Oleh :
DELLA PUTRI RAHMADANI (2201111003)
Dosen Pengampu :
REGULER A 2020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keterampilan BHS
Produktif yaitu tugas rutin tentang “Hakikat Keterampilan Berbicara”. Dan penulis berharap
tugas ini dapat diterima dengan baik oleh pembaca.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Tangson R
Pangaribuan, M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan makalah ini dan juga
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan sehingga tugas makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumussan Masalah ...................................................................................... 1
1.3. Tujuan.......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat........................................................................................................ 2
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
2
BAB II PEMBAHASAN
Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan batasan berbicara.
Uraian batasan di bawah ini berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan para pakar
komunikasi:
3. Berbicara Merupakan Proses Simbolik Kata yang menjadi dasar dari sebuah
ujaran merupakan simbol bunyi. Sebagai simbol, pemaknaan sebuah kata
merupakan kesepakatan antarpemakai bahasa. Antara kata dengan sesuatu
yang dirujuknya tidak mempunyai kaitan yang mengikat. Artinya, penamaan
sesuatu dengan sebuah kata merupakan kesepakatan. Ketika orang
menamakan kursi untuk sebuah benda yang berfungsi sebagai tempat duduk,
bukan berarti benda tersebut harus disebut kursi. Penamaan benda tersebut
karena faktor kebetulan dan kesepakatan. Kebetulan benda tersebut dinamakan
kursi, dan pemakai bahasa sepakat untuk menamakan benda itu kursi. Di
sinilah proses simbolisasi terjadi. Dalam hal ini Muljana mengatakan,
“Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi
katakata, perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.”
(2001: 84) Jika penamaan suatu benda terikat oleh benda yang dirujuknya,
mungkin di dunia tidak akan ada perbedaan bahasa. Semua orang di dunia
akan menamakan benda dengan bentuk segi empat atau bundar, berwarna
putih, dan biasa digunakan untuk menulis dengan satu nama yang sama,
misalnya meja. Kenyataan ini menjadi hambatan tersendiri ketika seseorang
akan melakukan pembicaraan dengan orang lain yang kebetulan mempunyai
bahasa (sistem simbol) yang berbeda. Kini orang ramai-ramai belajar bahasa
lain yang tidak dipahaminya agar komunikasi di antara orang-orang yang
mempunyai bahasa yang berbeda dapat melakukan komunikasi. Jadi, ketika
seorang pembicara mengucapkan kata-kata, pada saat itu dia sedang
melakukan simbolisasi terhadap gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya.
4
4. Berbicara Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu Berbicara harus
memperhatikan ruang dan waktu. Tempat dan waktu terjadinya pembicaraan
mempunyai efek makna pembicaraan. Muljana memberikan contoh, betapa
tempat pembicaraan dapat menentukan efek makna. Topik-topik yang lazim
dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan akan terasa kurang
sopan bila dikemukakan di masjid (2001:103). Orang yang mendengar
percakapan tersebut akan mempersepsikan kurang baik terhadap orang yang
terlibat dalam percakapan tersebut. Begitu pun waktu akan mempengaruhi
makna ucapan seseorang. Anda akan dapat membedakan makna
Assalamu’alaikum yang diucapkan oleh orang yang bertamu ke rumah Anda
pada siang hari dan malam hari. Pada siang hari, mungkin ucapan itu dimaknai
sebagai hal yang wajar. Akan tetapi, jika ucapan itu terjadi pada tengah
malam, mungkin Anda akan memaknai ucapan tersebut dengan makna yang
kurang wajar. Muncul pikiran-pikiran yang bersifat menduga-duga.
Janganjangan orang yang sangat memerlukan bantuan Anda, atau pencuri
yang purapura mempunyai urusan penting dengan Anda.
5
1) pembicaraan yang dilakukan tidak dalam kerangka komunikasi;
ucapan yang keluar hanya berupa gerutuan-gerutuan yang tidak mengharapkan
respons dari pihak lain;
2) berbicara monolog, misalnya membaca puisi atau merekam pidato;
walaupun tanpa ada pihak lain sebagai pendengar, kegiatan berbicara ini pada
dasarnya ditujukan untuk orang lain, karena ada pesan yang ingin
disampaikan. Hanya saja kehadiran pendengar tidak diperlukan. Walaupun
hadir, keberadaannya hanya berperan sebagai pendengar.
a.Prinsip Logis
Logis berarti berfikir secara benar, sah ,dan dapat dibuktikan, secara sempit logis dapat
diartikan dengan masuk akal. Sejatinya logis hanyalah permasalahan benar atau tidak.
Contoh kalimat yang logis adalah,“ Sejauh ini yang mengalami perubahan pasti berubah,”
Sementara contoh kalimat yang tidak logis adalah,“ Semua hewan berbuntut adalah kucing,”.
Pembicara yang baik harus menguasai hukum logika dan menggunakan prinsip logis dalam
setiap pembicaraan.
b. Prinsip Kebenaran
Banyak orang mengatakan bahwa inilah prinsip yang paling penting dan harus digunakan
oleh setiap pembicara. Memang kalau dilihat dari segi mana saja, kebenaran harus ada di
setiap hal karena siapa pun hanya percaya kepada kebenaran. Kebenaran juga bersifat logis.
8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran dengan
baik dan dibarengi dengan menggunakan prinsip dalam hal berbicara akan membantu
dalam mempermudah segala hal baik dalam kehidupan pekerjaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
Disini kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah
selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA