Anda di halaman 1dari 2

Alih Wahana

Linda Hutcheon dalam bukunya tentang teori alih wahana mendeskripsikan adaptasi
atau alih wahana sebagai pengulangan tetapi tanpa replikasi atau penduplikatan. Maksudnya
adalah dalam proses adaptasi, terdapat pengulangan dalam hal inti cerita, karakter, juga tema
tetapi tanpa mereplikasi cerita aslinya. Dalam proses ini terdapat sesuatu hal yang baru dan
bisa jadi berbeda dari cerita aslinya. Alih wahana adalah sastra, seni, film ataupun media lain
yang merepresentasikan karya lainnya. Atau secara sederhana alih wahana dapat dipahami
sebagai perubahan dari satu jenis karya atau kesenian ke jenis karya atau kesenian lain.
Misalnya perubahan dari novel menjadi film, komik menjadi drama, puisi menjadi lagu, dan
lain sebagainya.
Pendekatan yang digunakan dalam alih wahana yang paling umum digunakan adalah
fidelity criticism yang mana berfokus pada bagaimana alih wahana ini mereplikasi karya
aslinya. Namun Hutcheon memiliki pandangan yang berbeda dalam mengevaluasi alih
wahana ini. Di mana Hutcheon berpendapat bahwa alih wahana tidak hanya tentang
mengkopi atau meniru sebuah karya tetapi juga tentang proses pembuatan adaptasi milik
sendiri. Umumnya sebuah proses adaptasi atau alih wahana dikatakan tidak berhasil karena
tidak mereplikasi karya aslinya tetapi menurutnya, alih wahana adalah tentang bagaimana
kreator membuat sebuah karya adaptasi yang merepresentasikan sebuah karya aslinya tetapi
dengan hal hal baru dan menarik dengan tetap memperhatikan karya aslinya.
Sering juga kita dengar munculnya istilah ekranisasi ketika sedang membicarakan
tentang proses adaptasi atau alih wahana. Adapun ekranisasi adalah salah satu bentuk dari
alih wahana. Ekranisasi adalah pengubahan novel ke film ataupun dari film ke novel.
Ekranisasi merupakan kegiatan mengubah kata-kata menjadi gambar-gambar yang bergerak
berkelanjutan dan mengubah imaji linguistik menjadi imaji visual. Selain itu Eneste
memperkuat definisi ekranisasi yakni pelayarputihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah
novel ke film (ecran dalam bahasa Prancis berarti layar).
Ekranisasi muncul dikarenakan mulai keringnya ide dalam penulisan script yang
banyaik mengakibatkan munculnya gejala plagiasi film. Gejala plagiasi film terlihat dengan
munculnya film bertema sama dalam waktu yang bersamaan. Hal ini secara umum terjadi
karena produser hanya mengejar motif ekonomi dengan mengikuti pasar yang mana film
dengan tema yang sedang booming kemudian dibuat secara bersamaan tanpa
mempertimbangkan tema lain yang lebih potensial.
Kekeringan ide inilah yang kemudian mendorong script writer mencari ide dari karya
lain misalnya buku atau novel dan akhirnya lahirlah ekranisasi. Ekranisasi sendiri mulai
berkembang di Indonesia pada tahun 1984 hingga saat ini. Dalam proses ekranisasi, hal yang
terpenting adalah untuk tidak menghilangkan alur utama dari karya asli yang diadaptasi,
tetapi untuk aspek lain dimungkinkan untuk terjadi adanya penambahan atau pengurangan
yang menyebabkan munculnya persamaan, berbedaan, dan penambahan. Dikarenakan
dimungkinkan adanya penambahan dan pengurangan ini, banyak terjadi kepuasan maupun
ketidakpuasan yang ditunjukkan baik dari pemiliki atau penulis karya asli dengan para
penikmat karya. Ketidakpuasan yang umunya muncul dari penulis karya asli adalah
perbedaan konsep dan kurang dapat tersampaikannya pesan-pesan dari novel pada film hasil
ekranisasi. Sedangkan ketidakpuasan dari penikmat karya tercermin dari cerita, alur, maupun
karakter tokoh yang dinilai berbeda dengan karya aslinya. Meskipun demikian terdapat pula
respon yang baik akibat dari penambahan dan pengurangan dalamm proses ekranisasi ini
yakni penilaian tentang lebih menariknya film tersebut dengan adanya penambahan dan
pengurangan dalam prosesnya. Penonton pada umumnya menilai bagus tidaknya film hasil
ekranisasi adalah apakah film itu dapat benar-benar menginterpretasikan karya aslinya atau
tidak.
Meskipun banyak respon puas dan ketidakpuasan yang bermunculan ketika adanya
hasil ekranisasi, namun ekranisasi ini secara umum menimbulkan hubungan yang cenderung
saling menunguntungkan antara film hasil adaptasi dengan karya asli yang diadaptasi.
Ekranisasi juga menjadi wahana promosi baik untuk karya asli yang diadaptasi maupun karya
hasil adaptasi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai