Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH

PENGANTAR KESUSASTRAAN

TUGAS 3

LAPORAN KAJIAN UNSUR SUDUT PANDANG

CERPEN AKU, PEMBUNUH MUNIR KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

OLEH :

Nama : Herfina Assadiyah

NIM : 15016010

Sesi : 60008

Dosen pembimbing : Prof. Dr. Hasanudin Ws, M.Hum

PROGRAM STUDDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kajian Unsur Sudut Pandang Cerpen Aku,
Pembunuh Munir karya Seno Gumira Ajidarma. Banyak hal yang penulis lalui dalam
pengerjaan tugas ini, baik itu hambatan dalam pengerjaan tugas ini karena penulis masih
kurang memahami mengenai isi cerpen Aku, Pembunuh Munir.
Tujuan penulisan Kajian Unsur Sudut Pandang Cerpen Aku, Pembunuh Munir ini
untuk memenuhi tugas ketiga mata kuliah pengantar kesusastraan. Dalam penulisan laporan
ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak lagi menemukan banyak masalah dan
kendala karena penulis sudah banyak belajar dari penulisan laporan bacaan yang pertama.
Burhan Nurgiyantoro pada hari Sabtu 7 November 2015 di perpustakaan pusat UNP.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan bacaan ini, khususnya kepada
Bapak Prof. Dr. Hasanuddin WS, M.Hum sebagai dosen pembina pada mata kuliah pengantar
kesusasteraan.

Dalam penulisan Kajian Unsur Sudut Pandang Cerpen Aku, Pembunuh Munir ini
masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun materi. Penulis menyadari dalam
penulisan dan penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun dari pihak manapun demi
perbaikan dimasa yang akan datang.

Padang, November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

A. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1. Garis Besar Isi Cerpen ............................................................................. 1
2. Biodata Penulis Cerpen Aku, Pembunuh Munir ...................................... 2

B. KAJIAN UNSUR SUDUT PANDANG ........................................................


1. Sudut Pandang Persona Ketiga ..........................................................
2. Sudut Pandang Persona Pertama ........................................................
3. Sudut Pandang Campuran ..................................................................

C. PENUTUP......................................................................................................
Simpulan .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN

1. Garis Besar Isi Cerpen

Cerpen Aku, Pembunuh Muir ini dikarang oleh Seno Gumira Ajidarma yang terbit di
harian Kompas pada 29 September 2015.Cerpen ini menceritakan tentang pembunuhan
Munir. Tokoh aku yang mengatakan dan mengakui bahwa dirinya adalah anjing kurap dan
membunuh Munir. Tokoh aku membunuh Munir karena dendam sejak tahun 1998 karena
Munir telah membongkar kenyataan adanya orang hilang, Munir telah membiarkan mereka
berbicara setelah susah payah mengintimidasi para aktivis itu. Tokoh aku membunuh Munir
dengan cara meracuninya.
Tokoh aku membunuh Munir dengan dibantu oleh seorang kelompok yang disebutnya
kelompok goblok. Kelompok orang-orang yang tidak bisa membedakan antara terpaksa
membunuh demi bela diri, bela negara, dan pembunuhan politik. Munir harus mati sebelum
pemilihan presiden.
2. Biodata Penulis Cerpen

Seno Gumiro Ajidarma adalah penulis cerpen Aku, Pembunuh Munir. Seno Gumiro
Adimaja dilahirkan di Bonston pada tanggal 19 Juni 1958 dan dibesarkan di Yogyakarta.
Ayahnya Prof.Dr.MSA Sastromidjojo guru besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada
dan ibunya Dr. Poestika Kusuma Sujana. Setelah lulus SMP, Seno tidak mau sekolah.
Terpengaruh petualangan Old Shatterhand di rimba suku Apache, karya pengarang asal
Jerman Karl May ia pun mengembara mencari pengalaman. Sampai akhirnya jadi buruh
pabrik kerupuk di Medan. Karena kehabisan uang, ia minta uang kpada ibunya. Tapi, ibunya
mengirim tiket untuk pulang. Seno pulang dan meneruskan sekolah.

Walau tak mengerti tentang drama, dua tahun Seno ikut teater Alam pimpinan Azwar
A.N. Tertarik puisi-puisi Remy Sylado di majalah Aktuil Bandung, Seno pun mengirimkan
puisi-puisinya dan dimuat. Kemudian seno menulis cerpen dan esi tentang teaterseno mulai
menulis dari SMA, tahun 1974. Jadi wartawan dan menikah di umur 19 tahun. Pada tahun itu
juga Seno masuk InstitutKesenian Jakarta, jurusan sinematografi. Ia menyelesaikan S2 nya di
Jurusan Filsafat UI dan menyelesaikan S3 nya dalam delapan semester di program
Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Jurusan Ilmu Sastra di UI diselingi proses
kreatifnya menyelesaikan tiga novel.

Buku kumpulan cerpennya antara lain: Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius
(1993), Saksi Mata (1994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan
unutuk Cinta (1996), Iblis tidak Pernah Mati (1999). Karya lain berupa novel Matinya
Seorang Penari Telanjang (2000).

Seno banyak memperoleh penghargaan di antaranya SEA Write ward pada tahun 1987,
Dinny O”Hearn Prize for Literary (cerpenya Saksi Mata) pada tahun 1997, Khatulistiwa
Literry Award ( Novelnya yang berjudul Negeri Senja) pada tahun 2005 dan Ahmad Bakrie
Award pd tahun 2012.

Berikut adalah contoh beberapa sampul buku dari cerpen Seno Gumira Ajidarma
B. KAJIAN UNSUR SUDUT PANDANG

Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan siapa yang menceritakan atau dari
posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Sudut pandang atau point of view,
menyaran pada cara sebuah kisah dikisahkan. Sudut pandang merupakan cara atau pandangan
yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepad pembaca
(Abrams, 1981:142). Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakanstrategi,
teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya.

Sudut pandang dapat dibedakan dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca,
lebih bersifat penceritaan atau telling, penunjukan atau showing, naratif atau dramatik.
Pembedaan sudut pandang yang dikemukakan berikut ini berdasarkan pembedaan yang telah
umum dilakukan orang, yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona
pertama.

1. Sudut Pandang Pesona Ketiga “Dia”

Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga, narator adalah
seseorang yang berada diluar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut
nama, atau kata ganti: ia, dia, mereka. Sudut pandang persona ketiga dapat dibedakan yaitu
sudut pandang persona ketiga serbatahu, sudut pandang persona ketiga bersifat terbatas dan
selaku pengamat. Sudut pandang persona ketiga serbatahu yaitu cerita dikisahkan dari sudut
“dia”, namun pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja ha-hal yang menyangkut tokoh
“dia” tersebut.

Sudut pandang persona ketiga bersifat terbatas dan selaku pengamat seperti halnya dalam
sudut pndang persona ketig serbatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar,
dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh
saja (Stanton, 1965:26), atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas (Abarms,1981:144).
Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh “dia”, namun mereka tidak
diberi kesempatan untuk menunjukan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
2. Sudut Pandang Persona Pertama “Aku”

Dalam pengisahan cerita yang meggunakan sudut pandang persona pertama, narator
adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah tokoh yang berkisah, mengisahkan
peristia dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan serta sikapnya
terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Kita, pembaca menerima apa yang diceritakah
oleh tokoh “aku”, maka kita hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang
dilihat dan dirasakan tokoh “aku” tersebut.

Tokoh “aku” tentu saja punya nama, namun karena ia mengisahkan pengalaman sendiri,
nama itu jarang disebut. Penyebutan nama tokoh “aku” mungkin justru berasal dari ucapan
tokoh lain yang bagi tokoh “aku” merupakan tokoh “dia”. Penggunaan sudut pandang “aku”
dalam sebuah cerita hanya merupakan gaya, teknik. Jadi, tidak perlu di hubungkan atau
diartikan bahwa tokoh “aku” adalah pengarang walau tidak jarang sikap dan pandangan
pengarang akan tercermin di dalamnya.

Dalam sudut pandang “aku”, narator hanya bersifat serbatahu bagi diri sendiri dan tidak
terhadap orang-orang (tokoh) lain yang telibat dalam cerita. Ia hanya berlaku sebagai
pengamat saja terhadap tokoh-tokoh “dia” yang bukan dirinya. Sudut pandang persona
pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan tokoh
“aku” dalam cerita. Tokoh “aku” mungkin menduduki peran utama, jadi tokoh utama
protagonis, mungkin hanya menduduki peran tambahan jadi tokoh aku protagonis atau
berlaku sebagai saksi.

Tokoh “aku” sebagai tokoh utama yaitu tokoh “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan
tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri maupun fisik,
hubunganya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Tokoh “aku” menjadi fokus, pusat
kesadaran, pusat cerita. Berbagai pengalaman kehidupan yang diceritakan tokoh “aku” akan
berhubungan erat dengan pengalaman pembaca. Tokoh “aku” dapat dipergunakan untuk
melukiskan serta membeberkan berbagai pengalaman kehidupan manusia yang paling dalam
dan rahasia sekalipun.

Tokoh “aku”sebagai tokoh tambahan yaitu membawakan cerita kepada pembaca , serta
tokoh yang dikisahkan itu kemudian “dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai
pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi
tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa,
tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, tokoh
“aku” tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian tokoh
“aku” hanya tampil sebagai saksi. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh
orang lain. Tokoh “aku” tersebut muncul dan berfungsi sebagai bingkai cerita.

3. Sudut Pandang Campuran

Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari satu teknik.
Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita
yang dituliskannya. Penggunaan sudu pandang yang bersifat campuran itu di dalam sebuah
novel, mungkin berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia”
serbatahu dan “dia” sebagai pengamat persona pertama dengan teknis “aku” sebagai tokoh
utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi , bahkan dapat berupa campuran antara persona
pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus.

Campuran “aku” dan “dia”. Dewasa ini dapat kita jumpai adanya beberapa novel
indonesia yang mempergunakan dua sudut pandang “aku” dan “dia” secara bergantian. Mula-
mula cerita dikisahkan dari sudut “aku”, namun kemudian terjadi pergantian ke “dia”, dan
kembali lagi ke “aku”. Hal ini misalnya kita jumpai pada Burung-burung Manyar, Dan Senja
pun Turun, dan Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari¸dan Jantera Bianglala
jika ketiganya dianggap sebagai satu kesatuan.

Anda mungkin juga menyukai