Anda di halaman 1dari 8

PENGALURAN ATAU PEMPLOTAN DALAM KARYA SASTRA

Saleha Astri Rahaningmas1), Nurysamsi Maulana Insani2)


1,2)
Fakultas Sastra, Universitas Muslim Indonesia
Jalan Urip Sumoharjo KM 5, Makassar
yhuniastri@gmail.com1), nurysamsimaulana11@gmail.com2)

Abstrak: Alur adalah rangkaian peristiwa yang di jalin dengan seksama, yang
mengerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimks dan anti klimaks. Dengan kata
lain, alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya astara untuk mencapai efek tertentu dan
pautan dapat diwujudkan oleh hubungan temporar (waktu) dan hubungan kausal (sebab
akibat). Alur atau plot dapat dikatakan rangkaian peristiwa atau cerita yang dimulai
dengan cerita pembukaan diakhiri dengan penutup cerita. Dalam rangkaian cerita
tersebut, peristiwa atau cerita disusun seolah-olah sebagai kisah yang benar-benar hidup
atau nyata dan suatu cerita fiksi dapat menarik pembaca bila pengarang mampu
membawa atau menggiring pembaca untuk mengikuti alur cerita.

Kata kunci: pengaluran, karya sastra

PENDAHULUAN intelektual menampilkan kejadian-kejadian


yang mengandung konflik yang mampu
Alur atau pemplotan merupakan
menarik atau bahkan mencekam pembaca.
unsur fiksi yang penting, bahkan tidak
Sifat plot tersebut tampaknya tak berbeda
sedikit orang menganggap lebih penting dari
kaitannya dengan pengertian suspense, rasa
unsur fiksi yang lain. Alur mengatur
ingin tahu pembaca. Bahwa suspense
bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian
merupakan suatu hal yang amat penting
satu sama lain, bagaimana suatu peristiwa
didalam plot sebuah karya naratif.
berhubungan dengan peristiwa lain,
bagaimana tokoh di gambarkan dan berperan
PEMBAHASAN
dalam peristiwa itu yang semuanya terikat
dalam suatu kesatuan waktu. Alur Alur atau pemplotan adalah
merupakan tulang punggung suatu cerita, rangkaian cerita yang dimulai dengan cerita
yang menuntun kita memahami keseluruhan pembuka dan diakhiri dengan penutup cerita.
cerita dengan segala sebab-akibat di Dalam rangkaian ceritra tersebut disusun
dalamnya. seolah-olah merupakan kisah yang benar-
benar hidup atau nyata. Suatu cerita fiksi
Penampilan peristiwa demi peristiwa dapat menarik pembaca bila pengarang
yang hanya mendasarkan diri dari urutan mampu membawa atau menggiring pembaca
waktu saja belum merupakan plot, agar untuk mengikuti alur cerita.
menjadi suatu plot maka peristiwa-peristiwa Sudjiman (1986:4) menyatakan
tadi harus diolah dan disiasati secara kreatif. bahwa alur adalah rangkaian peristiwa dan
Sehingga hasil pengolahan dan penyiasatan di jalin dengan seksama, yang
itu sendiri merupakan sesuatu yang indah menggerakkan jalan cerita melalui melalui
dan menarik, khususnya dalam kaitannya rumitan kearah klimaks dan anti klimaks.
dengan karya fiksi yang bersangkutan secara Dengan kata lain, alur adalah jalinan
keseluruhan. Sifat plot misterius dan peristiwa di dalam karya astara untuk
mencapai efek tertentu dan pautan dapat kronologis saja. Berbagai pengertian tentng
diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) plot yang dikemukakan orang pun, walau
dan hubungan kausal (sebab akibat). Alur berbeda dalam hal perumusan, biasanya
merupakan rentetan peristiwa yang mempergunakan kata-kata (kunci) peristiwa-
menekankan pada hubungan akibat (Forster, peristiwa yang berhubungan sebab akibat.
1970:87), sedangkan Chatman (1980:20) Penampilan peristiwa demi peristiwa
menyatakan bahwa alur adalah tata urutan yang hanya mendasarkan diri pada urutan
pemunculan peristiwa-peristiwa dalam waktu saja belum merupakan plot. Agar
cerita. Karya sastra dapat membentuk menjadi sebuah plot, peristiwa-peristiwa itu
kepribadian karna di dalamnya memuat haruslah diolah dan disiasati secara kreatif
amanat tentang moral, mengembangkan sehingga hasil pengolahan dan
imajinasi dan kreativitas siswa. penyiasatannya itu sendiri merupakan suatu
yang indah dan menarik. Kegiatan ini,
Hakikat Plot dan Pemplotan dilihat dari sisi pengarang, merupakan
Beberapa pengertian menurut para kegiatan pengembangan plot atau dapat juga
ahli, antara lain: Stanton (1965:14), disebut dengan pemlotan (analog: alur dan
mengemukakan plot adalah cerita yang pengaluran, tokoh dan penokohan). Kegiatan
berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian pemlotan meliputi kegiatan memilih
itu hanya di hubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang akan yang akan diceritakan
peristiwa yang satu di sebabkan atau dan kegiatan menata (baca: mengolah dan
menyebabkan terjadinya peristiwa lain. menyiasati) peristiwa-peristiwa itu ke dalam
Kenny (1966:14) mengemukakan struktur linear teks fiksi.
plot sebagai peristiwa-peristiwa yang di Abrams (1999:224), yang juga
tampilkan dalam cerita yang tidak bersifat menyetujui adanya perbedaan antara cerita
sederhana, karena pengarang menyusun dan plot, mengemukakan bahwa plot sebuah
peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan teks fiksi merupakan struktur peristiwa-
sebab akibat. Plot menurut Foster (1970:93) peristiwa, yaitu sebagiamana yang terlihat
adalah peristiwa-peristiwa cerita yang dalam pengurutan dan penyajian berbagai
mempunyai penekanan pada adanya peristiwa tersebut untuk mencapai efek
hubungan kausalitas. artistic dan emisional tertentu. Penyajian
peristiwa-peristiwa itu, atau secara lebih
Pengertian Plot dan Pemplotan khusus aksi “action”, tokoh baik yang verbal
Hal-hal yang dikemukakan diatas maupun nonverbal dalam sebuah teks
kiranya dapat lebih memperjelas perbedaan bersifat linear, namun antara peristiwa yang
anatara cerita dan plot sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya dan sesudahnya
dikemukakan Forster. Namun, sebenarnya belum tentu berhubungan langsung secara
kadar keeksplitisan hubungan kausalitas logis- bersebab akibat. Pertimbangan dan
itulah, barangkali, yang membedakan. Jika pengolahan struktur cerita, penataan
masih merujuk pada teori Forster dalam peristiwa-peristiwa, selalu dalam kaitannya
kaitannya dengan teks fiksi maka akan pencarian efek tertentu yang ingin di capai.
mengandung plot. Hubungan antar peristiwa Jika kita membutuhkan defenisi
yang dikisahkan itu haruslah bersebab tentang plot, plot tampaknya dapat dipahami
akibat, tidak hanya sekedar berurutan secara sebagai berbagai peritiwa yang diseleksi dan
diurutkan berdasarkan hubungan sebab yang menarik dan mencekam perhatian kita
akibat untuk mencapai efek tertentu dan tentang bagaimana kelanjutan peristiwa,
sekaligus membangkitkan suspense dan kasus, situasi, atau masalah tidak dapat
surprise pada pembaca. begitu saja diperoleh karena semuanya
masih dalam proses.
Plot: Misterius Intelektual Untuk mengetahui penyelesaian
Plot sebuah cerita fiksi, sebagaimana masalahnya, kita harus dengan sabar
dikatakan Forster, memiliki sifat misterius menunggu dalam waktu yang tidak menentu,
dan intelektual. Plot menampilkan kejadian- bahkan tidak jarang kita menjadi
kejadian yang mengandung konflik yang melupakannya. Keadaan itu sebenarnya
mampu menarik atau bahkan mengharukan lebih misterius dari pada mksteri yang di
atau mencekam pembaca. Hal itu tampilkan dalam cerita novel itu dibaca,
mendorong pembaca untuk mengetahui kemisteriusan itu akan terpecahkan.
kejaidan-kejadian berikutnya. Namun, hal Misalnya, ada peristiwa perampokan
itu tidak akan dikemukakan begitu saja pada sebuah took di siang hari bolong.
sekaligus cepat oleh pengarang, melainkan Perbuatan yang tergolong berani itu tentu
mungkin disiasati dengan hanya menuturkan akan menarik perhatian banyak orang.
sedikit demi sedikit, sengaja “memisahkan” Maka, orang akan segera mengajukan
peristiwa-peristiwa yang sebenarnya pertanyaan: siapa pelakunya, berapa
berhubungan logis langsung, atau menunda kerugian, sudahkan polisi menyelidiki
(baca: menyembunyikannya) pembenaran perampok itu, sudahkan mereka tertangkap,
sesuatu yang menjadi kunci permasalahan. siapa saja yang berdiri dibelakang peritiwa
Dengan cara yang demikian, biasanya hal itu itu, kapan mereka diadili, berapa lama
justru akan lebih mendorong pembaca untuk mereka harus mendekam dipenjara, dan
mengetahui kelanjutan kejadian yang sebagainya. Tentu saja, pertanyaan-
diharapkan. Keadaan yang demikian inilah pertanyaan yang memberondong itu tidak
yang oleh Forster disebut sebagai sifat mudah di jawab dan untuk memperoleh
misteriusnya plot. jawabannya harus menunggu waktu selama
Sifat misteriusnya plot tersebut entah berapa lama, atau bahkan mungkin
tampaknya tidak berbeda haknya, atau tidak pernah kesampaian.
kaitannya dengan pencapaian suspense , rasa Oleh karena plot bersifat misterius,
ingin tahu pembaca. Forster juga mengakui untuk memahamunya diperlukan
bahwa unsur suspense merupakan suatu hal kemampuan intelektual. Tanpa disertai
yang amat penting dalam plo sebuah karya adanya daya intelektual. Kata Foster, tiak
naratif. Suspense membangkitkan rasa mungkin orang dapat memahami plot cerita
penasaran dan tidak sabat untuk segera dengan baik. Hubungan antarperistiwa,
mengetahui cerita selanjutnya. Unsur inilah kasus, atau berbagai persoalan yang
antara lain yang menjadi pendorong diungkapkan dalam sebuah karya, belum
pembaca untuk mau menyelesaikan novel tentu ditunjukkan secara eksplisit dan
yang dibacanya. Sebenarnya dalam kegiatan langsung oleh pengarang. Menghadapi
sehari-hari kita pun akan selalu berhadapan struktur narasi yang demikian pembaca
dengan hal-hal yang bersifat misterius, tidak diharpakan mampu menemukan sendiri.
jelas, dan bahkan absur. Artinya, hal-hal
Pemahaman terhadap plot, dengan namun, tidak semua peristiwa tersebut
demikian, memerlukan daya kritis, kepekaan berfungsi sebagai pendukung plot. Itulah
pikiran dan perasaan, serta sikap dan sebabnya, untuk menentukan peristiwa-
peristiwa fungsional dengan yang bukan
tanggapan yang serius. Usaha pemahaman
diperlukan penyeleksian atau tepatnya:
tersebut ada kaitannya dengan analisis peristiwa.
mempertimbangkan dan atau menlai struktur Melalui analisi peristiwa akan dpat
plot sebuah karya. diketahui peristiwa mana saja yang dapat di
klasifikasikan kedalam jenis tersebut. Selain
Peristiwa, Konflik, dan Klimaks itu, jumlah dan perbandingan ketiga jenis
Peristiwa dapat diartikan sebagai peristiwa itu, sekaligus apakah ia berwujud
peralihan dari suatu keadaan ke keadaan peristiwa fisik atau batin. Dalam sebuah
yang lain (Lukxemburg, 1992:150). cerita fiksi juga dapat ditemukan. Jika
Peristiwa dibagi menajdi tiga tergantung dari peristiwa fungsional mendominasi,
mana ia di lihat. berjumlah jauh melebihi jumlah peristiwa
Peristiwa fungsional adalah kaitan dan acuan. Plot novel bersangkutan
peristiwa-peristiwa yang menentukan dan cenderung berplot padat. Melalui analisis
atau mempengaruhi perkembangan plot. peristiwa tersebut juga dapat diketahui
Urutan-urutan peristiwa fungsional bagaimaan variasi penyajian peristiwa itu,
merupakan inti sebuah cerita karya fiksi dominasi dan wujud tindakan secara visual.
yang bersangkutan. Peristiwa kaitan adalah Konflik yang notabene adalah
peristiwa-peristiwa yang berfungsi kejadian yang tergolong penting, merupakan
mengaitkan peristiwa-peristiwa penting esensial dalam perkembangan plot. Konflik
dalam pengurutan penyajian cerita. menyarang pada pegertian sesuatu yang
Peristiwa acuan adalah peristiwa bersifat tidak menyenangkan yang terjadi
yang tidak secara langsung berpengaruh dan dan atau di alamai oleh tokoh-tokoh cerita.
berhubungan dengan perkembangan plot, Konflik adalah sesuatu yang dramatik,
melainkan mengacu pada aunsur-unsur lain, mengacu pada pertarungan anatara dua
misalnya berhubungan dengan masalah kekuatan yang seimbang dan menyiratkan
perwatakan atau suasana yang melingkupi adanya aksi dan aksi balasan (Wellek &
batin tokoh. Warren, 1989:285). Peristiwa dan konflik
Dalam penulisan ini, dengan tujuan biasanya berkaitan erat, dapat saling
sekaligus untuk menyederhanakan masalah, menyebabkan terjdinya satu dengan yang
action dan event di rangkum menjadi satu lain, bahkan konflik pun hakikatnya
istilah: peristiwa atau kejadian. Perbedaan merupakan peristiwa. Bentuk peristiwa
anatara action dan event hanya menjebak dalam sebuah cerita, dapat berupa peristiwa
kita dalam kesulitan dan kecermatan. fisik ataupun batin. Konflik internal, yaitu:
Peristiwa dapat diartikan sebagai konflik fisik adalah sesuatu yang terjadi
peralihan dari suatu keadaan ke keadaan dengan melibatkan aktivitas, ada interaksi
yang lain (Luxemburg dkk, 1992:150), anatara seorang tokoh ceraita dengan sesuatu
peralihan dari satu aktivitas ke akvitas yang yang diluar dirinya. Konflik batin adalah
lain. Berdasarkan pengertian lain, kita dapat sesuatu yang terjadi dalam batin, hati,
membedakan kalimat-kalimat tertentu yang seseorang tokoh.
menampilkan peristiwa dengan yang tidak. Konflik eksternal, yaitu: konflik
Misalnya antara kalimat-kalimat yang fisik/elemental adalah konflik yang
mendeskripsikan tindakan tokoh dan yang disebabkan adanya benturan antara tokoh
mendiskripsikan ciri-ciri fisik tokoh. dengan lingkungan alam. Konflik sosial
Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam adalah konflik yang disebabkan adanya
sebuah cerita fiksi pastilah banyak sekali, kontak sosial antaramanusia atau masalah
yang muncul akibat adanya hubungan antar Palausibilitas (plausibillity)
manusia. menunjukkan pada pengertian suatu hal
Klimaks menurut Stanton (1965:16), yang dapat di percaya dengan sesuai dengan
adalah saat konflik telah mencapai tingkat
logika cerita, artinya sebuah plot cerita
intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu
merupakan sesuatu yang tidak dapat haruslah dapat dipercaya oleh pembaca
dihindari kejadiannya. Dalamsebuah karya (plausibel) (Nurgiantoro, 2013:188)
fiksi kita temui dan rasakan, ternyata sulit plausibilitas dapat di kaitkan dengan Sesuatu
menentukan klimaks. Orang bisa berbeda yang ada dan terjadi di dunia nyata.
pendapat dalam menentukan klimaks. Unsur kejutan (suprise) sebuah cerita
yang baik pastilah memiliki kadar surprise
Kaidah Pemplotan yang tinggi dan terjaga. Atau lebih tepatnya
Pengarang dalam menciptakan larya mampu membangkitkan sispense,
sastra mencapai kebebasan, baik itu dalam membangkiykan rasa ingin tahu pembaca.
menetukan ceritanya. Begitu juga pengarang Rasa ingin tahu (suspense)
memilki kebebasan dalam menentukan penampilan peristiwa dalam sebuah cerita
struktur novel pembangunan karya biasanya sudah di prediksi akhir ceritanya,
sastranya. Baik itu peristiwa, konflik, latar, atau ending dari sebuah cerita sudah dapat di
tokoh dan lain-lainnya merupakan hak ketahui oleh pembaca.
progratif si pengarang. Nugriyantoro Kepaduan (unity) kesatu paduan
(2013:187) mengemukakan bahwa novel merujuk pada pengertian bahwa berbagai
merupakan sebuah karya yang bersifat unsur yang di tampilkan, khususnya
imajinatif dan kreatif tersebutlah yang peristiwa-peristiwa dan konflik, serta
memberikan kebebasan pada pengarang seluruh pengalamn hidup yang hendak di
dalam menentukan karya sastra (novel) yang komunikasikan, memiliki terkaitan satu
akan dibuatnya. Dalam hal pemplotan, sama lain.
pengarang juga bebas dalam
mengembangkan plot menurut kratifitas sip Kaidah Pemplotan
pengarang. Namun, menurut Nugriyanto Nurgiyantoro (2005:201-210)
(2013:188) menayatakan bahwa kebebasan membagi tahap pemplotan secara teoritas-
pengarang dalm mengembangkan segala kronologis menjadi tahap plot: awal-tengah-
aspek strutur karya sastra (dalam hal ini akhir, tahap plot: rincian lain.
pemplotan) bukannya tanpa aturan, ada Tahap plot: awal-tengah-akhir.
semacam aturan , ketentuan konvensi, atau Tahap awal atau tahap perkenalan, pada
kaidah dalam mengembangkan plot (the law umunya berisi sejumlah informasipenting
of the plot) yang perlu dipertimbangkan , yang berkaitan dengan berbagai hal yang
namun aturan itu bukan suatu harga mati akan di kisahkan pada tahap-tahap berikut.
untuk para pengarang. Menurut Kenny ( Misalkan, penunjukan dan pengenalan latar,
dalam Nurgiyantoro, (2013:188), kaidah- seperti nama-nama, tempat, suasana, alam,
kaidah pemplotan itu adalah palausibilitas ( waktu kejadian, dan lain-lain yang garis
palaungsibillity), unsur kejutan, (surprise), besarnya berupa deskrifi setting. Fungsi
rasa ingin tahu (suspense), dan kepaduan pokok tahap awal (pembukaan) sebuah
(unity). cerita adalah untuk memberikan informasi
dan penjelasan seperlunya khususnya yang Perbedaan Alur (Plot)
berkaitan dengan peralatan dan penokohon. Nurgiyanto membedakan pembagian
Tahap tengah atau tahap pertingkaian plot berdasarkan, kreteria urutan waktu,
menampilkan pertentangan atau konflik, kreteria jumlah, kreteria kepadatan dan
bagian tengah cerita merupakan bagian kreteria isi (2005:212).
terpanjang dan terpenting dari sebuah cerita Plot berdasarkan kriteria urutan
fiksi. Pada bagian ini cerita di sajikan: waktu. Plot berdasarkan kriteria urutan
tokoh-tokoh memainkan peran, peristiwa- waktu terbagi menjadi, pertama plot
peristiwa fungsional dikisahkan, konflik lurus/progresif, jika peristiwa-peristiwayang
berkembang semakin meruncing, di kisahkan bersifat kronologis atau
menegakan dan mencapai klimaks, dan pada peristiwa-peristiwa yang dimunculkan
umumnya tema pokok, makna pokok ceruta secara urut (bagian awal, tengah, dan akhir).
di ungkapkan. Kedua, plot sorot balik/ flash back, tidak
Tahap akhir atau tahap pelaraian, bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari
menampilkan adegan tertentu sebagai akibat tahp awal mungkin dari tahap tengah atau
klimaks. Bagian ini berisi bagaimana tahap akhir. Ketiga alur ca,puran, alur
kesudahan cerita. Menurut Aristoteles campuran merupakan campuran dari semau
(dalam Nugriyantoro, 2005:205), alur yang ada (plot lurus, plot sorot balik)
penyelesaian cerita dibedakan kedalam dua dalam sebuah novel.
macam kemunkinan, kebahagiaan (happy
end) dan kesedihan (sad end). Plot berdasarkan kriteria jumlah.
Tahap plot: rincian lain. Tahap plot Berdasrkan kriteria jumlahnya plot terbagi
rincian lain terdiri dari beberapa tahap, yaitu menjadi, pertama plot tunggal, plot yang
tahap situasion, tahap penyisuation, berisi mengembangkan sebuah cerita. Cerita pada
pelukisan dan pengenalan situasi latar atau umumnya yang hanya mengikuti
tokoh-tokoh cerita. Tahap generating perjalananhidup tokoh lengkap dengan
circumstances, tahap pemunculan konflik, permasalahan dan konflik yang dialaminya.
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa Kedua plot syb-subplot (plot paralel),
yang menyulut terjadinya konflik mulai di memiliki lebih dari satu alur cerita. Sturuktu
munculkan, tahap rising action, tahap plot yang demikian dalam sebuah karya
peningkatan konflik, konflik yang telah barangkali berupa adanya sebuah plot utama
dimunculkan pada tahap sebelumnya (main plot) dan plot-plot tambahan (sub-
semakin berkembang dan dikembangkan subplot).
kadar intensitasnya, tahap climax, tahap Perkembangan plot berdasarkan
klimaks, komflik dan pertentangan- kriteria kepadatan. Pertama plot padat,
pertentangan yang terjadi, yang dilakui atau disamping cerita disajikan secara cepat,
ditimpalkan kepada para tokoh cerita peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul
mencapai titik intensitas puncak, tahap dengan cepat, hubungan antar peristiwa juga
denouement, tahap penyelesaian, konflik terjalin secara cepat. Berharap dengan novel
yang telah mencapai klimaks diberi yang demikian, pembaca seolah-olah selalu
penyelesaian, ketegangan dikendorkan. di paksa untuk terus menerus mengikutinya.
Antar peristiwa satu dengan peristiwa yang
lain yang sekedar fungsional tinggi tidak
dapat di pisahkan atau dihilangkan. Setiap berurusan dengan pemlotan. Plot penokohan
peristiwa yang ditampilkan terasa penting dibedakan menjadi empat yaitu : plot
dan berperan menetukan dalam rangkaian pendewasaan (maturing plot), plot
cerita. Namun, yang perlu di catat adalah pembentukan (reform plot), plot pengujian
bahwa kadar kepadatan antar tiap (testing plot), plot kemunduran
bab,episode, atau bagian novel biasanya (degeneration plot).
tidak sama. Novel yang berplot padat Plot pemikiran, mengungkapkan
sebagai konsekuensinya ceritanya yang sesuatu yang menjaid bahan pemikiran,
padat dan cepat, akan kurang menampilkan keinginan, perasaan, berbagai macam
adegan-adegan penyituasian yang obsens, dan lain-lain yang menjadi masalah
berkepanjangan. hidup dan kehidupan manusia. Friedman
Kedua plot longgar, pergantian membedakan plot pemikiran kedalam, plot
antara peristiwa penting berlangsung lambat pendidikan (education plot), plot pembukaan
di samping hungan antar peristiwa tersebut rahasia (revelation plot), plot
juga tidaklah erat benar. Bahkan, antara afektifm(affective plot), dan plot
peristiwa penting yang satu dengan yang lain kekecewaan (didillusionment)
sering di sisipkan oleh berbagai peristiwa
“tambahan” atau berbagai pelukisan tertentu PENUTUP
seperti penyituasian latar dan suasana yang Salah satu elemen terpenting dalam
kesemuannya itu dapat memperlambat membentuk sebuah karya sastra adalah plot
ketegangan cerita. cerita. Dalam analisi cerita, plot sering
Plot berdasarkan kriteria isi. disebut dengan istilah alur. Dalam
Friedman (dalam Nugriyantoro, 2005:222), pengertiannya yang paling umum, plot atau alur
membedakn jenis plot ini kedalam tiga sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian
golongan besar, yaitu plot peruntungan (plot peristiwa yang terdapat dalam cerita. Seorang
of fortune), plot tokohan (plot of character), pengarang dalam menggerakkan cerita tentu
dengan jalan mengalirkan kisah itu melalui
plot pemikiran (plot pf thought). Plot
peristiwa demi peristiwa, sehingga jalan cerita
peruntungan (plot of fortune), plot ini
dapat dimengerti oleh pembacanya. Jalan cerita
berhubungan dengan tokoh (utama) cerita tersebut layaknya disebut alur. Alur biasanya
pada sebuah fiksi. Plot peruntungan terbatas pada peristiwa-peristiwa yang
dibedakn menjadi : plot gerak, plot sedih, berhubungkan secara kausal. Peristiwa kaausal
plot tragis, plot penghukkuman, plot yaitu peristiwa yang menyebabkan atau menjadi
sentimental, dan plot kekaguman. dampak dari berbagai peristiwa lainya.
Plot tokohan, menunjukan pada Peristiwa-peristiwa yang ada dalam sebuah
adanya sifat pementingan tokoh, ada tokoh cerita rekaan saling berkaitan untuk membentuk
yang menjadi perhatian. Plot tokohan lebih suatu jalan cerita yang selaras. Alur di dalam
banyak menyoroti keadaan tokoh dari pada sebuah cerita membangun sebuah peristiwa-
peristiwa dengan rurutan tertentu.
kejadian-kejadian peristiwa yang ada atau

DAFTAR PUSTAKA
Desierawati. 2014. Alur dan Pengaluran. wordpress.com/2014/12/29/makalah-alur-dan-
pengaluranhttp://gugusansastrashella.Blogspot.Com/2016/12/Makassar-plot-dan-
pemplotan.htm?m=1./ Diakses tanggal 1 desember 2016
Mansyur, Umar. 2016. Pemanfaatan Nilai kejujuran dalam Cerpen sebagai Bahan Ajar
Berbasis Pendidikan Karakter. In Mengais Karakter dalam Sastra: HISKI Makassar (pp.
330–339). https://doi.org/10.17605/OSF.IO/Z4T3Y
Mansyur, Umar. 2018. Kiat dan Teknik Penulisan Skripsi bagi Mahasiswa. INA-Rxiv.
https://doi.org/10.31227/osf.io/juds7
Muliadi. 2017. Buku Ajar Telaah Prosa. Makassar: De La Macca.
Nurgiyanto, Burhan. 2015. Teori pengajaran fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Stanton. Tentang bahasa dan sastra.blogspot.com/2017/01/alur-plot-201226-alur.html?m=1.
Diakses pada tanggal 24 januari 2017

Anda mungkin juga menyukai