Anda di halaman 1dari 19

TEORI DAN TEKNIK NARRATIVE THERAPHY

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Teknik Konseling
yang diampu oleh Dosen Ibu Ishlakhatus Sa’idah, M.Pd

Oleh :
Kelompok 7
Afri Hendra Jailani ( 20381091094 )
Gufron Khairilvani ( 19381091057 )
M Iqbal Legiyanto ( 19381091079 )
Rido Rizki Nizar Fatoni ( 20381091081 )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN


ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin, Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT hingga saat ini masih memberikan nafas kehidupan, kesehatan dan
anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul ”Teori dan Teknik Narrative Theraphy” tepat pada waktunya. tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ishlakhatus Sa’idah, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Teori Teknik Konseling yang membimbing kami
dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kelompok kami
yang selalu support, dan setia membantu dalam proses pembuatan makalah meski
dalam situasi TMT saat ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui, sebagai manusia biasa, tentunya kami tidak luput dari kesalahan,
maka dari itu kami butuh saran dan kritikan teman-teman maupun dosen, demi
tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 10 Maret 2022


Penyusun,

TTD
Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Pengertian Nama Pendekatan Narrative Theraphy ................................... 3
B. Sejarah Perkembangan Pendekatan Narrative Theraphy .......................... 4
C. Hakikat Manusia Menurut Pendekatan Narrative Theraphy ..................... 6
D. Perkembangan Perilaku Menurut Pendekatan Narrative Theraphy .......... 6
E. Hakikat Konseling ..................................................................................... 7
F. Kondisi Pengubahan Pendekatan Narrative Theraphy.............................. 8
G. Mekanisme Pengubahan Pendekatan Narrative Theraphy ........................ 9
H. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Narrative Theraphy ................... 12
BAB III : PENUTUP........................................................................................... 14
A. Kesimpulan .............................................................................................. 14
B. Saran ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses
pendidikan yang memiliki tanggung jawab cukup besar dalam
pengembangan kualiatas manusia yang di amanatkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Saat ini dalam dunia pendidikan muncul berbagai
masalah yang dialami oleh siswa, misalnya masalah pribadi, psikologis,
maupun belajar. Berbagai cara yang dilakukan untuk dapat mengatasi
permasalahan tersebut dan memberikan solusi pada anak atau biasa
disebut dengan konseling.
Dengan adanya berbagai macam permasalahan yang dialami siswa
atau individu berbeda-beda, muncullah beberapa teori-teori tentang
konseling. dan dalam makalah ini akan membahas salah satu teori
konseling yaitu Narrative Therapy. Konseling naratif dapat digunakan
pada pertanyaan terapi yang membantu konseli mengenal dan
menggambarkan skenario positif dari masalah yang dialami sekarang yang
penuh dengan cerita dan untuk memberikan wewenang kepada konseli
untuk merumuskan kembali cerita yang lebih mereka sukai sebagai suatu
petunjuk dalam kehidupan mereka, cerita yang dibangun konseli dapat
dijadikan langkah awal yang baik dalam mengentaskan masalah. Untuk
mengetahui lebih jelasnya mengenai teori pendekatan Narrative Therapy,
maka makalah ini dibuat agar pembaca bisa memahami dan bisa
membedakan teori Narrative Therapy dengan teori-teori lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nama pendekatan narrative theraphy ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan pendekatan narrative theraphy ?
3. Bagaimana hakikat manusia menurut pendekatan narrative theraphy ?
4. Bagaimana perkembangan perilaku manusia menurut pendekatan
narrative theraphy ?
5. Bagaimana hakikat konseling dalam pendekatan narrative theraphy ?
6. Bagaimana kondisi pengubahan pendekatan narrative theraphy ?

1
7. Bagaimana mekanisme pengubahan pendekatan narrative theraphy ?
8. Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan narrative theraphy ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian nama pendekatan narrative theraphy.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendekatan narrative
theraphy.
3. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pendekatan narrative
theraphy.
4. Untuk mengetahui perkembangan perilaku manusia menurut
pendekatan narrative theraphy.
5. Untuk mengetahui hakikat konseling dalam pendekatan narrative
theraphy.
6. Untuk mengetahui kondisi pengubahan pendekatan narrative theraphy.
7. Untuk mengetahui mekanisme pengubahan pendekatan narrative
theraphy.
8. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan narrative
theraphy.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nama Pendekatan Narrative Theraphy


Pendekatan ini mempunyai nama Narative Counseling (Konseling
Naratif). Narative Counseling (Konseling Naratif) mempunyai pandangan
konstruktionist sosial, naratif, postmodern yang menyoroti bagaimana
kekuatan, pengetahuan dalam keluarga dan kebenaran serta sosial
lainnya.1
Konseling naratif adalah sebuah pendekatan yang dikembangkan
oleh konselor di Amerika Serikat, yang merupakan bagian dari praktik
konseling. Konseling naratif termasuk dalam kelompok konseling
postmodern, yang diinisiasi oleh pasangan Michael White dan David
Epston. Mereka berdua adalah sosok pasangan penting yang kontribusinya
sangat besar dalam konseling naratif. Pandangan Michael White banyak
dipengaruhi oleh Gregory Bateson dan Michael Foucault. Kedua orang
terakhir ini adalah tokoh antropologi dan sosiologi yang mengenalkan
pandangan konstruksi social. Dalam pandangannya, White menyebutkan
bahwa terapi (konseling) adalah sebuah seni dalam pembicaraan, yang
menekankan pada isi dari pembicaraan (konselor – konseli), dengan cara
melakukan perekaman dan perluasan terhadap jumlah narasi konseli
Konseling tidak sekedar merupakan “terapi wicara” atau
wawancara. Dalam implementasinya, konseling dapat dilakukan dengan
menggunakan metode tertentu, dalam rangka membantu individu
memecahkan suatu masalah. Bisa dikatakan bahwa konseling naratif,
merupakan konseling eklektif dengan berbagai strategi konseling dari
pendekatan yang sudah ada
Psikolog Jerome Bruner menjelaskan ada dua cara untuk
memahami dunia, yaitu melalui pengetahuan paradigmatic yang
melibatkan penciptaan model abstrak dari realitas dan pengetahuan narasi
narrative yang didasarkan kepada pemahaman dunia melalui cerita.

1
.Pengertian pendekatan narrative theraphy http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2014/03/teori-
pendekatan-narative-therapy.html?m=1 Pada hari kamis, tanggal 10 Maret 2022, pukul 20.00

3
Konseling dengan menggunakan pendekatan naratif, atau dapat juga
disebut konseling naratif memandang bahwa setiap individu adalah ahli
tentang permasalahan yang dialaminya. Konseling naratif berorientasi
pada tujuan, sesuai dengan karakteristik pendekatan kognitif. Selain itu
konseling naratif juga menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap
makna pengalaman hidup sebagaimana pendekatan psikoanalisis. Dalam
konteks ini, konselor diharapkan dapat membangun pendekatan secara
kolaboratif, dengan mempertimbangkan minat khusus konseli.
Konseling naratif didasarkan pada asumsi bahwa individu memiliki
kompetensi, kemampuan, keterampilan, dan komitmen yang dapat
menolongnya mereduksi pengaruh dari masalah yang dialaminya.
Konseling naratif berorientasi pada kronologis kejadian atau peristiwa
yang dialami individu yang bersangkutan. Setiap individu akan memiliki
pemaknaan berbeda terhadap pengalaman hidup yang menyertainya.2
B. Sejarah Perkembangan Pendekatan Narrative Theraphy
Paradigma naratif dalam bidang keilmuan mulai dikenal pada
tahun 1980-an, sejalan dengan pergerakan konstruksi sosial dan
pendekatan interpretif lainnya dalam ilmu sosial, dan mendapatkan
dukungan dari tradisi hermeneutik serta psikologi pemahaman narasi
Psychology of narrative knowing
Dalam terapi naratif, terbentuk asumsi implisit tentang sebab-
musabab munculnya pemikiran ini (the social nature of the mind),
sebagaimana peran bahasa dalam mengembangkan pemahaman
intersubjektif, bahwa ketika seseorang mendengar tentang terapi naratif
maka ia akan mengarah pada beberapa cara memahami identitas
seseorang, permasalahan, dan pengaruh permasalahan tersebut pada
kehidupannya. Terapi ini menawarkan cara-cara untuk membuka
pembicaraan dengan klien tentang hidup dan permasalahan yang
dialaminya.
Pada awalnya, terapi naratif berkembang dalam tradisi terapi
keluarga sebagaimana telah dipraktekkan oleh para terapis Palo Alto di
2
.Adi Atmoko, Irene Maya Simon, Nugraheni Warih Utami, dan Henny Indreswari. Pelatihan
Wicara Diri (Self-Talk) Dalam Konseling. Malang; Wineka Media, 2018. Hlm 68-69

4
California yang memodifikasi praktek di lingkup keluarga untuk mengolah
makna yang diberikan oleh keluarga tersebut atas peristiwa kehidupan
yang telah mereka jalani. Model narasi dalam penggalian inquiri telah
memberikan sumbangan pada ketertarikan baru atas pendekatan
ideografik, yang disebut pendekatan studi kasus dan penggunaan informasi
dari sejarah kehidupan personal. Pendekatan ini sangat membantu dalam
menggeneralisasikan hipotesis dalam penelitian dan penyusunan pola
induktif yang diperlukan untuk pengembangan teori. Karena perlunya
melibatkan pemahaman atas konteks, terutama terkait dengan studi kasus,
maka metode ini dianggap memiliki kekayaan dalam upayanya memaknai
sesuatu. Berdasarkan alasan ini, terapi naratif dianggap sesuai digunakan
untuk memahami pengalaman manusia.
Ketika mengaitkan terapi naratif dengan terapi lain dalam konteks
berkembangnya terapi keluarga, maka terapi naratif akan sejajar dengan
terapi keluarga struktural (Minuchin), terapi keluarga sistemik (Bowen),
dan masih banyak lagi terapi yang lain. Terapi naratif merupakan bidang
baru dalam pengembangan kerangka kerja psikologi dan oleh karenanya,
pemahaman tentang teori naratif perlu dilakukan untuk memantapkan
pemahaman penggunaan terapi ini dalam praktiknya.
Inquiri naratif dapat diasosiasikan dengan etnographic-grounded
theory dan metode fenomenologis, sebagaimana teori dan metode ini
berbagi argumentasi dalam penalaran narasi, kaya akan dekripsi induktif,
dan proses analisis interprasinya didasarkan pada pemahaman hubungan
antar bagian dengan keseluruhan konteks faktual yang ada. Ketiganya pun
setara dalam mengasumsikan keterkaitan kolaboratif antara peneliti,
inquirer, atau terapis dan subjek manusia yang menjadi sumber pemaknaan
pribadi. Kesemuanya ini telah menjadi bagian dari terapi naratif. Banyak
terapis dalam terapi naratif berawal dari perspektif terapi keluarga sistemik
atau terapi keluarga interaksional.
Terapi naratif merupakan bagian dari terapi keluarga, namun juga
digunakan secara meluas oleh praktisi dari kalangan luas dengan latar
belakang profesi dan perspektif yang beragam, mulai dari pekerja sosial

5
dan komunitas, guru dan konselor di sekolah, akademisi, antropolog,
pekerja untuk bidang pengembangan masyarakat, hingga pembuat film
atau video dokumenter. Gagasan bahwa terapi adalah seni pembicaraan
yang peduli pada isi pembicaraan dengan merekam dan memperluas
jumlah narasi klien, telah menarik perhatian dalam bidang terapi keluarga
dan terapi psikologis individual. Hal ini lah yang mengarahkan pada
pengembangan kreatif dalam pemikiran dan praktik naratif sebagai terapi
untuk kasus individual.3
C. Hakikat Manusia Menurut Pendekatan Narrative Theraphy
Manusia pada hakikatnya adalah (1) ahli dalam kehidupan mereka;
(2) sering melakukan proses identifikasi diri dengan masalahnya; (3)
memiliki banyak keterampilan, kompetensi, dan sumber daya internal
yang menarik guna menghadapi tantangan hidupnya; (4) pengalaman
hidup internal yang diatur dalam bentuk narasi; (5) individu yang dapat
secara aktif membuat tujuan dan makna dari pengalamannya; (6) penafsir
utama dari pengalamannya sendiri,
Manusia dipandang sebagai makhluk yang menilai dan
menginternalisasi diri sendiri dengan menciptakan cerita kehidupannya.
Cerita kehidupan yang jauh lebih banyak menyoroti kehidupan mereka
yang negative, sehingga dengan koseling naratif, mereka akan dapat
menuliskan kembali kehidupannya dan mengubah pandangan
kehidupannya dengan cara yang positif
Konseling naratif pada hakikatnya adalah upaya bantuan kepada
konseli agar dapat menceritakan kembali narasi kehidupan mereka, dan
membantunya untuk kembali kepada pribadinya masing-masing. Dalam
konteks ini, konselor berupaya memberikan fasilitasi terhadap kesadaran
konseli akan tema dan pelajaran moral yang telah dipelajarinya dalam
perjalanan hidup mereka. Konselor naratif mendorong konseli agar fokus
pada kondisi untypical, yaitu kondisi yang dirasakan oleh konseli. Konseli
didorong untuk mempertimbangkan untypical yang berada dalam pola

3
.Aswendo Dwitantyanov. Sejarah Terapi Naratif. Wordpress. Diakses dari
https://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-terapi-naratif/ Pada hari kamis,
tanggal 10 Maret 2022, pukul 20.30

6
besar. Melalui untypical, individu dapat lolos dari cerita dominan yang
dapat mempengaruhi persepsi mereka.4
D. Perkembangan Perilaku Menurut Pendekatan Narrative Theraphy
1. Struktur Kepribadian
Konseling naratif tidak memiliki struktur kepribadian, namum
bersifat terbuka terhadap berbagai hal baru yang berhubungan dengan
kepribadian individu. Terapi ini merupakan upaya pembentukan
kembali struktur kepribadian individu, dari upaya penekanan masalah
eksternal dan dominan, melalui cerita yang lebih luas konteksnya.
2. Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi sehat dalam terapi naratif adalah pribadi yang bisa
menginterpretasikan makna positif dalam hidup mereka. Pribadi yang
dapat membangun alur cerita yang berkembang, melalui kemampuan
dan potensi yang dimilikinya, serta memiliki kemampuan untuk
mengatasi masalahnya. Tetapi tidak demikian dengan pribadi yang
bermasalah.5
E. Hakikat Konseling
konseling merupakan salah satu disiplin ilmu, didalamnya terdapat
seperangkat pengetahuan tentang teori, yang digunakan untuk membantu
individu (konseli). Teori tersebut disusun secara logis dan sistematis yang
berfungsi sebagai penjelas, prediksi/prognosis, dan pengendalian terhadap
berbagai gejala tingkah laku, dalam rangka memperbaiki kualitas hidup
konseli.
Konseling pada hakikatnya adalah ilmu yang bersifat
multireferensial, oleh karena itu kontribusi dan referensi keilmuan yang
lain, digunakan dan dimanfaatkan untuk memberikan pemahaman secara
deskriptif tentang makna konseling tersebut. Kontribusi terhadap
konseling tidak hanya merujuk pada pemahaman, namun juga pada
pembentukan dan pengembangan teori-teori konseling, hingga praktiknya
pada implementasinya dalam bentuk praktik konseling.

4
.Adi Atmoko, Irene Maya Simon, Nugraheni Warih Utami, dan Henny Indreswari. Pelatihan
Wicara Diri (Self-Talk) Dalam Konseling. Malang; Wineka Media, 2018. Hlm 69-70.
5
.Ibid, Hlm 70.

7
Konseling naratif dapat digunakan untuk membangun strategi
kolaboratif dengan konseli, agar konseli dapat bereksplorasi dalam
pengelolaan masalah yang dialaminya. selain itu, melalui konseling
naratif, konseli dapat dibantu dalam melakukan pemetaan terhadap
pengaruh dari masalah yang dialaminya, juga untuk membantu konseli
dalam melakukan pemisahan diri dari segala peristiwa yang secara
dominan diinternalisasi oleh konseli.6
F. Kondisi Pengubahan Pendekatan Narrative Theraphy
1. Tujuan

Konseling naratif secara umum bertujuan untuk membuat konseli


memiliki kemampuan dalam menggambarkan pengalaman mereka dalam
bahasa yang baru dan dengan bahasa yang baru, memberikan kesempatan
yang memungkinkan konseli mengembangkan pengertian baru mengenai
jalan pikirannya, perasaanya, dan sikapnya ketika berada dalam masalah.
Bahasa yang dipenuhi asumsi negative mengandung kesalahan
interpreative, dan dapat menjadi pemicu munculnya masalah.

Konseling naratif secara khsus bertujuan untuk membantu konseli


menemukan atau mendesain dan membangun pengalamannya yang baru,
dan membantu memberikan alternative kepada konseli, untuk melakukan
eksplorasi ke dalam diri mereka tentang berbagai keinginan/harapan
aspirasi, kekhawatiran kecemasan, ketakutan, penyelasan dan kondisi
emosi yang terluka.

Konseli yang menjalani konseling naratif akan belajar bagaimana


membangun kisah dan arti yang baru dalam kehidupannya dengan
menciptakan realitas baru bagi dirinya

2. Konselor

Konselor berperan sebagai fasilitator aktif, yang bertugas


membantu konseli mendesain dan membangun alur cerita yang
diminatinya. Peran utama konselor adalah mengajukan pertanyaan kepada
6
.Adi Atmoko, Irene Maya Simon, Nugraheni Warih Utami, dan Henny Indreswari. Pelatihan
Wicara Diri (Self-Talk) Dalam Konseling. Malang; Wineka Media, 2018. Hlm 68

8
konseli. Melalui jawaban konseli, akan dikembangkan lagi menjadi
pertanyaan lanjutan. Dalam hal ini, konselor naratif juga membantu
konseli dalam mendekonstruksi cerita konseli yang mengandung masalah,
membongkarnya, dan membuka kemungkinan alternative penyelesaian
masalah untuk konseli. Tugas yang lain dari konselor naratif adalah
membantu konseli, melakukan penelurusan masalah dari awal hingga
akhir. Konselor menggunakan alasan naratif, yang berbentuk kisah-kisah
yang berarti dan sesuai kehidupan untuk membantu konseli
mendefinisikan kehidupan dan hubungannya, melalui naratif baru

3. Konseli

Konseli berperan dan berpartisipasi secara aktif dalam proses


konseling, untuk mendapatkan pemenuhan dan makna pengalaman hidup,
ketika mereka mulai menuliskan kembali narasi kehidupannya ke dalam
cerita.

4. Situasi Hubungan

Konselor naratif lebih menekankan pada pentingnya kualitas


konseling, dengan mengedepankan sikap optimisme, empati, penerimaan,
rasa horamt, keterbukaan, ketekunan, penghargaan atas pengetahuan
konseli, dan keingintahuan, yang dapat menciptakan tumbuhnya hubungan
khusus, yang ditandai dengan terjadinya dialog.7

G. Mekanisme Pengubahan Pendekatan Narrative Theraphy


1. Tahapan Konseling
a. Membangun Rapport. Tahap ini bertujuan membangun
kepercayaan konseli terhadap konselor dan hubungan kerjasama
yang baik antara keduanya sehingga konseli merasa nyaman untuk
mengeluarkan keluh kesahnya dan mempermudah proses konseling
selanjutnya.

7
.Adi Atmoko, Irene Maya Simon, Nugraheni Warih Utami, dan Henny Indreswari. Pelatihan
Wicara Diri (Self-Talk) Dalam Konseling. Malang; Wineka Media, 2018. Hlm 71-72

9
b. Berkolaborasi dengan konseli. Pada tahap ini, konselor dan konseli
berkolaborasi dan membuat kesepakatan secara bersama untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi konseli.
c. Memunculkan masalah yang menekan dan membuat strategi
penyelesaian.
d. Melakukan asesmen. Assesmen bertujuan menyelidiki bagaimana
masalah itu menggangu konseli sehingga butuh penyelesaian
menggunakan narrative theraphy.
e. Menetapkan tujuan. Pada tahap ini, konselor meminta konseli
untuk melihat ceritanya dari perspektif yang berbeda dengan
menawarkan alternative tujuan untuk hal tersebut.
f. Mencari bukti historis. Untuk mendukung konseli memiliki
pandangan baru yang mampu menjadikan konseli bangkit dan
keluar dari permasalahannya (pada tahap ini identitas seseorang
dan kisah hidupnya mulai ditulis ulang).
g. Meminta konseli berspekulasi tentang masa depan yang diharapkan
dengan melihat kekuatan atau kompetensi. Konseli dapat
membayangkan dan merencanakan masa depan yang dapat
mengurangi atau mencegah permasalahan dalam hidup.
h. Mencari pendukung untuk memahami cerita baru konseli. Pada
tahap ini konseli perlu menceritakan cerita baru mengenai masalah
mereka. Kemudian untuk mempertahankan kisah baru mereka,
lingkungan social penting untuk dibangun dalam rangka memberi
dukungan pada konseli.
i. Evaluasi. Pada akhirnya, konselor harus memperhatikan perubahan
dari keyakinan dan perilaku yang terjadi pada konseli (klien).
j. Tahap Pengakhiran. Apabila konseli telah merasa cukup
mengalami perubahan dan telah mencapi tujuan konseling, maka
tibalah saatnya untuk mengakhiri konseling ini dengan
mengingatkan kembali konseli bahwa hasil yang diinginkan telah
dicapai. Namun perlu juga ada persiapan tindakan dari konselor

10
(terapis), seandainya terjadi kemunduran secara tiba-tiba dari
perubahan yang telah terjadi.8
2. Teknik-Teknik Konseling
Penerapan yang efektif dari terapi naratif lebih tergantung pada
sikap atau perspektif terapis dari pada teknik. Dalam praktek terapi
naratif, tidak ada resep, tidak ada agenda yang ditetapkan, dan formula
bahwa terapis dapat mengikuti untuk memastikan hasil yang positif.
Kerangka konseptual yang diterapkan membantu klien dalam
menemukan makna baru dan kemungkinan baru dalam hidupnya.
Namun, untuk menguatkan pencapaian yang telah klien dapatkan bisa
menggunakan teknik ‘menulis surat’. Inti surat adalah perjuangan yang
dilakukan klien atas problematika yang di alami dengan penggambaran
sebuah cerita yang baru dan lebih baik. Biasanya surat-surat ini
dikirimkan kepada klien setiap sesinya, dalam membantu konseli
untuk menjelaskan masalah digunakan cara antara lain sebagai berikut:
a. Self-stories, menceritakan kisah-kisah improvisasi hidup kepada
orang lain.
b. Familiar ground, konselor menanggapi orang yang baru saja
melakukan pertemuan konselor untuk pertama kalinya dengan
meminta orang untuk berbicara tentang apa yang membawa dia
untuk terapi, jika masih ragu memberinya waktu.
c. Mendorong account yang lebih lengkap, konselor mendorong klien
untuk mendeskripsikan masalah dan mengeksplorasi.
d. Mengundang orang atas nama masalah, tujuannya adalah
mendapatkan kembali kontrol atas hidupnya, penamaan adalah
mengambil inisiatif, memaksakan identifikasi yang dipilih pada
sesuatu, atau seseorang yang mengancam.
e. Eksternalisasi dan dekonstruksi masalah. Eksternalisasi merupakan
satu proses untuk mendekonstruksi kekuatan narasi. Dalam hal ini
berarti menjaga sikap, khususnya tercermin pada bentuk verbal
ketika mengacu pada masalah, di mana kesulitan dibawa ke terapi
8
.Dede Rahmat Hidayat. Konseling Di Sekolah: Pendekatan-Pendekatan Kontemporer. Jakarta:
Kencana, 2018. Hlm. 133-135.

11
secara implisit ditandai sebagai sesuatu yang mempengaruhi orang
tersebut, bukan sebagai intrinsik karakteristik atau kualitas.
Eksternalisasi diwujudkan salah satunya melalui penggunaan
metafora.
f. Pertanyaan dan pertanyaan lebih, pertanyaan sebagai bentuk
eksplorasi dominan, pertanyaan-pertanyaan sering melingkar, atau
relasional, dan mereka berusaha untuk memberdayakan klien
dalam cara-cara baru digunakan.
g. Metafora bahasa, kebiasaan penggunaan kalimat yang membawa
sebuah eksternalisasi. Misalnya : Kapan mimpi buruk ini mulai
muncul? (bukan, “Kapan anda mulai bermimpi buruk? “), Alkohol
telah banyak keberhasilan dalam upaya untuk mengambil alih
hidup Anda (bukan,”Kau seorang pemabuk ‘’)
h. Memeriksa tekanan budaya untuk melihat masalah sebagai
‘internal’
i. Wacana/Discourses, kebiasaan cara berpikir yang merupakan mata
uang bersama dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang
dinyatakan
j. karakteristik bahasa yang mewujudkan keyakinan bersama dan
nilai-nilai.9
H. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Narrative Theraphy
Kelebihan pendekatan narrative theraphy adalah memiliki nilai,
mendapatkan solusi yang lebih cepat, lebih fleksibel dan dapat
dikombinasikan dengan pendekatan lain yang kompatibel, bisa diterapkan
di segala jenjang umur dan status social, cerita dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lain, berbentuk sepanjang jalan, dan diberikan kepada
orang sebagai warisan dari keluarga mereka, bisa berbagi perasaan dengan
orang lain, mengembangkan hubungan yang dekat, memungkinkan orang
untuk mengenali kemampuan, berpartisipasi aktif, serta berpikir kreatif,
dan imajinatif.

9
.Nilazaima. blogsport diakses dari https://nilazaima.wordpress.com/2014/03/27/narative-therapy/
Pada hari kamis, tanggal 10 Maret 2022, pukul 20.30

12
Kekurangan pendekatan narrative theraphy adalah cerita bisa
dibuat-buat, membutuhkan waktu yang lama.10

10
.Akhmad Sugianto,S.Pd Study Center. Blogspot. Diakses dari http://akhmad-
sugianto.blogspot.com/2014/03/teori-pendekatan-narative Pada hari kamis, tanggal 10 maret 2022,
pukul 20.30

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling dengan menggunakan pendekatan naratif, atau dapat
juga disebut konseling naratif memandang bahwa setiap individu adalah
ahli tentang permasalahan yang dialaminya. Dalam konteks ini, konselor
diharapkan dapat membangun pendekatan secara kolaboratif, dengan
mempertimbangkan minat khusus konseli. Konseling naratif didasarkan
pada asumsi bahwa individu memiliki kompetensi, kemampuan,
keterampilan, dan komitmen yang dapat menolongnya mereduksi
pengaruh dari masalah yang dialaminya. Konseling naratif berorientasi
pada kronologis kejadian atau peristiwa yang dialami individu yang
bersangkutan.
Terapi ini menawarkan cara-cara untuk membuka pembicaraan
dengan klien tentang hidup dan permasalahan yang dialaminya. Pada
awalnya, terapi naratif berkembang dalam tradisi terapi keluarga
sebagaimana telah dipraktekkan oleh para terapis Palo Alto di California
yang memodifikasi praktek di lingkup keluarga untuk mengolah makna
yang diberikan oleh keluarga tersebut atas peristiwa kehidupan yang telah
mereka jalani.
Konselor naratif mendorong konseli agar focus pada kondisi
untypical, yaitu kondisi yang dirasakan oleh konseli. Pribadi Sehat dan
Bermasalah Pribadi sehat dalam terapi naratif adalah pribadi yang bisa
menginterpretasikan makna positif dalam hidup mereka. Konseling pada
hakikatnya adalah ilmu yang bersifat multireferensial, Konseling naratif
dapat digunakan untuk membangun strategi kolaboratif dengan konseli,
agar konseli dapat bereksplorasi dalam pengelolaan masalah yang
dialaminya. Kondisi Pengubahan Pendekatan Narrative Theraphy secara
umum bertujuan untuk membuat konseli memiliki kemampuan dalam
menggambarkan pengalaman mereka dalam bahasa yang baru dan fresh.
Dengan bahasa yang baru, memberikan kesempatan yang memungkinkan

14
konseli mengembangkan pengertian baru mengenai jalan pikirannya,
perasaanya, dan sikapnya ketika berada dalam masalah.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya kritik dan saran kami
butuhkan demi kesempurnaan makalah ini. kami berharap pula pembaca
juga mempelajari tentang teori dan teknik narrative therapy pada referensi
lain agar wawasan dan pemahamannya lebih luas, serta kami berharap
dengan makalah ini bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang proses bimbingan kelompok tahap awal dan pembaca bisa
membedakan karakteristik tahap awal dengan tahap lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adi Atmoko, Irene Maya Simon, Nugraheni Warih Utami, dan Henny Indreswari.
Pelatihan Wicara Diri (Self-Talk) Dalam Konseling. (Malang; Wineka
Media).

Akhmad Sugianto,S.Pd Study Center. Blogspot. Diakses dari http://akhmad-


sugianto.blogspot.com/2014/03/teori-pendekatan-narative

Aswendo Dwitantyanov. “Sejarah Terapi Naratif.”Wordpress. Diakses dari


https://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-terapi-
naratif/

Dede Rahmat Hidayat. Konseling Di Sekolah: Pendekatan-Pendekatan


Kontemporer. (Jakarta: Kencana,).

Nilazaima. “Narrative Therapy”. Blogspot. Diakses dari


https://nilazaima.wordpress.com/2014/03/27/narative-therapy/
http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2014/03/teori-pendekatan-narative-
therapy.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai