Anda di halaman 1dari 3

Nama: Bagas Yudha Prawira

PBSI KELAS C

UTS KRITIK SASTRA

1. Jelaskan prinsip-prinsip dalam kritik sastra! (10)


2. Paparkanlah hal-hal yang dibutuhkan dalam mengkritik karya sastra? (20)
3. Apa yang dimaksud dengan kritik sastra ilmiah dan nonilmiah? (20)
4. Ada beberapa model (teori dan pendekatan) dalam mengkritik karya sastra yakni
model antologi, model struktural, model biografi, dan model tafsir emansipatoris.
Pilihlah 3 di antara model-model tersebut dan terangkanlah dengan memberikan
ilustrasi/contoh! (30)
5. Jelaskanlah ciri khas atau fokus kritik kritikus dalam kritik feminis! (20)

Jawaban

1. Menurut Abrams kritik sastra merupakan studi yang berhubungan dengan


pendefinisian, penggolongan (pengkelasan), penguraian (analisis) dan penilaian
(evaluasi). Dalam kritik sastra, karya sastra dapat dipandang sebagai suatu
pengamatan, perbandingan serta pertimbangan baik dan buruknya. Prinsip yang
menjadi landasan suatu karya sastra menurut Endraswara yaitu: (1) setiap karya sastra
yang lahir belum tentu sempurna, sehingga butuh pencermatan dan (2) karya sastra
ada yang sengaja diciptakan dengan tendensi dan simbol-simbol khusus, sehingga
butuh kritik yang mampu memahaminya. Fungsi kritik sastra adalah untuk memberi
nilai pada suatu karya sastra serta agar ada jembatan antara pengarang dengan
pembaca dalam memahami suatu karya sastra. Seorang kritikus sastra harus adil dan
tidak subjektif, jujur, bijaksana dan mengatakan hal-hal yang benar sesuai dengan apa
yang diamati dan landasan teori yang kuat
2. Hal pertama yang dibutuhkan dalam mengkritik karya sastra adalah objek. Objeknya
adalah karya sastra itu sendiri. Jadi adanya karya sastra yang akan dikritik adalah hal
yang paling utama dan dibutuhkan dalam mengkritik karya sastra. Hal kedua yang
dibutuhkan adalah pengetahuan. Seseorang yang akan mengkritik karya sastra harus
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ilmu sastra, lebih-lebih dalam penilaian
karya sastra. Selain memiliki pengetahuan ilmu sastra, pengkritik juga harus memiliki
pengetahuan lain yang ada hubungannya dengan karya sastra, seperti penciptaan karya
sastra, latar belakang karya sastra, dan sejarah sastra. Hal yang ketiga adalah
kecermatan. Pengkritik harus cermat dalam mengungkapkan kritikannya terhadap
karya sastra yang di kritik. Hal selanjutnya yaitu, sebagai seorang pengkritik karya
sastra kita dituntut untuk menyikapi karya sastra secara objektif dengan disertai
alasan-alasan.
3. a. Kritik sastra ilmiah merupakan kritik sastra yang ditulis oleh para ahli sastra, para
sarjana sastra lulusan universitas atau IKIP, para peneliti LIPI, peneliti di Pusat
Bahasa dan Balai Penelitian Bahasa dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
b. Kritik sastra nonilmiah merupakan kritik yang ditulis oleh para kritikus sastrawan
atau umum seperti wartawan atau ahli pikir yang mempunyai minat dalam bidang
sastra dengan tidak menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. a. Menurut Wellek dan Warren (1962:75), model biografis dianggap sebagai
pendekatan yang tertua. Pendekatan biografis merupakan studi yang sistematis
mengenai proses kreativitas. Subjek kreator dianggap sebagai asal-usul karya sastra,
arti sebuah karya sastra dengan demikian secara relatif sama dengan maksud, niat,
pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang. Contohnya adalah Gus Mus
merupakan sastrawan yang terkenal dengan background religinya, sehingga dari sisi
penulis tentu karya sastra yang dia lahirkan pun akan dekat sekali dengan nilai
religious yang terkandung di dalam karya sastranya. Secara sederhana tafsir
emansipatoris adalah tafsir “pembebasan” atau tafsir yang “membebaskan”. Istilah
membebaskan yang melekat pada tafsir ini mengandung dua arti.
b. Istilah kritik strukturalisme secara khusus mengacu kepada praktik kritik sastra
yang mendasarkan model analisisnya pada teori linguistik modern. Tetapi umumnya
strukturalis mengacu kepada sekelompok penulis di Paris yang menerapkan metode
dan istilah-istilah analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure (Abrams,
1981: 188-190). Contoh kritik sastra dengan pendekatan strukturalisme adalah pada
novel dua garis biru beberapa kalangan masyarakat kurang setuju dengan alur cerita
yang dibuat sebab bisa menimbulkan kaum pemuda penikmat novel ini coba coba
untuk melakukan tindakan asusila dengan dalih ada hikmah dibalik itu semua.
c. Secara sederhana tafsir emansipatoris adalah tafsir “pembebasan” atau tafsir yang
“membebaskan”. Istilah membebaskan yang melekat pada tafsir ini mengandung dua
arti. Secara metodologis tafsir emansipatoris dimaksudkan sebagai tafsir yang
membebaskan dari kungkungan nalar teologis-dogmatis yang telah dimapankan oleh
suatu otoritas keagamaan atau kekuasaan yang hegemonik. Contohnya, saat adzan
dikumandangkan maka sunnahnya adalah makan makanan yang manis dulu
diutamakan kurma, apabila tidak ada maka minum air putih tidak apa apa. Lalu makan
makanan berat setelah sholat maghrib. Lalu muncul kritik, misal makan makanan
berat langsung bagaimana sebab sudah sangat lapar dan terlalu lama kalau harus
sholat maghrib dahulu (ini yang disebut pembebasan) Secara praksis tafsir
emansipatoris berarti tafsir yang membebaskan dari struktur social yang tidak ramah,
menindas, diskriminatif, dan eksploitatif serta mengubahnya kepada struktur
manusiawi (humanis, bermoral, mempertautkan secara dialektif dan kreatif antara
tafsir dengan realitas kehidupan objektif). Contohnya, dulu wanita identik dengan
pekerjaan yang difokuskan di rumah. Sedangkan saat ini wanita boleh bekerja di luar
bahkan menjadi pemimpin pemerintahan sehingga kedudukannya seakan akan setara
dengan laki laki.
5. Kritik sastra feminis adalah ragam kritik sastra yang mendasarkan pada pemikiran
feminisme sebab adanya keinginan menginginkan adanya keadilan dalam memandang
eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastrakarya
sastranya. Dengan menfokuskan analisis dan penilaian pada penulis perempuan dan
bagaimana perempuan digambarkan dalam karya sastra, dalam hubungannya dengan
laki-laki dan lingkungan masyarakatnya, maka kritik sastra feminis termasuk kritik
sastra yang memadukan berbagai perspektif kritik sastra yang dipetakan oleh Abrams,
terutama ekspresif (penulis perempuan), mimetik (bagaimana perempuan
digambarkan dalam karya sastra, dalam hubungannya dengan laki-laki dan lingkungan
masyarakatnya), dan teori feminisme.

Anda mungkin juga menyukai