PKN
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Konsep Dasar PKn
Dosen Pengampu: Prasetyawan Aji Sugiharto, S.Pd., M.Pd.
Oleh:
Ari Ana Febriani B.2019001
Ujang Saputra B.2019008
Dyaz Misbakhul Fallah B.2019010
1
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr.wb.
Wassalamu‟alaikum wr.wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
E. Multidimensionalitas PKn.......................................................................... 12
A. Simpulan .................................................................................................... 24
B. Saran ........................................................................................................... 24
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
mengalami perubahan nama dengan sangat cepat karena mata pelajaran ini
rentan terhadap perubahan politik, namun ironisnya nama berubah berkali-kali,
tetapi secara umum serta pendekatan cara penyampaiannya kebanyakan tidak
berubah. Dari sisi isi misalnya, lebih menekankan pengetahuan untuk di hafal
dan bukan materi pembelajaran yang mendorong berpikir apalagi berpikir kritis
siswa. Dari segi pendekatan yang lebih ditonjolkan adalah pendekatan politis
dan kekuasaan.
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu
pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat
dari keberadaan pendidikan kewarganegaraan yang berstatus wajib dalam
kurikulum pendidikan. Keberadaan pendidikan kewarganegaraan terealisasi
nyata disetiap jenjang pendidikan dimulai dari sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan perguruan
tinggi. Muatan materi Pendidikan Kewarganegaraan hampir sama disetiap
jenjang pendidikan, hanya saja setiap tingkatan ada penambahan muatan materi
yang lebih mendalam untuk dipahami oleh siswa.
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “mencerdaskan
kehidupan bangsa” yang menjadi cita-cita bangsa indonesia merupakan suatu
bukti bahwa keberadaan pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam
pembelajaran. Mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan adanya suatu
ikatan tujuan. Ikatan tujuan ini dapat berwujud suatu ideologi nasional yaitu
Pancasila yang menjadi suatu objek dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Tujuan ideologi Pancasila tersebut yang kemudian
diturunkan menjadi lebih spesifik dalam tujuan pendidikan nasional. Menurut
Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan nasional
1
2
4
5
b. Paradigma Humanistik
Paradigma Humanistik mendasarkan pada asumsi bahwa peserta
didik adalah manusia yang mempunyai potensi dan karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pandangan ini peserta didik
(mahasiswa) ditempatkan 5 sebagai subjek sekaligus objek pembelajaran,
sementara guru/dosen diposisikan sebagai fasilitator dan mitra dialog
peserta didik. Materi pembelajaran yang disusun berdasarkan pada
kebutuhan dasar (basic needs) peserta didik, bersifat fleksibel, dinamis
dan fenomenologis sehingga materi tersebut bersifat kontekstual dan
memiliki relevansi dengan tuntutan dan perubahan sosial. Model materi
pembelajaran tersebut mendorong terciptanya kelas pembelajaran yang
hidup (life classroom). Begitu juga manajemen pendidikan dan
pembelajarannya, menekankan pada dimensi desentralistik, tidak
birokratis, mengakui pluralitas dengan penggunaan strategi pembelajaran
yang bervariasi dan demokratis.
2. Visi Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan surat keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No.
43/DIKTI/Kep/2006 tujuan pendidikan kewarganegaraan (civic
education), diwujudkan dalam visi dan misi PKn dalam kompetensi
sebagai berikut:
a. Visi PKn
Visi pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi,
guna mengantarkan mahasiswa menetapkan kepribadiannya sebagai
manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi,
bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memililki
visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta yanah
air dan bangsanya.
10
b. Misi PKn
Misi pendidikan kewarganegaraan yaitu untuk membantu
mahasiwa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral, serta memegang teguh persatuan dan
kesatuan bangsa dan Negara.
D. PKn Sebagai Disiplin Ilmu
1. PKn Sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu Sosial
Istilah pendidikan disiplin ilmu merupakan istilah yang belum banyak
dikenal bahkan dirasakan asing bagi kalangan komunitas keilmuan dalam
disiplin tradisional. Di Indonesia, istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
Nu‟man Somantri dalam berbagai karya tulis untuk merespon berbagai
tuntutan masyarakat akademik dalam mengonstruksi sistem pendidikan
bagi pencapaian tujuan dan program pendidikan khususnya untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah (Somantri, 2001:19).
Pendidikan disiplin ilmu lahir sebagai suatu pemikiran untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pendidikan disiplin ilmu adalah suatu batang tubuh disiplin (baru)
yang menyeleksi konsep, generalisasi, dan teori dari struktur disiplin-
disiplin ilmu (universitas) dan Disiplin Ilmu Pendidikan yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan. (Somantri, 2001: 28). Apabila pendidikan disiplin ilmu ingin
berkembang sebagaimana disiplin ilmu tradisional sehingga menjadi normal
science maka ia harus memenuhi syarat sebagaimana ditentukan diatas,
misalnya
a.Paradigma keilmuan yang disepakati bersama oleh komunitas keilmuan.
b.Komunitas keilmuan (a community of scholars).
11
merupakan tradisi tertua dari pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang
isinya menekankan pada esensi mendapatkan pengetahuan sebagai “self
evident truth” atau kebenaran yang diyakini sendiri. Karenanya tugas guru
menurut tradisi ini adalah menyampaikan pengetahuan yang telah diyakini
kebenarannya itu dengan cara kelangsungan hidup masyarakat yang diyakini
dapat dipertahankan. Sedangkan tardisi social science merupakan tradisi
yang dimotori oleh para sejarahwan dan ahli-ahli ilmu sosial dengan tujuan
utama mengembangkan para siswa agar dapat menguasai pengetahuan,
ketrampilan dan metode dari disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai sarana untuk
menjadi warga negara yang efektif. (Ine Kusuma & Markum Susatim, 2010:
43- 44). Tiga Tradisi Social Studies (Barr, Barth, and Shermis (1977) yaitu
Social studies as citizenship transmission, Social studies as social science,
Social studies as reflective inquiry.
E. Multidimensionalitas PKn
1. Civic Knowledge
Civic knowledge adalah materi substansi atau pengetahuan yang
berkaitan dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh
warga negara. Civic knowledge berkaitan dengan materi substansi yang
seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Aspek dari civic knowledge ini
menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari
berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Kompetensi
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) mencakup bidang politik,
hukum, dan moral.
Pentingnya komponen pengetahuan kewarganegaraan yaitu untuk
membekali peserta didik agar dapat menjadi warga negara yang demokratis
dengan menguasai sejumlah pengetahuan, antara lain :
a.Memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi
pemerintahan Republik Indonesia.
13
dan hal-hal lain yang bersifat afektif. Branson (1998:23) menegaskan bahwa
“civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik mau pun privat yang
penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional”.
Watak kewarganegaraan (civic disposition) menunjuk pada karakter
publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan
demokrasi konstitusional.
Pentingnya komponen karakter kewarganegaraan yaitu untuk
membekali peserta didik agar dapat menjadi warga negara yang demokratis
dengan menguasai sejumlah karakter, antara lain:
a.Memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang independen, aktif,
kritis, dan bertanggungjawab untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien
dalam berbagai aktifitas masyarakat, politik dan pemerintahan pada semua
tingkatan (daerah dan nasional).
b.Memahami bagaimana warganegara melaksanakan peranan, hak, dan
tanggung jawab personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
pada semua tingkatan (daerah dan nasional).
F. Telaah Teori Kewarganegaraan
1. Menurut Marshall
Konsep kewarganegaan itu mulai tumbuh pada abad 17, bersamaan dengan
meningkatnya sistem kapitalisme sosial. Secara garis besar, prinsip yang
mendasari makna kewarganegaraan adalah kesetaraan. Prinsip itu tentu
bertentangan dengan mekanisme sosial yang masih memegang teguh bentuk
kelas sosial, dimana di dalam masyarakat masih terdapat lapisan-lapisan
hierarkis seturut dengan kepemilikan tertentu. Dengan demikian, prinsip
kewarganegaraan itu mengalami konfrontasi dalam konteks masyarakat yang
masih memegang kuat sistem kelas sosial tersebut. Memasuki abad 18,
meningkatnya kesadaran nasional tidak serta merta dapat mengatasi persoalan
ekonomi di dalam struktur kelas dan keidaksetaraan sosial. Hak politik tidak
seperti hak sipil yang mudah diakui dan didapatkan. Pola konfliktual semakin
meruncing ketika warga negara bukan hanya mempersoalkan hak sipil, namun
ketika menuntut hak politik. Pencapain terbesar hak politik terjadi pada akhir
15
abad ke-19, dimana ketika itu muncul. akumulasi dari setiap hak hak sipil bagi
individu kemudian digabungkan sebagai suatu gerakan untuk bisa mencapai
perluasan elemen di dalam hak sebagai warga negara.
2. Menurut Turner
Menurut Turner berpendapat bahwa kewarganegaraan merupakan
seperangkat praktik atau tindakan yang mencakup yudisial, politik, ekonomi
dan budaya yang dapat menentukan seseorang sebagai anggota masyarakat
yang kompeten, sebagai konsekuensinya membentuk aliran sumber daya
kepada kelompok sosial. Turner mengemukakan bahwa konsep
kewarganegaraan sebenarnya bukan semata-mata seperangkat hak yang
bersifat pasif yang diberikan oleh negara pada warganya. Tetapi menurutnya
kewarganegaraan merupakan seperangkat tindakan baik secara hukum,
politik, ekonomi, dan budaya, yang dapat dilakukan warga sebagai anggota
dari komunitas.
G. Pedagogi Kewarganegaraan
1. Pengertian Pedagogi
Pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan
bagaimana mendidik sebaik-baiknya (Edi Suardi, 1979). Kompetensi
Pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan (skill) yang
berkaitan dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam
kelas. Kompetensi pedagogik meliputi, kemapuan guru dalam menjelaskan
materi, melaksanakan metode pembelajaran, memberikan pertanyaan,
menjawab pertanyaan, mengelola kelas, dan melakukan evaluasi (Muchith,
2008).
1. Pendidikan Politik
Menurut Kartono (2009), pendidikan politik adalah upaya pendidikan
yang disengaja dan sistematis untuk membentuk individu agar mampu
menjadi partisipan yang bertanggung jawab secara etis/moral dalam
mencapai tujuan tujuan politik.
Pendidikan politik merupakan suatu upaya sadar yang dilakukan antara
pemerintah dan para anggota masyarakan secara terencana, sistematis, dan
dialogis dalam rangka untuk mempelajari dan menurunkan berbagai konsep,
simbol, nilai-nilai, dan norma norma politik dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Manfaat pendidikan politik dapat melatih warganegara agar
meningkat partisipasi politiknya. Lewat pendidikan politik individu
diajarkan bagaimana mereka mengumpulkan informasi dari berbagai media
massa, diperkenalkan mengenai struktur politik, lembaga-lembaga politik,
lembaga-lembaga pemerintahan.
3. Pendidikan Multikultural
Menurut James. A. Banks Pendidikan multicultural adalah konsep,ide
atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan(setofbelieve) dan
penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan
etnis didalam membentuk gaya hidup,pengalaman sosial,identitas pribadi,
kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun
negara.
A. Simpulan
Pendidikan kewarganegaraan terbagi menjadi benerapa materi
dauantatanya ada civic, civic education dan citizenship education, Sejarah
perkembangan civic dan pendidikan kewarganegaraan, paradigm dan visi misi
PKn, PKn sebagai pendidikan disiplin ilmu, multidimensionalitas PKn, telaah
teori kewarganegaraan, pedagogi kewarganegaraan, pendidikan
kewarganegaraan sebagai isu dunia, landasan pendidikan pancasila dan
Kewarganegaraan di Indonesia, ragam muatan PKn, Kajian Ruang Lingkup
PKn, Pembelajaran PPKn SD Dalam Pendekatan Tematik Integratif dan
Perkembangannya dalam Pendidikan Abad 21.
B. Saran
Sebagai seorang pendidik maka harus bisa benar-benar memahami tentang
apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri ini. Seperti
dengan berkembangnya Pendidikan Kewarganegaraan di Indoesia. Sehingga,
jika ada hak-hak yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya.
Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak sebagai warga negara telah kita terima,
maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara.
Dengan demikian, seorang pendidik bisa memberikan pemahaman kepada
pendidiknya dengan jelas dan negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan,
kemakmuran, keamanan dan kesejahteraan.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Cholisin,M.Si.2015.Konsep Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan
Kewarganegaraan.____:_____.
Cogan, J.J. (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education.
Bandung:CICED
Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung:Alfabeta .