PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
NIM 180210204169
Dosen Pembimbing 1 :
Dosen Pembimbing 2 :
UNIVERSITAS JEMBER
2022
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................1
ii
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................................30
3.2.1 Data........................................................................................................30
3.2.2 Sumber Data..........................................................................................31
3.3 Definisi Operasional.....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................38
LAMPIRAN..............................................................................................41
iii
BAB I. PENDAHULUAN
Pada Bab ini dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan pendahuluan yang
meliputi: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian
dan (4) manfaat penelitian. Untuk lebih lengkapnya diuraikan sebagai berikut.
1
ini dapat membentuk kepribadian siswa dengan menggali nilai-nilai serta
meyakininya. Pembelajaran nilai-nilai pendidikan karakter pada kegiatan
pembelajaran, salah satunya dapat diajarkan melalui berbagai cara. Salah satunya
yaitu melalui penyampaian dan penanaman nilai-nilai yang termuat pada karya
sastra.
Karya sastra adalah konsep kehidupan yang dituangkan kembali dalam
bentuk lisan maupun tulisan serta memiliki unsur keindahan yang dapat dinikmati.
Nurgiantoro (2010:3) menyatakan bahwa, “Sastra memberi kesenangan dan
pemahaman tentang kehidupan”. Terdapat berbagai macam karya sastra seperti
drama, prosa, dan cerita rakyat, dalam penelitian ini difokuskan pada Cerita
Rakyat Banyuwangi karya Suripan Sadi Hutomo & E. Yonohudiyono diterbitkan
oleh PT Grasindo tahun 1996.
Cerita rakyat yaitu salah satu karya sastra berupa dongeng atau cerita yang
berkembang di kalangan masyarakat daerah tertentu dan disebarluaskan secara
lisan menggunakan bahasa daerah masing-masing sesuai asal cerita daerah
tersebut (Maulana,dkk. 2015:3). Banyak cerita rakyat yang berasal dari wilayah
Banyuwangi, misalnya “Asal-Usul Banyuwangi”, yang berisi tentang seorang
istri yang dibunuh oleh suaminya yang disebabkan oleh fitnah. Selain itu masih
terdapat cerita rakyat yang berasal dari banyuwangi sepert “Lembu Setata dan
Lembu Sakti”, “Agung Sulung Sulung Agung”, “Dongeng mas ayu melok”,
“Dongeng Joko wulur”, “Dewi Sekardadu”, dan “Kebo Marcuet”. Pemilihan
Cerita Rakyat Banyuwangi diharapkan agar siswa lebih memahami dan dapat
menerapkan nilai-nilai karakter yang termuat dalam Cerita Rakyat Banyuwangi
tersebut. Cerita rakyat biasanya berisi cerita yang berfungsi sebagai media guna
mengungkapkan sifat atau perilaku mengenai nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat, sehingga cerita rakyat mengenalkan ajaran baik dan dapat ditiru.
Oleh karena itu tokoh-tokoh yang telah mengisahkan kehidupan mereka, cerita
rakyat didalamnya memuatkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan lain-lain dapat
dipergunakan untuk media pada pembentukan karakter terhadap siswa.
2
Penggunaan Cerita Rakyat Banyuwangi untuk bahan ajar dapat dilaksanakan
pada siswa kelas III yaitu pada KD 3.8 Menguraikan pesan dalam dongeng yang
disajikan secara lisan, tulis, dan visual dengan tujuan untuk kesenangan dan KD
4.8 memeragakan pesan dalam dongeng sebagai bentuk ungkapan diri
menggunakan kosa-kata baku dan kalimat efektif. Pada Pembelajaran Kurikulum
2013, guru dituntut agar bisa mengembangkan bahan ajar yang inovatif dan
kreatif, akan tetapi dalam kenyataannya seringkali masih dijumpai pendidik atau
guru yang masih menggunakan bahan ajar yang monoton sehingga siswa merasa
bosan pada kegiatan pembelajaran. Berikut contoh penggalan cerita berjudul
Dewi Sekardadu yang mengandung nilai karakter.
Kesatriya itu adalah orang yang alim, ahli dalam agama islam, Sakti,
jujur ucapannya dan baik tingkah lakunya. Datang dari Samudra
Pasai, ia bernama Syech Maulana Ishak. Sang putri Di obati, diberi
jamu dan di beri doa sampai ia sembuh dari Penyakitnya seperti
sedia kala.(Suripan Sadi Hutomo & E Yonohudiyono.,1996:48-54)
Kutipan di atas menunjukkan nilai karakter yang berkenaan dengan hubungan
manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama. kutipan di atas
terdapat dalam buku Dongeng (Cerita Rakyat Banyuwangi). kutipan diatas yang
menggambarkan seseorang yang melibatkan tuhan di dalam urusannya, dan
membantu sesama untuk keluar dari musibah yang diterima.
Penggunaan bahan ajar sastra di Sekolah Dasar masih menggunakan buku
tematik siswa, bahan ajar yang digunakan belum menarik dan menyenangkan
sehingga siswa cepat bosan dan merasa jenuh. Maka dari itu penelitian ini
difokuskan menggunakan bahan ajar yang berupa buku cerita rakyat Banyuwangi
yang dapat dijadikan sebagai referensi alternatif bahan ajar guru dalam
pembelajaran sastra, selain itu diharapkan peserta didik nantinya mampu
mengenali berbagai cerita rakyat yang ada di daerah Banyuwangi, serta mampu
memahami pesan moral atau nilai-nilai karakter yang ada pada cerita rakyat
Banyuwangi dan dapat mengimplementasikan ke dalam kehidupan peserta didik
sehari-hari.
3
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan tersebut, maka penelitian ini
berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang terkandung didalam cerita rakyat
Banyuwangi sebagai bahan pembelajaran di sekolah dasar. Oleh karena itu,
penelitian ini berjudul “Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat Banyuwangi
Karya Suripan Sadi Hutomo dan E Yonohudiyono serta Pemanfaatannya Sebagai
alternatif Bahan Ajar Pembelajaran Sastra Siswa Kelas III SD Negeri 5 Genteng
Banyuwangi”
4
3. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi bahan ajar yang dapat ditambahkan di buku tematik siswa.
4. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru serta
wawasan dalam pembelajaran khususnya sejarah cerita rakyat yang ada
di Banyuwangi
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 tinjauan pustaka berisi tentang penjelasan teori – teori
terkait dengan ruang lingkup yang dijadikan dasar penelitian. Adapun
dasar teori yang dijadikan sebagai dasar penelitian, meliputi : (1) Nilai-
Nilai Pendidikan Karakter, (2) Sastra Tradisional, (3) Cerita Rakyat, (4)
Pemanfaatan Cerita Rakyat Banyuwangi sebagai alternatif bahan ajar di
SD, (5) Penelitian yang relevan, (6) Kerangka berpikir penelitian
5
manfaat bagi kehidupan manusia yang harus dimiliki oleh setiap individu
untuk digunakan sebagai pandangan berperilaku dalam kehidupan
bermasyarakat. Nilai di sini dalam konteks logika (benar dan salah), etika
(baik dan buruk), estetika (indah dan jelek).
6
dapat di tarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu proses belajar
yang bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan maupun keterampilan
dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu untuk
mempersiapkannya bagi masa yang akan datang. Melalui pendidikan,
wawasan pengalaman seseorang akan bertambah dan dapat dijadikan
sebagai bekal yang berguna untuk hari esok.
b. Pengertian Karakter
7
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
8
pendidikan karakter.
3) Penguatan dan pengembangan sikap atau perilaku dalam
pendidikan karakter didasarkan pada nilai yang dirujuk sekolah.
Dalam menanamkan pendidikan
Berdasarkan pengertian pendidikan karakter yang telah
dipaparkan dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter sangat
penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh setiap individu. Pendidikan karakter merupakan wadah
dalam penanaman nilai-nilai karakter untuk mencetak generasi muda
penerus bangsa yang cerdas berkarakter dan berakhlak mulia,
sehingga dapat menjadi manusia beradab yang mampu berhubungan
secara sehat dengan lingkungannya
9
keluarga sangat penting sekali karena keluarga merupakan awal
terbentuknya kepribadian seseorang atau siswa. Selain keluarga ada
lingkungan pendidikan, di dalam lingkungan pendidikan ini sangat
penting dalam pembentukan suatu karakter anak yang baik. Selain
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah lingkungan masyarakat
juga sangat mempengaruhi terhadap karakter anak dan pengaruh besar.
Karakter yang akan dibentuk oleh siswa atau seseorang adalah
lingkungan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga ikut serta di dalam
kegiatan dan dapat bertanggung jawab terhadap potensi yang terjadi
dalam masyarakat.
3. Fungsi Penyaring
Fungsi penyaring ini merupakan suatu fungsi terakhir dari pendidikan
karakter menurut Zubaedi (dalam Fadlilah dan Khorida 2013:27-28) di
dalam fungsi ini bertujuan untuk menyaring atau memfilter budaya
yang ada di dalam negeri dan di luar negeri yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya kita yang baik berdasarkan hukum yang telah
ditetapkan.
Tujuan pendidikan karakter menurut Fadlillah dan Khorida
(2013:24) merupakan tujuan yang harus dapat menjadikan manusia
untuk menjadi lebih baik, serta dapat mengembangkan segala
kemampuannya. Menurut Darma Kesuma dkk (2012: 9), tujuan
pendidikan karakter hususnya di sekolah, diantaranya sebagai berikut.
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap perlu dan penting sehingga menjadi kepribadian
kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-
nilai yang dikembangkan oleh sekolah
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama.
10
2.1.4 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Berdasarkan pengertian nilai yang telah dipaparkan sebelumnya
dapat diketahui bahwa nilai merupakan sesuatu yang baik serta dijadikan
pedoman oleh masyarakat dalam kehidupannya. Nilai-nilai pendidikan
karakter adalah sekelompok nilai yang baik dan bersifat positif yang
ditanamkan untuk membentuk kepribadian seseorang. Nilai-nilai
pendidikan karakter merupakan nilai yang diperoleh melalui sebuah proses
pendidikan di sekolah. Melalui nilai-nilai pendidikan karakter yang baik
tersebut diharapkan dapat dijadikan contoh oleh siswa dan diterapkan di
dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan tercipta karakter yang baik
yang diinginkan didalam kehidupan bermasyarakat.
Penanaman nilai-nilai kebaikan adalah salah satu fokus pendidikan
karakter. Menurut para ahli pendidikan karakter mengemukakan beragam
nilai kebaikan yang harus dimiliki oleh siswa, salah satunya Lickona
dalam Hidayati (2016:39), menyatakan bahwa terdapat beberapa macam
nilai karakter yang meliputi kebijaksanaan, keadilan, keberanian, cinta,
pengendalian diri, berkerja keras, sikap positif, syukur, integritas, dan
kerendahan hati. Inti pada nilai pendidikan karakter diatas yaitu
mengandung nilai-nilai positif yang sangat baik untuk diaplikasikan dan
sebagai bekal bagi mereka agar dapat mengisi kehidupan menjadi lebih
baik sehingga mereka menjadi manusia berkarakter.
Pendidikan karakter yang terdapat di Indonesia telah berkembang,
tidak hanya mencakup satu nilai melainkan mencakup beberapa nilai
disesuaikan dengan kultur budaya maupun kebutuhan siswa. Kemendiknas
dalam Hidayati (2016:42) menjelaskan bahwa nilai-nilai berkarakter yang
dipelajari di setiap jenjang pendidikan meliputi 18 nilai-nilai dari agama,
pancasila, budaya serta tujuan kebangsaan yakni: kejujuran, agama,
Kedisiplinan, bertoleransi, kreatifitas, bekerja keras, rasa keingin tahuan,
demokrasi, nasionalisme/cinta tanah air, semangat kebangsaan,
persahabatan / ineteraksi, menghargai prestasi, suka membaca, cinta
kedamaian, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, serta rasa
11
bertanggung jawab. Nilai tersebut merupakan perwujudan dari 5 nilai
utama yang saling berkaitan yaitu religius, nasionalisme, kemandirian,
gotong royong, dan integritas. Berikut uraian dari pemaparan mengenai 18
nilai karakter meliputi :
12
c. Kerja keras
Sifat kerja keras adalah tindakan yang menunjukkan upaya
serius untuk mencegah kendala-kendala belajar dan mengatasi
kendala tersebut semaksimal mungkin. Menurut Uchrowi
(2012:96) menyatakan kerja keras yaitu berbuat sesuatu secara
bersungguh-sungguh dengan usaha yang maksimal. Orang yang
bekerja keras merupakan orang yang mencurahkan waktunya lebih
banyak dibandingkan orang lain dalam melakukan sesuatu.
d. Kreatif
Kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau inovasi dari sesuatu yang telah dimiliki.
Kreatif dapat diartikan sebagai orang yang memiliki inovasi atau
daya cipta. Kreatif menurut Uchrowi (2012:136) menyatakan
kreatif merupakan memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu inovasi yang baru. Selanjutnya memberikan solusi
merupakan elemen dari kreatif.
e. Mandiri
Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah
bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Menurut
Uchrowi (2012:144) menyatakan jika sikap tidak bergantung
kepada orang lain merupakan elemen utama dari sikap mandiri.
Pada kehidupan di masyarakat seseorang memang tidak bisa
terlepas dari sikap mandiri. Pada pelaksanaannya seseorang tidak
boleh bergantung terhadap orang lain.
f. Tanggung Jawab
Sikap bertanggung jawab merupakan tindakan serta sikap
seorang dalam memenuhi tugasnya yang dilakukannya pada diri
sendiri, lingkungan, orang lain, negara, serta Tuhan Yang Maha
Esa. Secara sederhana yang dimakud dengan tanggung jawab yakni
suatu kewajiban untuk menyelesaikan tugas yang seseorang harus
penuhi serta memiliki kensekuensi hukuman terhadap kegagalan.
13
g. Rasa ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan sikap serta tindakan yang
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihatnya, dan didengarkannya.
Fauzan dalam Hidayati (2016:47), memaparkan karakter rasa ingin
tahu yang memiliki arti perilaku ataupun sikap yang memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Rasa ingin
tahu bisa menjadikan seseorang memperoleh ilmu pengetahuan,
sebab dapat mengantarkan seseorang untuk bertanya sesuatu yang
diketahuinya. Sikap seperti ini yang harus kita tanamkan terhadap
siswa karena dapat belajar, mengeksplorasi, agar mempunyai hal
baru yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
h. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah perilaku yang membiasakan
meluangkan waktunya guna membaca berbagai macam bacaaan
yang membuat kebajikan terhadap dirinya. Sseseorang yang gemar
membaca akan memiliki banyak informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Nilai-nilai berkarakter hubungan manusia terhadap sesamanya
a. Toleransi
Toleransi adalah menghormati perbedaan agama, ras, sikap,
pendapat, dan perilaku. Oleh Karena itu, toleransi berarti
menghargai tindakan, pikiran, dan pendapat orang lain. Membaca
merupakan pondasi awal untuk mencerdaskan kehidupan manusia
serta mengembangkan sikap, perilaku, dan mental-spiritual.
b. Demokratis
Demokratis merupakan cara orang berpiir, bertindak, dan
bersikap yang menilai sama hak serta kewajiban dirinya dengan
orang lain. Menurut Uchrowi (2012:112) menyatakan orang yang
mempunyai karakter demoratis yaitu orang yang mempunyai jiwa
merdeka dan menghargai kemerdekaan, tidak memaksakan
kehendaknya serta mau menjalankan aturan yang sudah disepakati
14
bersama. Siswa hendaknya juga harus memiliki sifat demokratis
sedini mungkin agar dapat bersikap, bertindak, dan berpikir yang
menilai sama kewajiban serta haknya terhadap orang lain.
c. Bersahabat/Komunukatif
Bersahabat/komunikatif merupakan perilaku yang
memperlihatkan rasa senang bergaul, berbicara, serta berkerja sama
dengan orang lain. Garmo dalam Hidayati (2016:48), menyatakan
bahwa karakter bersahabat erat kaitannya dengan sopan santun
dalam pengucapan dan bertindak. Kesimpulannya yaitu sikap
bersahabat/komunikatif ialah sikap atau perilaku mudah bergaul
dengan orang lain, kesenangan berbicara, hal tersebut dapat
mengantarkan atau menjalin hubungan baik pada sesama manusia.
d. Cinta Damai
Cinta damai merupakan sikap atau tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang serta aman atas
kehadirannya. Menurut Amri dalam Hidayati (2016:48),
menyatakan bahwa cinta damai merupakan perilaku yang memiliki
kepedulian yang tinggi pada kedamaian serta tidak suka
menimbulkan pertengkaran dengan yang lain.
e. Peduli Sosial
Peduli sosial adalah perilaku dan sikap ingin membantu
orang yang membutuhkan. Misalnya dengan cara membantu orang
lain, memberikan sumbangan, dan upaya lainnya hal tersebut
merupakan bentuk peduli sosial yang dapat diajarkan kepada
siswa.
f. Menghargai Prestasi
Sikap menghargai prestasi orang lain dapat membuat orang
lain merasa dihargai, sehingga dapat memberikan motivasi
kembali. Keberhasilan orang lain dapat dijadikan contoh motivasi
kembali agar mendapatkan keberhasilan selanjutnya pada
hidupnya.
15
4. Nilai - nilai berkarakter hubungan manusia terhadap lingkungannya
a. Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan merupakan tindakan atau sikap yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan atas
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi . Amri dalam Hidayati
(2016:48) menjelaskan bahwa sikap peduli terhadap lingkungan
juga harus dimiliki oleh siswa guna menjaga kelestarian
lingkungannya. Sikap seperti ini dapat mencegah adanya kerusakan
alam lingkungan sekitar.
5. Nilai – nilai karakter hubungan manusia dengan kebangsaan :
a. Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak,
serta berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa serta
negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Fauzan dalam
Hidayati (2016:47) memaparkan bahwa orang yang berjiwa
nasional menempatkan kepentingan nasional diatas kepentingan
pribadi.
b. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air merupakan cara berpikir atau berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, serta politik
bangsa. Menurut Diknas dalam Hidayati (2016:47), menyatakan
jika karakter cinta tanah air memiliki makna mencintai dan
menjunjung tinggi cinta tanah air. Hal yang bissa dilakukan gunu
mewujudkan rasa cinta tanah air contohnya dengan berwisata
dalam negeri di baerbagai daerah di Indonesia, mencintai produk-
produk lokal, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar
dalam aktivitas kesehariannya.
16
2.2 Sastra Tradisional
Sastra tradisional merupakan suatu bentuk tuturan lisan yang
muncul dan berkembang secara turun temurun pada masyarakat masa
lalu. Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:163) menyatakan bahwa “Sastra
tradisional merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat pada masa lalu
yang umumnya disampaikan secara lisan”. Istilah tradisional dalam
kesusastraan merupakan kata yang menunjukkan bahwa kata itu berasal
dari cerita telah mentradisi yang tidak diketahui kapan waktu dimulainya,
diceritakan secara turun temurun secara lisan. Sastra tradisional pada saat
ini telah banyak ditulis kembali, baik dalam bentuk buku maupu tulisan
lainnya agar cerita itu tidak hilang dari masyarakat. Sastra tradisional
biasa juga disebut dengan sastra rakyat, karena sastra ini hidup di
kalangan rakyat.
Sastra tradisional pada umumnya tidak diketahui pengarangnya,
karena kemunculannya pun tidak disengaja dan berlangsung dari waktu
ke waktu. Karena hanya diwariskan secara lisan, sastra tradisional dapat
berubah-ubah dalam arti para pencerita yang kemudian dapat menambah
atau mengurangi isi dari cerita tersebut. Nurgiantoro (2005:165)
mengatakan bahwa sastra tradisional yang muncul dan berkembang di
masyarakat pada umumnya dimaksudkan sebagai sarana untuk
memberikan pesan moral.
Sastra tradisional terbagi ke dalam beberapa jenis. Sebagaimana
Nurgiantoro (2005:171) mengemukakan bahwa sastra tradisional terdiri
atas berbagai jenis seperti mitos, legenda, dongeng, fabel, cerita wayang
dan nyanyian rakyat.
1) Mitos
Nurgiantoro (2005:172) “Mitos (myths) adalah salah satu jenis
cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau kekuatan-
kekuatan supranatural yang melebihi batas-batas kemampuan manusia.
Diperkuat oleh Lukens (dalam Nurgianto, 2005:172) “Mitos merupakan
17
sesuatu yang diyakini oleh bangsa atau masyarakat tertentu yang pada
intinya menghadirkan kekuatan-kekuatan supranatural”. Contoh dari
mitos misalnya cerita tentang kejadian alam semesta dan manusia
terdahulu.
2) Legenda
Legenda adalah cerita yang menurut pengarangnya merupakan
peristiwa yang benar-benar ada dan nyata. Legenda adalah cerita rakyat
yang ditokohi manusia yang mempunyai sifat luar biasa dan biasanya
dibantu makhluk-makhluk ajaib atau magis. Legenda bersifat sekuler
(keduniawian), terjadinya pada masa lampau dan bertempat di dunia yang
seperti sekarang. Jan Harold Bruvand (dalam Danandjaja, 1984:67)
menggolongkan legenda menjadi empat kelompok.
a. Legenda keagamaan (religious legend)
Legenda keagamaan adalah legenda yang menceritakan tentang
tokoh- tokoh orang suci. Legenda jenis ini menggambarkan tentang
kekuatan agama, dan tokoh-tokoh yang memeluk agama tersebut. Contoh
dari legenda keagaamaan yaitu legenda “Wali Sanga” yang berisi tentang
wali-wali yang berjumlah 9 orang untuk menyebarkan agama Islam.
Menurut legenda para wali juga membuat wayang kulit.
b. Legenda alam gaib (supernatural legends)
18
d. Legenda setempat (local legends)
4) Fabel
19
bahwa “Wayang adalah sebuah waracerita yang berpakem pada dua
karya besar, yaitu Ramayanadan Mahabharata”. Cerita wayang pada
intinya mengisahkan kepahlawanan tokoh yang berwatak baik dalam
menghadapi dan menumpas tkoh yang berwatak jahat.
Wayang telah melewati berbagai peristiwa sejarah yang turun dari
generasi ke generasi menunjukkan betapa budaya pewayangan telah
melekat pada bangsa Indonesia, khususnya daerah Jawa.
6) Nyanyian rakyat
20
bertingkah laku.
21
c. Kepahlawanan adalah cerita rakyat yang menceritakan tentang
seseorang yang membela kebenaran.
d. Jenaka yaitu cerita rakyat yang menceritakan cerita-cerita yang lucu
dan menghibur.
e. Percintaan adalah cerita rakyat yang menceritakan tentang cinta,
kasih sayang antar dua orang manusia.
f. Nasehat adalah cerita rakyat yang berisi pesan-pesan untuk berbuat
kebaikan dalam kehidupan.
g. Adat istiadat adalah cerita rakyat yang berisi tradisi dalam
sekelompok masyarakat di suatu daerah yang harus dipatuhi.
h. Keramat adalah cerita rakyat yang berisi hal-hal yang dianggap
keramat dan menjadi mitos di suatu daerah. Dari semua itu dapat
disimpulkan bahwa setiap cerita rakyat mampunyai sifatnya sendiri-
sendiri.
i. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap cerita
rakyat memiliki sifatnya masing-masing.
22
e. Biasanya berkecendurungan untuk mempunyai bentuk berumus dan
berpola, cerita rakyat selalu mempergunakan kata-kata klise.
23
Cerita rakyat selain menjadi media hiburan juga memberikan
nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita
rakyat juga bermanfaat bagi perkembangan anak, karena di dalam cerita
rakyat terdapat nilai-nilai yang dapat ditanamkan kepada diri anak.
Menurut Pekei (2013:11) mengatakan bahwa cerita rakyat mempunyai
pesan yang berisi nilai-nilai luhur yang didalamnya mengajarkan tata
krama, kesabaran, semangat hidup, dan nilai-nilai lainnya, yang dapat
menjadi cerminan kehidupan. Berdasarkan penjelasan tersebut, cerita
rakyat memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai media hiburan, pendidikan,
melatih aspek perkembangan anak dan juga merupakan kekayaan budaya
Indonesia. Oleh karena itu fungsi tersebut menunjukkan bahwa cerita
rakyat perlu dilestarikan agar tidak terlupakan oleh zaman.
Cara penyampaian cerita rakyat juga disesuaikan dengan kondisi
tertentu, misalnya cerita tersebut akan di ceritakan kepada seorang anak
kecil untuk memberikan mereka pelajaran mengenai nilai-nilai kehidupan
yang ada didalam cerita, maka cukup diambil intisari dan bagian-bagian
yang dirasa menarik dari cerita tersebut. Hal tersebut dilakukan karena
tidak semua cerita mampu diserap dengan pemahaman anak-anak, yang
terpenting adalah penyampaian amanat dari cerita tersebut bisa di terima
dengan baik.
24
mencapai kompetensi yang diharapkan.
25
sangat tepat untuk dijadikan bahan ajar di sekolah dasar. Alasan Cerita
Rakyat Banyuwangi dijadikan sebagai bahan ajar pembelajaran sastra
supaya pengetahuan siswa mengenai sejarah cerita rakyat Banyuwangi
yang merupakan kearifan lokal Banyuwangi dapat tertanam dalam diri
siswa, sehingga informasi yang diterima siswa dapat menjadi bekal
pengetahuan yang baik mengenai sejarah cerita rakyat banyuwangi
melalui kegiatan pembelajaran sastra. karena dengan menggunakan bahan
ajar cerita rakyat, siswa dapat memetik amanat- amanat yang tersirat
didalamnya. Pemakaian cerita rakyat sebagai materi pembelajaran dapat
guru kembangkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Melalui cerita
rakyat, peserta didik tidak hanya akan menikmati cerita yang melibatkan
perasaan meraka, namun juga bisa diajak untuk menilai sifat-sifat tokoh
yang ada didalam cerita.
Penggunaan cerita rakyat sebagai alternatif bahan ajar khusunya
Bahasa Indonesia juga berperan penting untuk melestarikan kebudayaan
yang di miliki Indonesia, secara tidak langsung peserta didik mengenal
cerita apa saja yang berasal dari daerahnya. Karena dapat kita ketahui di
era seperti sekarang banyak anak-anak yang tidak mengenali kebudayaan
lokal daerahnya sendiri. Penggunaan cerita rakyat Banyuwangi sebagai
bahan aja di SD pada kelas III Tema 2 Menyayangi Tumbuhan dan
Hewan Subtema 1 pembelajaran ke-1 kurikulum 2013, KD 3.8
Menguraikan pesan dalam dongeng yang disajikan secara lisan, tulis, dan
visual dengan tujuan untuk kesenangan. 4.8 Memeragakan pesan dalam
dongeng sebagai bentuk ungkapan diri menggunakan kosa kata baku dan
kalimat efektif. Pada pembelajaran ini memiliki peran penting agar
melestarikan budaya lokal, dengan penggunaan cerita rakyat Banyuwangi
diharapkan siswanya bisa memahami nilai-nilai karakter yang terdapat
pada setiap cerita rakyat tersebut. Hal ini penting untuk proses
pembelajaran, mengingat pada era globalisasi seperti sekarang ini
bertujuan agar generasi muda mengetahui kebudayaan lokal daerahnya
sendiri.
26
2.5 Penelitian yang Relevan
27
tanggung jawab terhadap diri sendiri, cinta terhadap diri sendiri, dan
kejujuran, (2) hubungan manusia dengan sesama manusia yang meliputi
tanggungjawab terhadap sesama, cinta terhadap sesama, dan keadilan, (3)
hubungan manusia dengan alam yang meliputi menjaga alam dan
melestarikan alam, (4) hubungan manusia dengan Tuhan yang meliputi
kepercayaan terhadap Tuhan dan menjalankan perintah Tuhan.
Hal mendasar yang menjadikan berbeda di penelitian ini yakni dalam
judul cerita yang digunakan, objek penelitiannya, topik permasalahannya
dan pemanfaatannya yaitu sebagai bahan ajar siswa kelas III di SD.
28
data. Langkah selanjutnya yaitu membuat kesimpulan. Kesimpulan
tersebut berisi nilai-nilai karakter dan pembelajaran nilai-nilai karakter
terhadap pembelajaran sastra di SD kelas rendah berdasarkan pada
Kurikulum 2013. Langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan
verifikasi data untuk mengetahui kebenaran dan kesesuaian data yang
telah ditemukan.
Pengklasifikasian
Penarikan Penyajian
Data
Kesimpulan Data
Verifikasi
Data
29
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.2.1 Data
Data pada penelitian ini merupakan hasil dari menginterpretasikan
nilai-nilai karakter pada cerita rakyat dari Banyuwangi dalam bentuk
kalimat, kata, dialog, dan paragraf yang terdapat dalam 8 cerita rakyat dari
Banyuwangi, diambil dari buku yang digunakan dalam penelitian yakni
30
Buku “Cerita Rakyat dari Banyuwangi” yang diterbitkan oleh PT Grasindo
tahun 1996, dan data penelitian ini juga didapat dari hasil wawancara.
31
rakyat dari Banyuwangi sebagai data untuk menemukan data nilai karakter
yang terdapat dalam cerita rakyat dari banyuwangi dan penggunaannya
sebagai alternatif bahan ajar di SD.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada
penelitian meliputi:
a. Membaca buku cerita rakyat BanyuwangI secara cermat dan berulang-
ulang.
b. Membaca kembali data dengan menandai kata ataupun kalimat yang
mengindikasikan terdapat nilai-nilai pendidikan berkarakter.
c. Mengumpulkan data yang telah ditemukan.
d. Memindahkan data kedalam tabel pemandu pengumpulan data seperti
yang terdapat pada tabel 3.1.
e. Memberi kode pada data kemudian mengklasifikasikan data-data
tersebut berdasarkan nilai pendidikan karakter yang telah ditetapkan.
32
dari data yang telah dikumpulkan untuk menghasilkan klasifikasi atau
tipologi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kualitatif analitik. Analisis data kualitatif terdiri atas tiga tahap,
yaitu tahap pereduksian data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1) Judul Cerita
AUNB : Asal – Usul Nama Banyuwangi
LSLS : Lembu Setata dan Lembu sakti
ASSA : Agung Sulung dan Sulung agung
DMAM : Dongen mas ayu melok
JW : Joko Wulur
DS : Dewi Sekardadu
KM : Kebo Marcuet
33
2) Klasifikasi nilai karakter
MT : Nilai berkarakter manusia dengan hubungannya dengan Tuhan
MDS : Nilai berkarakter manusia dengan hubungannya dengan
dirinya sendiri
MS : Nilai berkarakter manusia dengan hubungannya dengan
sesamanya
MA : Nilai berkarakter manusia dengan hubungannya dengan alam
MB : Nilai berkarakter manusia dengan hubungannya dengan
kebangsaan
3) Nilai Karakter Positif
a) Nilai karakter yang terkait dengan hubungannya manusia dengan
Tuhan.
NRG : Religius
b) Nilai karakter yang terkait dengan hubungan manusia dengan Diri
Sendiri
NJU : Jujur
NDS : Disiplin
NKK : Kerja Keras
NKR : Kreatif
NKM : Mandiri
NTJ : Tanggung Jawab
NRIT : Rasa Keingin Tahuan
NGM : Gemar Membaca
c) Nilai Karakter yang terkait dengan hubungan manusia dengan
sesamanya
NTL : Toleransi
NDMK : Demokratis
NMP : Menghargai Prestasi
NBS : Bersahabat
NCD : Cinta Kedamaian
34
NPS : Peduli Sosial
d) Nilai karakter yang terkait dengan hubungan manusia dengan alam
NPL : Peduli Lingkungan
e) Nilai karakter yang terkait dengan hubungan manusia dengan
kebangsaan
NCTA : Cinta Tanah Air
NSK : Semangat Kebangsaan
Setelah di klasifikasikan, data yang diperoleh berupa kata-kata,
kalimat, dialog, dan paragraf-paragraf yang teridentifikasi nilai
karakter dimasukkan dalam table pengumpul data atau instrumen
pengumpulan data. Dan untuk rumusan masalah tentang
pemanfaatan nilai nilai karakter sebagai bahan ajar tidak diberi
pengkodean hanya disesuaikannya terhadap KI dan KD yang
relevan.
35
seluruh data penelitian yang telah terkumpul pada tahap-tahap
sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan fatal yang
tidak diinginkan.
No Data Judul
Cerita Cerita Klasifikasi Nilai Karakter Kode
Rakyat dan
Halama
n
MT MDS MS MA MB
1.
2.
Dst.
Sumber:Sisviana(2019:52)
36
3.2 Format Tabel Pemandu Analisis Data
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi .
Padang : Akademia Permata.
39
Sholehani, A. C. (2012). Nilai-nilai Budaya dalam Cerita Rakyat
Kebokicak Karang Kejamben di Kabupaten Jombang. Jember:
Universitas Jember.
40
41
LAMPIRAN
MATRIKS PENELITIAN
JUDUL RUMUSAN VARIABEL INDIKATOR SUMBER METODE
MASALAH PENELITIAN PENELITIAN DATA PENELITIAN
Nilai-Nilai Karakter 1. Nilai-nilai 1. Variabel bebas (X) 3. Nilai- Nilai karakter : 1. Subjek 1. Jenis Penelitian :
dalam Cerita karakter apa : 1) Religius penelitian nilai- Penelitian deskriptif
Rakyat Banyuwangi sajakah yang Nilai-Nilai 2) Jujur nilai karakter kualitatif
Karya Suripan Sadi terdapat pada karakter dalam 3) Toleran pada cerita 2. Metode Pengumpulan
Hutomo dan E cerita rakyat cerita rakyat 4) Disiplin rakyat Data :
Yonohudiyono serta Banyuwangi Banyuwangi Karya 5) Kerja keras Banyuwangi 1) Dokumentasi
Pemanfaatannya Jawa Timur ? Suripan Sadi 6) inovatif Karya Suripan 2) Wawancara
Sebagai Alternatif Hutomo dan E 7) Kreatif Sadi Hutomo 3. Teknis analisis data :
Bahan Ajar 2. Bagaimanakah Yonohudiyon 8) Mandiri dan E 1) Pereduksian data
Pembelajaran Sastra pemanfaatan 9) Demokratis Yonohudiyono 2) Penyajian data
Siswa Kelas III cerita rakyat 10) Rasa ingin tahu 3) Kesimpulan
Banyuwangi 2. Variabel Terikat
42
SDN 5 Genteng sebagai alternatif (Y) : 11) Semangat kebangsaan 2. Buku Cerita 4. Prosedur Penelitian
Banyuwangi bahan ajar siswa Pemanfaatannya 12) Cinta tanah air Rakyat dari 1) Persiapan
kelas III SDN 5 sebagai alternatif 13) Menghargai prestasi Banyuwangi 2) Pelaksanaan
Genteng bahan ajar 14) Bersahabat/komunikatif diterbitkan oleh
Banyuwangi ? pembelajaran 15) Cinta damai PT Grasindo
sastra Siswa Kelas 16) Gemar membaca
III SDN 5 Genteng 17) Bertanggung jawab
Banyuwangi 18) Kepedulian sosial
43
(RPP)
Kelas : III
Pembelajaran : 1
Matematika
SBdp
C. Tujuan Pembelajaran :
1.Setelah membaca cerita rakyat Banyuwangi, siswa mampu menemukan
unsur-unsur cerita yaitu tokoh, konfliknya, nilai karakter dengan
cermat.
2. Setelah membaca cerita rakyat Banyuwangi, siswa mampu menilai
unsur-unsur cerita yaitu tokoh, konflik, dan nilai karakter menggunakan
pendapat pribadi dengan tepat.
3. Setelah membaca cerita dari cerita rakyat Banyuwangi, siswa mampu
menyebutkan wujud-wujud nilai karakter dengan tepat.
4. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menemukan sifat
pertukaran pada penjumlahan untuk menyelesaikan masalah dengan
tepat
45
E. Kegiatan Pembelajaran
orang
9. Tiap kelompok diberikan teks cerita
rakyat Banyuwangi yang berbeda.
10.Siswa diberi waktu untuk membaca teks
cerita yang telah diberikan oleh guru.
11.Siswa diberikan pertanyaan mengenai
siapa saja tokoh, konflik, dan amanat
yang dapat diambil dari cerita rakyat
Banyuwangi yang sudah mereka temukan.
12.Setelah melakukan tanya jawab dengan
setiap kelompok, siswa diberikan
pertanyaan siapa saja tokoh, konflik, dan
amanat yang dapat diambil dari cerita
rakyat Banyuwangi yang telah mereka
baca.
13.Dari jawaban siswa, guru menanyakan
apa saja nilai karakter yang dimiliki oleh
setiap cerita rakyat Banyuwangi.
14.Setelah melakukan tanya jawab pada
setiap kelompok, siswa diberikan tugas
untuk menuliskan unsur-unsur cerita yang
meliputi tokoh, konflik, amanat dalam
cerita serta mengaitkan temuan mereka
dengan nilai-nilai karakter.
15.Setelah siswa menyelesaikan tugas, guru
meminta setiap kelompok maju dan
menyajikan hasil diskusi mereka.
16.Guru bersama siswa bersama-sama
menyimpulkan hasil pembelajaran.
17.Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya ataupun menyampaikan
47
LEMBAR PENILAIAN
1.Penilaian Sikap
No Nama Kriteria
Siswa
2. Penilaian Pengetahuan
1. Menjawab pertanyaan tentang konflik apa saja yang telah
ditemukan dalam cerita.
2. Menjelaskan amanat yang terdapat dalam cerita yang telah dibaca.
3. Mengkaitkan peristiwa dalam cerita dengan nilai karakter.
a. Tepat
b. Kurang Tepat 5
c. Tidak tepat 4-2
d. Tidak menjawab 1
0
Sebutkan contoh 5
perilaku sehari-hari
yang sesuai dengan
nilai karakter!
a. Tepat
b. Kurang Tepat
5
c. Tidak tepat
4-2
d. Tidak menjawab
1
0
Bagaimana 5
pendapatmu jika
tidak menjaga
kerukunan di sekolah 5
? 4-2
a. Tepat 1
b. Kurang Tepat 0
c. Tidak tepat
d. Tidak menjawab
skor perolehan
Penilaian : x 100
20
51
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
.............................................
b.Apa sajakah konflik yang kalian temukan didalam cerita yang kalian
baca tersebut?
Nama :
Kelas ;
untuk istirahat. Dipilihnya desa yang paling dekat dengan hutan itu,
akhirnya, sampailah ia di desa Parang Alas. Desa ini sepi, namun bersih.
Diketuknya pintu rumah yang ada di ujung desa. Ki Patih sangat
terkejut. Ternyata yang membukakan pintu seorang gadis yang amat
cantik. Ia terpesona memandang gadis iu. Untuk beberapa saat, ia tidak
berbicara apa-apa. Dia baru sadar setelah disapa si gadis.
“Tuan mencari siapa?” sapa gadis itu dengan ramahnya.
rah timur lagi. Suatu saat, sampailah mereka ke suatu tempat yang
mereka anggap cocok untuk bermukim. Di situ mereka menyalurkan
kegemarannya, yaitu membuka tempat pemukiman baru. Lama –
kelamaan persediaan air yang mereka bawa dari Gladhak habis. Mereka
kebingungan. Untunglah Sulung Agung mendapat akal untuk
mendapatkan air bersih. Diambilnya bamboo runcing yang panjang,
kemudian ditusuk-tusukkan ke dalam tanah. Tiba – tiba mencuat sumber
air dari dalam tanah. Mereka gembira dan bersyukur. Sekarang mereka
tidak lagi kehausan.
Putri Sekardadu
Raja Menak Sembuyu adalah raja di Kerajaan Blambangan,
di tanah Blambangan wilayahnya subur dan makmur, rakyatnya pun
hidup rukun dan damai. Raja memiliki anak perempuan satu-satunya
yang bernama Putri Sekardadu, sang putri memiliki paras yang
cantik, selain cantik wajahnya, hatinya juga sangatlah baik, oleh
sebab itu banyak rakyat yang menyukainya, dan ia pun disayangi
oleh orang tuanya.
Pada suatu hari, sang raja bersama prajurit-prajuritnya pergi
ke hutan untuk berburu, karena dengan berburu, sang raja merasa
senang. Tiba-tiba ada Menjangan jantan dan betina melintas
sedang melompat-lompat kegirangan yang tidak mengetahui mara
bahaya yang sedang mengintainya. Sang raja langsung mengincar
Menjangan dengan panah sakti yang dimilikinya, seketika itu raja
dengan sergap melepaskan panah dan Menjangan seketika itu
pula terjatuh dan tak berdaya. Bersamaan dengan kejadian itu, tiba-
tiba terdengar suara, “He...Menak Sembuyu, dimana rasa belas
kasihan mu ? Kenapa kamu membunuh makhluk yang tak berdosa
itu ? Sekarang terimalah balasannya, putrimu Sekardadu akan
menderita sakit yang sulit untuk di sembuhkan !”
Sesampainya di kerajaan, semua prajurit dan keluarga sang raja
menangis, karena dengan secara tiba-tiba sang Putri Sekardadu
mendadak sakit yang sangat aneh. Semua orang pinta (dukun) di tanah
Blambangan si datangkan, namun hasilnya hanya sia-sia, dengan
kejadian itu sang raja membuat sayembara yang berisi,
“Siapa saja yang bisa menyembuhkan Putri Sekardadu, jika ia laki-
laki akan ku jadikan menantu, jika ia seorang perempua akan ku
jadikan saudara dan akan aku berikan warisan Kerajaan
Blambangan.”
66
Sambil meneteskan air mata Joko Wulur terpaksa menuruti perintah Raden
Banterang. Sampai pada suatu ketika dia menemukan tanah yang berwarna
merah. Di situlah dia berhenti dan hidup sebagai rakyat biasa sampai ajalnya.
Beberapa ratus tahun kemudian, daerah tempat Joko Wulur menghabiskan
sisa hidupnya menjadi pedesaan yang ramai. Desa yang bernama lemahbang
(lemah = tanah; bang dari kata abang = merah) karena tanah di situ memang
berwarna merah.
Tak jauh dari desa Lemahbang ada makam yang panjangnya melebihi
makam-makam biasa. Menurut orang-orang tua, makam itu adalah makam
69
Pada zaman dahulu, seorang raja yang memerintah ujung Timur Pulau
Jawa dengan bergelar Prabu Tawang Alun. Keratonnya terletak di
Kedawung. Di bawah pemerintahan beliau kerajaan berkembangan sangat
pesat, rakyat tentram dan bahagia. Daerah-daerah di sekitar Kedawung
semuanya tunduk di bawah pengaruh dan perintah beliau. Tawang alit adalah
adik kandung sang baginda. Ia merasa iri terhadap keberhasilan kakaknya.
Mengapa bukan dirinya yang memerintah kerajaan itu? Mengapa bukan
dirinya yang mendapat sanjungan rakyat? Padahal dia juga ikut dalam
membesarkan kerajaan. Akhirnya diam-diam Tawang Alit mengumpulkan
orang-orang yang memihak dia. Mereka didik dan dilatih olah keprajuritan.
Setiap hari mereka secara sembunyi-sembunyi menyiapkan diri, sampai
pada suatu saat merasa kuat, kemudian mereka mangadakan
pemberontakaan.
Pemberontakan yang terjadi akhirnya dapat dipadamkan. Tawang Alit
tertangkap dan dihukum seumur hidup. Ia sangat menyesali perbuatannya.
Kerajaan Kedawung kembali aman, namun Baginda Tawang Alun berniat
untuk hidup menyendiri karena semakin tua dan ingin mempersiapkan bekal
untuk menghadap Hyang Widi kelak jika saatnya tiba. Pemerintahan
kerajaan diserahkan kepada adik perempuannya yaitu Mas Ayu Melok.
Sebenarnya Tawang Alit lebih berhak dari pada Mas Ayu Melok.
Berdasarkan aturan dalam kerajaan, laki-laki dalam hal ini mempunyai hak
lebih dari pada perempuan. Tetapi akibat perbuatannya, hak itu hilang.
Upacara pengobatan ratu Kedawung telah usai, Baginda Tawang Alun
meninggalkan kerajaan dan tak seorangpun boleh tau kecuali sang Ratu.
Mas Ayu Melok masih muda, ayu dan elok. Banyak pemuda yang menaruh
hati kepadanya. Di anatara pemuda yang menaruh hati pada Ratu yaitu
pemuda bernama Mas Agung Wicaksono. Dia adalah pemuda tampan putra
71
patih Raja Tawang Alun dulu. Pemuda ini pandai bergaul, kuat dan sakti.
Akhirnya pemuda ini berniat untuk mempersunting sang Ratu. Rupanya sang
ratu menyetujuinya dan pesta penikahan pun digelar secara meriah. Selama
memerintah kerajaan kedawung mas ayu melok dibantu suaminya. Ratu Mas
Ayu Melok terkenal arif dan dermawan. Setiap akhir tahun dengan
mengendarai kereta kencana berkeliling keseluruh kerajaan bersama
suaminya memberi derma kepada orang- orang miskin dan kepada orang-
orang yang membutuhkan suatu hal. Di Kedawung tidak ada pencuri, tidak
ada perampok dan rakyat hidup berkecukupan. Mereka bersyukur
mempunyai ratu yang bijak.
Kebo Marcuet
Sekali lagi, puluhan pemuda turut serta dalam sayembara tersebut, namun tidak
ada satu pun yang berhasil mengungguli kesaktian Minakjingga. Hal ini membuat
sang Ratu semakin cemas. Saat kekhawatiran sang Ratu semakin besar, datanglah
seorang pemuda tampan bernama DAMARWULAN. Ia adalah putra PATIH
UDARA, patih Majapahit yang sedang pergi bertapa.
Saat itu Damarwulan sedang bekerja sebagai perawat kuda milik PATIH
LOGENDER, seorang patih Majapahit yang ditunjuk untuk menggantikan
kedudukan ayah Damarwulan. Di hadapan sang Ratu, Damarwulan
menyampaikan keinginannya mengikuti sayembara untuk mengalahkan
Minakjingga.
“Ampun, Gusti Ratu! Jika diperkenankan, izinkanlah hamba mengikuti
sayembara,” pinta Damarwulan.
“Ketahuilah, hai pemberontak! Aku Damarwulan yang diutus oleh Ratu Ayu
Kencana Wungu untuk membinasakanmu,” jawab Damarwulan.
“Ha… Ha… Ha…!” Minakjingga tertawa terbahak-bahak,
“Sia-sia saja kamu ke sini, Damarwulan. Kamu tidak akan mampu menghadapi
kesaktian senjata pusakaku, gada wesi kuning!”
Pertarungan sengit antara dua pendekar sakti itu pun terjadi. Keduanya silih-
berganti menyerang. Namun, akhirnya Damarwulan kalah dalam pertarungan itu
hingga pingsan terkena pusaka gada wesi kuning milik Minakjingga. Damarwulan
pun dimasukkan ke dalam penjara.
75
Rupanya, kedua selir Minakjingga, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, terpikat
melihat ketampanan Damarwulan. Mereka pun secara diam-diam mengobati luka
pemuda itu. Bahkan, mereka juga membuka rahasia kesaktian Minakjingga.
“Kekuatan Minakjingga terletak pada gada wesi kuning. Dia tidak akan bisa
berbuat apa-apa tanpa sejata itu,” kata Dewi Wahita.
Pada malam harinya, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan mencuri pusaka
gada wesi kuning saat Minakjingga terlelap. Pusaka itu kemudian mereka berikan
kepada Damarwulan. Setelah memiliki senjata itu, Damarwulan pun kembali
menantang Minakjingga untuk bertarung. Alangkah terkejutnya Minakjingga saat
melihat sejata pusakanya ada di tangan Damarwulan.
“Hai, Damarwulan! Serahkan kepala Minakjingga itu kepada kami!” seru Layang
Seta.
Damarwulan tentu saja menolak permintaan itu. Pertarungan pun tak terelakkan.
Layang Seta dan Layang Kumitir mengeroyok Damarwulan dan berhasil merebut
kepala Minakjingga. Kepala itu kemudian mereka bawa ke Majapahit. Pada saat
mereka hendak mempersembahkan kepala itu kepada sang Ratu, tiba-tiba
Damarwulan datang dan segera menyampaikan kebenaran.
“Ampun, Gusti! Hamba telah berhasil menjalankan tugas dengan baik. Namun, di
tengah jalan, tiba-tiba Layang Seta dan Layang Kumitir menghadang hamba dan
merebut kepala itu dari tangan hamba,” lapor Damarwulan.
“Ampun, Gusti! Perkataan Damarwulan itu bohong belaka. Kamilah yang telah
memenggal kepala Minakjingga,” sanggah Layang Seta.
Pertengkaran antara kedua pihak pun semakin memanas. Mereka sama-sama
mengaku yang telah memenggal kepala Minakjingga. Ratu Ayu Kencana Wungu
pun menjadi bingung. Ia tidak dapat menenentukan siapa di antara mereka yang
benar. Maka, sebagai jalan keluarnya, penguasa Majapahit itu meminta kedua
belah pihak untuk bertarung.
“Sudahlah, kalian tidak usah bertengkar lagi!” ujar Ratu Ayu Kencana,
“Sekarang aku ingin bukti yang jelas. Bertarunglah kalian, siapa yang berhasil
menjadi pemenangnya pastilah ia yang telah membinasakan Minakjingga.”
Tujuan : Untuk mengetahui kondisi karakter siswa sekolah dasar serta mengetahui
apakah dengan penggunaan cerita rakyat Banyuwangi di Jawa Timur sebagai
bahan ajar cocok untuk diimplementasikan dalam pembelajaran kelas lll sekolah
dasar.
NIP : 196212111987032009
2. Bagaimanakah upaya ibu dalam Upaya saya dalam menanamkan pendidikan karakter kepada
menanamkan nilai pendidikan karakter siswa melalui kegiatan-kegiatan menerapkan program K3
kepada siswa ? (Kebersihan, keindahan, dan ketertiban) secara kontinyu,
membiasakan mengelola kelas sebelum memulai
pembelajaran, mengintegrasikan materi-materi pelajaran
kedalam kegiatan sehari-hari, memberikan pesan moral pada
setiap pembelajaran.
78
3. Sejauh mana nilai pendidikan karakter Belum stabil, sebagian besar masih butuh bimbingan dan
siswa saat ini ? pengawasan. Lingkungan sekitar terutama lingkungan
bermain sangat berpengaruh terhadap karakter siswa. Siswa
cenderung maniru apa yang dilakukan oleh orang-orang
yang usianya lebih diatas mereka, kadang kala mereka
meniru sesuatu hal yang kurang baik.
4. Apakah terdapat hambatan-hambatan Tentu ada, misalnya dengan beberapa siswa yang tidak
dalam pelaksanaannya ? membantu temannya bergotong royong dalam kegiatan
kerja bakti, kurangnya kedisiplinan anak masih ada
beberapa anak yang terlambat masuk sekolah.
5. Menurut ibu, apakah dengan Bisa, karena cerita rakyat juga banyak mengandung nilai-
mengimplemantasikan cerita rakyat nilai karakter yang dapat menjadi salah satu bahan ajar
Banyuwangi karya Suripan Sadi Hutomo pembelajaran, sehingga siswa nantinya dapat dengan
dan E Yonohudiyono sebagai bahan ajar mudah memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
pada kegiatan pembelajaran kegiatan rakyat tersebut, selain itu dengan menggunaan cerita rakyat
pembelajaran dapat menjadi salah satu Banyuwangi siswa jadi tahu bagaimana dulunya sejarah di
dalam penanaman nilai pendidikan kota Banyuwangi.
berkarakter pada siswa?