Anda di halaman 1dari 3

BAB 2 KRITIK SASTRA

A. Pengertian Kritik Sastra


Istilah kritik sastra yang melekat pada kritik sastra Indonesia sudah tidak asing
lagi bagi mahasiswa sastra dan peminat sastra Indonesia. Istilah tersebut dapat
dijelaskan secara singkat dan populer, tetapi dapat juga dipaparkan secara panjang dan
ilmiah. Kalaupun istilah itu harus didefinisikan secara populer maka cukuplah
dikatakan dengan kalimat ringkas. Misalnya, kritik sastra adalah cabang ilmu sastra
yang berurusan dengan penilaian karya sastra, atau kritik sastra itu kegiatan yang
menilai baik buruknya karya sastra, atau kritik sastra itu semacam resensi dan ulasan
karya sastra. Definisi atau rumusan populer itu sepantasnya diperdalam dan diperinci
sedemikian rupa sehingga diperoleh pengertian yang normatif dengan latar belakang
historis yang komprehensif melalui berbagai sumber, rujukan, dan referensi, baik yang
tergolong lama maupun mutakhir, baik nasional maupun asing.
Dari berbagai buku nasional maupun asing yang berbicara mengenai kritik sastra,
dapat disimpulkan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu sastra yang berurusan
dengan telaah kritis tentang karya sastra tertentu dengan perumusan, klasifikasi,
penerangan, dan penilaian terhadap karya-karya sastra, atau studi ilmiah yang
berurusan dengan penilaian karya sastra.

B. Sifat dan Fungsi Kritik Sastra


Dalam rumusan atau definisi singkat tadi terdapat frase “cabang ilmu sastra”
sehingga dengan mudah dapat ditafsirkan bahwa kritik sastra merupakan aktivitas
keilmuan atau studi ilmiah tentang karya sastra. Sebagai studi ilmiah maka kritik sastra
terikat pada kaidah ilmu pada umumnya, yaitu memiliki teori, metode, dan objek studi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kritik sastra bersifat ilmiah karena terikat pada teori,
metode, dan objek tertentu dengan fungsi memberikan penilaian atas karya sastra
berdasarkan teori dan sejarah sastra. Artinya, kritik sastra memerlukan teori dan sejarah
sastra, dan sebaliknya, kritik sastra memberikan sumbangan pendapat atau bahan-bahan
bagi penyusunan atau pengembangan teori sastra dan sejarah sastra.
Kritik sastra dapat memberikan petunjuk kepada kebanyakan pembaca tentang
karya sastra yang unggul dan yang rendah, yang asli dan yang bukan, serta memberikan
sumbangan pendapat atau pertimbangan kepada pengarang tentang karyanya, sehingga
pengarang yang memanfaatkan kritik sastra akan dapat mengembangkan atau
meningkatkan mutu karyanya.

C. Macam-Macam Kritik Sastra


Sesuai dengan sifatnya yang ilmiah, dengan sendirinya kritik sastra terikat pada
teori dan metode tertentu dalam melaksanakan fungsi atau tugasnya seperti tersebut
tadi. Kritik sastra dapat dibedakan berdasarkan teori pendekatan Abrams atau orientasi
sastranya menjadi kritik sastra Mimetik, kritik sastra Pragmatik, kritik sastra Ekspresif,
dan kritik sastra Objektif. Kritik sastra Mietik menekankan hubungan atau kesesuaian
antara karya sastra dengan kehidupan dunia nyata; kritik sastra Pragmatik menekankan
manfaat karya sastra bagi pembaca; kritik sastra Ekspresif menekankan hubungan karya
sastra dengan dunia pengalaman batin pengarang; kritik sastra Objektif menekankan
otonomi karya sastra.
Kritik sastra dapat dibedakan berdasarkan bentuk formalnya menjadi kritik sastra
Teoretis dan kritik sastra Terapan. Yang teoretis itu menekankan perhatiannya pada
teori-teori kritik sastra sehingga dapat disebut teori kritik sastra, sedangkan kritik sastra
terapan menekankan perhatiannya pada praktik kritik sastra. Kritik sastra terapan dapat
dipilah-pilah menjadi kritik sastra Judisial, kritik sastra Duktif, dan kritik sastra
Impresionistik. Hakikat kritik Judisial adalah penilaian baik atau buruk karya sastra,
hakikat kritik induktif adalah pemaparan fakta yang terkandung dalam karya sastra,
sedangkan hakikat kritik impresionistik adalah pengungkapan kesan kritikus terhadap
karya sastra yang bersangkutan.
Kritik sastra dapat juga dipilah-pilah berdasarkan aliran teorinya menjadi kritik
sastra baru (New Criticism), Nouvelle Critique, kritik sastra Merlyn, kritik sastra
Marxis, kritik sastra Eksistensialisme, kritik sastra Linguistik (Stilistik), kritik sastra
Feminis, dan kritik Sastra Psikoanalisis.
1. Kritik Sastra Baru
Kritik sastra baru (New Criticism) merupakan aliran kritik sastra yang pernah
berkembang di Amerika Serikat dan Eropa Barat hingga tahun 1950-an, merupakan
gerakan atau aliran kritik sastra yang melawan pendekatan historis, biografis, dan
impresionistis.
2. Nouvelle Critique
Nouvelle Critique berkembang di Prancis pada tahun 1960-an dengan semangat
memusatkan perhatian penuh terhadap karya sastra sebagai semacam perlawanan
atau penolakan terhadap sistem pengajaran sastra di kalangan universitas. Mereka
beranggapan bahwa karya sastra tidak mungkin ditafsirkan secara tuntas sehingga
kritikus pun hanya dapat menafsirkan sebuah karya sastra sebatas modul analisis
pilihannya sendiri.
3. Kritik Sastra Merlyn
Kritik sastra Merlyn merupakan aliran kritik sastra yang berkembang pada majalah
Merlyn di Belanda tahun 1962-1966 dengan prinsip memusatkan perhatian terhadap
karya sastra sebagai otonomi seni yang harus digumuli pembaca sehingga diperoleh
makna yang sepenuhnya bertumpu pada teks dengan segala data atau bukti yang
dapat dicek secara ilmiah.
4. Kritik Sastra Marxis
Kritik sastra Marxis merupakan aliran kritik sastra yang dengan sadar menerapkan
teori-teori Marxis sebagaimana dirumuskan oleh Karl Max dan Friederich Engels
yang kemudian populer dengan Manifesto Komunis.
5. Kritik Sastra Eksistensialisme
Sebagai filsafat, eksistensialisme bukanlah teori yang tunggal, tetapi beragam
dengan aliran-aliran yang dikembangkan para pemikirnya, termasuk pengarang
Albert Camus dan Franz Kafka. Namun, biasanya eksistensialisme ditafsirkan secara
umum, yaitu pemikiran mengenai keberadaan atau eksistensi manusia yang
didasarkan pada kenyataan yang konkret, individual, terlepas dari sistem yang
melingkunginya, dan merupakan pengalaman pribadi, sehingga ujung-ujungnya
adalah pertanyaan filsafat “siapakah aku”.
6. Kritik Sastra Linguistik
Kritik itu bertumpu pada kenyataan bahwa setiap karya sastra merupakan struktur
atau bangunan Bahasa yang mewujudkan dunia makna tersendiri, sehingga
pemahamannya dapat memanfaatkan teori linguistik atau prinsip-prinsip ilmu
Bahasa.
7. Kritik Sastra Feminis
Pandangan dasarnya menyatakan bahwa selama ini posisi kaum wanita selalu di
bawah lelaki, padahal dalam hal-hal tertentu posisi kaum wanita tidak selemah yang
dibayangkan oleh kaum lelaki. Tujuannya adalah (1) menafsirkan dan menilai
kembali gejala sastra yang telah berkembang pada abad-abad silam, (2) membuka
ruang gerak yang berkembang antara pengarang atau kritikus wanita dengan laki-
laki dalam memahami dan menilai karya para pengarang wanita, dan (3) meninjau
kembali kaidah-kaidah kritik sastra yang sudah mapan selama berabad-abad,
sehingga berkembang kaidah-kaidah baru yang lebih mampu memahami berbagai
gejala kemanusiaan.
8. Kritik Sastra Psikoanalisis
Prinsipnya adalah mengungkapkan dunia batin atau kejiwaan manusia yang disebut
id, ego, dan superego sebagai unsur kepribadian manusia yang paling dasar.

D. Metode Kritik Sastra


Metode kritik sastra merupakan langkah operasional seorang kritikus dalam
menghadapi atau menilai sebuah karya sastra setelah terlebih dahulu menetapkan suatu
kerangka teori dan pendekatan sastra. Pada prinsipnya, metode apa pun dalam kritik
sastra adalah analisis yang nama atau sebutannya sesuai dengan kerangka teori tertentu.
Bagi kritikus pemula, penguasaan terhadap satu atau beberapa metode kritik sastra
merupakan modal kerja yang penting. Sementara ini, ditawarkan empat metode kritik
sastra yang sudah terbilang mapan, yaitu metode pengudaran teks, metode structural,
metode sosiosasra, dan metode perbandingan.

E. …
F. …

Anda mungkin juga menyukai