Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH Landasan Hukum Pendidikan Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A.  Latar Belakang...........................................................................................................1
B.  Rumusah Masalah......................................................................................................1
C.  Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A.  Landasan Hukum Pendidikan....................................................................................3
B.  Pendidikan menurut Undang-Undang 1945...............................................................3
C.  Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1989..............................................................3
D.  Undang-undang no. 14 tahun 2005............................................................................6
E.   PP RI Nomor 19 Tahun 2005....................................................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................8
A.  Kesimpulan................................................................................................................8
B.  Saran...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus
komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak lagsung pada bidang Norma
kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan
kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta
menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap
timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing,
penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa.
Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke
modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu
yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta
didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini
mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya
menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Life Long Learning)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka Rumusan Masalahnya.
1. Apa yang dimaksud landasan hukum pendidikan?
2. Apa saja undang-undang yang membicarakan pendidikan?
3. Apa saja undang-undang tentang guru dan dosen?
4. Apa saja peraturan pemerintah tentang pendidikan?

C. Tujuan
Tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui makna landasan hukum pendidikan
2. Untuk mengetahui undang-undang tentang pendidikan
3. Untuk mengetahui undang-undang tentang guru dan dosen.
4. Untuk mengetahui peraturan pemerintah tentang pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Hukum Pendidikan
Landasan adalah titik tolak yang mendasari suatu hal, hukum adalah aturan baku yang
patut ditaati, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara
itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah
disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang
berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik
tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.

B.     Pendidikan menurut Undang-Undang 1945


Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal –
pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal,
yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi :
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang diatur dengan Undang – Undang.

C.     Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional


Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk
mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi
sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini
mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila
dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini
berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek
Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada
kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang
berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan
dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga
Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup
tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan
pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.”
Dari bahasan diatas untuk lebih jelasnya bahwa undang-undang tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: Pasal 1 Ayat 2, Ayat 5, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 15,
Pasal 20, Pasal 24, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 36 Ayat 1, Pasal 39, Pasal 45, dan Pasal 58.
Pasal 1 Ayat 2 menerangkan, “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia.” Sedangkan Pasal 1 Ayat 5 berbunyi, “Tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan.”
Pasal 5 bermakna, “Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu, baik bagi mereka yang berlainan fisik, di daerah
terpencil, maupun yang cerdas sekalipun.”
Pasal 6 menjelaskan, “Memberdayakan semua komponen masyarakat berarti pendidikan
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerja sama saling
melengkapi dan memperkuat.”
Pasal 12, “Peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan agama yang
sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh pendidik yang seagama.”
Pasal 13, “Jalur pendidikan formal merupakan ppendidikan yang diselenggarakan di
sekolah secara berjenjang dan bersinambungan, sedang jalur pendidikan nonformal dan informal
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak harus berjenjang dan
bersinambungan.”
Pasal 15, “Jalur pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan
professional.”
Pasal 20, “Sekolah tinggi, institut, dan universitas menyelenggarakan pendidikan akademik
atau professional.”
Pasal 24, “Tentang kebebasan akademik, kebebasan mimbar akadmik, dan otonomi
keilmuan.”
Pasal 28, “Pendidikan anak usia dini dapat terjadi pada jalur formal, nonformal, dan
informal.”
Pasal 29, “Meningkatkan kinerja pegawai dan calon pegawai negri yang diselenggarakan
oleh departemen atau nondepartemen pemerintah.”
Pasal 36 Ayat 1, “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidian untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Pasal 39, “Tentang kewajiban tenaga kerja.”
Pasal 45, “Pengadaan dan pendayagunan sumber daya pendidikan yang harus dilakukan
oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga peserta didik.”
Pasal 58, “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik.”

D.    Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.


Ada beberapa hal yang diuraikan dalam Undang-Undan Guru dan Dosen. Tercantum
dalam Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 24, Pasal 40, Pasal 42, Pasal 46,
Pasal 48, dan Pasal 49.
Pasal 8, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.”
Pasal 10, “Potensi guru mencakup pedagogik, kepribadian, social, dan professional.”
Pasal 11, “Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pangadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.”
Pasal 15, “Guru yang berkualitas diberi imbalan berupa gaji pokok, beserta tunjangan yang
melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus bagi yang bertugas
di daerah khusus, dan maslahat tambahan.”
Pasal 19, “Yang dimaksud maslahat tambahan berupa kesejahteraan seperti tunjangan
pendidikan, asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan penghargaan-penghargaan
tertentu.”
Pasal 24, “Menentukan tentang pengangkatan guru.”
Pasal 40, “Guru juga diberi cuti seperti pegawai biasa dan tugas belajar.”
Pasal 42, “Tentang organisasi profesi guru.”
Pasal 46, “Dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di program diploma dan
sarjana dan lulusan program doktor untuk mengajar di pascasarjana.”
Pasal 48, “Persyaratan untuk menduduki jabatan guru besar harus memiliki ijazah doktor.”

E.     PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk
mengembangkan pendidikan.
Pasal 3, Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarganegara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Pasal 6,Ayat (1), Yang dimaksudpendidikanumummeliputi SD/MI/paket A,
SMP/MTs/Paket B, dan SMA/MA/Paket C atau bentuk lain yang sederajat.Yang
dimaksudpendidikankejuruanmeliputi SMK/MAK ataubentuklain yang sederajat.Yang
dimaksudpendidikankhususmeliputi SDLB, SMPLB, dan SMALB ataubentuklain yang
sederajat.Pelaksanaansemuakelompokmatapelajarandisesuaikandengantingkatperkembanganfisik
dan psikologis peserta didik.
Ayat (1) butir a,Yang dimaksud dengan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
termasuk di dalamnya muatan akhlak mulia yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan
dari pendidikan agama.Kelompokmatapelajaran agama danakhlakmuliapada SD/MI/SDLB/Paket
A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dimaksudkan untuk pe-ningkatan potensi spiritual. Peningkatan potensi spiritual dalam
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia mencakup penge-nalan, pemahaman, serta
pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakat.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi
yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai
makluk Tuhan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya
dengan dunia pendidikan.
Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, harus berakar pada kebudayaan
Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi: Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak
menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam
pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik,
pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan,
pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.”

B.     Saran
Semoga setelah membaca makalah ini pembaca mampu memperhatikan perkembangan
pendidikan dan hal-hal yang mendasari tentang pendidikan baik landasan yang bersifat hukum,
filsafat dan juga dasar yang membangun pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Freire, Paulo. 1984. “Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan”, (terjemahan A.A. Nugroho). PT
Gramedia: Jakarta
Made Pidarta, dkk. 1991. “Usaha Menemukan Konsep-Konsep Tentang Ilmu Pendidikan di
Indonesia”. (hasil penelitian). Pusat Pendidikan IKIP Surabaya, Surabaya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27, 28, 29, dan 30 Tahun 1990, Tentang Pendidikan Pra Sekolah,
Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi.
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional.
2.7. Landasan Hukum
Landasan Hukum dapat diartikan peraturan buku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan – aturan buku ini,
contohnya aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, yang sebagian besar
dikembangkan sendiri oleh para pendidik.Landasan hukum yang dijadikan peraturan buku dalam
kegiatan pendidikan meliputi :
1.      Pancasila
2.      UUD 1945
Pendidikan juga diatur dalam UUD 1945, Dimana menurut UUD 1945 Pasal – pasal yang
bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31
dan pasal 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan kewajiban pemerintah membiayai wajib
belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD, dan
system pendidikan nasional. Sedangkan pasal 32 mengatur tentang kebudayaan.
Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
Undang – Undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional,
juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga Negara,
orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar,
standar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga pendidikan, sarana dan prasarana
pendidikan dan lain sebagainya.
Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang – Undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum,
kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen
dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi
bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.
Pendidikan sangatlah penting didalam kehidupan kita, ada beberapa landasan yang
mendukung pendidikan tersebut. Landasan pendidikan disini mempunyai arti sebagai titik tumpu
atau titik tolak dalam mewujudkan pendidikan tersebut. Landasan pendidikan disini mempunyai
tujuan yaitu Mengarahkan peserta didik agar mampu melaksanakan berbagai peran sesuai
dengan statusnya, berdasarkan nilai – nilai dan norma – norma yang berlaku yang telah diakui.
Ada beberapa jenis – jenis landasan pendidikan yang mendukung pendidikan yaitu :
Landasan Hukum Pendidikan

LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan (Dwikurniasaputro, 2009).
Pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jelas arah tujuannya, relevan isi
kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum
melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan
pendidikannya.
Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita
Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau
pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.
Konsep pendidikan di Indonesia memerlukan landasan hukum yang kuat dalam
prakteknya. Makalah ini akan membantu anda untuk mengetahui tentang defenisi landasan
hukum pendidikan, norma-norma dasar yang digunakan sebagai landasan hukum pendidikan di
Indonesia dan peranan landasan hukum dalam sistem pendidikan di Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas yaitu sebagai berikut :
1.   Apakah defenisi dari landasan hukum pendidikan itu?
2.   Norma-norma dasar apa sajakah yang digunakan sebagai landasan hukum pendidikan di
Indonesia?
3.   Bagaimanakah peranan landasan hukum dalam sistem pendidikan di Indonesia?
C.  Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1.  Mengetahui defenisi landasan hukum pendidikan.
2.  Mengetahui norma-norma dasar yang digunakan sebagai landasan hukum pendidikan di
Indonesia.
3.  Mengetahui peranan landasan hukum dalam sistem pendidikan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi  Landasan Hukum dalam Pendidikan


Landasan pendidikan merupakan norma dasar pendidikan yang bersifat imperatif; artinya
mengikat dan mengharuskan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan untuk
setia melaksanakan dan mengembangkan berdasarkan landasan pendidikan yang dianut (Qym,
2009).
Landasan hukum pendidikan dapat diartikan sebagai peraturan baku yang dijadikan
sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam
hal ini kegiatan pendidikan (Syamsul, 2007). Landasan hukum/yuridis pendidikan merupakan
asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku, yang dijadikan titik
tolak dalam pendidikan.
B. Norma-norma Dasar Yang Digunakan Sebagai Landasan Hukum Pendidikan di
Indonesia
Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Negara Republik
Indonesia mempunyai peraturan perudang-udangan yang bertingkat, mulai dari Undang Undang
Dasar 1945, Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Ketetapan sampai dengan surat Keputusan.
Kegiatan pendidikan di Indonesia juga memiliki peraturan sebagai dasar dalam pelaksanaannya.
Norma-norma dasar yang besifat fundamental mengenai berbagai aspek kehidupan dalam
suatu negara diatur di dalam Undang-Undang Dasar, Undang-Undang Dasar itu merupakan
hukum dasar tertulis yang memuat aturan-aturan pokok dalam kehdupan berbangsa dan
bernegara secara menyeluruh. Di samping itu sulit untuk dibantah kenyataan bahwa pada suatu
negara berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, berupa aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Dalam membahas
aturan-aturan dasar mengenai aspek kehidupan yang disebut pendidikan, perhatian akan
dipusatkan pada hukum dasar tertulis dengan tidak bermaksud mengurangi arti hukum dasar
yang tidak tertulis sekiranya ada.
Norma-norma yang terdapat di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 itu
merupakan norma-norma dasar yang menjadi sumber hukum bagi berbagai bentuk peraturan
hukum yang lebih rendah tingkatannya. Peraturan hukum tersebut harus menyelenggarakan
norma-norma dasar, tidak terkecuali dalam pengaturan aspek kehidupan yang disebut
pendidikan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan norma-
norma dasar di bidang pendidikan sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
berlaku sekarang ini, pada dasarnya diinstruksikan kepada pemerintah sebagai penyelenggara
negara untuk :
a.  Mendasarkan setiap usaha pendidikan dan pengembangan kebudayaan pada pandangan hidup
Pancasila yang terdiri dari kesatuan sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Setiap usaha pendidikan harus diwujudkan untuk mencapai tujuan negara dengan melakukan
kegiatan pembentukan warga negara yang mampu ikut serta bersama pemerintah untuk :
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
3) Memajukan kesejahteraan umum.
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Pendidikan bangsa Indonesia sendiri telah diatur dalam UUD 1945 dan hal ini diperjelas
dengan dirumuskannya norma-norma pokok yang harus menjiwai usaha pendidikan dan
pengembangan kebudayaan yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Norma-norma
itu tersirat dan tersurat dalam Bab XIII Pasal 31 dan 32 UUD 1945 sebagai berikut :

      Pasal 31 :
(1)   Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
(2)   Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan Undang-Undang.
      Pasal 32 :
Pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia.
Norma-norma pokok lainnya yang langsung atau tidak langsung berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan di dalam UUD 1945 antara lain adalah:
      Pasal 27 yang berbunyi “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Norma itu mengharuskan sistem dan penyelenggaraan pendidikan nasional, untuk membimbing
para calon warga negara agar mampu memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya
berdasarkan hukum yang berlaku.
      Pasal 29 yang berbunyi:
(1)  Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Norma-norma itu mengharuskan pendidikan menyelenggarakan usaha yang memungkinkan
setiap warga negara memiliki ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing. Usaha itu diwujudkan melalui pendidikan agama yang
memungkinkan pemeluknya menjadi taat dan beribadat, bermoral dan berbudi pekerti luhur
sesuai dengan tuntutan agama dan kepercayaan masing-masing. Pada gilirannya berarti juga
bahwa pendidikan agama harus diberikan menurut agama dan kepercayaan masing-masing,
sebagai perwujudan kebebasan beragama yang sekaligus memenuhi perlindunga terhadap hak
asasi manusia dalam memeluk agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
      Pasal 34 yang mengatakan: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Norma ini menunjukkan bahwa tidak ada warga negara yang dibiarkan tanpa mendapat
pendidikan. Warga negara yang tidak mampu karena tergolong fakir miskin atau anak yang
terlantar, melelui pemeliharaan negara harus diberikan pendidikan agar dapat menjalani dan
menjalankan kehidupan secara wajar dan manusiawi sebagaimana warga negara yang lain.
Wujud dari pemeliharaan negara itu pada dasarnya merupakan usaha untuk mengantarkan para
fakir miskin dan anak yang terlantar menjadi warga negara yang memahami dan mampu
menjalankan hak dan kewajibannya.
      Pasal 35 yang berbunyi: “Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.” Dan pasal 36
yang mengatakan : “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Kedua norma ini mengharuskan
penyelenggaraan pendidikan diwujudkan juga sebagai usaha untuk memupuk, mempertebal dan
meningkatkan perasaan kebangsaan yang memiliki kebanggaan menjadi bangsa Indonesia.
Kebanggaan terhadap bendera sang merah putih dan bahasa Indonesia sebagai alat
berkomunikasi dan alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran/pendapat masing-masing.
Pada gilirannya berarti melalui usaha pendidikan setiap warga negara harus mampu
mempergunakan dan mengembangkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Di samping norma-norma tersebut di atas masih terdapat lagi beberapa pasal di dalam
UUD 1945 yang menginstruksikan kepada pemerintah sebagai penyelenggara negara, agar dalam
usaha menyelenggarakan pendidikan mengarahkan pelaksanaannya untuk membantu
pertumbuhan pribadi anak didik menjadi warga negara yang menyadari tentang:
1.   Bahwa negaranya merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik dengan kedaulatan
berada di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR (pasal 1 UUD). Selanjutnya
untuk menyelenggarakan negara dimiliki berbagai perangkat seperti Presiden dan wakil Presiden
(pasal 4 dan 7 UUD) serta DPR (pasal 11 dan pasal 19 s.d.22) dan lain-lain yang memiliki
kekuasaan hukum masing-masing.
2. Bahwa setiap warga negara bersama-sama penyelenggara negara berkewajiban menyelenggarakan
dan mewujudkan kesejahteraan sosial (pasal 23, 29, 31, 32, dan 33 UUD).
3. Bahwa pembelaan negara merupakan kewajiban seluruh rakyat demi kelestarian negara (pasal 30
UUD).
4. Dan lain-lain yang merupakan tuntutan dalam pola tingkah laku dan perlindungan hak bagi setiap
warga negara yang tersurat dan tersirat dalam teks UUD 1945.
Berdasarkan norma-norma dasar itu jelas bahwa sejak kemerdekaan pada tahun 1945
pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mewujudkan:
1. Memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia bagi tiap-tiap warga negara Indonesia
untuk mendapat pendidikan yang dinyatakan dalam perkataan pengajaran. Perlindungan dan
pengakuan itu ternyata lebih dahulu daripada pengakuan dunia internasional yang dirumuskan
oleh PBB di dalam Declaration of Human Wright pada tahun 1949.
2.  Perlindungan hukum terhadap hak asasi yang berarti juga penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia tidak membedakan warga negaranya berdasarkan warna kulit, ras/keturunan, agama,
kebudayaan, kebangsaan dan lain-lain.
3.  Pendidikan harus diselenggarakan untuk seluruh lapisan masyarakat guna mewujudkan tujuan
kemerdekaan atau tujuan negara seperti disebutkan di atas.
4. Penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang harus dikendalikan dan
diawasi pemerintah sebagai pihak yang berwenang menetapkan suatu sistem pengajaran
nasional.
5.  Pemerintah sebagai penyelenggara negara berkewajiban menetapkan Undang-Undang Organik
tentang Pokok-pokok Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadi pedoman dalam mewujudkan
sistem pengajaran nasional.
6. Penyelenggaraan pendidikan harus bertolak dari dan untuk memajukan kebudayaan nasional atau
kebudayaan bangsa sendiri. Dengan demikian berarti juga bahwa pendidikan merupakan bagian
daripada kebudayaan, dan sebaliknya kebudayaan harus dipertahankan dan dikembangkan
melalui proses pendidikan.
Undang-Undang Dasar sebagai ketentuan hukum hanya memuat aturan-aturan
dasar/pokok atau garis-garis besar norma-norma bagi setiap aspek kehidupan yang diaturnya.
Aturan-aturan itu merupakan instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara
negara dalam menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Aturan-aturan yang
lebih terurai yang menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu, diserahkan pada UU yang lebih
membuat , mengubah dan mencabutnya. Dengan kata lain hanya aturan-aturan pokok saja yang
ditetapkan di dalam UUD, termasuk juga mengenai bidang pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan aturan-aturan untuk menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu diserahkan pada
undang-undang Organik tentang pokok-pokok Pendidikan dan kebudayaan.
Undang-undang tentang pokok-pokok pendidikan dan kebudayaan adalah sebagai
berikut:
1.   Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang undang ini
selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional, juga terdiri dari 77 pasal yang
mengatur tentang ketentuan umum (istilah-istilah terkait dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi
dan tujuan pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga
negara, orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa
pengantar, stándar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta
masyarakat dalam pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan,
penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.
2.   Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Undang undang ini memuat 84
Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-istilah dalam undang-undang ini),
kedudukan fungsi dan tujuan , prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen
dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi
bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.
Undang-Undang tersebut diperkuat dan diperjelas lagi dalam beberapa peraturan
pemerintah, diantaranya:
1.   Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
2.   Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
3.   Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
C. Peranan Landasan Hukum Bagi Pendidikan di Indonesia
Peranan landasan hukum bagi pendidikan di Indonesia adalah memberikan rambu-rambu
tentang bagaimana pelaksanaan sistem pendidikan dan manajemen pendidikan dilaksanakan
selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi segala bentuk kebijakan dan
tindakan yang akan diambil berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan harus berdasarkan atas
landasan hukum pendidikan. Misalnya di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan
lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar” (Pasal 6); “Setiap warga Negara yang
berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar” (Pasal 34). Implikasinya, Kepala
Sekolah Dasar atau panitia penerimaan siswa baru di SD harus memprioritaskan anak-anak
(pendaftar) berusia tujuh tahun untuk diterima sebagai siswa daripada anak-anak yang baru
mencapai usia enam tahun. Karena itu, panitia penerimaan siswa baru perlu menyusun daftar
urut anak (pendaftar) berdasarkan usianya, baru menetapkan batas nomor urut pendaftar yang
akan diterima sesuai kapasitas yang dimiliki sekolah.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang Landasan Hukum Pendidikan di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa:
1.      Defenisi landasan hukum pendidikan adalah peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik
tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
2.   Norma-norma dasar yang digunakan sebagai landasan hukum pendidikan di Indonesia adalah
berupa aturan pokok yang tersurat pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 45
(pasal 31 dan 32, pasal 1, 4, 7 19, 20, 21, 22, 23,  27, 29, 30, 33, 34, 35 dan 36), dan aturan
tambahan yang tersurat pada Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional 77 pasal dan Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (84 Pasal),
PP No. 19 tahun 2005, PP no 22 dan 23 tahun 2006.
3.  Peranan landasan hukum bagi pendidikan di Indonesia adalah memberikan rambu-rambu tentang
bagaimana pelaksanaan sistem pendidikan dan manajemen pendidikan dilaksanakan selaras
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, ...., Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,
http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2003,
diakses pada tanggal 14 Oktober 2011
Dwikurniasaputro, 2009, Landasan Politik Pendidikan,
http://dwikurniasaputro.wordpress.com/2009/04/02/landasan-politik-pendidikan/, diakses pada
tanggal 21 September 2011.
Fajeri, Nor, 2011, Pendidikan Indonesia Menurut UUD 1945,  http://cahaya-
fajeri.blogspot.com/2011/03/pendidikan-indonesia-menurut-uud-1945.html, diakses pada tanggal
14 Oktober 2011
Sarah, ....,  Landasan Hukum Pendidikan Indonesia http://sarahsmart.org/landasan-hukum-pendidikan-
indonesia/, diakses pada tanggal 21 September 2011
Syamsul, 2007, Landasan Pendidikan, http://syamsulberau.wordpress.com/2007/11/16/landasan-
pendidikan/
Qym, 2009,Landasan Pendidikan, http://qym7882.blogspot.com/2009/03/landasan-pendidikan.html,
diakses pada tanggal 21 September 2011
Landasan Hukum Pendidikan http://agrianiasrida.blogspot.com/2012/04/landasan-hukum-
pendidikan.html, diakses 12 oktober 2014
http://sumut.kemenag.go.id/
1
ASPEK YURIDIS SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN
(PENDIDIKAN HARUS BERSISTEM)
Oleh : JULIANTY KASIHATI HASIBUAN,S.SOS
.M.Pd
WIDYAISWARA BDK MEDAN
Sebagai negara kesatuan, sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS)
merupakan sub
-
sistem dari sistem
kehidupan nasional. Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional
mengacu
kepada terwujudnya cita
-
cita nasional sebagai negara kesatuan.
Sebagai suatu bangsa,
pendidikan nasional merupakan salah satu unsur pengikat, pelestari,
penumbuh, pengembang,
dan pengar
ah cita
-
cita bangsa. UUD 1945 dengan sangat jelas menekankan kepada
kesatuan
nasional, dengan sendirinya UU No.20 tahun 200
3
tenteng SISDIKNAS sebagai pengaturan
pelaksanaan UUD tersebut, di dalam ayat
-
ayatnya menjiwai dimensi ideolo
gi dari pendidikan
nasi
onal tersebut.
Kata kunci
: Pendidikan
dan
Sistem
pendidikan
PENDAHULUAN
Negara
Indonesia
adalah negara hukum demikian bunyi pasal 1 ayat (3) hasil
amandemen ke 3
. Ini berarti
bahwa segala tatanan kebudayaan berbangsa dan bernegara
harus selalu berdasarkan hukum. Dalam Pembukaan UUD Tahun 1945
juga
mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kes
ejahteraan umum,
http://sumut.kemenag.go.id/
2
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas)
adalah
merupakan aturan pelaksa
naan dari landasan idiil dan struktural negara kita yaitu
Pancasila dan UUD Tahun1945. UU ini adalah merupakan dasar hukum
pelaksanaan dan
reformasi Sistem Pendidikan Nasional karena UU ini
juga
memuat visi,misi, fungsi
dan
tujuan Pendidikan Nasional
. De
ngan adanya sistem pendidikan nasional seperti s
ekarang
ini (UU No. 20 Tahun 2003
) itu berarti akan memberikan kesempatan kepada setiap
warga negara mendapatkan pendidikan, dan jika seorang
atau sekelompok masyarakat
tidak bisa mendapatkan kesempatan belajar maka mereka bisa menunutut
hak itu kepada
pemerintah.
Untuk mewujudkan Pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global, pembangunan
nasional dalam
bidang pendidikan harus berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945.
Kata landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat
berpijak atau
titik tolak dalam melaksanakan kegiatan

kegiatan pendidikan, tetapi tida
k semua
kegiatan pe
ndidikan dilandasi oleh aturan baku, seperti: metode mengajar, persiapan
mengajar dan lain

lain yang merupakan kegiatan pendidikan yang bersifat teknis. Oleh
karena itu dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan landasan hukum
adalah yang
bersifat yuridis
dalam arti UU atau peraturan pelaksanaan sebagai pengejantawahan dari
Pancasila dan UUD 1945, karena hakekat pendidikan adalah proses
memanusiakan anak
manusia yang menyadari akan manusia yang merdeka.
I.
Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa
Yunai, Paedagogy, yang mengandung makna
seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan,
sedangkan pelayan
yang mengantar dan menjemput dinamakan Paedagogos. Dalam bahasa
Romawi, pendidikan
diistilahkan dengan educate yang berarti memper
baiki moral dan melatih intelektual (Noeng
muhadjir, 2000:20
-
21).
Menurut George F. Kneller ( 1967:63), pendidikan memiliki arti luas
dan arti sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan at
au pengalaman yang
memengaruhi
perkembangan jiwa
, watak, ataupun keamuan fisik individu. Dalam ar
ti sempit,
pendidikan adalah suatu proses mentr
ansformasikan pengetahuan, nilai
-
nilai, dan
keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat
melalui lembaga
-
http://sumut.kemenag.go.id/
3
lembaga pendidikan seperti se
kolah, penddidikan tinggi, atau lembaga
-
lembaga lain.
Sedangkan Ki Hajar Dewantara (1977:20) menyatakan bahwa pendidikan
menuntut segala
kekuatan kodrat yang ada pada diri anak
-
anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus
sebagai anggota masyarakat dapat me
ncapai keselamatan dan kebhagiaan setinggi
-
tingginya.
Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
tercantum
pengertian pendidikan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan
proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian,kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
Pengertia
n pendidikan sangat
erat kaitannya dengan pengertian pengajaran, sehingga
sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan
tanpa ada
pengajaran, da
n pengajaran tidak akan berarti
jika tanpa diarahkan ke tujuan pendidikan.
Setiapban
gsa tentu akan menyatakan tujuan pendidikannya sesuai dengan nilai
-
nilai
kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk kemajuan bangsanya,
walaupun masing
-
masing
bangsa memiliki tujuan hidup berbeda, namun secara garis besar, ada
beberapa kesamaan
dalam
berbag
ai aspeknya. Pendidikan bagi setiap individu merupakan pengaruh dinamis
dalam perkembangan jasmani, jiwa, rasa sosial, susila, dan sebag
a
inya.
II.
Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan nasional merupakan
komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu un
tuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara menyeluruh. Komponen
pendidikan adalah semua hal yang berkaitan dengan jalannya proses
pendidikan. Jika salah
satu komponen tidak ada, proses pendidikan tidak akan bisa dilaksanakan.
Berikut penjelasan
tentang
aspek yuridis pendidikan di Indonesia:
1.
Pendidikan Menurut UUD Tahun 1945
UUD Tahun 1945 merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Semua
Peraturan
Perundang

Undangan
yang ada harus tunduk dan tidak bertentangan dengan Undang

Undang Dasar ini. Sesuai dengan namanya ia mendasari semua
perundang

undangan yang
muncul kemudian, kedudukan seperti ini membuat Undang

Undang Dasar 1945
http://sumut.kemenag.go.id/
4
mengandung isi yang bersifat umum,
demikian juga tentang Pendidikan yang diatur dalam
UUD ini sebagaimana tercantum dalam pasal
31 yang berbunyi
(1)
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
(2)
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah
wajib
membiayainya.
(3)
Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang
-
undang.
(4)
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang
-
k
urangnya dua puluh persen
dari anggran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran dan
belanja daerah.
Untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan Pendidikan Nasional.
(5)
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi
nilai

nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
2.
Pendidi
kan Menurut UU No. 20 Tahun 2003
(Sisdiknas)
Gerakan
reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip
-
prinsip
demokrasi, desentralisasi,
keadilan dan menjunjung tinggi HAM serta kebijakan hukum
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, prinsip
-
prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada
kandungan, proses dan
manajemen sistem pendidikan, te
rmasuk tuntutan pembaharuan kurikulum ( KTSP), kelas
akselerasi, kelas unggulan, sekolah bertaraf Internasional dan lain
-
lain.
UU ini sebagai induk peraturan yang mengatur tentang pendidikan
memuat fungsi dan
tujuan tentang pendidikan yang tertuang di pas
al 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnyanpotensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman da
n bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Titik point yang mendasar dalam
pasal ini adalah
menyangkut tujuan yaitu berkembangnya potensi
peserta didik. Sedangkan prinsip
Penyelenggaraan Pendidikan
terdapat pada pasal 4 ayat;
http://sumut.kemenag.go.id/
5
(1)
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung ti nggi hak azasi manusia, nilai
keragaman, nilai
kultural, dan
kemajemukan bangsa
(2)
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematis
dengan sistem
terbuka dan multi makna
(3)
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
(4)
Pendidik
an diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
(5)
Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis
dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
(6)
P
endidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
untuk
layanan pendidikan.
3.
Pendidikan Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
Implementasi UU No. 20 Tahun 2005
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini
memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan
standar nasional pendidikan yaitu: standar isi,
standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidik dan
tenaga pendidik, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, sandar pembiayaan dan
standar penilaian
pendidikan.
Dari ke delapa
n Standar dimaksud baru dua standar yang dijabarkan dalam
bentuk keputusan / Peraturan Menteri yaitu Peraturan Menteri No. 22 tahun
2006 tentang
Standar isi dan Peraturan menteri No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
untuk Satuan pendidikan
Dasar dan Menengah.
PP No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi secara keseluruhan mencakup:
(1)
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan Kurikulum pada Tingkat Satuan Pendidikan.
(2)
Beban belajar bagi peserta didik pada Satuan P
endidikan dasar dan Menengah.
http://sumut.kemenag.go.id/
6
(3)
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang akan dikembangkan oleh Satuan
Pendidikan berdasarkan Panduan Penyusunan Kurikulum sebagai bagian
tak
terpisahkan dari standar isi.
(4)
Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan p
ada satuan pendidikan,
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
PP No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
I.
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan meliputi:
(1). Pendidikan Dasar meliputi SD / MI / SLB / Paket
dan SMP / MTs / SMPLB / Pak
et
bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian dan
mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
(2).
Pendidikan Menengah yang terdiri dari SMA / MA / SMALB / Paket C
bertujuan
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
(3). Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK / MAK bertujuan
meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
II.Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran terdiri dari kelompok
-
kelompok mata
pelajaran:
(1). Agama dan Akhlak Mulia
(2). Kewarganegaraan dan Kepribadian
(3). Ilmu Pengetahuan dan Teknol
ogi
(4). Estetika
(5). Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan.
http://sumut.kemenag.go.id/
7
III.
PENUTUP
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang
pendidikan
nasional dan merupakan bagian integral dari upaya
peningkatan kualitas manusia
Indonesia secara Kaffah. Upaya m
encerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung
jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi
subjek yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, tangguh,
kreatif, mandiri,
demokratis, dan profesional pada bidangnya masin
g
-
masing. Menyadari hal tersebut,
pemerintah telah melakukan upaya penyempurnaan sistem pendidikan,
salah satunya
menciptakan pendidikan yang dilandasi aspek yuridis sebagai
pengejantawahan Indonesia
adalah negara hukum yang berati bahwa sistem pendidikan di indonesia
harus
berdasarkan landasan hukum
yang telah dituangkan dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1
-
5
,
UU No. 20 Tahun 2005 Tentang SISDIKNAS, dan PP No. 19 Tahun 2005
sebagai
penjabaran dari UU No. 20 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
.
Dari beberapa Dasar
Hukum dan Kebijakan tentang pelaksanaan sistem pendidikan di
Indonesia diharapkan dapat
diimplementasikan dan menjadikan pendidikan sebagai titik
fokus dan prioritas bagi upaya pembangunan bangsa dan negara sehingga
visi indonesia
menuju 2025 dapat terwujud, karena majunya sebuah bangsa dilihat dari
majunya
pendidikannya dan sebaliknya, mund
urnya sebuah bangsa dilihat dari mundurnya
pendidikannya.
http://sumut.kemenag.go.id/
8
DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo, Redja
, Pengantar Pendidikan
, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006
Pidarta Made
, Landasan Pendidikan
, Jakarta, Rieka Cipta, 2005
________________
,
Peraturan Pemerintah No
. 19 Tahun 2005 tentang
Standar
Pendidikan
Na
si
onal
, Bandung, Fokus Media,2005
________________, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar K
ompetensi
Lulusan
, Bandung, Fokus Media,2006
Suwarno Wiji,
Dasar
-
Dasar Ilmu Pendidikan
,Jogjakarta,Ar
-
Ruzzz,2006
Tilaar.H.A.R.
M
anifesto
Pendidikan Nasional
, Jakarta, Kompas,2005
Tilaar.H.A.R.
M
anajemen
Pendidikan Nasional
, Bandung, Remaja Rosda Karya ,2006
________________,
Undang
-
Undang
Dasar 1945 dan Amandemennya
, Bandung, Fokus
Media,
2004.
________________, Undang
-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan
Nasional,
Jakarta, Depdiknas,2005

http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/ufpi1363795117.pdf diakses 12 oktober 2014

LANDASAN HUKUM DAN POLITIK PENDIDIKAN

LANDASAN HUKUM DAN POLITIK PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah

            Meningkatkan jumlah penduduk, meningkatnya pengharapan dan sangat meningkatnya


pengetahuan telah membawa serta masalah-masalah baru pendidikan yang telah menimbulkan lebih
banyak perubahan di kebanyakan negara dalam duapuluh tahun akhir-akhir ini daripada yang pernah
terjadi sebelumnya. Kita menyaksikan penerapan tekhnik-tekhnik dari ilmu pengetahuan alam dan sosial
serta teknologi pada proses pedidikan sebagian akibat adanya pengertian yang lebih dalam tentang apa
yang terjadi dalam pendidikan. Dan perubahan semua sistem yang secara fundamental berubah sebagai
akibat dari pengetahuan baru.[1]

            Perkembangan suatu pendidikan umum itu sendiri sudah tentu membawa problema-problema
baru dalam sisitem pendidikan. Problema sosial jarang, kalaupun pernah terjadi pasti dapat dipecahkan
semata-mata dengan pendidikan.[2]

Politik pendidikan yang dimaksud termanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan strategis


pemerintah dalam bidang pendidikan. Politik pendidikan yang diharapkan tentunya politik pendidikan
yang berpihak pada rakyat kecil atau miskin. Bagaimanapun, hingga hari ini masih banyak orang tua yang
tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat SD sekalipun. Masih banyak sekolah yang
kekurangan fasilitas atau bahkan tidak memiliki gedung yang representatif atau tak memiliki ruang
belajar sama sekali. Masih banyak sekolah yang sangat kekurangan guru pengajar. Masih banyak pula
guru (honorer) yang dibayar sangat rendah yang menyebabkan motivasi mengajarnya sangat rendah.

Dengan kondisi tersebut, bagaimana mungkin bangsa ini bisa berdiri sejajar dengan bangsa-
bangsa lain yang kualitas pendidikan dan sumber daya manusia (SDM)-nya sudah lebih maju. Dalam
konteks politik khususnya, dengan kondisi pendidikan seperti itu, bagaimana mungkin agenda
pendidikan politik bisa dilakukan dengan mulus dan menghasilkan kualitas budaya politik yang
diharapkan. Maka, sangat jelas, agenda pendidikan politik mensyaratkan agenda politik pendidikan yang
memberikan seluas-luasnya kepada seluruh rakyat untuk belajar atau mengenyam pendidikan, tanpa
ada celah diskriminatif sekecil apa pun, sebagaimana pesan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Hukum dan Politik Pendidikan

            Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan hukum
dapat diartikan peratuarn baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiantan-
kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi
oleh aturan-aturan baku ini, contohnya, aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, yang sebagian
besar dikembangkan sendiri oleh para pendidik.

            Politik pendidikan, yaitu penggunaan kekuasaan untuk mendesakkan kebijakan pendidikan, dapat
bersifat keras dan lunak. Politik pendidikan dikategorikan keras apabila melibatkan kekuatan (fisik)
untuk memdesakkan implementasi kebijakan tertentu. Sebaliknya politik pendidikan lunak menentukan
implementasi kekuasaan secara halus srategi taktis.

            Politik pendidikan dapat juga diartikan sebagai studi ilmiah tentang aspek politik dalam seluruh
kegiatan pendidikan. Bisa juga dikatakan studi ilmiah pendidikan tentang kebijaksanaan pendidikan
(Suharto,2008:103)

definisi politik pendidikan. skenario di tingkat Negara atau wilayah untuk membawa pendidikan
ke arah tertentu.Misalnya dulu di zaman orde lama, mahasiswa di perguruan tinggi mendapatkan kuliah
manifesto politik atau sejenisnya. Kemudian di zaman orde baru, begitu masuk perguruan tinggi,
mahasiswa langsung mendapatkan penataran P4 sebagai ganti kuliah pancasila. Ini sangat jelas ke mana
pendidikan mau dibawa, tentu di ke arah paradigma yang selaras dengan kemauan penguasa saat itu.

            Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik, potesi cipta,rasa maupun kaesanya, agar potesi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis guna mencapai tujuan
hidup kemanusiaan selanjutnya.

B. Landasan Hukum Pendidikan Indonesia

            Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik
tolak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

a.      Undang-undang no.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

o Pasal 3, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensipesertadidik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
o Pasal 5 ayat 4 “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
o Pasal 32 ayat 1, “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

Undang-undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional, dasar, fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan hak, dan kewajiban warga negara,
orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang, dan jenis pendidikan, bahasa pengantar, standar
nasional pendidikan, pengelola pendidikan, peran serta masyarakat dalam pendidikan, pengawasan,
ketentuan pidana.

b.     Undang-undang  No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

Seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualivikasi akademik, hak dan kewajiban sampai
organisasi profesi dan kode etik, sangsi bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana mestinya.

Dari beberapa landasan hukum diatas, maka jelas bahwa seluruh lapisan masyarakat negeri ini berhak
mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dan untuk memperolehkan, pemerintah berkewajiban untuk
memfalitasinya. Ironisnya pemerintah penyelenggara negara, hanya rajin mendengungkan pentingannya
pendidikan bagi warga negara, tanpa memberi solusi terbaik untuk penyalenggaraan pendidikan
diseluruh jenjang pendidikan. Hal ini terlihat dengan kurangnya anggaran pendidikan, baik dalam APBN
maupun APBD, yang sampai saat ini masih tidak lebih dari 20. kenyataan ini, memaksa kita untuk
menunda keinginan memiliki pendidikan yang berkualitas.

C. Politik Pendidikan di Indonesia

            Di Indonesia, politik pendidikan selama ini jarang digunakan sebagai instrument politik dalam
menentukan arah dan bentuk masa depan, pendidikan lebih banyak menjadi korban politik dan bukan
kualitas politik dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan.

      Budaya politik seseorang atau masyarakat sebenarnya berbanding lurus dengan tingkat
pendidikan seseorang atau masyarakat. Hal itu bisa dipahami mengingat semakin tinggi kesempatan
seseorang atau masyarakat mengenyam pendidikan, semakin tinggi pula masyarakat memiliki
kesempatan membaca, membandingkan, dan mengavaluasi. Maka kunci pendidikan politik masyarakat
sebenarnya terletek pada politik pendidikan masyarakat.

Perlunya pemberdayaan pendidikan sebagai bagian penting dari proses politik di Indonesia,
khususnya politik karakter bangsa dari pembangunan. Pendidikan adalah instrument penting dalam
membangun karakter bangsa dan pembangkitan kesadaran atau nasionalisme bangsa. Sayangnya, kita
belum mampu merumuskan atau menggunakan pendidikan sebagai katalis pembangunan atau
pendidikan sebagai instrument polotik kebangsaan. Politik pendidikan adalah sektor penting bagi masa
depan Indonesia. Sebab, dengan politik pendidikan ini, Indonesia bisa menentukan  potret hari esok dari
saat ini.

Bagaiamana membangun poitik yang sehat. ada banyak cara, tetapi semua berawal dari kesadaran
para penentu kebijakan; yaitu eksekutif dan legislative. Mereka harus bersikap’sadar didik’ (sense of
edication) menyadri pentingnya pendidikan untuk membangun manusia. Dalam banyak hal yang terkait
kinerja pendidikan, misalnya besarnya anggaran, partisipasi pendidikan, posisi guru, pemberantasan
buta aksara, dan lainnya ternyata pemerintah belum berperan maksimal. Soal anggaran pendidikan,
misalnya. Kita paham dalam beberapa tahun, besar anggaran pendidikan di Indonesia tidak saja terjelek
di Asia Tenggara; tetapi terburuk di dunia.

Harus diakui, dalam satu dua tahun terakhir ini terdapat kemajuan signifikan dalam pengalokasian
anggaran pendidikan, tetapi pertanggungjawaban atas pengaruh positif ada istilah yang sering
digunakan untuk membedakan jenis pendidikan: pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pendidikan nonformal.

Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang kita kenal dengan pendidikan persekolahan.
Pendidikan informal menunjuk kepada aktivitas pendidikan dalam keluarga, lingkungan pekerjaan,
media massa dan lain-lain. Pendidikan nonformal adalah aktivitas pendidikan di luar pendidikan formal,
dilakukan secara mandiri, terorganisir, dan sistematis, untuk melayani peserta didik tertentu dalam
mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan formal dan pendidikan nonformal sering dihadapkan secara
berlawanan.

pengalokasian anggaran terhadap kualitas pendidikan belum diperoleh, selain terjadinya kebocoran
di sana-sini sepertinya merupakan penyakit yang tak akan sembuh. pendidikan nonformal bisa
berlangsung di mana saja, dan bisa diprakarsai oleh siapa saja. Tidak harus pemerintah tetapi juga
masyarakat bisa memprakarsainya.

                                                  

D. Penerapan Ladasan Hukum dan Politik Pendidikan Dalam Dunia Pendidikan di Indonesia

            Perhatian atas hak rakyat atas pendidikan hanya ditempatkan sebagai kendala yang dipenuhi agar
sistem utama dapat berjalan. Dalam sistem seperti ini pendidikan ditempatkan sebagai komoditas,
peranan pemerintah dimimalisasi dengan berfokus pada kontrol kurikulum yang standar, melakukan
disentralisasi kepada pemerintah daerah atau dengan kata lain negara melempar kewajibannya pada
entitas politik lokal.

Guru, dosen dan profesi pendidik dinina bobokan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa atau
dengan kata lain ditempatkan dalam status ekonomi dan kondisi kerja yang rendah. upaya kenaikan gaji
yang tidak signifikan atau sistem sertifikasi yang tidak masuk akal, memperkuat asumsi itu. Indikasi ini
dapat diliat pada semua level pendidikan dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Ada sekolah yang
kaya dan ada juga sekolah yang miskin. Status sekolah menjadi terjantung kondisi sosial ekonomi
muridnya. Ada sekolah yang roboh dan ada sekolah yang megah, padahal semua milik pemerintah.
Bahkan didalam sekolahpun dibedakan, ada yang masuk rintisan sekolah bertaraf  internasional dan ada
sekolah yang biasa saja. Yang satu ber-AC dan berbahasa inggris, yang satu berkeringat dan berbahasa
indonesia. Ini adalah wujud dari ketidak percayaan diri pada sekolah nasional. Kalaupun sekolah bertaraf
internaisonal ini memang dianggap memiliki kualitas yang lebih baik kenapa tidak dijadikan standar
nasional untuk semua. Kenapa hanya diperuntukkan untuk kelompok tertentu. Diskriminasi terjadi tidak
hanya ketika akan masuk sekolah yang tersaring dengan tarif mahal, akan tetapi dalam proses
didalamnyapun terjadi diskriminasi lanjutan. Sekolah dan perguruan tinggi didesain agar berfikir dan
bergerak secara swasta, dengan asumsi bahwa swasta lebih baik dari pada publik atau pemerintah.
Logika pasar benar-benar merebah. Uang masuk mahal, SPP mahal, bahkan sampai para dosennya
sendiri tidak mampu menyekolahkan anak di Universitas tenpat ia mengajar.

Perguruan tinggi pun sekarang mengejar kelasnya menjadi berkelas dunia dari pada berusaha
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa sendiri, perguruan tinggi mengikuti arus global
dengan mengacu pada standar-standar internasional yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan
bangsa itu sendiri.

Pada umumnya masayarakat Indonesia dapat merasakan dan menyadari dengan jelas krisis
ekonomi dan finansial. Namun mereka kurang menyadari krisis yang berdampak lebih besar, yaitu krisis
pendidikan Indonesia. krisis pendidikan semakin parah justru terjadi setelah Indonesia berdemokrasi
dan bebes memilih apa yang terbaik untuk rakyat. Tak seperti krisis ekonomi, krisis pendidikan
berimplikasi pelan tapi pasti dan kuat pada struktur sosial di masa depan . sistem ini sebenarnya telah
melecehkan konstitusi yang menempatkan negara yang berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB III

PENUTUP

            Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu.[3]

            Budaya politik dibentuk dan dikembangkan oleh pelaku politik dan apa yang akan ditentukan oleh
pelaku politik sebagai ciri-ciri utama budaya politik mereka sampai batas tertentu, dipengaruhi oleh
pendidikan mereka. Jadi hubungan antara budaya politik dan pendidikan bersifat tidak langsung. Ini
berarti pendidikan tidak secara final membentuk pelaku politik. Pendidikan memberi dasar-dasar kepada
tiap calon pelaku politik. Jika dasar-dasar ini baik dan kokoh, besar kemungkinan (probabilitasnya) akah
lahir pelaku-pelaku politik yang baik. Namun, jika dasar-dasar yang diberikan oleh pendidikan jelek dan
rapuh, kemungkinan besarnya ialah yang akan muncul di kemudian hari adalah pelaku-pelaku politik
yang jelek dan rapuh pula.

            Lalu bagaimana sosok pendidikan (kontur pendidikan) yang dapat menjadi landasan ideal
kehidupan politik? Ini tergantung bagaimana kita men-definisi-kan "kehidupan politik" yang ideal.
Namun, secara umum landasan yang baik adalah pendidikan yang dalam jargon politik disebut
"pendidikan manusia seutuhnya".

Dalam idiom modern, ini ialah pendidikan yang membimbing anak menjelajah enam wilayah makna
(realms of meaning), yaitu simbolika, empirika, estetika, sinnoetika, etika, dan sinoptis. Pendidikan ini,
jika diselenggarakan dengan baik, akan menghasilkan anak-anak muda yang mampu berpikir secara
sistematik, mengenal dan memahami aneka persoalan empiris yang ada di masyarakatnya, memiliki rasa
keindahan, memiliki kepekaan sosial, secara sukarela taat kepada norma-norma, dan mampu berpikir
secara reflektif dan integratif. Menurut para ahli, pendidikan seperti ini memerlukan waktu empat belas
tahum. Dalam sistem kita itu berarti pendidikan dari tingkat SD hingga sarjana muda atau D-2/D-3.
Dengan landasan pendidikan seperti ini, kiranya akan lahir insan-insan politik yang mampu merintis
lahirnya budaya politik baru dan perilaku politik yang lebih santun dalam negara kita.

Politik Pendidikan, yaitu studi ilmiah tentang aspek politik dalam seluruh kegiatan pendidikan.
Bisa juga dikatakan studi ilmiah pendidikan tentang kebijaksanaan pendidikan. (Suhartono, 2008 :103)

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, landasan politik penting untuk melatih jiwa
masyarakat, berbangsa dan bertanah air dan juga dapat dimaknai sebagai suatu studi untuk mengkritisi
suatu system pemerintahan dan pemerintah yang bila memungkinkan melakukan penyimpangan
amanat.

Budaya politik seseorang atau masyarakat sebenarnya berbanding lurus dengan tingkat
pendidikan seseorang atau masyarakat. Hal itu bisa dipahami mengingat semakin tinggi kesempatan
seseorang atau masyarakat mengenyam pendidikan, semakin tinggi pula seseorang atau masyarakat
memiliki kesempatan membaca, membandingkan, mengevaluasi, sekaligus mengkritisi ruang idealitas
dan realitas politik. Maka, kunci pendidikan politik masyarakat sebenarnya terletak pada politik
pendidikan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ali Riyadi. 2006. Politik Pendidikan Menggugat Birokrasi Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz

A. Chaedar Alwasilah. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

John Vaizey. 1987. Pendidikan di Dunia Modern. Jakarta: PT. Gunung Agung
Redja Mudyahardo. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar Dasar Pendidikan pada
Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

http://faristin-ichsan.blogspot.com/2012/06/landasan-hukum-dan-politik-pendidikan.html diakses 12 oktober


2014

Anda mungkin juga menyukai