EPISTEMOLOGY
A Contemporary Introduction to the
Theory of Knowledge
DIAJUKAN OLEH:
NAMA : Irrijal
NIM : 8196114010
DOSEN PENGAMPU : 1. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd.
2. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd.
MATA KULIAH : Filsafat Lanjutan
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas critical book riview
(CBR) untuk mata kuliah Filsafat Lanjutan.
Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu yang bersangkutan yang sudah
memberikan bimbingannya. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca
Penulis
Irrijal
NIM: 8196114010
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Penting CBR ........................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
C. Manfaat CBR ............................................................................... 1
D. Identitas Buku Yang Direview ..................................................... 2
E. Identitas Buku Pembanding .......................................................... 3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 21
B. Rekomendasi ................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
2. Edisi : Cetakan ke - 1
3. Pengarang : Prof. Dr. Dra. Hj. Erliana Hasan,
M.Si
4. Penerbit : Ghalia Indonesia
5. Kota terbit : Bogor
6. Tahun terbit : 2011
7. Tebal Buku : 200 Halaman
8. ISBN : 978-979-450-632-5
Buku Pembanding III
1. Judul : Filsafat Ilmu
Ontologi, Epistimologi,
Aksiologi, dan logika
Ilmu Pengetahuan
2. Edisi : Edisi ke - 2
3. Pengarang : Drs. H. Mohammad Adib, MA
4. Penerbit : Pustaka Belajar
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2011
7. Tebal Buku : 280 Halaman
8. ISBN : 978-602-8479-93-6
Buku Pembanding IV
1. Judul : Filsafat Ilmu, Perspektif Barat
dan Islam
2. Edisi : Cetakan ke - 1
3. Pengarang : Dr. Ardian Husaini, et. Al.
4. Penerbit : Gema Insani
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2013
7. Tebal Buku : 292 Halaman
8. ISBN : 978-602-250-162-6
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Pengetahuan muncul dalam pengalaman. Itu muncul dari refleksi. Memiliki struktur
yang khas. Sama memerlukan pembenaran keyakinan. Tapi apa sebenarnya
pengetahuan? Jika muncul dan berkembang dalam cara saya telah dijelaskan,
Keyakinan palsu bukanlah pengetahuan. Sebuah keyakinan berbasis pada menebak
dan menduga duga, bahkan jika itu benar.
Dapatkah sesuatu ditambahkan ke gagasan keyakinan yang benar untuk
menghasilkan analisis propositional pengetahuan, untuk memberikan semacam
perhitungan dari apa pengetahuan?. Plato membahas pertanyaan serupa. Ia
merumuskan Perhitungan pengetahuan meskipun pada akhirnya ia tidak mendukung
itu yang terkadang telah ditafsirkan sebagai mengambil pengetahuan untuk
membenarkan kepercayaan sejati. Plato percayaan kepercayaan akan mewakili nilai
kognisi lebih rendah dari pengetahuan. karena kebanyakan penafsir Plato akan kita
pahimi, beberapa istilah terkait untuk kepercayaan dan konsepsi pengetahuan yang
berpengaruh
Apakah pengetahuan menyiratkan suatu kebenarkan yang harus dipercaya ? Jika
tidak, yang akan menjelaskan mengapa kepercayaan yang benar berdasarkan
pengetahuan. Misal dari kejauhan, saya melihat Jim berjalan terburu-buru menyusuri
lorong dan hanya menebak bahwa ia marah, aku tidak dibenarkan dalam percaya
bahwa ia marah. Jika keyakinan saya ternyata benar, itu masih tidak merupakan
pengetahuan, dan kurang pembenaran tampaknya menjelaskan mengapa tidak.
Ada dua cara di mana suatu kepercayaan mungkin bergantung pada kepalsuan.
Pertama, mungkin tergantung pada kepalsuan dalam arti bahwa hal itu tidak akan
dibenarkan kecuali atas dasar keberadaan seseorang situasional, tentang subjek yang
bersangkutan, Jane mengatakan Ini adalah semacam justifikasi ketergantungan
untuk pembenaran, kedua ketergantungan pada kepalsuan adalah ketergantungan
psikologis: sebuah keyakinan mungkin secara psikologis tergantung pada kepalsuan
dalam arti kausal bahwa yang satu memiliki keyakinan berdasarkan memegang itu
atas dasar percaya kepalsuan.
Alasan lain untuk berpikir bahwa pengetahuan memerlukan pembenaran konklusif
adalah bahwa mengetahui sering dikaitkan erat dengan kepastian. Ketika saya
bertanya-tanya apakah Aku tahu, aku mungkin bertanya pada diri sendiri bagaimana
aku bisa yakin. Saya juga terkadang bertanya-tanya apakah apa yang saya yakini
pasti. Terutama dalam kasus terakhir, saya berpikir tentang status proposisi yang
bersangkutan, bukan dari kepastian psikologis, yang kasar, kepercayaan besar dari
kebenaran dari apa yang orang percaya. Jika saya yakin cukup bahwa (beberapa
proposisi) p adalah benar, saya (secara psikologis) yakin bahwa itu dan pasti darinya;
dan jika saya yakin akan hal itu, keyakinan tersebut didasari atas kepatian. Mengingat
hubungan antara pengetahuan dan kepastian ini, seseorang mungkin bahwa
pengetahuan didasari oleh keyakinan sejati yang dibenarkan, yang berarti bahwa (1)
orang percaya bisa dibenarkan secara psikologis tertentu proposisi yang benar yang
bersangkutan dan (2) proposisi ini begitu baik-beralasan sebagai untuk dirinya
sendiri secara propositif. Pengetahuan dibentuk oleh suatu kepercayaan mungkin
atau telah dianggap sebagai kasus kepastian epistemik.
pengetahuan dapat dianalisis secara naturalistik, yaitu, hanya menggunakan jenis
ilmu, terutama ilmu alam, penggunaan konsep ini dalam memahami konsep
pengamatan," seperti warna dan bentuk, tinggi dan berat badan, jumlah dan gerak.
Sebuah naturalistik banding tidak untuk pengertian normatif "nilai-sarat" gagasan,
dalam satu terminologi-seperti itu pembenaran, tetapi sebagian besar)untuk fisik,
kimia, sifat biologis, dan psikologis, bersama dengan hubungan kausal
di antara ini. Saya ingin mempertimbangkan dua pendekatan naturalistik. Yang
pertama menekankan peran kausasi dalam memproduksi pengetahuan kita, seperti
dengan keyakinan persepsi disebabkan oleh objek yang dirasakan. Pendekatan kedua
menekankan keandalan proses, seperti melihat, melalui pengetahuan yang muncul.
A. Kekurangan buku
Mengingat buku yang penulis riview buku dalam bahasa inggris dan dengan
segala keterbatasan penulis, maka penuli sakan mencoba menganalisis
kekurangan buku ini. Dari tata bahasa yand digunakan banyak menggunakan
istilah ilmiah yang memiliki makna ganda dan sulit untuk dipahami secara
harfiah, sepeti “Knowing and knowing for certain” jika diartikan dalam bahasa
indonesia “Mengetahui dan mengetahui secara pasti “ terdapat pengulangan tata
bahasa mengetahui sebaganyak dua kali, semestinya “knowing for certain” yang
artinya “mengetahui secara pasti”. Dari segi isi buku tersebut juga masih ada
kekurangan yaitu kurangnya teori-teori filsafat kontemprer yang dimunculkan,
hanya bebelapa teori klasik saja, sehingga kurang relevan dengan tampilan judul
cover buku, tidak ada summery di setiap akhir pembahasan setiap bab.
B. Kelebihan Buku
Setelah kita mengetahui kelemahan buku filsafat ini ,maka disini akan diuraikan
kelebihan, isi buku ini sangat menarik karena membahasa secara spesifik dan
konprehensif tentang epistimologi pengetahuan dalam mencari kebenaran.
Perpaduan warna cover sangat bagus karena terjadi penkmbinasian beberapa
warna. Buku ini telah memenuhi kelengkapan yang merupakan syarat dari
sebuah buku misalnya daftar isi,daftar pustaka dan lain sebagainya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
epitimologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan pertanyan
yang mengacu pada proses, dalam pandangan epistimologi, setiap pengatahuan
merupakan hasil dari pemikiran dan penyelidikan benda hingga pada akhirnya
diketahui manusia. kebenaran dari pengetahuan adalah bagaimana sesorang
merepresentasi kebenaran dari pengetahuan itu melalui proses penalaran
dengan cara yang benar. Ilmu dan Moral adalah sistem nilai yang dijunjung tinggi
yang berupa ajaran agama) dan paham ideologi sebagai pedoman untuk
bersikap dan bertindak baik. Skeptisisme merupakan sikap berfilsafat yang
meragukan tercapainya kepastian dalam kebenaran, sehingga menganggap tidak
ada yang dapat mencapai kepastian yang objektif.
B. Saran
Setelah melihat kekurangan, kelebihan dan kesimpulan dari buku yang penulis
riview, maka penulis menyarankan buku agar buku ini bisa dicetak lebih banyak
agar para pencari ilmu filsafat bisa lebih mudah mengaksesnya dan bila
dimungkinkan diterjemahkan dalam beberapa bahasa, khusunya dalam bahasa
indonesi, agar bisa jadi referensi bagi mahasiswa yang ingin mendalami filsafat
ilmu.