Anda di halaman 1dari 21

POLITICAL AND SELF-PRESENTATION

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Komunikasi II

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Betty Tresnawati, S .Sos., M.I.Kom

Oleh:

Nabila Azzahro 1194060054


Nadya Anggitia 1194060056
Nina Nadia Lesti 1194060060
Zahara Queen Avocent 1194060094

Kelas: Humas 4B

JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
KOTA BANDUNG
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT, Dzat yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah menganugrahkan rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia
sehingga terjadi stabilitas dalam kehidupannya. Sholawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada junjunan alam, khatimul anbiya Rasulullah SAW. Beliau adalah sumber
mata air hikmah yang tidak pernah kering sepanjang masa. Sosok pribadi mulia yang penuh
cinta dan kasih sayang.
Alhamdulillah berkat hidayah dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
yang sederhana ini, walaupun banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun
dengan kesabaran dan ketekunan serta dukungan moral maupun moril dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Political and Self-
presentation”.
Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari yang diharapkan atau mendekati
kesempurnaan, karena tidak ada satu pun dari manusia yang memiliki kesempurnaan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 30 Mei 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 2

1.3 TUJUAN ..................................................................................................................... 2

1.4 MANFAAT ................................................................................................................. 2

BAB II........................................................................................................................................ 2

METODE DAN TEORI ............................................................................................................ 2

2.1 METODE PENELITIAN ............................................................................................ 2

2.2 TEORI PENELITIAN ................................................................................................. 3

BAB III ...................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

3.1 KOMUNIKASI POLITIK ....................................................................................... 3

3.2 SELF PRESENTATION ......................................................................................... 5

3.3 STRATEGI SELF PRESENTATION ..................................................................... 5

3.4 TEORI KULTIVASI ............................................................................................... 7

3.5 POLITICIAN CURRICULUM VITAE ................................................................ 12

3.6 CONTOH AKSI NYATA ..................................................................................... 14

3.7 STRATEGI NGATIVE ......................................................................................... 15

3.8 HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 16

BAB 4 ...................................................................................................................................... 17

PENUTUP................................................................................................................................ 17

4.1 KESIMPULAN .......................................................................................................... 17

4.2 SARAN....................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

II
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan berkembangnya proses komunikasi dari masa ke masa, tetunya akan
memberikan dampak yang sangat signifikan sehingga kebutuhan manusia akan tetap
berhubungan satu sama lain agar tetap terjaga. Maka dari itu teori kultivasi dalam teori
komunikasi ini merupakan sarana yang seringkali digunakan karena sifatnya dapat
menyampaikan pesan kepada orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar,
heterogen, anonim, melembaga, memiliki perhatian yang berpusat pada isi pesan yang sama,
dengan tidak memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.

Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara kelompok
ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa (powerful effects model)
dengan kelompok yang memercayai keterbatasan efek media (limited effects model), dan
juga perdebatan antara kelompok yang menganggap efek media massa bersifat langsung
dengan kelompok yang menganggap efek media massa bersifat tidak langsung atau
kumulatif. Teori Kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek media
massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang
individual.

Gagasan mengenai cultivation theory (teori kultivasi) ini untuk pertama kalinya
dikemukakan oleh seorang tokoh bernama George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya
di Annenberg School of Communication di Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel
berjudul “the television World of Violence”. Artikel tersebut merupakan salah satu tulisan
dalam buku bertajuk Mass Media and Violence yang disunting D. Lange, R. Baker & S. Ball
(eds). Menurut Wood (2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada proses kumulatif di
mana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada khalayaknya.

Maka dari itu dalam makalah Teori Komunikasi ini, kami akan membahas mengenai
studi kasus dalam upaya pencitraan politisi perempuan Indonesia yang berkaitan dengan
Teori Kultivasi.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, kami merumuskan permasalahan-
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Perumusan masalah ini berguna untuk
membatasi pembahasan agar tidak keluar dari lingkup dan konteks pembahasan. Rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi komunikasi politik?
2. Apa saja penjelasan mengenai self presentation?
3. Bagaimana startegi self presentation?
4. Apa saja penjelasan mengenai teori kultivasi?
5. Bagaimana profil seorang politisi perempuan?
6. Bagaimana aksi nyata yang dilakukan oleh politisi perempuan?
7. Bagaimana strategi negative yang dilakukan oleh politisi perempuan?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi politik.
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai self presentation.
3. Untuk mengetahui strategi self presentation
4. Untuk mengetahui penjelasan mengenai teori kultivasi.
5. Untuk mengetahui profil seorang politisi perempuan.
6. Untuk mengetahui aksi nyata yang dilakukan oleh politisi perempuan.
7. Untuk mengetahui strategi negative yang dilakukan oleh politisi perempuan.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan berupa
wawasan informasi yang bermanfaat terutama rekan-rekan mahasiswa yang berkeinginan
menerapkan Teori Kultivasi dalam kehidupan, maka hasil dari makalah ini dapat menjadi
acuannya.

BAB II

METODE DAN TEORI


2.1 METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuanlitatif. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif (descriptive research). Penelitian
deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang

2
fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. Jenis penelitian deskriptif kualitatif ini dilakukan
dengan mengembangkan studi kasus dan mengeksplorasi peran penting dalam menciptakan
sebuah pemahaman.

2.2 TEORI PENELITIAN


Teori Kultivasi digunakan untuk studi kasus makalah kami dalam upaya pencitraan
politis perempuan.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KOMUNIKASI POLITIK

Komunikasi politik adalah komunikasi yang di arahkan kepada pencapaian suatu


pengaruh, sehingga masalah yang di bahas oleh kegiatan komuniksai ini dapat mengikat
semua warganya dengan sangsi yang ditentukan bersama melalui lembaga politik. Rush dan
Althoff (1997) mendefebisikan komunikasi politik sebagai proses ketika informasi politik
yang relevan ditentukan dari suatu bagian system politik ke bagian lainnya, dan diantara
system social dengan system politik. Gabrel Almon berpendapat bahwa komunikasi polik
merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap system politik. Komunikasi politik
merupakan proses penyampaian pesan yang terjadi pada saat enam fungsi lainnya di jalankan,
yaitu sosialisasi dan rekruitmen politik, artikulasi kepentingan. Agregasi kepentingan,
membuat peraturan, aplikasi peraturan dan ajudikasi peraturan. Hal ini berarti bahwa fungsi
komunikasi politik terdapat secara inhteren di dalam setiap fungsi system politik.

Meriam Budiardjo (1982) memahami komunikasi politik sebagai salah satu fungsi
partai politik, yaitu meyalurkan beragam pendapat dan aspirasi masyarakat serta mengaturnya
sedemikian rupa untuk di perjuyangakn menjadi kebijakan politik. Sedangkan menurut
Maswadi Rauf, mengatakan bahwa komunikasi politik merupakan kajian ilmu politik karena
pesan-pesan yang dismapaikan dalam proses komunikasi bercirikan politik, yaitu berkaitan
dengan kekuasaan politik negara, pemerintah, dan aktivitas komunikasi dalam kedudukan
sebagai pekaku kegiatan politik. Komunikasi politik di bagi dalam dua demensi yaitu
kegiatan politik, pemyampaian pesan pesan yang bercirikan politik oleh katir-aktor politik
kepada pihak lain. Kedua, kegiatan ilmiah, kegiatan politik dalam system politik.

3
Menurut Susanto, komunikasi politik adalah komonikasi politik yang diarahkan pada
pencapaian suatu pengaruh sehingga masalah yang di bahas oleh jenis kegiatan komunikasi
ini dapat mengingat semua warganya melalaui sangsi yang di tentukan bersama oleh
lembaga-lembaga politik. Nimmo berpandangan bahwa komunikasi politik menggunakan
politik hanya untuk mengartikan kegiatan orang secara kolektif, yang pengatur perbuatan
perbuatan mereka dalam konflik social.

Menurut McQuail dalam Swanson 1990 kemonikasi politik adalah sebuah studi yang
indisplinari yang dibangun atas berbagai macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya
antara proses komunikasi dan proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan oleh
persaiangan teori, pendekatan, agenda dan konsep dalam membnagun jati dirinya. Karena
itulah komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang dikalaim sebagai studi tentang
aspek-aspek politik dari komuniaksi publik. dan sering di kaitkan dengan komunikasi
kampanye pemilu (elections campaing), katena mencakup masalah persuasi terhadap pemilih,
debat antar kandidat, dan penggunaan media masa sebagai alat kampanye.

Menurut Luciana Pye, antara komunikasi dan politik atau pemerintahan memiliki
hubungan yang erat dan istimewa karena berada dalam kawasan (domain) politik dengan
menempatkan komunikasi pada posisi yang sangat fundamental. Glanoor misalnya
mengatkan bahwa tanpa komunikasi tidak aka nada usaha bersama, dan dengan demikian
tidak ada politik. Dalam pandangan Pye, bahwa tanpa suatu jaringan (komunikasi) yang
mampu memperbesar (enlarging) dan melipatgandakan (magnifiying) dan pilihan-pilihan
individual, maka tidak aka nada namanya politik. Beberapa defenisi komunikasi politik yang
bersifat linier menurut Lasswell adalah:

1. Transmisi informasi (secara luas mencakup verbal , nonverbal, prilaku, dsb) dalam
mengejar kekuasaan (Sunshine Hilligus).
2. Tranfer informasi apapun mengenai perlombaan atas sumber daya (Bruce Hardy).
3. Produksi, tranmisi dan efek informasi mengenai politik, pendapat politik dan kebijakn
publik. (Bob Lichter) Defenisi komunikasi politik yang bersifat sistematis
mengasumsikan realitas kumonikasi politik sebagai sebuah system yang konstan,
teratur dan dapat diramalkan misalnya sebagai:
a) Pertukaran informasi mengenai pelkasaan kekuasaan (Ken Goldstein).
b) Interaksi antar elite, media warga negara mengenai topic-topik yang berkaitan dengan
politik (Talia Stroud).

4
c) Pertukaran gagsan dan pesan, verbal atau visual, secara langsung atau bermedia,
dalam suatu ruang publik yang dapat diidentifikasi, yang tujuannya atau
konsekwensiinya adalah untuk mengubah struktur dan produk pemerintahan atau
menghindari perubahan tersebut. (Lynn sanders).

3.2 SELF PRESENTATION

Menurut Erving Goffman (1959) dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday
Life mendefinisikan self-presentation terdiri dari perilaku seseorang untuk mengelola kesan
(manage the impressions). Self-Presentation adalah proses dimana individu mencoba untuk
membentuk apa yang orang lain pikirkan tentang kita dan apa yang kita pikirkan tentang diri
kita sendiri. Adapun tujuan spesifik dari self-presentation menurut Leary & Kowalski (1990)
adalah keinginan untuk terlihat menarik, kompeten, bermoral, berbahaya atau berwibawa.
Secara spesifik orang-orang mencoba menampilkan identitas yang berbeda-beda dari dirinya
dalam situasi yang berbeda-beda pula.

3.3 STRATEGI SELF PRESENTATION

Penciptaan skala taktik self-presentation didasarkan pada teori Lee et al., (1999) yang
membagi taktik presentasi diri ke dalam dua kategori yang berbeda: defensive self-
presentation dan assertive self-presentation. Taktik tersebut memiliki tujuan pendekatan
interpersonal yang berbeda. Taktik defensive self- presentation digunakan untuk
mempertahankan atau mengembalikan identitas yang kurang baik. Sedangkan assertive self-
presentation dimaksudkan untuk mengembangkan atau menciptakan identitas.

Adapun strategi defensive self-presentation mempunyai lima indikator taktik yaitu:

1. Excuse: bentuk penolakan tanggung jawab atas perilaku atau hasil negatif.
a. Alasan kinerja buruk
b. Menyangkal tanggungjawab
2. Justification: menyediakan banyak alasan atas perilaku negatif masyarakat sebagai
pembenaran tetapi tetap bertanggungjawab atas hal itu.
a. Menarik empati orang lain.
b. Pembenaran perilaku.
3. Disclaimer: menjelaskan masalah-masalah sebelum hal itu terjadi.
a. Penjelasan di awal.

5
b. Meminta persetujuan.
4. Self-handicapping: memperlihatkan kendala dalam proses kesuksesannya dengan
tujuan untuk mencegah pengamat membuat kesimpulan tentang kegagalannya.
a. Kontrol diri.
b. Menunjukan kendala.
5. Apology: pengakuan tanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan kepada oranglain
atau peristiwa negatif dengan mengungkapkan penyesalan.
a. Meminta maaf.
b. Rasa bersalah.

Adapun strategi assertive self-presentation mempunyai delapan indikator taktik yaitu:

1. Ingratiation: tingkah laku yang didesain untuk membangkitkan interpersonal dan


daya tarik sesuai dengan keinginan.
a. Terlihat menyenangkan.
b. Menarik simpati.
c. Keseragaman
2. Intimidation: mengancam orang lain ketika ia berpikir itu akan membantunya
mendapatkan apa yang diinginkannya dari orang lain.
a. Ancaman.
b. Berkuasa
3. Supplication: menampilkan dirinya sendiri sebagai orang lemah dan menampilkan
ketergantungan untuk meminta bantuan dari target orang yang dituju.
a. Meminta bantuan.
b. Merendahkan diri
4. Entitlement: ketika orang lain memberikan pujian untuk prestasi positifnya dengan
mengaku bahwa itu adalah tanggungjawabnya atas hasil atau peristiwa positif karena
hasil belas kasihan.
a. Berhutang budi
b. Diakui
c. Siap bertanggung jawab
5. Enhancement: membujuk orang lain bahwa hasil dari perilakunya lebih baik dari yang
mereka percayai
a. Melebih-lebihkan pencapaian.
b. Aktualisasi kinerja

6
6. Blasting: mengkomunikasikan evaluasi yang negatif dari orang lain atau kelompok
yang berkaitan denggannya.
a. Pernyataan negatif ke lawan,
b. Merendahkan lawan
7. Basking: mengaitkan diri mereka sendiri dengan orang lain atau kelompok yang
terlihat positif dari orang lain atau menegaskan nilai dari kelompok tertentu yang
sama dan terkait positif denggannya.
a. Mengaitkan diri.
b. Mempunyai kesamaan
8. Exemplification: perilaku yang menunjukan secara moral layak dan memiliki
integritas.
a. Panutan.
b. Berdedikasi.

3.4 TEORI KULTIVASI

A. Pengertian Teori Kultivasi

Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang mencoba
menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak
kekerasan. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner, mantan Dekan dari Fakultas
(Sekolah Tinggi) Komunikasi Annenberg Universitas Pennsylvania,yang juga pendiri
Cultural Environment Movement, berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton
televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika
Serikat.

Menurut Signorielli dan Mogan (1990), analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan
dari paradigma penelitian tentang efek media yang sebelumnya dilakukan oleh Gerbner,
yaitu cultural indicators, yang menyelidiki (1) proses institusional dalam produksi isi media,
(2) image (kesan) isi media, (3) hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan
dan perilaku khalayak.

Pada dasarnya teori kultivasi ini menyatakan bahwa para pecandu (penonton
berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu
sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka

7
lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang
mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.
Dalam hal ini, seperti Marshall McLuhan, Gerbner menyatakan bahwa televisi
merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern.
Kekuatan tersebut berasal dari kemampuan televisi melalui berbagai simbol untuk
memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan
sehari-hari.Televisi mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di
layar kaca dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas
yang tampil di media dipandang sebagai sebuah realitas objektif.
Kasus banyaknya tindakan criminal yang di lakukan oleh anak-anak muda di Anerika
Serikat pernah di teliti oleh polisi dan para ahli psikologi. Dari hasil riset tersebut di peroleh
data bahwa banyak tindakan kejahatan di timbulkan oleh ulah anak-anak yang pernah
menjadi pecandu filem kekerasan di usia kanak-kanaknya. Di bidang politik misalnya, teori
memiliki pengaruh yang besar bagi para penonton dengan menggambarkan dalam jiwa dan
sikap dan prilaku mereka bahwa partai politik yang banyak tampil di televise diasosiasikan
sebagai parpol besar dan berpengaruh, seklaipun dalam kampanye kameramen televisi
merekayasa dengan hanya meliput tempat-tempat kerumunan masa. Hal ini menunjukan
bahwa media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilih.
B. Asumsi Dasar

Teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa televisi bertangggung jawab dalam
membentuk atau mengkultivasi konsepsi atau cara pandang pemirsa televisi terhadap realitas
sosial. Efek massif televisi yang menerpa khalayak secara terus menerus secara bertahap
membentuk persepsi tentang realitas sosial bagi individu dan budaya secara keseluruhan.

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap-sikap serta nilai-nilai


yang telah tersaji dalam suatu budaya melalui komunikasi satu arah bukan komunikasi dua
arah. Media mengelola dan mempropaganda nilai-nilai tersebut diantara anggota sebuah
budaya, kemudian mengikatnya bersama-sama. Ia juga berpendapat bahwa televisi cenderung
untuk menanamkan perspektif politik. Media massa khususnya televisi memiliki karakteristik
media penyiaran yang khusus serta memudahkan televisi dalam menanamkan berbagai sikap
dan nilai budaya yaitu audiovisual.

8
Penelitian Cultural Indicators yang diprakarsai oleh Gerbner memiliki lima asumsi
dasar yang merupakan respon terhadap asumsi yang dirumuskan oleh kaum postpositivisme
di awal tahun 1970an. Kelima asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

a. Dikarenakan isi media televisi diproduksi secara masal dan berperan penting dalam
budaya Amerika, maka televisi dipandang memiliki pengaruh yang besar
dibandingkan dengan bentuk media massa lainnya.
b. Televisi tidak menyebabkan perilaku kekerasan, namun televisi berperan dalam
membentuk sikap dan kepercayaan tentang masyarakat dan orang lain.
c. Televisi menanamkan nilai-nilai serta sikap yang telah ada dalam budaya. Televisi
memberikan pelayanan untuk memperkuat status quo bukan untuk melawannya.
d. Menonton televisi selama lebih dari empat jam sehari dapat menyebabkan mean
world syndrome.
e. Televisi tidak merefleksikan realitas namun menciptakan realitas alternatif.

C. Proses dan Produk dalam Teori Kultivasi

Teori kultivasi menekankan pada sistem makro pengaruh televisi terhadap masyarakat
secara keseluruhan. Karenanya untuk menggambarkan pandangan mereka tentang televisi
sebagai sebuah media yang berpengaruh secara budaya, para peneliti kultivasi bersandar pada
4 (empat) tahapan proses, yaitu analisis sistem pesan, membentuk berbagai pertanyaan
tentang realitas sosial pemirsa, survei khalayak, dan membandingkan realitas sosial dari
pemirsa kelas ringan dengan pemirsa kelas berat.

a. Analisis sistem pesan

Dalam analisis kultivasi atau teori kultivasi, analisis sistem pean merupakan alat
untuk membuat sistematis, reliabel, dan kumulatif suatu pengamatan tentang isi pesan
televisi. Para peneliti kultivasi mengembangkan sebuah hipotesa tentang apa yang
akan orang pikirkan tentang berbagai aspek realitas jika semua yang diketahui
mengenai suatu isu atau fenomena merupakan hasil potret televisi.

b. Menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang realitas sosial pemirsa


Tahap kedua dalam proses teori kultivasi adalah menyusun berbagai pertanyaan
mengenai realitas sosial pemirsa.
c. Melakukan survei khalayak

9
Survei ini dilakukan kepada khalayak dengan tujuan untuk mengetahui atau
memahami kehidupan khalayak termasuk di dalamnya melakukan survei terhadap
tingkat konsumsi televisi oleh khalayak. Survei dilakukan dengan memberikan
pertanyaan yang disusun berdasarkan realitas sosial. Pertanyaan-pertanyaan ini
kemudian digunakan untuk mengevaluasi karakterstik spesifik dari partisipan.
Berbagai item yang diukur diantaranya adalah konsumsi televisi, hubungan antara
karakteristik kebiasaan menonton televisi dan kondisi sosial, ekonomi, dan pandangan
politik para partisipan.
d. Perbedaan kultivasi

Tahapan ini digambarkan sebagai jumlah persentase perbedaan tanggapan antara


pemirsa ringan dan pemirsa berat. Hal-hal yang diukur adalah jenis kelamin, usia,
pendidikan, dan karakteristik lainnya.

Hasil dari penelitian tersebut kemudian digambarkan oleh Michael Morgan dan
Nancy Signorielli. Mereka manyatakan bahwa berbagai pertanyaan yang disampaikan kepada
responden tidak secara khusus menyebut televisi, dan kepedulian responden terhadap sumber
informasi mereka terlihat tidak relevan. Hal ini menghasilkan hubungan antara jumlah
menonton dan kecenderungan untuk memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan dalam terminologi dominan dan fakta repetitif, nilai-nilai, dan ideologi
dunia televisi, mengurangi konstribusi televisi terhadap konsepsi realitas sosial pemirsa.

a. Mainstreaming dan Resonance

Dalam analisis kultivasi, televisi memberikan kontribusi terhadap penciptaan sebuah


kerangka kerja budaya atau pengetahuan dan meletakkan konsep-konsep umum. Kultivasi
terjadi dalam dua cara, yaitu mainstreaming dan resonance.

• Mainstreaming – terkait dengan pemirsa kelas berat, simbol-simbol televisi


memonopoli dan mendominasi sumber informasi lain dan ide tentang dunia.
• Resonance – pemirsa melihat berbagai hal melalui televisi yang hampir senada
dengan realitas mereka dalam keseharian.
b. The Mean World Index

Gerbner dkk mengembangkan the Mean World Index yang menemukan bahwa
terpaan jangka panjang televisi dimana kekerasan berlangsung mengakibatkan gambaran
dunia yang menakutkan. Pemirsa yang mengkonsumsi televisi pada tingkatan yang lebih

10
tinggi percaya bahwa perlindungan yang lebih baik oleh penegak hukum sangat diperlukan
dan dilaporkan bahwa kebanyakan orang tidak dapat dipercaya dan hanya memikirkan diri
mereka sendiri. The Mean World Index terdiri atas tiga penyataan, yaitu :

• Kebanyakan orang hanya melihat dirinya sendiri.


• Kita tidak bisa terlalu berhati-hati ketika berhubungan dengan orang lain.
• Kebanyakan orang akan mengambil keuntungan dari diri kita jika mereka
mendapatkan kesempatan.

D. Kelebihan dan Kekurangan (Teori Kultivasi)

Teori kultivasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu :

1. Kelebihan teori kultivasi


a. Mengkombinasikan teori-teori makro dan mikro.
b. Menyediakan penjelasan yang rinci tentang peran unik televisi.
c. Menerapkan studi empiris untuk asumsi humanistik yang dimiliki secara luas.
d. Mendefinisikan kembali efek sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar perubahan
perilaku yang dapat diamati.
e. Menerapkan beragam isu-isu secara lebih luas.
f. Menyediakan dasar-dasar bagi perubahan sosial.
2. Kekurangan teori kultivasi
a. Secara metodologi bermasalah.
b. Mengasumsikan homogenitas isi pesan televisi.
c. Menekankan pada pemirsa kelas berat televisi.
d. Sangat sulit diterapkan pada media selain televisi.

E. Manfaat dari mempelajari Teori Kultivasi

Dengan mempelajari teori kultivasi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

1. Memahami latar belakang sejarah yang mendasari lahirnya teori kultivasi sebagai
salah satu teori efek media massa.
2. Memahami asumsi-asumsi dasar dalam teori kultivasi.
3. Memahami proses dan produk dari analisis kultivasi atau teori kultivasi yang telah
dilakukan oleh para peneliti kultivasi. Memahami kelebihan serta kekurangan
teori kultivasi.

11
4. Memahami berbagai kritik yang disampaikan oleh para peneliti lainnya terhadap
teori kultivasi.

3.5 POLITICIAN CURRICULUM VITAE

A. Biodata Krisdayanti

Krisdayanti lahir pada tanggal 24 Maret 1975 di Batu, Jawa Timur dari pasangan
Trenggono dan Rachma Widadiningsih. Menurut ayahnya, nama Krisdayanti diambil dari
bahasa Jawa yaitu "kris" yang berarti pusaka dan daya yang berarti kekuatan, sehingga
Krisdayanti adalah pusaka yang punya kekuatan.

Penyanyi ini memiliki seorang kakak perempuan, yaitu Yuni Shara yang juga seorang
penyanyi. Selain itu, dirinya juga memiliki seorang adik perempuan berlainan bapak, yaitu
Kartika Sari.

B. Latar Belakang Keluarga Krisdayanti

Krisdayanti dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu. Kedua orang tuanya
bercerai saat dirinya masih berusia dua tahun. Darah seni yang melekat dalam diri
Krisdayanti didapatkan dari ayahnya yang merupakan seorang pelukis dan seniman
keroncong.

Bersama Yuni Shara, Krisdayanti sudah senang tampil bernyanyi dan menari sejak
kecil. Karena kelincahannya saat bernyanyi tersebut, orang-orang di kampungnya menyebut
Krisdayanti seperti boneka India. Sejak kecil, Krisdayanti juga sering menjuarai berbagai
lomba bernyanyi. Tidak heran jika setelah perjalanan panjangnya, dirinya menjadi seorang
Diva Indonesia.

12
C. Perjalanan Karier Politik Krisdayanti

Krisdayanti sempat hampir menjadi calon legislatif dari Partai Hati Nurani Rakyat
(Hanura) pada Pemilu 2014. Tetapi sekarang, Krisdayanti akhirnya resmi maju sebagai calon
anggota DPR RI pada Pemilu 2019 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Krisdayanti resmi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) setelah dilantik pada
tanggal 1 Oktober 2019 lalu. Dirinya mewakili daerah kelahirannya yaitu Daerah Pemilihan
(Dapil) Jawa Timur V yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu.

Berdasarkan hasil rekapitulasi pemilihan umum legislatif untuk DPR RI yang


dilakukan KPUD Jawa Timur pada 14 Mei 2019 lalu, Krisdayanti merupakan salah satu caleg
yang terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024, mewakili Daerah Pemilihan Jawa
Timur V, dengan mengumpulkan sebanyak 132.131 suara sah.

D. Kontroversi Krisdayanti

Krisdayanti memberikan pandangannya terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja yang


berujung aksi demo di sejumlah daerah. Krisdayanti yang duduk sebagai anggota Komisi IX
DPR menilai bahwa Omnibus Law UU Cipta Kerja diciptakan sebagai terobosan hukum baru
untuk masyarakat Indonesia.

Pernyataan Krisdayanti ini justru dianggap kontroversial oleh masyarakat yang


menolak UU Cipta Kerja. Hal ini kemudian membuat mantan suami Krisdayanti, Anang
Hermansyah ikut terseret. Nama Anang bahkan menduduki posisi trending topic Twitter pada
Jumat 9 Oktober 2020 lantaran dibicarakan oleh banyak warganet di media sosial. Selain itu,
Krisdayanti juga berkata bahwa Omnibus Law nantinya bisa memudahkan masyarakat di
berbagai bidang dan sektor dalam melakukan pekerjaan.

Menurutnya, tidak ada niatan dalam pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja untuk
memanjakan para pengusaha atau investor, seperti yang diresahkan oleh sebagian besar
masyarakat. Dari situ, banyak pihak yang tidak percaya dengan kata-kata Krisdayanti
tersebut. Sejumlah netizen menyebut bahwa Krisdayanti bisa saja berkhianat pada rakyat.
Dan mayoritas mengaitkan pernyataan Krisdayanti tersebut dengan masa lalu rumah
tangganya.

E. Prestasi

13
Krisdayanti merupakan salah satu yang menempati daftar "99 Wanita Paling
Berpengaruh di Indonesia" versi majalah Globe Asia edisi Oktober 2007. Dalam daftar
tersebut ia berada di posisi ke-31, yang merupakan peringkat tertinggi dari kalangan artis.
Krisdayanti didaulat sebagai salah satu dari "50 Penyanyi Indonesia Terbaik Sepanjang
Masa" oleh majalah Rolling Stone pada edisi Desember 2010.

3.6 CONTOH AKSI NYATA

Krisdayanti menunjukkan strategi terbesar yaitu ingratiation. Adapun strategi tersebut


dibagi menjadi tiga cara yaitu menyenangkan, menarik simpati dan keseragaman. Taktik
ingratiation didefinisikan sebagai tingkah laku yang didesain untuk membangkitkan
interpersonal dan daya tarik sesuai dengan keinginan (Lee., et al., 1999). Hal ini memang
didukung oleh pernyataan Ridwan Kamil sendiri di media konvensional tersebut. Dalam
berinteraksi di media sosial, ia menyampaikan pesan dengan cara menarik simpati serta
keseragaman. Postingan di media sosial nya banyak mengupload caption mengenai dunia
perpolitikan yang ia geluti dan tentunya meda sosial dapat juga berfungsi sama dengan
televisi yakni sebagai sarana membagikan informasi. Teori kultivasi berkaitan pada kegiatan
berkomunikasi yang dilakukan oleh Krisdayanti terutama pada setiap caption yang ia tulis di
postingannya. Dalam menarik simpati, ia banyak membagikan moment positif yang tentunya
tetap berkaitan dengan partai pendukungnya yakni PDI perjuangan.

Contohya pada salah satu postingan mengenai hari pendidikan nasional yang dalam
caption nya ia menuliskan kutipan kalimat dari Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum
PDI Perjuangan. “Tujuan pendidikan adalah mewujudkan bangsa yang cerdas tidak saja
secara intelektual tapi juga secara emosional dan spiritual.”

Hal ini menunjukan bahwa Krisdayanti di media sosial ingin menonjolkan strategi
ingratiation sekalipun admin (orang lain) yang membantu mengelola media sosialnya.
Penggunaan media sosial untuk kampanye politik tidak bisa dihindarkan. Tidak ada pula
yang salah terkait itu. Para politisi tentu juga sudah sadar bahwa media sosial sudah menjadi
arus utama informasi generasi milenial yang tentunya tak terlepas dari teori komunikasi yang
ada salah satunya yakni Teori Kultivasi.

Krisdayanti mempunyai tujuan politiknya namun terkadang krisdayanti selalu


memberikan kontroversial dalam politiknya seperti memberikan pandangannya terkait
Omnibus Law UU Cipta Kerja yang berujung aksi demo di sejumlah daerah. Krisdayanti

14
yang duduk sebagai anggota Komisi IX DPR menilai bahwa Omnibus Law UU Cipta Kerja
diciptakan sebagai terobosan hukum baru untuk masyarakat Indonesia. Pernyataan
Krisdayanti ini justru dianggap kontroversial oleh masyarakat yang menolak UU Cipta Kerja.

3.7 STRATEGI NGATIVE

Krisdayanti memberikan pandangannya terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja yang


berujung aksi demo di sejumlah daerah. Krisdayanti yang duduk sebagai anggota Komisi IX
DPR menilai bahwa Omnibus Law UU Cipta Kerja diciptakan sebagai terobosan hukum baru
untuk masyarakat Indonesia. Pernyataan Krisdayanti ini justru dianggap kontroversial oleh
masyarakat yang menolak UU Cipta Kerja. Hal ini kemudian membuat mantan suami
Krisdayanti, Anang Hermansyah ikut terseret.

Selain itu, Krisdayanti juga berkata bahwa Omnibus Law nantinya bisa memudahkan
masyarakat di berbagai bidang dan sektor dalam melakukan pekerjaan. Menurutnya, tidak
ada niatan dalam pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja untuk memanjakan para
pengusaha atau investor, seperti yang diresahkan oleh sebagian besar masyarakat. Dari situ,
banyak pihak yang tidak percaya dengan kata-kata Krisdayanti tersebut. Sejumlah netizen
menyebut bahwa Krisdayanti bisa saja berkhianat pada rakyat. Dan mayoritas mengaitkan
pernyataan Krisdayanti tersebut dengan masa lalu rumah tangganya

Hal yang dilakukan Krisdayanti tersebut tentunya menimbulkan pro dan kontra di
pandangan masyarakat yang mana disimpulkan bahwa Krisdayanti melakukan strategi
Justification yakni menyediakan banyak alasan atas perilaku negatif masyarakat sebagai
pembenaran tetapi tetap bertanggungjawab atas hal itu. Terkait pandangannya dalam
Omnibus Law UU Cipta Kerja ini menimbulkan spekulasi bahwa Krisdayanti ingin menarik
empati dari masyarakat namun terjadi perbedaan pendapat diantara keduanya sehingga
menimbulkan kegaduhan. Ditambah lagi riwayat hidup masa lalu nya mengenai
perselingkuhan sehingga masyarakat tidak percaya akannya. Maka dari itu dilakukannya
pembenaran nama olehnya dengan memperbaiki citra diri, namun tetap saja tidak sepenuhnya
timbul pengakuan positif di masyarakat karena kembali lagi pada Teori Kultivasi yang mana
berita-berita yang beredar baik di media sosial maupun televisi dapat menggiring opini
masyarakat itu sendiri.

15
3.8 HASIL PENELITIAN

Strategi dalam politik Krisdayanti ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu
menyenangkan, menarik simpati dan keseragaman. Taktik ingratiation ini merupakan taktik
atau cara utama yang krisdayanti lakukan untuk strategi politiknya. Strategi politik yang
dilakukan oleh Krisdayanti ini berbentuk kampanye (interaksi) dimedia online. Kampanye
online ini akan sangat berpengaruh atas sikap dan perilaku masyarakat yang melihatnya dan
kampanye online ini dapat dikaitkan dengan teori kultivasi yang menganggap bahwa media
massa ini akan berpengaruh terhadap penontonnya. Kampanye media online dipilih karena
tentunya sangat mudah diakses oleh masyarakat terlepas dari ruang dan waktu. Dan berbagai
macam pesan caption dilakukan untuk menarik simpati serta keseragaman, karena ia
beranggapan bahwa media sosial ini dapat juga berfungsi sama dengan televisi yakni sebagai
sarana membagikan informasi. Dalam menarik simpati, ia banyak membagikan moment
positif yang tentunya tetap berkaitan dengan partai pendukungnya yakni PDI perjuangan. Dan
ini merupakan strategi yang tepat untuk tampil dalam dunia perpolitikan agar banyak timbul
citra positif terhada dirinya. Karena ini merupakan bentuk presentasi dirinya sebagai politisi
perempuan Indonesia.

Selain mempunyai tujuan dan strategi dalam politiknya, krisdayanti juga terkadang
memberikan dampak kontroversial dalam politiknya, seperti memberikan pandangannya
terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja yang berujung aksi demo di sejumlah daerah.
Menurutnya Omnibus Law ini nantinya bisa memudahkan masyarakat di berbagai bidang dan
sektor dalam melakukan pekerjaan. Dan hal yang dilakukan Krisdayanti ini tentunya
langsung menimbulkan pro dan kontra di pandangan masyarakat yang mana disimpulkan
oleh banyaknya masyarakat bahwa Krisdayanti ini melakukan strategi Justification yakni
menyediakan banyak alasan atas perilaku negatif masyarakat sebagai pembenaran tetapi tetap
bertanggungjawab atas hal itu.

Terkait pandangannya terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja ini menimbulkan


spekulasi bahwa Krisdayanti ingin menarik empati dari masyarakat namun terjadi perbedaan
pendapat diantara keduanya sehingga menimbulkan kegaduhan. Ditambah lagi riwayat hidup
masa lalu nya mengenai perselingkuhan sehingga masyarakat tidak percaya akannya. Maka
dari itu dilakukannya pembenaran nama olehnya dengan memperbaiki citra diri, namun tetap
saja tidak sepenuhnya timbul pengakuan positif di masyarakat karena kembali lagi pada Teori

16
Kultivasi yang mana berita-berita yang beredar baik di media sosial maupun televisi dapat
menggiring opini masyarakat itu sendiri.

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Teori kultivasi dalam teori komunikasi ini merupakan sarana yang seringkali
digunakan karena sifatnya dapat menyampaikan pesan kepada orang yang jumlahnya relatif
besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, melembaga, memiliki perhatian yang berpusat
pada isi pesan yang sama, dengan tidak memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.
Teori Kultivasi ini muncul untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek media massa
lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang
individual. Dan teori kultivasi ini dikaitkan dengan artis bernama Krisdayanti yang sempat
menjabat sebagai politisi perempuan Indonesia yang mempunyai banyak strategi dalam
politiknya. Taktik ingratiation ini merupakan taktik atau cara utama yang krisdayanti lakukan
untuk strategi politiknya, akan tetapi selain mempunyai tujuan dan strategi dalam politiknya,
krisdayanti juga terkadang memberikan dampak kontroversial dalam politiknya, strategi
Justification yakni menyediakan banyak alasan atas perilaku negatif masyarakat sebagai
pembenaran tetapi tetap bertanggungjawab atas hal itu. seperti memberikan pandangannya
terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja yang berujung aksi demo di sejumlah daerah. Banyak
masyarakat yang Pro-Kontra atas kasus ini yang mengakibatkan kasus ini pun dikaitkan oleh
masyarakat terhadap riwayat hidup masa lalu seorang Krisdayanti ini mengenai
perselingkuhan sehingga masyarakat tidak percaya akannya lagi. Maka dari itu dilakukannya
pembenaran nama olehnya dengan memperbaiki citra diri, namun tetap saja tidak sepenuhnya
timbul pengakuan positif di masyarakat karena kembali lagi pada Teori Kultivasi yang mana
berita-berita yang beredar baik di media sosial maupun televisi dapat menggiring opini
masyarakat itu sendiri.

4.2 SARAN

Demikian makalah yang telah kami selesaikan yang membahas mengenai Teori
Kultivasi. Kami sadar bahwa kami masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya kami akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan laporan makalah dengan sumber-sumber yang lebih

17
banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Makalah inipun tak luput dari
kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik,
saran maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.suara.com/news/2020/10/10/120253/profil-krisdayanti-penyanyi-yang-jadi-
anggota-dpr?page=all

https://pakarkomunikasi.com/teori-kultivasi

https://adm.fisip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2019/10/BAHAN-AJAR-Kom.Politik-
1.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai