Anda di halaman 1dari 20

Makalah untuk Tugas Mata Kuliah Analisis Wacana

ANALISIS WACANA KRITIS


MODEL TEUN A. VAN DJIK

Dosen Pengampu:
Dr. Syairal Fahmy Dalimunthe, M.Ikom.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

Rosa Ramayani Purba NIM2181111006


Gita Wulandari Br Bangun NIM2182111003
Chici Al Wafiq NIM2183111028
Yasmin Salsabila Siagian NIM2183111051
Dimas Dwi Prayuda NIM2183111058
Mei Yetti Br Purba NIM2183311005
Laila Maharani Sipahutar NIM2183311024

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya makalah Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Djik mata kuliah Analisis Wacana
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Syairal Fahmy Dalimunthe, M.Ikom., dosen mata kuliah Analisis Wacana di
jurusan Bahasa dan sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Medan, atas
kesempatan yang telah diberikan kepada kami untuk mengerjakan tugas kelompok ini. Kami
ucapan pula terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan doa dan dorongan, serta
kepada teman dan sahabat yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas rutin ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tidak terlepas dari kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar kami bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Medan, 15 Desember 2020

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Wacana dan Analisis Wacana.......................................................... 3


2.2 Teori Teun A. Van Djik................................................................................. 6
2.3 Contoh Analisis Wacana ............................................................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia
pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena manusia
diciptakan sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, atau saling bergantung satu
sama lain. maka dari itu komunikasi diperlukan agar manusia bisa bergantung satu sama
lainnya Komunikasi merupakan faktor yang fundamental bagi kehidupan manusia. Seperti
halnya nafas dalam hidup manusia, komunikasi juga sebagai kebutuhan mempertahankan
hidup dan kebutuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manusia tidak dapat hidup
sendirian, secara kodrati manusia harus hidup bersama manusia yang lain. Dengan
komunikasi manusia bisa hidup bermasyarakat. Seseorang yang memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik cenderung lebih berhasil di dalam hidupnya
Media massa sesuai perannya berfungsi sebagai pemberi informasi, pemberi identitas
pribadi, sarana integrasi dan interaksi sosial, serta sebagai sarana hiburan. Seiring dengan
perkembangannya, media cetak yang merupakan bagian dari media massa kini telah
menjelma menjadi alat propaganda paling efektif. Melalui berita yang dikemasnya, media
cetak berperan dalam mengubah pola pikir masyarakat. Masyarakat dengan mudah
dipengaruhi oleh arah opini yang telah digiring media cetak untuk menjalin relasi antara
wacana dan kekuasaan. Analisis wacana kritis diartikan bahwa tidak ada media massa yang
sepenuhnya netral. Media bukanlah suatu aturan yang bebas, ia juga subyek yang
mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihaknya.1 Media dimiliki
oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan.
Hal tersebut diatas dapat dipahami karena disetiap proses produksi, distribusi, dan konsumsi
informasi terdapat kepentingan lain yang harus dipenuhi oleh media massa. Alasan tersebut
menjadikan pembuatnya tidak bisa netral atau objektif. Dengan kata lain media massa
sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan,
konflik, dan fakta yang kompleks serta beragam.
Analisis Wacana Kritis (AWK) membantu memahami bahasa dalam penggunaannya.
Bahasa bukan hanya sekadar menjadi alat komunikasi, namun juga digunakan sebagai alat
dalam menerapkan strategi kekuasaan. Kemampuan memahami fungsi bahasa dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi dan strategi awacana. Berbagai cara mendeskripsikan
realitas/ muatan dalam bahasa yang menyiratkan adanya kepentingan, maksud dan tujuan
3
tertentu, membutuhkan ketajaman dalam penafsiran. Menurut Van Djik (1996) AWK yang
menitikberatkan kekuatan dan ketidak setaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab
itu, AWK digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah
politik, ras, gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada
prinsip analisis wacana kritis yakni: tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi.
Menurut Budiwati (2011) Kesadaran berbahasa (Language Awareness) merupakan sikap dan
kemampuan yang mestinya dimiliki oleh para pengguna bahasa untuk ikut berperan aktif dan
kritis dalam penggunaannya seharihari. Menurut Maghvira (2017) Bahasa sebagai alat
komunikasi yang dipakai media, mampu mempengaruhi bahkan sampai ke cara melafalkan
(pronoun), tata bahasa (grammar), susunan kalimat (syntax), perluasan perbendaharaan kata,
dan akhirnya mengubah dan mengembangkan percakapan (speech), bahasa (language) dan
makna (meaning). Dengan begitu, penggunaan bahasa tertentu berimplikasi terhadap
kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan
bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya

B. Tujuan
Pada dasarnya tujuan dari pembuatan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa yang harus menyelesaikan salah satu tugas
dari dosen pembimbing kami dalam mata kuliah analisis wacana . Adapun tujuan umum
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari tentang analisis wacana
kritis teori van Dijk. selain itu juga kami tujukan untuk semua yang membutuhkan informasi
atau pengetahuan yang kami angkat dalam tema makalah ini.

C. Manfaat
1. Memberi sumbangan pikiran pada bidang ilmu bahasa, terutama dalam bidang
analisis wacana kritis teori van Dijk.
2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang wacana

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Wacana dan Analisis Wacana


Wacana merupakan satuan bahasa berdasarkan kata yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu merupakan deretan kata atau ujaran.
Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional.
Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana
dapat dlihat sebagai hasil dari pengungkapan idea/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang
mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu
kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan.
Bagaimana Terbentuknya Wacana. Penggunaan bahasa berupa rangkaian kalimat atau
rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kata atau ujaran). Wacana yang berupa
rangkaian kata atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip
keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent). Wacana dikatakan utuh apabila kata-kata dalam
wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan
padu apabila kata-katanya disusun secara teratur dan sistematik sehingga menunjukkan
kebenaran ide yang diungkapkan. Analisis wacana di dalam ilmu komunikasi bersumber dari
pemikiran Marxis Kritis. (Stephen W. Littlejohn, 2002; Stanley J. Baran and Denis K. Davis,
2000). Ada tiga aliran pemikiran yang termasuk ke dalam kategori ini, iaitu: (1). Aliran
Frankfurt (Frankfurt School); (2). Pengajian Budaya (Cultural Studies); (3). Pengajian Wanita
(Feminist Study). (Stephen W. Littlejohn, 2002).
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu
dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besardari berbagai definisi, titik
singgungnya adalah analisis wacanaa berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian
bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana? Disini ada beberapa perbedaan
pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam suatu tulisannya telah membahas dengan baik
perbedaan paradigma analisis wacanaa dalam melihat bahasa ini yang akan diringkas sebagai
berikut.Paling tidak ada tiga pandangan mengeneai bahasa dalam analisis wacanaa.
Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivme-empiris. Oleh kaum ini , bahasa dilihat
sebagai jembatan antara manusia dengan objek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman
5
manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada
kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan memakaipenyataan-pernyataan yang logis,
sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris.
Salah satu cirri daripemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas.
Dalam kaitannya dengan analisis wacanaa, konsekuensi logis dari pemahaman ini orangtidak
perlu mengetahui makna-makna subjektif ataunilaiyangmendasari pernyataannya, sebab yang
penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan
semantik. Oleh karena itu tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari
aliranpositivme-empiris tentang wacanaa. Analisis wacanaa dimaksudkan untuk
menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacanaa lantas diukur
dengan pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran (menurut sintaksis dan
semantik). Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme.
Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak
pandangan empirisme/positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam
pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami
realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan.
Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacanaa
serta hubungan-hubungan sosialnya. Dalam hal ini, seperti dikatakan A.S. Hikam, subjek
memiliki kemampuan-kemampuan melakukan control terhadap maksud-maksud tertentu
dalam setiap wacanaa. Bahasa dipahami dalam paradigm ini diatur dan dihidupkan oleh
pernyatan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan
penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang
pembicara. Oleh karena itu, analisis wacanaa dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk
membonhgkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacanaa adalah suatu upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.
Pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan memnempatkan diri pada posisi sang
pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Pandangan ini ingin mengoreksi
pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi
makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Seperti ditulis A.S. Hikam,
pandangan konstruktivisme masih belummenganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan
yang inheren dalam setiap wacanaa, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-
jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya. Hal inilah yang melahirkan paradigm
kritis. Analisis wacanaa tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa
6
atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktivisme. Analisis wacanaa dalam
paradigm ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan
reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan
secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. bahasa disini tidak difahami sebagai medium
netral yang terletak diluar diri si pembicara.
Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam
membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi didalamnya. Oleh
karena itu, analisis wacanaa dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses
bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacanaa, perspektif yang merti
dipakai, topic apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacanaa melihat
bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan
berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. karena memakai perpektif
kritis, analisis wacanaa kategori ketiga itu juga disebut sebagai analisis wacanaa kritis
(Critical Discourse Analysis/CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis wacanaa dalam
kategori yang pertama atau kedua (Discourse Analysis). Analisis wacana muncul sebagai
suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara
sempurna. Dalam hal ini para pakar analisis wacana mencoba untuk memberikan alternative
dalam memahami hakikat bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu,
dalam arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistik, semua unsure bahasa terikat pada
konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk memahamihakikat
bahsa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa.
Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan
bahasa yang nyata dalam komunikasi. Stubbs (1983:1) mengatakan bahwa analisis wacana
merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara
alamiah, baik lisan maupun tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari.
Selanjutnya stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankankajiannya pada
penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antar
penutur. Jadi jelasnya analisis wacan bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah.
Yang dimaksud dengan keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keberterimaan
penggunaan bahasa di masyarakatsecara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah
bahasa seperti dalam tata bahasa. Kartomiharjo (1999:21) mengungkap bahwa analisis
wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit
bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk
7
menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna
yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam wacana tulis.

2.2 Teori Teun A. Van Djik


Dari begitu banyak model analisis wacana yang diintoduksikan dan dikembangkan
oleh beberapa ahli, model van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini
mungkin disebabkan karena van Dijk menformulasikan elemen-elemen wacana, sehingga
bisa dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai
“kognisi sosial” (Eriyanto 2001:221). Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup
hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik
produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi.
Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Teks
dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana. Di sini ada dua bagian, yaitu
teks yang mikro yang merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen
besar berupa struktur sosial. van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen
besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah
dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu
sisi ia menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/ media, di sisi
lain ia menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi
wartawan dan akhirnya digunakan untuk membuat teks berita (Eriyanto 2001:222).
Dalam buku Eriyanto, Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan
kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran dan
kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van Dijk
digambarkan mempunyai tiga dimensi/ bangunan : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu
kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang pertama, yang diteliti adalah bagaimana struktur
teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari
wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam
masyarakat akan suatu masalah. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan
dilakukan secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk (Eriyanto 2001:225).
a. Teks
Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini
merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik
8
atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan
struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka atau skema suatu teks, bagaimana
bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga,struktur mikro adalah makna
wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, parafrase dan
lain-lain.
Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu
kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu
teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan baru kemudian pilihan kata dan kalimat yang
dipakai. Kita bisa membuat pemberitaan tentang demonstrasi mahasiswa terhadap isu
kenaikan BBM. Misalnya, Koran A mengatakan bahwa aksi ini terjadi karena kekecewaan
mahasiswa dan masyarakat terhadap kenaikan harga BBM semata tanpa ada motif atau
tuntutan yang lain.
Tema ini akan didukung dengan skematik tertentu. Misalnya dengan menyusun cerita
yang mendukung gagasan tersebut. Media tersebut juga akan menutupi fakta tertentu dan
hanya akan menjelaskan peristiwa itu semata pada masalah BBM. Pada tingkat yang lebih
rendah, akan dijumpai pemakaian kata-kata yang menunjuk dan memperkuat pesan bahwa
demonstrasi tersebut semata kasus kenaikan harga. Semua teks dipandang van Dijk
mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai sebuah piramida. Makna global dari suatu
teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan atau tema pada
level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Pemakaian kata,
kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian dari strategi
wartawan.
Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata dipandang sebagai
cara berkomunikasi melainkan sebagai politik berkomunikasi, suatu cara untuk
mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan
menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat
proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Berikut
ini akan dijelaskan satu per satu elemen dalam teks. Kalau digambarkan maka struktur teks
adalah sebagai berikut:

Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati
Dari topic/tema yang diangkat oleh suatu teks

9
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan,
Isi, penutup, dan kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
Dari pilihan kata, kalimat dan gaya
yang dipakai oleh suatu teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-
masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Yaitu struktur
makro, super struktur dan struktur mikro.
1. Struktur Makro (Tematik). Elemen tematik merupakan makna global (global
meaning) dari satu wacana. Tema merupakan gambaran umum mengenai pendapat atau
gagasan yang disampaikan seseorang atau wartawan. Tema menunjukkan konsep
dominan, sentral, dan hal yang utama dari isi suatu berita.

2. Superstruktur (Skematik/ Alur):Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau


alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-
bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan arti.
Sebuah berita terdiri dari dua skema besar. Pertama summary yang ditandai dengan
judul dan lead. Kemudian kedua adalah story yakni isi berita secara keseluruhan.

3. Struktur Mikro. Struktur ini terdiri atas:


a) Analisis Semantik, Tinjauan semantik suatu berita atau laporan akan meliputi latar,
detail, ilustrasi, maksud dan pengandaian yang ada dalam wacana itu.

Latar: Latar merupakan elemen wacana yang dapat mempengaruhi (arti kata)
yang ingin disampaikan. Seorang wartawan ketika menyampaikan pendapat
biasanya mengemukakan latar belakang atas pendapatnya. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana khalayak hendak dibawa.
1) Detail: Elemen ini berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan
oleh seorang wartawan. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya akan
membuang atau menampilkan dengan jumlah sedikit infomasi yang dapat

10
merugikan citra dan kedudukannya.
2) Maksud:elemen ini melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau
tidak. Apakah fakta disajikan secara telanjang, gamblang atau tidak. Itulah
masuk kategori elemen maksud dalam wacana.
3) Pra anggapan: strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima
khalayak. Elemen ini pada dasarnya digunakan untuk memberi basis rasioal,
sehingga teks yang disajikan komunikator tampak benar dan meyakinkan.
Praanggapan hadir untuk memberi pernyataan yang dipandang terpercaya dan
tidak perlu lagi dipertanyakan kebenarannya karena hadirnya pernyatan
tersebut.

b) Analisis Kalimat (Sintaksis). Adapun strategi wacana dalam level sintaksis adalah
sebagai berikut:
1) Koherensi: adalah jalinan atau pertalian antar kata, proposisi atau kalimat. Dua
buah kalimat atau proposisi yang mengambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan dengan memakai koherensi. Sehingga dua fakta tersebut dapat
menjadi berhubungan.
a. Koherensi sebab akibat. Koherensi sebab akibat dengan mudah dapat kita
lihat dari pemakaian kata penghubung yang dipakai untuk menggambarkan
dan menjelaskan hubungan, atau memisahkan suatu proposisi dihubungkan
dengan bagaimana seeorang memaknai sesuatu yang ingin ditampilkan pada
khalayak pembaca.
b. Koherensi Penjelas. Koherensi penjelas ditandai dengan pemakaian anak
kalimat sebagai penjelas. Bila ada dua proposisi, proposisi kedua adalah
penjelas atau keterangan dari proposisi pertama.
c. Koherensi pembeda. ini berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua
peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua peristiwa dapat dibuat
seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan (contrast). Kata
sambung yang biasa dipakai untuk membedakan dua proposisi ini adalah
”dibandingkan’, dibanding, ketimbang.
2) Pengingkaran: Bentuk praktek wacana yang menggambarkan bagaimana
wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit.
Pengingkaran menunjukkan seolah-olah wartawan menyetujui sesuatu tapi
hakikatnya tidak menyetujuinya.
11
3) Bentuk kalimat: Berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip
kausalitas. Logika kausalitas ini kalauditerjemahkan ke dalam bahasa menjadi
susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam
kalimat yang berstruktur aktif seseorang menjadi subjek dari pernyataannya,
sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.

4) Kata ganti: alat untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan komunitas


imajinatif. Kata ganti merupakan elemen yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.

c) Analisis Leksikon (Kosakata)


Dimensi leksikon melihat makna dari kata. Unit pengamatan dari leksikon
adalah pilihan kata-kata yang dipakai oleh wartawan dalam merangkai berita atau
laporan kepada khalayak. Kata-kata yang dipilih merupakan sikap pada ideologi
dan sikap tertentu. Peristiwa dimaknai dan dilabeli dengan kata-kata tertentu sesuai
dengan kepentingannya.

d) Stailistik (Retoris).
1) Gaya Penulisan: deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi.
2) Grafis: pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf
yang dibuat ukuran lebih besar, termasuk pula, caption, raster, grafik, gambar
atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.
(a) Struktur Makro (Tematik) : Penggambaran atas suatu hal yang sedikit tabuh,
yaitu siswa yang mempunyai prestasi bisa melakukan hal yang dilarang oleh
hukum yaitu pembunuhan.
(b) Superstruktur (Skematik /Alur)
- Siswa Berprestasi Jadi Pembunuh: Tidak seharusnya siswa yang
mempunyai prestasi melakukan perbuatan yang terlarang.

12
2.3 Contoh Analisis Wacana
Jakarta, kompas - SP (16), siswa kelas II IPA SMA Galatia III, Cengkareng, Jakarta Barat, yang
menganiaya Hendrik (kawan dekatnya di kelas) dan membunuh Jong Ket Jung (ayah Hendrik),
ternyata termasuk anak berprestasi. Tahun ini SP juga sempat dicalonkan sebagai ketua OSIS.

Guru Fisika SMA Galatia III, Pieter Karnoma Tutopoli (36), dan guru Matematika, Iwarasan (29),
termasuk yang mengagumi prestasi SP.

”Tahun ini SP bahkan dicalonkan sebagai ketua OSIS ,tapi kalah tipis. Dia jago melukis, dansa, serta
memberi les beberapa anak SD,” tutur Pieter, Jumat (9/11).

Meski demikian, lanjut Pieter, tiga bulan terakhir SP tampak tertekan. Saat mengikuti latihan dasar
kepemimpinan dia tiba-tiba menari-nari di tengah hujan.

”Tiga bulan terakhir, SP juga mengoleksi pisau. Entah apa tujuannya,” kata Iwarasan.

Menurut Pieter dan Iwarasan, pribadi SP memang cenderung tertutup dan temperamental.

SP tinggal bersama ibunya yang mengalami gangguan jiwa setelah bercerai dengan ayahnya.
Mereka tinggal di apartemen sederhana di Cengkareng, Jakbar.

”Salah satu pertimbangan Hendrik berkawan dekat dengan dia (SP) karena ingin membantu agar
hidupnya lebih ringan,” ucap Vina (22), kakak Hendrik.

Hasil pemeriksaan sementara polisi, awalnya SP berencana merampok Hendrik untuk menebus
STNK sepeda motornya yang disita karena menabrak orang hingga luka parah.
13
Semula, SP hendak melancarkan aksinya dengan menyetrum leher Hendrik di rumahnya, di
Perumahan Citra 2 Extention Blok BF 1/42, Pegadungan, Kalideres, Jakbar, Rabu (7/11). Namun,
rencana itu tidak mulus karena Hendrik tidak segera pingsan dan ketahuan ayah Hendrik, Jong Ket
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder. sumber data primer berupa berita
Kriminalitas “Siswa Berprestasi Jadi pembunuh” (KOMPAS, Sabtu 10 Nopember 2012)
sedangkan untuk sumber data sekunder kami mencoba menggali pada artikel- artikel di
internet terkait dengan berita tersebut. Berdasarkan teori Van Dijk dalam menganalisis
sebuah wacana perlu diperhatikan jugaStailistik (Retoris) atau gaya bahasa yang meliputi
gaya penulisan dan grafis.
1) Gaya Penulisan: deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi dari sebuah
judul. Dalam berita ini ialah kalimat ” Siswa Berprestasi Jadi Pembunuh”.
2) Grafis: pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat
ukuran lebih besar ialah judul dari sebuah berita.
3) Struktur Makro (Tematik): Penggambaran atas suatu hal yang sedikit tabuh, yaitu siswa
yang mempunyai prestasi bisa melakukan hal yang dilarang oleh hukum yaitu
pembunuhan.
4) Superstruktur (Skematik /Alur)
- Siswa Berprestasi Jadi Pembunuh: Tidak seharusnya siswa yang mempunyai
prestasi melakukan perbuatan yang terlarang.
Alur wacana pada berita yang dimaksud ialah sebagai berikut:
- JAKARTA, KOMPAS
- SP (16), siswa kelas II IPA SMA Galatia III, Cengkareng, Jakarta Barat, yang
menganiaya Hendrik (kawan dekatnya di kelas) dan membunuh Jong Ket Jung
(ayah Hendrik), ternyata termasuk anak berprestasi. Tahun ini SP juga sempat
dicalonkan sebagai ketua OSIS.
- Ungkapan kata berprestasi tersebut dinyatakan oleh beberapa guru di sekolah

14
tempat ia belajar, yaitu Galatia dan Pieter. Mereka berdua mengungkapkan bahwa
SP merupakan siswa yang berprestasi, pandai dalam dunia seni melukis, dan juga
dibuktikan dengan ia pernah menjadi kandidat ketua OSIS.
- Dari kedua guru tersebut juga diceritakan bahwa 3 bulan terakhir sebelum kasus ini
terungkap, SP cenderung bersifat aneh dan tertekan, hal tersebut diketahuinya
ketika SP mengikuti latihan kepemimpinan dasar di sekolahnya, walaupun
sebenarnya dia memang mempunyai kepribadianyang tertutup.
- Dalam berita tersebut juga diinformasikan bahwa SP tinggal di wilayah yang tidak
jauh dengan sekolahnya hanya dengan ibunya yang juga sedang mengalami
gangguan kejiwaan akibat bercerai dengan ayah SP.
- Sedangkan alasan SP berteman Hendrik ialah karena Hendrik mengaku ingin
membantu perekonomian dan kehidupan sosialnya SP.
- Setelah diperiksa oleh pihak yang berwajib, kasus ini terdeteksi dan disebabkan
oleh kasus perampokan STNK motor yang dilakukan SP terhadap Hendrik guna
untuk menebus motornya yang disita polres akibat menabrak orang hingga luka
paerah. Namun aksi itu tidak berhasil disebabkan setrum yang dijadikan senjata SP
tidak berhasil membuat Hendrik pingsan, dan diketahui oleh ayah Hendrik (Jong
Ket) kemudian dilampiaskanya dengan membunuh Jong Ket tersebut.

5) Struktur Mikro :
a) Analisis Semantik
Latar : Guru Fisika SMA Galatia III, Pieter Karnoma Tutopoli (36), dan guru
Matematika, Iwarasan (29), termasuk yang mengagumi prestasi SP.
Detail : “Tahun ini SP bahkan dicalonkan sebagai ketua OSIS, tapi kalah tipis. Dia
jago melukisi, dansa, serta member les beberapa anak SD”, tututr Pieter, Jumat
(9/11).
Maksud: ekspilisit

Kelakuan SP yang terkategorikan siswa berprestasi ternyata mengundang


banyak kekecewaan, diantaranya ialah guru disekolahnya. Karena hal tersebut dirasa
kurang sesuai dengan predikat yang ia sandang selama ini. Layaknya hal positif
berdampingan dengan sisi negatif.
Kompas memaparkan bahwa beberapa bukti nyata terkait (SP) merupakan
siswa berprestasi, namun juga diceritakan dengan jelas gambaran perlakuan abnorma
yang dilakukan kepada Jong Ket dan Hendrik.

15
Penulis menilai bahwa Kompas ingin mengutarakan dua sisi yang sangat
berlawanan tersebut terjadi pada satu orang yang sama. Hal itu ditandai dengan
pemaparan yang begitu gamblang dan jelas atas keterangan- keterangan dari dua sisi
sekaligus. Serta judul yang digunakan pun mempunyai dua makna sekaligus, yaitu
SP yang berbudi pekerti baik dan SP yang tidak mempunyai moral yang baik
b) Analisis Kalimat (Sintaksis)
(1) Koherensi sebab Akibat:
Hasil pemeriksaan sementara dari polisi, awalnya SP berencana merampok
Hendrik untuk menebus STNK sepeda motornya yang disita karena menabrak
orang hingga luka parah.
Bentuk kalimat: “SP berencana merampok Hendrik” Pada kalimat ini, kompas
menonjolkan sosok SP sebagai pelaku utama dengan menempatkan nama
tersebut di awal kalimat. Pemunculan pelaku utama juga terdapat pada beberapa
kalimat dibawah ini:
- “untuk menebus STNK sepeda motornya”
- “disita karena menabrak orang hingga luka parah.”
Semuanya berartikan bahwa SP lah yang banyak tingkah dan menjadi pelaku
utama
c) Analisis Leksikon (Makna Kata)
(1) “Semula, SP hendak melancarkan aksinya dengan menyetrum leher Hendrik di
rumahnya.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh
SP bukan hal yang biasa, melainkan sebuah aksi kriminalitas yang mempunyai
makna tabuh.
(2) ”Menurut Pieter dan Iwarasan, pribadi SP memang cenderung tertutup dan
temperamental.”Kalimat tersebut menunjukkan arti bahwa SP mempunyai sifat
ketidakpedulian terhadapkerapian atau suatukeanehanjiwa dan mental.Apabila
ditinjau secara umum didapati analisis bahwa Gaya Penulisan berita bersifat
Deskriptif, dan dari sisi Grafis, penempatan berita pada n ke-4 menandakan
bahwa berita ini dianggap sebagai berita kelas tengah atau berita yang sudah
biasa diedarkan oleh koran Kompas. Selain itu, karena berita mengenai hal ini
(kriminalitas) diterbitkan hampir setiap hari.

16
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari begitu banyak model analisis wacana yang diintoduksikan dan dikembangkan oleh
beberapa ahli, model van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin
disebabkan karena van Dijk menformulasikan elemen-elemen wacana, sehingga bisa dipakai
secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”
(Eriyanto 2001:221). Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan
pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga
diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi. Proses produksi itu
melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Teks dibentuk dalam suatu
praktik diskursus, suatu praktik wacana. Di sini ada dua bagian, yaitu teks yang mikro yang
merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar berupa struktur
sosial. van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur
sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan
kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan
bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/ media, di sisi lain ia

17
menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan dan
akhirnya digunakan untuk membuat teks berita (Eriyanto 2001:222).

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk.1994.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Eryanto. 2006. Analisis Wacana.Yogyakarta: Ikis Pelangi Aksara

Haryatmoko. 2016. Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

Putu Dewi Eka Yanti , Ida Bagus Putrayasa , I Wayan Artik.Wacana Kritis Teun A. Van Dijk
Pada Teks Pidato Klaim Kemenangan Pilpres 2019, volume 3, (2019): diakses tanggal 16
desember 2020

Wahda, Hera. 2018. Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk pada Pemberitaan
Suarat Kabar Republika. _Jurnal Literasi_ : Vol.2 No.1 (diakses pada 15 Desember 2020)

18
19

Anda mungkin juga menyukai