Istilah kritik sastra yang melekat pada kritik sastra Indonesia sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa sastra dan peminat sastra Indonesia. Istilah tersebut dapat dijelaskan secara singkat dan populer, tetapi dapat juga dipaparkan secara panjang dan ilmiah. Kalaupun istilah itu harus didefinisikan secara populer maka cukuplah dikatakan dengan kalimat ringkas. Misalnya, kritik sastra adalah cabang ilmu sastra yang berurusan dengan penilaian karya sastra, atau kritik sastra itu kegiatan yang menilai baik buruknya karya sastra, atau kritik sastra itu semacam resensi dan ulasan karya sastra. Definisi atau rumusan populer itu sepantasnya diperdalam dan diperinci sedemikian rupa sehingga diperoleh pengertian yang normatif dengan latar belakang historis yang komprehensif melalui berbagai sumber, rujukan, dan referensi, baik yang tergolong lama maupun mutakhir, baik nasional maupun asing. Dari berbagai buku nasional maupun asing yang berbicara mengenai kritik sastra, dapat disimpulkan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu sastra yang berurusan dengan telaah kritis tentang karya sastra tertentu dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian terhadap karya-karya sastra, atau studi ilmiah yang berurusan dengan penilaian karya sastra.
B. Sifat dan Fungsi Kritik Sastra
Dalam rumusan atau definisi singkat tadi terdapat frase “cabang ilmu sastra” sehingga dengan mudah dapat ditafsirkan bahwa kritik sastra merupakan aktivitas keilmuan atau studi ilmiah tentang karya sastra. Sebagai studi ilmiah maka kritik sastra terikat pada kaidah ilmu pada umumnya, yaitu memiliki teori, metode, dan objek studi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kritik sastra bersifat ilmiah karena terikat pada teori, metode, dan objek tertentu dengan fungsi memberikan penilaian atas karya sastra berdasarkan teori dan sejarah sastra. Artinya, kritik sastra memerlukan teori dan sejarah sastra, dan sebaliknya, kritik sastra memberikan sumbangan pendapat atau bahan-bahan bagi penyusunan atau pengembangan teori sastra dan sejarah sastra. Kritik sastra dapat memberikan petunjuk kepada kebanyakan pembaca tentang karya sastra yang unggul dan yang rendah, yang asli dan yang bukan, serta memberikan sumbangan pendapat atau pertimbangan kepada pengarang tentang karyanya, sehingga pengarang yang memanfaatkan kritik sastra akan dapat mengembangkan atau meningkatkan mutu karyanya.
C. Macam-Macam Kritik Sastra
Sesuai dengan sifatnya yang ilmiah, dengan sendirinya kritik sastra terikat pada teori dan metode tertentu dalam melaksanakan fungsi atau tugasnya seperti tersebut tadi. Kritik sastra dapat dibedakan berdasarkan teori pendekatan Abrams atau orientasi sastranya menjadi kritik sastra Mimetik, kritik sastra Pragmatik, kritik sastra Ekspresif, dan kritik sastra Objektif. Kritik sastra Mietik menekankan hubungan atau kesesuaian antara karya sastra dengan kehidupan dunia nyata; kritik sastra Pragmatik menekankan manfaat karya sastra bagi pembaca; kritik sastra Ekspresif menekankan hubungan karya sastra dengan dunia pengalaman batin pengarang; kritik sastra Objektif menekankan otonomi karya sastra. Kritik sastra dapat dibedakan berdasarkan bentuk formalnya menjadi kritik sastra Teoretis dan kritik sastra Terapan. Yang teoretis itu menekankan perhatiannya pada teori-teori kritik sastra sehingga dapat disebut teori kritik sastra, sedangkan kritik sastra terapan menekankan perhatiannya pada praktik kritik sastra. Kritik sastra terapan dapat dipilah-pilah menjadi kritik sastra Judisial, kritik sastra Duktif, dan kritik sastra Impresionistik. Hakikat kritik Judisial adalah penilaian baik atau buruk karya sastra, hakikat kritik induktif adalah pemaparan fakta yang terkandung dalam karya sastra, sedangkan hakikat kritik impresionistik adalah pengungkapan kesan kritikus terhadap karya sastra yang bersangkutan. Kritik sastra dapat juga dipilah-pilah berdasarkan aliran teorinya menjadi kritik sastra baru (New Criticism), Nouvelle Critique, kritik sastra Merlyn, kritik sastra Marxis, kritik sastra Eksistensialisme, kritik sastra Linguistik (Stilistik), kritik sastra Feminis, dan kritik Sastra Psikoanalisis. 1. Kritik Sastra Baru Kritik sastra baru (New Criticism) merupakan aliran kritik sastra yang pernah berkembang di Amerika Serikat dan Eropa Barat hingga tahun 1950-an, merupakan gerakan atau aliran kritik sastra yang melawan pendekatan historis, biografis, dan impresionistis. 2. Nouvelle Critique Nouvelle Critique berkembang di Prancis pada tahun 1960-an dengan semangat memusatkan perhatian penuh terhadap karya sastra sebagai semacam perlawanan atau penolakan terhadap sistem pengajaran sastra di kalangan universitas. Mereka beranggapan bahwa karya sastra tidak mungkin ditafsirkan secara tuntas sehingga kritikus pun hanya dapat menafsirkan sebuah karya sastra sebatas modul analisis pilihannya sendiri. 3. Kritik Sastra Merlyn Kritik sastra Merlyn merupakan aliran kritik sastra yang berkembang pada majalah Merlyn di Belanda tahun 1962-1966 dengan prinsip memusatkan perhatian terhadap karya sastra sebagai otonomi seni yang harus digumuli pembaca sehingga diperoleh makna yang sepenuhnya bertumpu pada teks dengan segala data atau bukti yang dapat dicek secara ilmiah. 4. Kritik Sastra Marxis Kritik sastra Marxis merupakan aliran kritik sastra yang dengan sadar menerapkan teori-teori Marxis sebagaimana dirumuskan oleh Karl Max dan Friederich Engels yang kemudian populer dengan Manifesto Komunis. 5. Kritik Sastra Eksistensialisme Sebagai filsafat, eksistensialisme bukanlah teori yang tunggal, tetapi beragam dengan aliran-aliran yang dikembangkan para pemikirnya, termasuk pengarang Albert Camus dan Franz Kafka. Namun, biasanya eksistensialisme ditafsirkan secara umum, yaitu pemikiran mengenai keberadaan atau eksistensi manusia yang didasarkan pada kenyataan yang konkret, individual, terlepas dari sistem yang melingkunginya, dan merupakan pengalaman pribadi, sehingga ujung-ujungnya adalah pertanyaan filsafat “siapakah aku”. 6. Kritik Sastra Linguistik Kritik itu bertumpu pada kenyataan bahwa setiap karya sastra merupakan struktur atau bangunan Bahasa yang mewujudkan dunia makna tersendiri, sehingga pemahamannya dapat memanfaatkan teori linguistik atau prinsip-prinsip ilmu Bahasa. 7. Kritik Sastra Feminis Pandangan dasarnya menyatakan bahwa selama ini posisi kaum wanita selalu di bawah lelaki, padahal dalam hal-hal tertentu posisi kaum wanita tidak selemah yang dibayangkan oleh kaum lelaki. Tujuannya adalah (1) menafsirkan dan menilai kembali gejala sastra yang telah berkembang pada abad-abad silam, (2) membuka ruang gerak yang berkembang antara pengarang atau kritikus wanita dengan laki- laki dalam memahami dan menilai karya para pengarang wanita, dan (3) meninjau kembali kaidah-kaidah kritik sastra yang sudah mapan selama berabad-abad, sehingga berkembang kaidah-kaidah baru yang lebih mampu memahami berbagai gejala kemanusiaan. 8. Kritik Sastra Psikoanalisis Prinsipnya adalah mengungkapkan dunia batin atau kejiwaan manusia yang disebut id, ego, dan superego sebagai unsur kepribadian manusia yang paling dasar.
D. Metode Kritik Sastra
Metode kritik sastra merupakan langkah operasional seorang kritikus dalam menghadapi atau menilai sebuah karya sastra setelah terlebih dahulu menetapkan suatu kerangka teori dan pendekatan sastra. Pada prinsipnya, metode apa pun dalam kritik sastra adalah analisis yang nama atau sebutannya sesuai dengan kerangka teori tertentu. Bagi kritikus pemula, penguasaan terhadap satu atau beberapa metode kritik sastra merupakan modal kerja yang penting. Sementara ini, ditawarkan empat metode kritik sastra yang sudah terbilang mapan, yaitu metode pengudaran teks, metode structural, metode sosiosasra, dan metode perbandingan.