1. Plausibilitas
Plausibilitas menunjuk pada suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan
logika cerita. Plot sebuah cerita harus memiliki sifat plausibel yang menjadi hal
esensial dalam cerita fiksi,khususnya fiksi konvesional. Pengembangan plot cerita
yang tidak plausibel dapat membingun dan meragukan pembaca. Plusibilitas mungkin
dikaitkan dengan realita kehidupan, sesuatu yang ada dan terjadi didunia nyata.
Banyak cerita jika di ukur dengan kriteria tersebut tergolong tidak masuk akal namun
cerita-cerita tersebut memiliki kadar plausibilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Di samping itu, penilaian bersifat realistik atu tidaknya sebuah karya tidak semata-
mata disebabkan oleh situasi, tokoh, peristiwa, dan latar bersifat tipikal dan
kenyataan, sebagai ataupun seluruhnya.
Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibel jika tokoh-tokoh cerita dan
dunianya dapat di imajinasi ( imaginable ) dan jika parah tokoh dan dunianya tersebut
serta peristiwa-peristiwa yang dikemukakan mungkin saja dapat terjadi ( Stanton,
1965:13 ). Untuk itu sebuah cerita haruslah memiliki sifat konsisten suatu hal yang
amat esensial dalam sebuah cerita. Cerita fiksi memang sering menampilkan tokoh,
situasi, dan kejadian yang bersifat khusus, plausibilitas cerita fiksi ada kaitannya
dengan kebenaran yang ingin disampaikan. kebenaran dalam dunia fiksi, sebagaimana
dikemukakan , adalah kemungkinan, probabilitas, atau kemasuk akalannya ( Alder &
Doren, 2012:233 ). Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran situsional. Maka,
masalah plausibilitas juga terkait dengan plausibilitas dan logika situasional.
2. Suspense
Sebuah cerita yang baik tentunya harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu
pembaca. Suspense tidak semata-mata hanya berurusan dengan ketidaktahuan
pembaca, tetapi lebih dari itu, mampu mengikat pembaca seolah-oleh terlibat dalam
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dialami oleh tokoh cerita. Suspense
akan mendorong, menggelitik dan memotivasi pembaca untuk setia mengikuti cerita,
mencari jawaban dari rasa ingin tahu terhadap kelanjutan dan akhir cerita. Suspense
menunjuk pada perasaan semacam kurang pasti terhadap peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi, khususnya yang menimpa tokoh yang diberi rasa simpati oleh
pembaca(Abrams,1999:225). Atau, menunjuk pada adanya harapan yang belum pasti
pada pembaca terhadap akhir sebuah cerita (Kenny, 1966: 21).
Salah satu teknik yang dipakai untuk menimbulkan suspense adalah foreshadowing.
Foreshadowing merupakan penampilan peristiwa yang mendahului namun biasanya
ditampilkan secara tidak langsung terhadap peristiwa penting yang akan dikisahkan
kemudian. Dengan demikian,dapat dipandang sebagai semacam petanda akan terjadi
peristiwa atau konflik yang lebih besar atau lebih serius.
Foreshadowing semacam pertanda bahwa di masa depan akan terjadi peristiwa-
peristiwa besar yang akan dialami tokoh novel. Mengatur suspense memang tidak
mudah. Ada penulis yang memberikan fakta sedikit demi sedikit. Ada juga penulis
yang menampilkan peristiwa besar yang seharusnya secara kronologis terjadi di
tengah-tengah novel tetapi sudah ditampilkan di bab awal. Ada juga yang terang-
terangan mendeklarasikan bahwa A dan B berpacaran dan sepanjang novel sampai
sebelum klimaks, penulis mengocok-ocok rasa penasaran pembaca “Kapan nih A dan
B bahagia” dengan menampilkan penderitaan-penderitaan mereka berdua dalam
perjuangan mereka untuk bersama.
3. Surprise
Plot sebuah cerita fiksi dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yang
dikisahkan atau kejadian-kejadian yang ditampilkan menyimpan atau bertentangan
dengan harapan pembaca (abrams,1999:225). Sesuatu yang bertentanga itu dapat
menyangkut berbagai aspek pembangunan karya fiksi, misalnya sesuatu yang
diceritakan peristiwa-peristiwa,peokohan-perwatakan,cara berpikir,cara pengucapan
dan gaya bahasa, dan sebagainya. Contoh pada novel belenggu bagi para pembaca
sangat mengejutkan karena sifat kontradiktifnya menelangjangi kehidupan rumah
tangga tokoh terpandang, agak berbau porno, tidak mendidik, menampillan tokoh
terpandang yang tidak pantas diteladani.
Demikian juga novel burung burung manyar yang juga dapat disebut sebagai
novel yang menampilkan kejutan yang luar biasa. Ia hadir dengan menampilkan
berbagai unsur kontra mitos dengan melaggar mitos yang tampaknya selama ini
dianggap dengan baik. Dan tokoh Setadewa yang dipasang sebagai tokoh
antirepublik,dengan seenaknya sendiri menghina, mengecam, mencaci maki para
tokoh pada pejuang republik yang baru saja lahir.
Novel novel sejenis detektif biasanya memberikan kejutan dengan isi cerita.
Teori detektif lain , yang dikemukakan ( diperkirakan) sebelumnya yang tampak
meyakinkan dalam sebuah plot yang baik supense,suprise ,laosibility, dan unity “
kesatupaduan. penemuan terdakwa yang sebenarnya pada novel detektif tersebut pada
akhir cerita, walaupun mengejutkan, harus tetap dapat dipertanggung jawabkan.
Artinya, ada argumentasi fakta,logika, dan plot yang mendukungnya. Jika tidak, cerita
itu akan mengandung unsur deus ex machine, dan itu dapat dipandang sebagai sebuah
kecacatan.
4. Unity
Unity atau kesatupaduan menunjukkan pada pengertian bahwa berbagai unsur
yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan, yang
mengandung konflik, atau seluruh pengalaman kehidupan yang hendak
dikomunikasikan, memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
Masalah kesatupaduan yaitu suatu hal yang dapat dipenuhi dalam teks cerita
pendek namun itu dapat menjadi masalah untuk novel-novel panjang. Contoh pada
novel maut dan cinta, burung-burung manyar dan cantik atau yang terdiri dari
beberapa jilid seperti bentuk trilogi misalya ronggeng duduk paruk, lintang kemukus
dini hari, laskar pelangi dan sang pemimpi. Sebuah novel yang relatif panjang
biasanya tidak menampilkan plot tunggal melainkan sub-subplot disampingnya
adanya plot utama. Plot utama adalah plot yangdijalani oleh tokoh- tokoh utama, yang
mempunyai konflik dan masalah utama. Sub plot sebaliknya dapat dipandang sebagai
log utamayang perlu ditumbangkan (baca) dijelaskan secara sendiri,luas, rinci, yang
berfungsi untuk memperkuat log utama.
Komposisi penyajian plot dalam karya fiksi yang menampilkan yang
dibedakan dalam awal dan tengah akhir, tentu tidak selalu urut secara kronologis awal
tengah akhir. Dengan demikian, pengarang cenderung akan memanipulasi waktu
penceritaannya, sehingga tidak sejalan sengan peristiwa itu sendiri. Namun, terhadap
pemanipulasian waktu penceritaan merupakan suatu bentuk kreativitas, akibat adanya
pertautan makna logis yang bersebab akibat. Pada umumnya pembaca akan mampu
merekontruksi kaitan berbagai peristiwa cerita secara logis kronologis. Seluruh unsur
yang terdapat saling menentukan kemenyeluruhan dan sebuah totalitas.
Penempatan Plot
Plot sebuah cerita tentulah mengandung unsur urutan waktu,baik dikemukakan secara
eksplisit maupun emplisit. Oleh karena itu,dalam sebuah cerita,sebuah teks naratif, tentulah
ada awalnya kejadian, kejadian-kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya.
Namun, plot sebuah cerita fiksi sering tidak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis
dan runtut melainkan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang man
pun juga tanpa adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan
kejadian (ter-)akhir. Dengan demikian, tahap awal cerita tidak harus berada di awal cerita
atau di bagian awal teks , melainkan dapat terletak di bagian mana pun. Secara teoretis plot
dapat diurutkan atau dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis. Namun,
dalam praktiknya, dalam langkah “operasional” yang dilakukan pengarang tidak selamanya
tunduk pada pada teori itu. Secara teoritis-kronologis tahap-tahap pengembangan struktur
plot dibicarakan pada uraian di bawah.
Daftar Pustaka:
Mansyur, U. (2016). Pemanfaatan Nilai kejujuran dalam Cerpen sebagai Bahan Ajar
Berbasis Pendidikan Karakter. In Mengais Karakter dalam Sastra: HISKI Makassar (pp.
330–339). https://doi.org/10.17605/OSF.IO/Z4T3Y
Mansyur, U. (2018). Kiat dan Teknik Penulisan Skripsi bagi Mahasiswa. INA-Rxiv.
https://doi.org/10.31227/osf.io/juds7
Mansyur, U. (2018). Kiat dan Teknik Penulisan Skripsi bagi Mahasiswa. INA-Rxiv.
https://doi.org/10.31227/osf.io/juds7
Muliadi. (2017). Buku Ajar Telaah Prosa: Sebuah Terapan. Makassar: De La Macca.