Anda di halaman 1dari 30

PROMOSI NASKAH KUNO DAN KOLEKSI LANGKAH DI

PERPUSTAKAAN AMERIKA SERIKAT DAN PERPUSTAKAAN UIN


SYARIF HIDAYATULLAH

Disusun oleh:
Kelompok : 9
Jaka Anggara 18
Gholda Alma Sandi 1820403032
Wella Amelia Putri 1820403036

Dosen Pembimbing:
Dr. Herlina S.Ag, S.S, M.Hum

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat,
perlindungan, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “PROMOSI NASKAH KUNO DAN KOLEKSI LANGKAH DI
PERPUSTAKAAN AMERIKA SERIKAT DAN PERPUSTAKAAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolaan Naskah Manuskrip Melayu yang diberikan kepada penulis oleh Ibu Dr.
Herlina S.Ag, S.S, M.Hum. agar penulis dapat mengetahui serta memahami bagaimana
proses pengelolaan naskah manuskrip melayu untuk dapat mengembangkan ilmu yang
telah kami peroleh.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen
mata kuliah Pengelolaan Naskah Manuskrip Melayu, Ibu Dr. Herlina S.Ag, S.S,
M.Hum. selaku dosen yang memberikan tugas ini dan telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta
pengajarannya yang penulis terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan makalah ini.

Palembang, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTRA ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Promosi Naskah Kuno dan Koleksi Langkah
2.2 Pengelolahan Naskah Kuno dan Koleksi Langkah
2.3 Pelestarian Naskah Kuno dan Koleksi Langkah
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Observasi di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2 Hasil Observasi di Perpustakaan Amerika Serikat
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFATR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Naskah kuno merupakan salah satu koleksi perpustakaan. Namun, naskah kuno
juga disimpan di museum sebagai upaya pelestarian dan mempertahankan sejarah
bangsa. Museum merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran
tetap benda-benda yang patut mendapatkan perhatian umum, seperti peninggalan
sejarah, seni, dan ilmu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:766). Selain itu juga
dicantumkan bahwa museum merupakan tempat menyimpan barang kuno (KBBI, 2005:
766). Jadi, dapat dikatakan naskah kuno memberikan makna tersirat yang dapat dilihat
dari bentuk fisik naskah bahwa naskah kuno sudah lama ditulis, dan media tulisnya
merupakan media tulis zaman dahulu seperti: kulit kayu, kulit binatang, bambu dan
daun lontar, tidak seperti media tulis yang lazim dipakai masyarakat zaman sekarang.
Naskah kuno bukan sebuah cerita karangan, namun merupakan
catatan harian baik itu kejadian yang terjadi pada masa lampau maupun tentang
pengajaran dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Naskah kuno tersebut jarang
dikunjungi, kunjungan hanya pada kegiatan tertentu saja, seperti kunjungan oleh pelajar,
mahasiswa yang membutuhkan bahan pelajaran, serta beberapa pemerhati naskah kuno.
Naskah kuno Minangkabau menyimpan informasi tentang peristiwa masa lampau
seperti, pembentukan wilayah Minangkabau, budaya, kesehatan, agama, politik dan
lain-lain. Agar naskah kuno dikenal masyarakat, maka naskah kuno harus
dipromosikan.
Menurut Hahn dalam Matondang (2000: 3) promosi adalah semua kegiatan
untuk membantu penjualan suatu produk atau jasa di setiap tempat jaringan penjualan,
mulai dari bahan presentasi yang digunakan oleh tenaga penjualan ketika melakukan
penawaran hingga siaran niaga di media massa (televisi, surat kabar) untuk mengikat
pelanggan melalui kesan yang menyenangkan terhadap yang diiklankan. Media promosi
yang digunakan saat ini telah berkembang, dari promosi offline, seperti baliho, brosur,
koran, majalah, TV dan sebagainya, sekarang sudah ada promosi dengan media online
yaitu internet. Promosi offline memiliki kelebihan yaitu mudah disentuh dan berada di
sekeliling masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masal ah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana promosi naskah kuno dan koleksi langkah di perpustakaan Uin
Syarif Hidayatullah ?
2. Bagaimana pengelolaan naskah kuno di perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Bagaimana pelestarian naskah kuno di perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta ?
4. Bagaimana pelestarian naskah kuno di perpustakaan ?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami promosi naskah kuno dan koleksi langkah di
perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Untuk mengetahui dan memahami pengelolaan naskah kuno dan koleksi langkah
di perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah
3. Untuk mengetahui dan memahami pelestarian naskah kuno dan koleksi langkah
di peprustakaan Uin Syarif Hidayatullah
4. Untuk mengetahui dan memahami promosi naskah kuno dan koleksi naskah di
perpustakaan Amerika Serikat
5. Untuk mengetahui dan memahami pengelolaan naskah kuno dan koleksi langkah
di perpustakaan Amerika Serikat
6. Untuk mengetahu dan memahami pelestarian naskah kuno dan koleksi langakh
di perpustakaan Amerika Serikat

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Naskah Kuno (Manuskrip)

Dalam bahasa Latin naskah disebut codex. Naskah merupakan benda konkret
yang dapat dilihat dan dipegang. Dalam bentuknya yang asli, naskah Indonesia
biasanya ditulis di atas media berupa dluwang (kertas Jawa), kertas Eropa, kulit kayu,
dan lontar. Tulisan tersebut menggnakan tinta-tinta yang diambil dari tumbuhan.
Namun sejak adanya pengaruh Eropa pada abad ke-18 dan ke-19, naskah lama ditulis
di atas kertas. Secara etimologis, manuskrip berarti sesuatu yang ditulis
tangan.1Disini istilah manuskrip yang terkait dengan jaman dahulu tidak harus berarti
menulis diserahkan oleh seorang penulis ke penerbit. Benda-benda purbakala yang di
dalamnya mencakup manuskrip, catatan atau dokumen lain yang memiliki nilai
ilmiah, sejarah, sastra atau estetika dan yang telah ada selama tidak kurang dari tujuh
puluh lima tahun.
Jika definisi ini dipertimbangkan dalam nilai fasa, manuskrip berarti sebuah
dokumen tertulis tangan yang memiliki nilai ilmiah, sejarah, sastra atau estetika dan
yang berumur paling sedikit tujuh puluh lima tahun.Dalam kosakata bahasa Indonesia
secara umum, kata naskah digunakan tidak terbatas pada dokumen tulis tangan saja,
melainkan bisa mencakup dokumen cetak lainnya.2Dalam konteks penerbitan, kata
naskah dan manuskrip juga sering digunakan untuk menyebut sebuah draft buku yang
diserahkan ke penerbitan dan siap untuk dicetak. Dalam kajian Filologi, kata naskah
dan manuskrip digunakan secara bergantian dengan pengertian yang sama, yaitu
dokumen tulisan tangan kuno. Naskah kuno yang penulis maksudkan suatu tulisan
tangan atau di cetak dengan batu pada kertas Eropa, kulit kayu, lontar dengan
menggunakan tinta-tinta alami dari tumbuhan.

2.2 Pengadaan Koleksi Langka (Manuskrip)

Pengadaan koleksi adalah upaya yang dilakukan untuk menyiapkan atau


menambah koleksi, baik tercetak maupun yang tidak tercetak untuk memenuhi
1
Riko Gusmanda and Malta Nelisa, “PELESTARIAN NASKAH-NASKAH KUNO DI MUSEUM NAGARI
ADITYAWARMAN SUMATERA BARAT” 2, no. 1 (2016): 6.
2
Hijrana Bahar and Taufiq Mathar, “Upaya Pelestarian Naskah Kuno di Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan,” Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan
Kearsipan 3, no. 1 (June 23, 2015): 9.
kebutuhan data dan informasi para pengguna. Pengadaan koleksi harus berdasarkan
analisis kebutuhan pengguna.3 Pengadaan koleksi dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa factor internal, seperti koleksi yang sudah ada, koleksi
yang dibutuhkan pengguna, anggaran, sumber daya manusia, serta sarana dan
prasarana penunjang lain yang dimiliki oleh perpustakaan/ museum. Setiap proses
membutuhkan sebuah perencanaan yang baik. Perencanaan pengadaan koleksi
sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan beberapa pendekatan di bawah ini:4

a) Inventarisasi koleksi yang telah tersedia


b) Membuat skala prioritas koleksi yang akan diadakan
c) Mencari pedoman tentang tata cara pengadaan koleksi
d) Mengakses data koleksi ke daftar bibliografi maupun catalog penerbit
e) Melakukan kerjasama dengan subject specialist
f) Inventarisasi koleksi yang dimiliki.
Pengadaan koleksi langka merupakan suatu kegiatan pengumpulan berbagai
naskah, tertulis, buku langka yang akan dijadikan koleksi di Perpustakaan baik
berupa naskah asli ataupun tidak asli (replica). Pengadaan koleksi langka di lakukan
dengan cara:5

a) Hibah (hadiah atau sumbangan)


b) Titipan
c) Pinjaman
d) Tukar menukar
e) Hasil temuan (dari hasil sitaan)
f) Imbalan jasa (pembelian dari hasil warisan atau penemuan)
Pengadaan koleksi langka perpustakaan sebaiknya memiliki peraturan yang
menyangkut kebijakan pengadaan koleksi dan juga menyangkut pengamanan,
perawatan, perlindungan. Pengadaan koleksi langka memiliki tujuan yaitu:6

3
Muhardi Muhardi, “ANALISIS PENGELOLAAN KOLEKSI NASKAH KA-GA-NGA DI MUSEUM BENGKULU,”
Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam 3, no. 2 (December 30, 2018): 12.
4
Ibid., 22.
5
Gusmanda and Nelisa, “PELESTARIAN NASKAH-NASKAH KUNO DI MUSEUM
AGARI ADITYAWARMAN SUMATERA BARAT,” 32.

6
Perpustakaan nasional RI, PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN PUSTAKA (Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI, 2017), 44.
1. Penyelamatan warisan sejarah nenek moyang dan sejarah budaya ,
2. Sebagai bahan penyebaran informasi mengenai warisan sejarah budaya
dengan melalui pameran koleksi langka baik temporer maupun lengkap.
Pengadaan koleksi langka harus bersifat aktif dan tanpa melakukan tindakan
apapun tetapi harus menyusun program pengadaan koleksi,
3. untuk penyusunannya harus mempertimbangkan jumlah staf dan melibatkan
dana yang tersedia, disamping melibatkan siapa yang akan dilibatkan dalam
program koleksi dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan koleksi.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengadaan koleksi langka yaitu:7
a) Menyelamatkan suatu naskah kuno (dokumen tertulis atau yang tidak
tercetak) sebagai suatu naskah yang langka kemungkinan akan hilang jika
pengelola perpustakaan tidak segera menjadikan sebagai koleksi,
b) Buku langka, naskah, manuskrip yang dapat digunakan sebagai koleksi pada
masa yang akan datang.
Dalam menentukan kebijakan koleksi langka hal yang perlu dipertimbangkan
sebagai berikut:8

1. Memiliki nilai informasi sejarah dan nilai informasi ilmiah yang tinggi,
2. Harus bisa dijadikan dokumen dalam arti sebagai bukti kenyataan dan
eksistensinya bagi peneliti ilmiah untuk bidang ilmu yang baru.
Begitupun dengan pertimbangan dalam skala prioritas yaitu penilaian untuk
naskah kuno, dan buku langka sebagai berikut:9
a) Unik merupakan naskah kuno yang memiliki ciri khas tertentu dibandingkan
dengan naskah yang lain.
b) Hampir punah merupakan naskah yang sulit ditemukan karena dalam jangka
waktu sudah terlalu lama tidak dibuat lagi,
c) Langka merupakan koleksi langka atau naskah kuno yang sulit ditemukan
karena tidak dibuat lagi atau karena jumlah hasil pembuatnya hanya sedikit,
d) Masterpiece merupakan naskah kuno yang terbaik atau paling tidak masih utuh.

7
Ibid., 41.
8
Oman Fathurahman, “Proyek Digitalisasi Naskah Aceh dan Dampaknya bagi Pengembangan
Perpustakaan Digital Naskah Nusantara” 2, no. 1 (2017): 52.
9
Karmidi Martoatmodjo, “Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar Belakang Sejarahnya”
(n.d.): 11.
Penanganannya harus dicatat di dalam buku register kemudian
penanganannya ditaruh di dalam rak-rak bagian ilmu masing – masing untuk
menunggu giliran direstorasi di bagian preservasi laboratorium jika naskah itu rusak,
jika naskah itu baik kondisinya hanya dibersihkan kotoran dari debu. Kalau kebijakan
pengadaan koleksi naskah kuno dalam bentuk hibah sebaiknya dilakukan dengan
pertimbangan yang lebih bijak sesuai visi koleksi langka, mengingat dapat
menyulitkan perpustakaan dalam penyimpanannya dan penyajiannya untuk masa
yang akan datang.

2.3 Pengelolaan Koleksi Langka (Manuskrip)

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management” atau dalam


bahasa Indonesia disebut Manajemen. Manajemen berasal dari kata to manage yang
artinya mengatur, pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen.10 Menurut Arikunto dalam Agusni pengelolaan
diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan
tertentu. Kemampuan manajemen itu juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan
tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dalam KBBI pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu kebijaksanaan dan tujuan
organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapai tujuan.11 Pengelolaan koleksi langka
adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut berbagai aspek kegiatan, dimulai dari
pengadaan koleksi, regestrasi dan inventarisasi, preservasi (perawatan) sampai
koleksi tersebut disajikan di ruang koleksi atau disimpan pada ruang penyimpanan
koleksi.
Pengelolaan koleksi langka di museum dalam kaitannya dengan warisan
budaya adalah tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan
benda materil dari hasil budaya

manusia dan lingkungannya guna menunjang upaya pelestarian dan perlindungan


kekayaan budaya bangsa. Namun pengelolaan koleksi langka dalam kaitannya
dengan ilmu pengetahuan pada umumnya mempunyai arti yang sangat luas. Koleksi
langka merupakan bahan penelitian ilmiah untuk generasi yang akan datang, sehingga
pengelolaan koleksi langka perlu berusaha untuk melengkapi dan mengembangkan
suatu obyek penelitian bagi pemustaka yang memerlukan. Selain itu bertugas untuk
menyediakan sarana kegiatan dan menyebarluaskan hasil penelitian untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dari kajian sejarah. Berhubungan dengan
pengelolaan koleksi ada beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu:12
1. Inventarisasi

Inventarisasi koleksi adalah suatu kegiatan pencatatan benda-benda koleksi


manuskrip ke dalam buku inventaris koleksi yang mempunyai format format tertentu,
datanya berasal dari buku registrasi. Penulisan data pada buku inventaris lebih rinci
dari buku registrasi.
Buku inventaris koleksi terdiri dari buku induk inventaris koleksi dan buku
inventaris koleksi. Buku inventaris koleksi dikelola oleh kurator dan hanya mencatat
data satu jenis koleksi saja. Data yang termuat dalam buku inventaris koleksi, antara
lain, nomor inventaris, nomor registrasi, nama koleksi, uraian singkat, tempat
pembuatan, tempat perolehan, ukuran, tanggal/tahun masuk, penempatan, dan
keterangan. Dalam buku inventaris koleksi filologika Museum Bengkulu masih
terdapat beberapa keterangan yang kosong seperti : asal naskah, tahun pengadaan,
uraian singkat/ isi teks. Terdapat 38 koleksi yang tidak diketahui daerah asalnya. Di
samping itu, masih ada koleksi yang tidak memuat keterangan lain seperti bahasa,
tahun Dalam kenyataannya sebuah naskah pada umumnya terdiri lebih satu naskah,
baik ditulis oleh pengarang sendiri atau ditulis ulang oleh penyalin naskah. Kenyataan
lagi bahwa naskah-naskah tersebut tidak berada pada satu lokasi tertentu, namun
tersebar di berbagai tempat (dunia). Hal ini menjadi kendala bagi seorang peneliti
untuk mengidenfikasinya. Berikutnya lagi jika naskah-naskah itu sudah terkumpul,
tidak seluruhnya layak dan pantasuntuk diteliti karena antara satu naskah dengan
naskah lain (dalam satu judul) terkadang terjadi banyak cacat (korup) sehingga perlu
dilakukan pemilihan dan penyaringan.
Usaha untuk melakukan inventarisasi terhadap naskah-naskah tersebut dapat
dilakukan dengan merujuk beberapa karya akan disebutkan berikut ini. Melalui
karya-karya ini seorang

2.4 Pelestarian Naskah Kuno (Manuskrip)


Perawatan dan pelestarian bahan pustaka bukanlah hal yang baru bagi sebuah
museum. Apalagi dalam hal pelestarian manuskrip (naskah kuno). Koleksi bahan
pustaka perlu dirawat dan dilestarikan untuk mewariskan ilmu pengetahuan dan yang
terkandung di dalam koleksi untuk generasi yang akan datang. Namun demikian,
tugas pelestarian dan perawatan tersebut bukanlah tugas yang mudah. Sejak zaman
purba telah di temukan musuh bahan pustaka berupa kutu buku, rayap, kecoa, dan
berbagai jenis kutu lainnya. Berbagai usaha yang telah dilakukan untuk membasmi
berbagai kutu buku itu dengan efektif dan efisien. Tujuan pelestarian bahan pustaka
ialah melestarikan hasil budaya cipta manusia, baik yang berupa informasi fisik dari
bahan pustaka tersebut. Dalam usaha perawatan bahan pustaka, ada istilah-istilah
baku yang biasa digunakan pada lingkungan perpustakaan yaitu, pelestarian
(preservasi), pengawetan (konservasi), dan perbaikan (restorasi).10

1) Preservasi (Pelestarian)

Menurut Quraisy mengemukakan bahwa preservasi adalah upaya pelestarian


yang sifatnya menjaga koleksi untuk tetap utuh seperti kondisinya saat ini. Sedangkan
International Federation of Library Association (IFLA) mendefenisikan preservasi
adalah mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan,
ketenagaan, metode dan teknik, serta penyimpanannya.11 Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian preservasi adalah usaha untuk mengelola dan menjaga
bahan pustaka tetap utuh sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang
lama.12 Istilah pelestarian atau preservation mencakup semua aspek usaha
melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk di dalamnya kebijakan pengelolaan,
keuangan, sumber daya manusia metode dan teknik, serta penyimpanan. Artinya
bahwa pelestarian bahan pustaka menyangkut pelestarian dalam bidang fisik tetapi
juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya. Pengertian
preservasi bahan pustaka ini menyangkut usaha yang bersifat preventif, kuratif dan

10
Bahar and Mathar, “Upaya Pelestarian Naskah Kuno di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan,” 16.
11
Gusmanda and Nelisa, “PELESTARIAN NASKAH-NASKAHKUNO DI MUSEUM
NAGARI ADITYAWARMAN SUMATERA BARAT,” 53.
12
Fuadi, “EVALUASI KONSERVASI DAN PRESERVASI KOLEKSI MANUSKRIP PADA MUSEUM ACEH,”
49.
juga mempermasalahkan faktor- faktor yang mempengaruhi pelestarian bahan
pustaka tersebut. Dalam strategi pelestarian (preservasi) naskah kuno, terdapat dua
pendekatan yang dilakukan, yaitu pendekatan terhadap naskah dan pendekatan
terhadap teks dalam naskah (isi naskah).
Naskah kuno perlu untuk dilestarikan keberadaannya agar tidak musnah dan
bermanfaat bagi masyarakat. Pelestarian merupakan suatu usaha pekerjaan untuk
memelihara dan melindungi koleksi atau bahan pustaka sehingga, bisa dimanfaatkan
oleh masyarakat dalam jangka waktu lama. Tujuan pelestarian naskah untuk
melestarikan kandungan informasi yang terdapat di dalam naskah.

Ada banyak fungsi yang bisa diinventarisir terkait dengan kegiatan pelestarian. Suatu
contoh, kegiatan pelestarian memiliki fungsi sebagai berikut:13

a) Fungsi perlindungan: melindungi dan mencegah kerusakan naskah.


b) Fungsi pemeliharaan: memperpanjang umur bahan pustaka dan naskah.
c) Fungsi kesehatan: terkait kebersihan yang akan berpengaruh pada
kesehatan manusia, sehingga koleksi berdebu dan banyak serangga akan
membawa penyakit.
d) Fungsi pendidikan: mendorong pustakawan untuk belajar melestarikan bahan
pustaka dan naskah.
e) Fungsi sosial: melatih kesabaran khususnya dalam melestarikan bahan pustaka
dan naskah.
f) Fungsi ekonomi: pelestarian jangka panjang akan menghemat keuangan,
karena bahan pustaka dan naskah bertahan lama untuk dapat dilayankan
kepada pengguna.
g) Fungsi keindahan: dampak pelestarian mendorong keindahan, kerapian
perpustakaan khususnya kondisi bahan pustaka yang baik.

2. Konservasi (Perawatan)
Konservasi secara umum diartikan dengan pelestarian, namun dalam
khasanahnya sangat banyak pengertian yang ada berbeda pula implikasinya.
Konservasi dapat diartikan:14

13
Bahar and Mathar, “Upaya Pelestarian Naskah Kuno di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan,” 26.
14
PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN PUSTAKA, 32.
1) Kebijakan dan kegiatan yang mencakup melindungi bahan pustaka dari
kerusakan. Kegiatan ini mencakup metode dan teknik yang digunakan dan
dilakukan oleh teknisi. Kegiatan konservasi yang biasanya dilakukan adalah
deadifikasi, enkapsulasi, atau laminasi, membuat film mikro, penyimpanan
dalam bentuk digital atau elektronik;
2) Penggunaan prosedur kimia atau fisika dalam pemeliharaan dan penyimpanan
pustaka untuk menjamin keawetan pustaka.
Konservasi adalah kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan
pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dalam konservasi manuskrip seperti konservasi lontar dilakukan sebagai
upaya menyelamatkan manuskrip dari kehancuran.
konservasi terbagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:15
1) Konservasi aktif (active), merupakan tindakan yang berhubungan langsung
dengan bahan naskah.
2) Konservasi pasif (passive), merupakan kegiatan untuk memperpanjang umur
naskah (Manuskrip).
3) Konservasi preventif (preventive), merupakan tindakan dalam rangka
mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk memperpanjang umur naskah
(Manuskrip).
4) Konservasi kuratif (curative), merupakan tindakan untuk mengembalikan
struktur fisik dan fungsi dari sebuah dokumen dengan cara menyelamatkan
kondisi fisik bahan perpustakaan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut.
Konservasi kuratif juga bisa dengan memulihkan bahan perpustakaan ke
kondisi aslinya

Beberapa kegiatan konservasi yang dilakukan untuk menyelamatkan fisik lontar


dari kerusakan dan kehancuran adalah sebagai berikut:16

a) Membersihkan noda/kotoran
Lontar hendaknya selalu dibersihkan agar terhindar dari debu dan kotor.

15
Martoatmodjo, “Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar Belakang Sejarahnya,” 41.

16
Muhardi, “ANALISIS PENGELOLAAN KOLEKSI NASKAH KA-GA-NGA DI MUSEUM BENGKULU,” 11.
Pembersihan pada lontar dapat dilakukan dengan menggunakan air dengan bantuan
kapas. Lontar juga dapat dibersihkan dengan menggunakan larurtan ethly alkohol.
Bahan kimia ini cukup baik dan tidak akan merusak tulisan dan aman untuk lontar.
Noda tanah pada lontar dapat dihilangkan dengan

dengan proses dry cleaning yaitu dengan menggunakan sikat halus dan penghapus.
Minyak yang sudah mengering pada lontar sebaiknya dihilangkan dengan cara
merendam dalam deterjen dan air hangat. Perbaikan kerusakan tidak dapat dilakukan
sampai minyak dihapus karena pada saat perbaikan menggunakan perekat dan perekat
tidak akan menempel pada permukaan lontar yang berminyak.
b) Membungkus lontar
Untuk melindungi lontar terhadap debu dan pengaruh lingkungan lainnya
setelah dibersihkan lontar sebaiknya dibungkus dapat menggunakan kertas bebas
asam atau kain. Biasanya kain yang digunakan berupa kain katun atau
menggunakan bahan silk karena secara tradisional dapat berfungsi menghindari dari
serangan serangga bookworm.
c) Penyimpanan Lontar
Salah satu cara yang paling penting untuk mencegah kerusakan manuskrip
lontar adalah dengan melakukan penyimpanan yang benar. Lontar dapat disimpan
dalam kotak-kotak kayu atau kotak yang dibuat dari karton bebas asam dan disimpan
didalam kabinet yang khusus. Di dalam kabinet tersebut sebaiknya diletakkan
naftalen untuk melindungi dari serangga serta silica gell untuk menjaga agar
kelembaban tempat penyimpanan selalu kering. Manuskrip lontar yang sudah tua
sebaiknya disimpan dalam kotak terpisah. Agar lontar tidak berubah bentuk
dilakukan dengan cara mengikat dengan tali pada bagian tengah lalu dijepit
menggunakan kayu dengan ukuran yang lebih tebal dari lontar.
Dalam istilah konservasi di dunia perpustakaan terdapat beberapa upaya yang
dapat dilakukan dalam pemeliharaan bahan pustaka atau manuskrip diantaranya :17
a) Fumigasi
Fumigasi ini bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1) Dilakukan di ruangan penyimpanan buku;

17
Fuadi, “EVALUASI KONSERVASI DAN PRESERVASI KOLEKSI MANUSKRIP PADA MUSEUM ACEH,” 33.
2) Membawa buku ke ruang fumigasi sedangkan ruang penyimpanan disemprot
dengan bahan kimia pembunuh serangga dan kemudian dibersihkan;
3) Dilakukan dalam almari terutama kalau jumlah buku sedikit
b) Menghilangkan keasaman pada kertas (deadifikasi)
Deadifikasi (deadification) adalah kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan
cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada kertas. Dalam proses
pembuatan kertas, ada

campuran zat kimia yang apabila zat tersebut terkena udara luar, membuat kertas
menjadi asam. Proses ini berlangsung terus walau kertas menjadi buku atau yang lain.
c) Laminasi dan Enkapsulasi
Manuskrip, naskah, dokumen kuno biasanya mudah lapuk dan hancur
sehinggap perlu diawetkan dengan bahan kimia (coating) atau disebut dengan proses
laminasi. Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan
pustaka menjadi lebih awet. Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas-kertas
yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya menjilid, menambal,
menyambung, dan sebagainya. Naskah, manuskrip dan dokumen kuno kertas yang
biasanya dipakai mudah lapuk dan hancur sehingga diawetkan dengan disemprot
bahan kimia (coating) atau dengan proses laminasi.
Sedangkan Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari
kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, pengaruh asam, karena
dimakan serangga, kesalahan penyimpanan dan sebagainya. Pada umumnya kertas
yang akan dienkapsulasi berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster,
dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh. Enkapsulasi mirip dengan
menempatkan bahan pustaka pada amplop yang terbuat dari plastik, tetapi dalam
enkapsulasi tidak ada udara di dalamnya seperti pada amplop
d) Reproduksi
Reproduksi adalah jenis pemeliharaan yang dilakukan dengan memproduksi
ulang bahan pustaka dalam bentuk fotokopy atau mikro dengan tujuan penggandaan
dan penambahan agar koleksi yang tergolong langka dapat dilestarikan. Reproduksi
dilakukan untuk merawat bahan pustaka yang langka dan mudah rusak.
Dalam upaya pengawetan manuskrip (naskah kuno) harus memperhatikan
jenis tinta yang digunakan. Namun manuskrip atau naskah kuno mengandung kadar
asam karena tinta yang digunakan. Tinta yang digunakan pada manuskrip terbuat dari
karbon, biasanya jelaga, dicampur dengan gum arabic. Tinta ini menghasilkan
gambar yang sangat stabil. Agar kondisinya tetap baik, keasamannya hilang,
manuskrip dibungkus dengan kertas khusus, lalu disimpan dalam kotak karton bebas
asam. Ini merupakan salah satu cara melakukan konservasi terhadap manuskrip.

3. Restorasi (Perbaikan)

Setelah kita mengetahui berbagai macam perusak bahan pustaka dan macam yang
ditimbulkannya, maka kita harus dapat memperbaikinya. Pekerjaan memperbaiki
bahan pustaka. disebut restorasi. Setelah dilakukan konservasi, naskah kuno akan
mengalami restorasi. Restorasi adalah mengembalikan bentuk naskah menjadi lebih
kokoh. Ada teknik-teknik tertentu agar fisik naskah terjaga dan membuatnya kokoh
Untuk melakukan restorasi harus melihat keadaan manuskrip tersebut, karena tiap
kerusakan fisik perlu ditangani dengan cara yang berbeda.
Hal ini dikarenakan cara manuskrip rusak ada bermacam-macam, tergantung
sebab dan jenis kerusakan. Menurut Primadesi dalam sebuah tulisan tentang peran
masyarakat lokal dalam pelestarian naskah-naskah kuno paseban menyatakan
Langkah-langkah melakukan restorasi naskah kuno antara lain :18
a. Membersihkan dan melakukan fumigasi;
b. Melapisi dengan kertas khusus (doorslagh) pada lembara naskah yang rentan;
c. Memperbaiki lembaran naskah yang rusak dengan bahan arsip;
d. Menempatkan di dalam tempat aman (almari)
e. Menempatkan pada ruangan ber AC dengan suhu udara teratur.

Menurut Wirawati adapun upaya yang dapat dilakukan dalam perbaikan


manuskrip seperti manuskrip antara lain:19

a) Tulisan Manuskrip pudar


Manuskrip yang tulisannya pudar dapat dilakukan penghitaman kembali

18
Gusmanda and Nelisa, “PELESTARIAN NASKAH-NASKAH KUNO DI MUSEUM NAGARI ADITYAWARMAN
SUMATERA BARAT,” 32.
19
Bahar and Mathar, “Upaya Pelestarian Naskah Kuno di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan,” 61.
dengan menggunakan kemiri bakar yang telah ditumbuk halus sehingga akan keluar
minyak dari kemiri tersebut.
b) Manuskrip kaku/kering
Pelemasan terhadap manuskrip dilakukan untuk mengembalikan bentuk lontar
sesuai aslinya. Untuk memberikan fleksibilitas pada lontar dapat juga dilakukan
dengan meminyaki menggunakan minyak kayu aras, minyak serai, kayu putih
cengkeh dan minyak wijen. Tetapi dapat juga digunakan gliserin yang dicampur
alkohol dengan perbandingan 1:1. Untuk menjaga kelenturan dapat dilakukan dengan
penguapan selanjutnya di press dengan cara menjepit diantara dua buah kayu.

c) Manuskrip patah/retak.
Perbaikan Manuskrip yang retak/patah dilakukan dengan cara menyambung
kembali menggunakan tissue Jepang (Japanese tissue) dengan perekat yang
digunakan adalah polivinyl asetat (PVA) dan Carboxyl Metil celloluse (CMC).
Manuskrip yang patah juga dapat dienkapsulasi menggunakan plastik polyester
(mylar) dengan bantuan double tape sebagai perekat.

4. Digitalisasi

Proses perubahan dari dokumen tercetak (printed document) menjadi


dokumen elektronik sering disebut dengan proses digitalisasi dokumen. Naskah
Manuskrip diproses dengan sebuah alat (scanner) untuk menghasilkan doumen
elektronik. Perpustakaan dan Museum yang menyimpan naskah manuskrip telah
memanfaatkan digitalisasi ini.
Layanan Digital Naskah ialah layanan penyediaan informasi yang berkaitan
dengan naskah dalam format digital untuk diakses pemustaka dengan memanfaatkan
internet. Dengan kata lain, Layanan Digital Naskah merupakan penyediaan informasi
yang berkaitan dengan naskah untuk diakses oleh pemustaka melalui Internet.
Penyelenggaraan layanan digital bukan dimaksudkan untuk menghilangkan
kebutuhan akan layanan dan bahan pustaka konvensional, melainkan merupakan
upaya peningkatan layanan kepada pemustaka. Layanan Digital Naskah yang
bertujuan:20

20
PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN PUSTAKA, 57.
1) Menyediakan informasi dalam format digital yang dapat digunakan oleh
pengguna perpustakaan secara efektif.
2) Membantu pengguna menemukan dan mendapatkan informasi yang
diperlukan.
3) Melestarikan warisan digital nasional (national digital heritage).
4) Mendukung pembelajaran dan penelitian melalui penerapan teknologi
informasi.
Yang perlu diperhatikan dalam tahapan digitaliasi ini yaitu menyesuaikan
kondisi yang ada pada perpustakaan dan museum masing‐masing, termasuk
mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan dan kemampuan dalam melaksanakannya.
Dalam merumuskan aturan dan mekanisme sebaiknya dibuatkan Prosedur Operasi
Standar (SOP/Standard Operating Procedure). Menetapkan kebutuhan teknis
(hardware) seperti komputer server, komputer personal, jaringan internet, mesin
pemindai (scanner), dan lain sebagainya.26 Kebutuhan teknis (software) seperti
Adobe Acrobat, Scansoft Omnipage Pro, DSpace, dan lain‐lain. Sedangkan dari sisi
kebutuhan sumber daya manusia tentunya ditetapkan jumlahnya sesuai dengan
kualifikasinya.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Observasi di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


1. Gambaran Umun Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Perpustakaan UIN pada awalnya merupakan peralihan nama dari
Perpustakaan IAIN Jakarta, yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN 
itu sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) pada
tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih sangat 
sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak 2000
eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai. Pada tahun 1960-1964
Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. A. Syadali (beliau adalah Rektor IAIN
tahun 1984-1993). Dibawah kepemimpinannya perpustakaan sudah mulai
dikelola secara lebih sistematis. Pada periode tersebut, koleksi buku
diklasifikasi menurut DDC (Dewey Decimal Classification). Di samping itu 
sistem peminjaman juga sudah mulai tertib, dan jumlah pegawainya ada 4
orang.
Tahun 1964-1971 Perpustakaan IAIN dikepalai oleh Ny. Nabilah  Lubis,
beliau adalah sarjana muda ilmu perpustakaan dari Universitas Cairo, Mesir.
Pada masanya Perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan buku dari
berbagai lembaga, khususnya kedutaan Mesir dan Saudi Arabia, sehingga
pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan 10.999 eks buku,
23 skripsi, dan 310 eks majalah. Prof. DR. Nabilah Lubis saat ini adalah guru
besar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta. Selanjutnya, pada
tahun 1971-1983 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Ny. Dra. Hj. Halimah
Madjid. Di bawah kepemimpinannya perpustakaan ditata lebih teratur dan
menempati ruang yang lebih luas (gedung Aula Madya saat ini). Pada masa
inilah puncak prestasi perpustakaan berhasil diraih, tepatnya pada tahun 1980
Perpustakaan IAIN Jakarta tercatat sebagai perpustakaan perguruan tinggi
terbaik se-DKI Jakarta.
Berikutnya pada tahun 1983-1984, perpustakaan IAIN dipimpin oleh
Drs. M. Kailani Eryono, alumni Jurusan Ilmu Perpustakaan dari Universitas
Indonesia menggantikan posisi Ny. Hj. Halimah Madjid. Pada masanya
Perpustakaan IAIN berkembang dengan cukup pesat. Selanjutnya pada tahun
1984-1998 Drs. Zaenal Arifin Toy, MLIS. alumni jurusan bahasa Inggris dari
IAIN Jakarta dan Master di bidang Ilmu Perpustakaan dari University of
Illinois, Urbana-Champaign, menjadi kepala Perpustakaan IAIN hingga tahun
1998. Pada masanya perpustakaan sempat pindah ke gedung baru berlantai
tiga di Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat. Saat ini gedung tersebut
menjadi Fakultas Psikologi. Dibawah kepemimpinan beliau telah
dibentuk Sekretariat Kerja Sama Perpustakaan (SKP) yang anggotanya
terdiri dari seluruh perpustakaan IAIN dan STAIN di Indonesia. Selanjutnya
SKP ini diubah namanya menjadi Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Islam (JPPTI) yang dideklarasikan di Surabaya pada tahun 2003.
Periode berikutnya (1998 hingga 2000) Perpustakaan IAIN dipimpin
oleh Drs. M. Djuhro S. Beliau juga seorang sarjana ilmu perpustakaan dari
Universitas Indonesia. Pada masa kepemimpinannya perpustakaan kembali
pindah ke gedung yang lebih baru yang dibangun di atas tanah eks gedung
Sanggar Pravitasari. Dengan demikian lokasi perpustakaan dan kampus
menjadi lebih dekat. Sejak tahun 2001 hingga akhir tahun 2006, Perpustakaan
Utama UIN Jakarta dikepalai oleh Dr. H. Udjang Tholib, MA. Beliau pernah
bekerja di perpustakaan ini pada tahun 1975-1985, dan pada tahun 1984
mengikuti Program Sertifikat Tenaga Asisten Perpustakaan selama 8 bulan di
Universitas Indonesia. Berbagai upaya perbaikan telah dilaksanakan, antara
lain perbaikan gedung dan perlengkapannya, penerapan sistem otomasi,
penerapan sistem kemanan koleksi dengan sensormatic, penambahan jenis
layanan seperti warnet, audio visual, dan lain sebaginya. Pada tahun 2007
sampai dengan tahun 2010, Perpustakaan Utama UIN dipimpin oleh Dr.
Muhammad Zuhdi, dan pada tahun 2011-2013, Perpustakaan Utama dipimpin
oleh Nuryudi, MLIS dan sejak tahun 2013 sampai sekarang (2014)
Perpustakaan Utama yang sekarang berubah namanya menjadi Pusat
Perpustakaan dikepalai oleh seorang pustakawan yaitu Amrullah Hasbana,
S.Ag, SS, MA.
Selain Pusat Perpustakaan, ada beberapa perpustakaan Fakultas yang
tersebar dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perpustakaan
Fakultas ini merupakan bagian dari sistem pembelajaran di lingkungan
fakultas, dan karenanya menjadi basis pembelajaran yang berfungsi
sebagai Library and Learning Resources Center (LLRC).  LLRC merupakan
bentuk implementasi dari kebijakan universitas dalam rangka menjadikan
perpustakaan-perpustakaan fakultas sebagai working library yang dapat
memfungsikan dirinya untuk memberikan layanan kepada pemakai
lingkungan masing-masing Fakultas sehingga kedekatan koleksi akan lebih
dirasakan oleh pengguna disamping kebutuhan akan kedalaman informasi
pengguna pada masing-masing Fakultas akan dapat diakses dan diperoleh
dengan mudah. Pengembangan Perpustakaan Fakultas ini sekali lagi
merupakan kebijakan strategis Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
1998 tentang konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN with Winder
Mandate), yakni meningkatkan standarisasi fasilitas sarana dan prasarana
pendidikan di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program
kebijakan Rektor tersebut di antaranya adalah mendirikan serta
mengembangkan perpustakaan di masing-masing fakultas. Pendirian
perpustakaan fakultas ini kemudian disyahkan dengan SK Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta No. 040 Tahun 1999 tentang Rencana Induk
Pengembangan (RIP) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1999/2000 -
2003/2004, yang salah satunya dinyatakan bahwa pengembangan
perpustakaan di lingkungan IAIN Jakarta dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Perpustakaan Utama sebagai perpustakaan riset, Perpustakaan Fakultas
sebagai perpustakaan kerja, dan Perpustakaan Pasca Sarjana sebagai
perpustakaan khusus.
Dalam pengembangannya terdapat beberapa Perpustakaan Fakultas
dilingkungan UIN Jakarta yang berperan sebagai ”working library”
(perpustakaan kerja), dimana fungsinya adalah memberikan layanan kepada
masing-masing sivitas akademika Fakultas. Perpustakaan Fakultas tersebut
antara lain adalah :
1. Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2. Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
3. Perpustakaan Fakultas Ushuluddin
4. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
5. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
6. Perpustakaan Fakultas Dirasat Islamiyyah
7. Perpustakaan Fakultas Psikologi
8. Perpustakaan Ekonomi dan Bisnis
9. Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi
10. Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
11. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
12. Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana

1. jenis koleksi perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah


a. Pusat Perpustakaan UIN memiliki koleksi-koleksi tercetak,
diantaranya :
1). Koleksi islam dan koleksi umum,
Merupakan buku-buku yang dapat dipinjam oleh
pemustaka. saat ini Pusat Perpustakaan memiliki 38.555
judul 100.000 eksemplar koleksi tercetak.
2). Koleksi referensi (rujukan)
Koleksi referensi (bahan rujukan) adalah koleksi-koleksi
yang menyediakan rujukan pada sumber-sumber referensi
seperti sumber biografi, bibliografi, sumber geografi,
indeks, abstrak, direktori, kamus, ensiklopedia, almanak,
dan sumber-sumber referens lainnya yang digunakan
sebagai  acuan dalam mencari suatu informasi.Hingga saat
ini Pusat Perpustakaan memiliki koleksi referensi kurang
lebih 172 judul, 421 eksemplar buku rujukan (referens)
yang meliputi rujukan tentang  kajian Islam, tafsir, hadis,
rujukan dalam ilmu-ilmu sosial seperti pendidikan,
hukum, politik, ekonomi, dan berbagai biografi para
tokoh.
3). KoleksiUIN-ana
UIN-ana adalah koleksi muatan lokal (local content)
yaitu, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian yang
merupakan deposit karya para alumni UIN dan sebagian
kecil berasal dari karya tulis alumni McGill University
(terutama tesis dan disertasi).  Jumlah koleksi jenis ini
adalah sebagai berikut:

No Jenis Bahan Jumlah

1 Skripsi 29.994 Judul


2 Tesis  10.140 Judul
3 Disertasi 267 Judul
Laporan
4 1800 judul
Penelitian

4). Koleksi Terbitan Berkala (Serial)


Koleksi ini terdiri dari Jurnal Ilmiah, Majalah Populer dan
Surat Kabar.  Beberapa judul jurnal ilmiah yang dikoleksi
oleh Pusat Perpustakaan UIN, diantaranya adalah : Al-
Huda, Jauhar, Studia Islamika, Kultur, Al-Jami’ah, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal Adabiya, Archipel,
International Journal of Middle East Studies, Journal of
Islamic Studies, Modern Asian Studies, dll yang
berjumlah 618 eksemplar. Sedangkan koleksi majalah
populer yang dilanggan saat ini adalah: Forum Keadilan,
Gatra, Tempo, Amanah, dan Alo Indonesia (berbahasa
Arab) yang berjumlah 260 eksemplar. Selain itu Pusat
Perpustakaan juga melanggan beberapa surat kabar harian
yaitu Republika, Media Indonesia, Tempo, dan Kompas.
5). Koleksi Corners & Koleksi TAF
Pusat Perpustakaan UIN saat ini memiliki koleksi corners
dan koleksi hibah yang diperoleh dari Yayasan Asia
Foundations sejumlah 4156 judul 6157 eksemplar dengan
rincian sebagai berikut :

No Jenis Koleksi Jumlah Eksemplar

1 AMCOR (American Corner) 1449 1550


CRC (Canadian Resource
2 920 1188
Center)
3 Saudi Arabia 48 112
4 Munawir 114 179
6). Koleksigames
Pusat Perpustakaan juga memilki koleksi games sejumlah
16 buah yang dapat digunakan sebagai  hiburan sekaligus
edukasi bagi pengguna. Adapun koleksi games tersebut
adalah sebagai berikut :

No Judul Jumlah

1 Bananagrams 1
2 Quddler for the fun words 1
3 Monopoly : the fast dealing property trading games 1
4 Pandemic : a game by Matt Leacock 1
5 Sequence : an exciting game of strategy 1
6 Pictionary : the game of quick draw 1
7 Classic game collection wood chess set 1
8 Checkers 1
9 Uno Card Game 1
10 Politics 1
11 Loaded Question 1
12 Race for the White House 1
13 Stratego 1
14 Road to the White House 1
15 10 days in the USA 1
16 Word (Galaxy of wood game) 1

 Selain dari koleksi tercetak (printed materials), saat ini Pusat


Perpustakaan juga memilki koleksi Non-cetak atau elektronik (e-resources)
yang dikemas dalam format elektronik berupa e-book, e-journal dan e-
databases (database online). Koleksi-koleksi elektronik tersebut diadakan
oleh Pusat Perpustakaan sebagai bentuk pengembangan koleksi Perpustakaan
dan respons perpustakaan atas perkembangan publikasi elektronik (e-
publising) serta perubahan kebutuhan informasi para pemustaka (sivitas
akademika UIN) yang diperlukan untuk mendukung kegiatan ilmiah dan
akademik para sivitas. Koleksi-koleksi elektronik dan digital tersebut
sebagian dilanggan oleh Pusat Perpustakaan dan sebagian yang lain diperoleh
secara gratis melalui kerjasama dengan Lembaga lain atau melalui
penyediaan akses ke open acess databases. Secara rinci koleksi elektronik
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta tersebut adalah sebagai berikut :
N
Jenis Koleksi Publisher
o
Brill
Cambridge University Press
Emerald Group Publishing
1 E-Book
Gale Virtual Reference Library (GVRL)
IG Publishing
Oxford University Press
Springerlink
JStor
Oxford University Press
2 Database Online (subscribed by UIN)
IEEE
Infotrac Custom Journal (Gale Cengage)
Ovid
Database Online (subscribed by US
3 E-Library USA
Embassy)
Proquest
4 Database Online (subscribed by DIKTI)
Cengage
DOAJ
National Library E-Resources by Online
5 Open Access Journal
Registration
Institutional Repository
Tabel E-Resources
Selain dari koleksi elektronik Pusat Perpustakaan juga memilki koleksi multimedia
berupa koleksi CD-ROM, audio, video dan playaway.
No Jenis Bahan Jumlah
1 CD-ROM 91 judul (117 CD)
2 Kaset Audio 11 judul (15 kaset)
3 Kaset Video 3 judul (24 kaset video)
4 Playaway 8 judul (8 keping)
Tabel Koleksi Multimedia

3.2 Pengelolaan naskah kuno dan koleksi langkah perpustakaan Uin Syarif
Hidayatullah
3.3 Pelestarian
3.4 Gambaran umum perpustakaan Amerika Serikat
Perpustakaan Kongres Amerika Serikat (Library of Congress) secara de facto
adalah perpustakaan nasional Amerika Serikat dan pusat riset Kongres Amerika Serikat.
Perpustakaan ini menempati 3 buah gedung di Washington, D.C.. Perpustakaan terbesar
di dunia dari segi luas rak buku dan total koleksi buku. Katalog perpustakaan ini
mendaftar lebih dari 32 juta judul bahan pustaka yang ditulis dalam 470 bahasa.
Perpustakaan juga menyimpan koleksi 61 juta manuskrip, dan koleksi buku langka
terbesar di Amerika Utara, termasuk naskah Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
dan Kitab Gutenberg (satu dari 4 salinan velum dalam keadaan sempurna yang ada).[4]
Selain itu, perpustakaan menyimpan lebih dari 1 juta judul terbitan pemerintah Amerika
Serikat, 1 juta terbitan surat kabar dari seluruh dunia selama 3 abad terakhir, 33.000
volume surat kabar yang dijilid, 500.000 gulung mikrofilm, lebih dari 6.000 judul buku
komik, dan koleksi literatur hukum terbesar di dunia.[5] Koleksi bahan nonbuku terdiri
dari film, 4,8 juta judul peta, lembar musik, 2,7 juta judul rekaman suara, lebih dari 13,7
juta lembar foto (termasuk gambar arsitektur), serta biola Betts Stradivarius dan
Cassavetti Stradivarius.21
3.5 Pengelolaan naskah kuno dan koleksi langkah perpustakaan Amerika
Serikat
Perpustakaan ini berfungsi sebagai perpustakaan deposit untuk
perlindungan dan pendaftaran hak cipta. Semua penerbit di AS diwajibkan untuk
menyerahkan dua salinan hasil koleksi naskah kuno terbitannya ke Perpustakaan
Kongres yang disebut wajib simpan. Bila terbitan naskah kuno tidak diterbitkan
untuk umum, penerbit hanya wajib menyerahkan satu salinan dari karya
tersebut. Pada hari kerja, perpustakaan menerima hampir 22.000 terbitan baru.
Walaupun demikian, tidak semua terbitan bisa dimasukkan ke dalam koleksi.
Setiap harinya hanya sekitar 10.000 terbitan yang dianggap layak. Khusus untuk
bukan naskah kuno Terbitan yang ditolak dipakai sebagai bahan tukar menukar
dengan perpustakaan lain di seluruh dunia, didistribusikan ke badan-badan
pemerintah federal, atau disumbangkan ke sekolah, komunitas, dan organisasi
lain di AS.22
3.6 Pelestarian naskah kuno dan koleksi langkah perpustakaan Amerika
Serikat
21
About the Serial and Government Publications Division". The Library of Congress page 5
22
Library Thing Profile Page for Thomas Jefferson's library, summarizing contents and indicating page 8
Perpustakaan Kongres adalah "Perpustakaan Terbesar di Dunia menurut
Guinness World Records”Rekor ini didasarkan pada perhitungan luas rak berisi
koleksi. Menurut Perpustakaan Kongres, koleksinya menempati rak yang bila
dijumlahkan panjangnya 850 km. Sementara British Library memiliki rak
sepanjang 625 km. Perpustakaan Kongres memiliki sekitar 130 juta bahan
pustaka, 29 juta di antaranya berupa buku. Sementara British Library walaupun
memiliki sekitar 150 juta bahan pustaka, hanya 25 juta di antaranya berupa buku
dan sisanya adalah naskah kuno yang berada di perpustakaan yang wajib
disimpan berdasarkan terbitan.
Seluruh koleksi buku Perpustakaan Kongres bila dijadikan dokumen
elektronik dan disimpan dalam bentuk teks polos, maka diperlukan media
simpan sebanyak 20 terabita (10 terabita menurut sumber lain). Angka ini
dihitung dari 20 juta judul buku yang terdaftar dalam katalog Perpustakaan
Kongres tahun 2007.23
Di situs web bernama American Memory, Perpustakaan Kongres
menyediakan jutaan dokumen elektronik, termasuk gambar, foto, rekaman
audio, video, dan arsip halaman web yang semuanya merupakan domain publik.
THOMAS adalah situs web untuk pencarian semua dokumen yang dihasilkan
Kongres. Dokumen yang tersedia lewat THOMAS di antaranya: rancangan
undang-undang, teks Congressional Record berikut indeksnya, serta status dan
rangkuman RUU.

23
Gilliland, Anne J. “Setting the Stage.” In Introduction to Metadata. 3rd ed., edited by M. Baca. Los
Angeles: Getty Research Institute, page 7
http://opac.fah.uinjkt.ac.id/index.php?p=show_detail&id=6401

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Promosi adalah semua kegiatan untuk membantu penjualan suatu produk atau
jasa di setiap tempat jaringan penjualan, mulai dari bahan presentasi yang digunakan
oleh tenaga penjualan ketika melakukan penawaran hingga siaran niaga di media massa
(televisi, surat kabar) untuk mengikat pelanggan melalui kesan yang menyenangkan
terhadap yang diiklankan. Media promosi yang digunakan saat ini telah berkembang,
dari promosi offline, seperti baliho, brosur, koran, majalah, TV dan sebagainya,
sekarang sudah ada promosi dengan media online yaitu internet. Promosi offline
memiliki kelebihan yaitu mudah disentuh dan berada di sekeliling masyarakat. Namun
kelemahannya adalah bersifat regional dan cepat expired. Promosi online mempunyai
kelebihan yaitu publikasi tidak terbatas pada satu daerah saja serta bisa diakses di mana
saja. Selain itu biaya yang diperlukan pun tidak mahal.
Kegiatan promosi perpusatkaan dilakukan dengan metode sosialisasi,
mengadakan perlombaan, pameran, dan menyediakan informasi tentang wisata budaya
Museum Adityawarman melalui web Provinsi Sumatera Barat. Media promosi yang
digunakan Museum Adityawarman yaitu baliho, brosur, dan poster. Namun,
Perpusatakaan UIN SYARIF HIDAYATULLAH belum memiliki media
promosi online yang bisa diakses 24 jam dengan memiliki promosi yang mendalam
mengenai naskah kuno yang akan digunakan sebagai media promosi. Berbeda dengan
perpustakaan yang diamerika yang sudah menggunakan media promosi baik web
ataupun bentuk tulisan lainnya sehingga naskah kuno dapat diakses dengan lebih
mudah.Dengan demikian promosi memang memilki peran yang penting dalam
pengemabangan dan pelestarian naskah kuno yang akan dipromosikan khsus nya untuk
perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA
http://perpus.uinjkt.ac.id/content/sejarah-perpustakaan-uin-jakarta jam 23:18
wib, selasa 4 mei 2021

Anda mungkin juga menyukai