengidentifikasi dan membentuk kembali
persepsi tentang dirinya yang ditulis ulang secara kreatif untuk hidup
yang lebih positif bagi penderita gangguan komunikasi.
c. konseling naratif juga digunakan untuk menangani konseli yang memiliki
beragam masalah, misalnya: 1) Krisis identitas, 2) Psikosis, 3) Gangguan
makan, 4) Penerimaan diri, dsb.
3
g) Meminta konseli untuk berspekulasi mengenai masa depan bagaimana
yang bisa diharapkan dari kekuatan dan kompetensi sesorang. Sehingga
konseli menjadi terbebas dari cerita-cerita masalah yang menjenuhkan
dari masa lalu, dan ia dapat membayangkan dan merencanakan untuk
masa depan yang lebih baik
h) Menemukan atau menciptakan audiens untuk memahami dan mendukung
cerita baru. Tidaklah cukup untuk membaca cerita baru konseli. Perlu
untuk hidup baru cerita luar terapi. Karena orang itu masalah awalnya
dikembangkan dalam konteks sosial. Dan penting untuk melibatkan
lingkungan sosial dalam mendukung kisah hidup baru yang telah muncul
dalam percakapan dengan terapis.
D. Teknik-Teknik Konseling
a) Penemuan Hasil Yang Unik
Dalam pendekatan naratif, eksternalisasi pertanyaan-pertanyaan
diikuti dengan pertanyaan untuk mencari hasil unik. Terapis berbicara
kepada klien tentang momen pilihan atau keberhasilan berkaitan dengan
masalah. Ini dilakukan dengan memilih perhatian dan beberapa
pengalaman yang terpisah dari cerita masalah, terlepas pada
bagaimana ini tidak signifikan bagi klien.
b) Alternatif Cerita
Membentuk cerita terjadi berulang-ulang dalam dekonstruksi, dan
terapis naratif mendengarkan pembukaan terhadap cerita baru. orang-
orang dapat secara kontinyu dan aktif mengarang kembali hidupnya, dan
terapis naratif mengundang klien untuk mengarang cerita alternatif
melalui ‘hasil unik’ atau sesuatu yang tidak diprediksi oleh cerita yang
jenuh masalah .
Sebuah titik balik dalam wawancara naratif terjadi ketika klien
melakukan pilihan apakah melanjutkan hidupnya yang jenuh dengan
cerita masalah atau menciptakan cerita lain. Melalui penggunaan
kemungkinan pertanyaan unik, terapis menggerakkan fokus ke masa
depan.
4
c) Mendokumentasikan Bukti Naratif
Praktisi naratif percaya bahwa cerita terjadi hanya ketika terdapat
pemirsa yang menghargai dan mendukung mereka. dengan demikian,
penghargaan audien terhadap perkembangan baru secara sadar diajukan.
Memperoleh audien untuk agar perubahan baru terjadi menimbulkan
kebutuhan untuk terjadi jika cerita alternatif tetap hidup.
satu teknik untuk mengkonsolidasi keuntungan yang dibuat klien
adalah dengan menulis surat. Surat naratif yang ditulis oleh terapis
mencatat sesi dan mungkin memasukkan eksternalisasi deskripsi tentang
masalah dan pengaruhnya terhadap klien sebagaimana halnya laporan
kekuatan dan kemampuan klien yang diidentifikasi dalam sesi tersebut.
5
menurunkan kecemasan komunikasi siswa yang ditandai dengan munculnya
tindakan yang yang memprotes kecemasannya, pemahaman baru mengenai
kecemasan, penata-ulangan cerita baru diluar aspek kecemasan dan adanya
kinerja baru untuk melakukan komunikasi. Hal ini berarti penerapan
konseling naratif dapat menurunkan kecemasan komunikasi siswa. (Andieni,
2016). Dan konseling naratif mampu menurunkan tingkat glossophobia pada
siswa kelas X (Rachmawati, 2016). Dan konseling naratif dapat menurunkan
kecemasan sosial melalui pemaknaan kisah hidup (Idei Khurnia Swasti, 2013)
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling naratif adalah suatu bentuk konseling yang menggunakan
narasi. Ahli terapi didorong untuk membangun pendekatan kolaboratif
dengan ketertarikan khusus dalam mendengar klien, mencari waktu dalam
kehidupan klien. Perspektif naratif berfokus kepada kapasitas manusia
untuk kreatif dan berpikiran imajinatif. Praktisi naratif tidak pernah
mengasumsikan bahwa dia mengetahui lebih banyak tentang kehidupan
klien daripada yang mereka lakukan. Tujuan umum terapi naratif adalah
mengundang orang-orang untuk menjelaskan pengalaman mereka dalam
bahasa baru dan segar. Dalam membuat sebuah cerita naratif dari klien
dibutuhkan kerjasama antara ahli terapi dan klien, setelah membuat cerita-
cerita naratif langkah selanjutnya yaitu mendokumentasikan bukti. Kutipan
langsung dari klien memperkuat bahwa cerita naratif dapat menjadi
sumber yang kuat dalam melakukan apa yang telah dipelajari dalam kantor
terapi kedalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun
makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
seperti yang diharapkan para pembaca, khususnya pembimbing mata
Kuliah Psikologi Konseling . Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya konstruktif (membangun), agar dapat dibuat acuan
dalam terselesainya makalah kami yang berikutnya.
7
DAFTAR PUSTAKA