Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


Dosen Pengampu : Ajat Sudrajat, Dr, M.pd

Disusun oleh :

Intan Wibianto Putri (1107617203)

Leo Erlangga (1107617185)

Rafi Taris Mafazi (1107617193)

Tian Febianti (1107617175)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Negeri Jakarta

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikiran dan tenaganya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, sangat


mengharapkan dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Jakarta, 6 September 2017

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

1. Kedudukan Ilmu Sosial dalam Bidang Ilmu


2. Pengertian Fakta, Konsep, dan Generalisasi
3. Konsep Dasar Geografi, Sejarah, Antropologi, Sosiologi dan Psikologi
Sosial
4. Tujuan Pendidikan Konsep Dasar Ilmu Sosial

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak SD kita telah mempelajari dan mengenal pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) yang sering kita terapkan dalam kehidupan sehari–hari. Setiap saat kita
diwajibkan untuk saling berkomunikasi atau berinteraksi satu sama lainnya. Itu adalah
salah satu contoh nyata dari penerapan Ilmu Sosial di sekitar kita.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu program pendidikan yang


mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk
tujuan pembinaan warga negara yang baik. Melalui mata pelajaran IPS di Sekolah
Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-
konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap
masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan
memecahkan masalah tersebut. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan para siswa dapat
terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-


konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.

Ilmu-ilmu sosial (khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi/koperasi,


ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial) sangat
berperan dan mendukung mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan memberikan
sumbangan berupa konsep-konsep yang diubah sebagai “pengetahuan” yang berkaitan
dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Bagaimana kedudukan ilmu sosial dalam bidang ilmu?

2. Apa yang dimaksud fakta, konsep, dan generalisasi?

3. Bagaimana hubungan ilmu sosial dengan mata pelajaran lainnya?

4. Apa tujuan pendidikan konsep dasar ilmu sosial?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah sebagai


berikut.
1. Menjelaskan kedudukan ilmu-ilmu sosial dalam pendidikan ilmu pengetahuan
sosial

2. Membedakan pengertian fakta, konsep, dan generalisasi

3. Menjelaskan hubungan ilmu sosial dengan mata pelajaran lainnya

4. Menjelaskan tujuan pendidikan konsep dasar ilmu sosial.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan Ilmu Sosial dalam Bidang Ilmu
Sejak duduk di bangku SMA, mungkin kita sudah diajarkan beberapa mata
pelajaran, misalnya ekonomi, sejarah, kimia, fisika, matematika dan lainnya.
Macam-macam mata pelajaraan tersebut disebut juga sebagai bidang ilmu atau
disiplin ilmu yang merupakan hasil dari suatu proses perkembangan ilmu
pengetahuan dari dahulu sampai sekarang.
Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari sejak zaman
Yunani kuno, dimana pada zaman tersebut semua pengetahuan belum terbagi-bagi
atau terspesialisasi dalam satu kesatuannya. Yang berkembang pada masa itu hanya
filsafat, seperti filsafat alam dan filsafat social (N. Daldjoeni, 1981). Dalam hal ini
filsafat alam akan menghasilkan ilmu-ilmu alamiah sedangkan filsafat social
menghasilkan ilmu-ilmu sosial. Dari uraian sejarah tersebut, dapat dikatakan
filsafat merupakan induk atau sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan saat
ini. Dari filsafat akan lahir tiga cabang ilmu pengetahuan yang masing-masing dari
ketiga ilmu tersebut akan terbagi lagi kedalam disiplin ilmu atau spesialisasi yang
bila diuraikan lebih dalam lagi sebagai berikut:

1.      Ilmu-ilmu alamiah (natural sciences), meliputi: fisika, kimia, biologi, dan
juga matematika.
2.      Ilmu-ilmu social (social sciences), meliputi: ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, psikologi, geografi, dan lainnya.
3.      Ilmu-ilmu budaya (humanities), meliputi: ilmu bahasa, kesusastraan,
kesenian, dann sebagainya.

Dari uraian ilmu pengetahuan diatas dapat dikatakan bahwa ilmu-ilmu social
pada awalnya juga berinduk pada filsafat yang seiring dengan perkembangan iptek
mulai memisahkan diri dari ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu budaya. Ilmu sosial
akhirnya terpecah-pecah ke dalam cabang ilmu yang berbeda fokus dan metode
kajiannya yang dalam perjalannya dari satu ilmu sosial yang satu lahirlah geografi,
sejarah, antropologi, ilmu politik, ilmu hikum, psikologi, ilmu ekonomi dan
lainnya. Jika kita lihat macam ilmu sosial tersebut, maka akan kita dapat lihat suatu
persamaan dalam hal pengkajiannya tentang manusia pada umumnya. Namun
dalam hal tinjauannya masing-masing cabang ilmu sosial di atas meninjau dari
sudut yang berbeda satu sama lainnya untuk memperoleh stuktur ilmunya masing-
masing.
2.2 Pengertian Fakta, Konsep, dan Generalisasi

Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu yang merupakan suatu batang
tubuh atau struktur ilmu pengetahuan tentang suatu bidang. Setiap ilmu sosial
memandang manusia dari sudut pandang dan menggunakan metode kerja yang berbeda
untuk memperoleh struktur ilmunya. Pengetahuan tentang tindakan manusia ini
membentuk suatu dasar bagi materi ilmu pengetahuan sosial (IPS).

Suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sosial, tersusum dalam


tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas, yaitu (1) fakta, (2) konsep, (3)
generalisasi (Savage dan Armstrong, 1996:24). Dimana ketiga hal itu yang membangun
materi ilmu-ilmu sosial.

a. Fakta

Fakta adalah informasi atau data yang ada atau terjadi dalam kehidupan dan
dikumpulkan oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya. Namun, fakta
mempunyai kekuatan menjelaskan yang terbatas. Fakta merujuk pada suasana yang
khusus dan keberlakuannya terbatas (kurang berlaku umum).

Fakta sangat penting dalam struktur atau susunan ilmu karena fakta tersebut
membantu membentuk konsep dan generalisasi. Dari beberapa fakta yang khusus saling
berkaitan maka terbentuk suatu konsep atau pengertian. Jadi, fakta dan konsep memiliki
hubungan yang sangat erat.

b. Konsep

Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan


alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir memecahkan masalah.Yang dimaksud
konsep menurut Moore (Skeel, 1995:30) adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran
—suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan.

Konsep dinyatakan dalam sejumlah bentuk: konkrit atau abstrak; luas atau
sempit; satu kata atau frase. Beberapa konsep adalah konsep konkrit, misalnya
berkaitan dengan tempat, objek, lembaga, atau kejadian.

Konsep membantu seseorang untuk mengorganisasikan informasi atau data yang


mereka hadapi. Konsep menempatkan informasi dalam kategori-kategori atau
kelompok-kelompok dan mempertimbangkan hubungan antar data
Konsep merupakan sejumlah fakta yang memiliki keterkaitan dengan makna
atau definisi yang ditentukan. Konsep diberi label atau nama berupa kata-kata.
Karakteristik atau ciri-ciri konsep disebut atribut.

c. Generalisasi

Generalisasi merupakan sejumlah konsep yang memiliki keterkaitan dan makna.


Generalisasi adalah pernyataan tentang hubungan antara konsep. Generalisasi
mengungkapkan sejumlah besar informasi. Kebenaran suatu generalisasi ditentukan
oleh rujukan pembuktian. Generalisasi sering berisi banyak konsep.

Untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang struktur ilmu pengetahuan


yang menunjukkan hubungan antara fakta, konsep, dan generalisasi, dapat dilihat pada
gambar no. 1 dibawah ini:

Gene-
ralisasi

Konsep

Fakta

Gambar no 1. Struktur ilmu pengetahuan (dimodifikasi dari model dari Savage and
Amstrong)

Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada bagian dasar mencerminkan sejumlah besar fakta, membawakan sejumlah konsep
dan mengungkapkan generalisasi. Konsep dan generalisasi mempunyai keberlakuan
atau penerapan lebih luas yang membantu seseorang yang mampu memahami konsep
dan generalisasi itu untuk mengerti dan memperkirakan kejadian-kejadian yang akan
datang. Karena mempunyai keberlakuan yang lebih luas, Generalisasi dan konsep lebih
bersifat umum dari fakta. Hal utama yang harus diingat adalah fakta, konsep, dan
generalisasi semuanya sangat penting.
2.3 Konsep Dasar Geografi, Sejarah, Antropologi, Sosiologi, dan Psikologi sosial

Menurut Dorothy J. Skeel (1979:18), “Konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam
pikiran-suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian.Sedangkan James G. Womack
(1970:30) mengemukakan bahwa Konsep studi social (IPS) yaitu suatu kata atau
ungkapan yang berhubungan dengan sesuatu yang menonjol, sifat yang melekat.
Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat bergantung pada penguasaan sifat yang
melekat tadi, pengertian umum kata yang bersangkutan. Konsep memiliki pengertian
denotative dan juga pengertian konotatif.

Berdasarkan dua acuan konsep tersebut dapat kita simpulkan bahwa; Konsep IPS
tentu saja adalah suatu pengertian yang mencitrakan suatu fenomena atau benda yang
berkaitan dengan IPS. Konsep tentang fenomena atau benda yang berkenaan dengan
IPS itu memiliki pengertian denotatif dan konotatif. Pengertian denotatif adalah
pengertian berdasarkan arti katanya yang dapat digali dalam kamus, sedangkan
pengertian konotatif adalah pengertian yang tingkatnya lebih tinggi dan luas. Pengertian
konotatif ini, merupakan pengertian yang berperan kunci atau menonjol pada suatu
konsep.

a. Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena


geosfer dengan sudut pandang lingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa yang menjadi objek studi geografi adalah
geosfer yaitu permukaan bumi yang merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas
atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer.

Berkenaan dengan konsep dasar yang dikembangkan pada geografi paling tidak,
kita dapat mempelajari dua kelompok konsep dasar yang dikemukakan oleh Getrude
Whipple (James, P.E.:115). Rincian konsep dasar itu sebagai berikut:

1. Bumi sebagai planet


2. Variasi cara hidup
3. Variasi wilayah-wilayah alamiah
4. Makna wilayah (region) bagi manusia
5. Pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia.

Pada tingkat sekolah dasar dan pendidikan dasar konsep dasar itu dapat kita mulai
dari arah (mata angin), jarak, peta perbedaan waktu, sungai, gunung, dan demikian
seterusnya secara bertahap serta berkesinambungan.

b. Sejarah

Hugionodan P.K. Poerwantana (1987:9) mendefinisikan sejarah sebagai gambaran


tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah,
meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis krisis sehingga mudah dimengerti dan
dipahami.

Secara objektif, suatu peristiwa ataupun pengalaman hidup di masa lampau, tidak
dapat diulang kembali.Namun dengan menerapkan suatu metode, peristiwa atau
pengalaman tersebut dapat di rekontruksi, disusun kembali.

Sejarah sebagai bidangi lmu social, memiliki konsep dasar yang menjadi karakter
dirinya, dan yang dapat dibina pada diri kita masing-masing terutama pada diri peserta
didik. Konsep-konsep dasar itu adalah:

1. Waktu
2. Dokumen
3. Alur peristiwa
4. Kronologi
5. Peta
6. Tahap-tahap peradaban
7. Ruang
8. Evolusi
9. Revolusi

Bahwa waktu merupakan konsep dasar pada sejarah, peristiwa itu tidak dapat
dikatakan sebagai fenomena dan fakta sejarah jika tidak dinyatakan waktu
terjadinya, terutama waktu yang menunjukan waktu masa lampau.Waktu terutama
waktu yang telah lampau, menjelaskan sifat, bobot dan warna peristiwa yang
bersangkutan. Peristiwa sejarah, dapat dinyatakan sebagai sejarah apabila terkait
dengan waktu ini.

Konsep yang paling melekat dengan waktu adalah ruang meskipun secara
karakteristik konsep ruang lebih mendekat dengan geografi. Sejarah
mengungkapkan kapan terjadinya sedang geografi merupakan petunjuk dimana
peristiwa itu terjadi.

c. Antropologi
Menurut E.A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk.: 1982:12), “Antropologi adalah suatu
studi tentang manusia dengan kerjanya” Sedangkan Koentjaningrat (1990:11) juga
secara singkat mengemukakan “Antropologi berarti ilmu tentang manusia”. Dua
ungkapan diatas menyatakan bahwa antropologi adalah studi atau ilmu tentang
manusia. Namun, kita dapat menafsirkan pernyataan itu selanjutnya, khusus yang
dikemukakan Hoebel tentang kerjanya, yang dapat kita artikan sebagai kerja dalam
arti kegiatan pikiran dan pemikiran yang berarti budaya serta kebudayaannya.Oleh
karena itu, pengertian antropologi di sini lebih tepat dikatakan antropologi budaya,
yang oleh Hoebel dikemukakan bahwa “Antropologi budaya itu tidak lain adalah
studi tentang perilaku manusia” (Fairchild, dkk.: 1982:12)

d. Sosiologi

Menurut Frank H.Hankins (Fairchild, H.P. dkk.:1982:302) mengumukakan:

Sosiologi yaitu studi ilmiah tentang fenomena yang timbul dari hubungan kelompok
umat manusia. Studi tentang manusia dan lingkungan insaninya dalam hubungan
satu sama lain. Aliran sosiologi yang berbeda menentukan penekanan yang
bervariasi berkenaan dengan factor-faktor yang berhubungan, sebagian menekankan
hubungan di antara mereka sendiri seperti interaksi, asosiasi dan seterusnya, sedang
kan aliran yang lain menekankan pada umat manusia dalam hubungan sosialnya,
memfokuskan perhatian kepada hubungan social dalam berbagai peranan dan
fungsinya.

Sosiologi itu mempelajari manusia dalam konteks social yang melakukan


interaksi sesamanya.Sesuai dengan sifat manusia yang dinamis, sudah pasti interaksi
sosialnya juga mengalami perkembangan dan perubahan.

Atas pembahasan singkat yang baru dikemukakan, dapat diketengahkan konsep-


konsep dasar sosiologi sebagai berikut:

1. Interaksi social
2. Sosialisasi
3. Kelompok social
4. Perlapisan social
5. Proses social
6. Perubahan social
7. Mobilisasi sosial
8. Modernisasi
9. Patologi social
10. Dan konsep-konsep lain yang dapat digali sendiri dari kenyataan dan proses
kehidupan sehari-hari.
e. Psikologi Sosial

Psikologi social sebagai salahsatu bidang ilmu sosial, menurut Harold A. Phelps
(Fairchild, H.P., dkk.: 1982:290).Psikologi social adalah suatu studi ilmiah tentang
proses mental manusia sebagai makhluk social. Dengan demikian, objek yang
dipelajari oleh psikologi social itu seperti telah dikemukakan tadi, meliputi perilaku
manusia dalam konteks social yang terungkap pada perhatian, minat, kemauan,
sikap mental, reaksi emosional, hargadiri, kecerdasan, penghayatan, kesadaran, dan
demikian seterusnya.

2.3 Tujuan Pendidikan Konsep Dasar Ilmu Sosial

Menurut KTSP 2006:

1. Agar siswa memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dg


kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dlm
masyarakat majemuk, di tingkal lokal, nasional dan global.

Berdasarkan pada falsafah pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan


kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh
tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti
yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang
termaksuk dalam UUD 1945. Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian
apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan
dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan
dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD
menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan
untuk:

 Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan


kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan sosial
 Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
 Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut Nursid


Sumaatmadja adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan
tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu :

1.      Pengetahuan dan Pemahaman,

2.      Sikap Hidup Belajar,

3.      Nilai-Nilai Sosial dan Sikap, dan

4.      Keterampilan.

Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan potensi


peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-
program pelajaran ips di sekolah di organisasikan secara baik.

Dari rumusan tujuan tersebut dapat di rinci sebagai berikut (Awan Mutakin, dalam
puskur, 2006: 4).

a)      Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,


melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b)      Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
di adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat di gunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.

c)      Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d)      Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e)      Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri


sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

f)      Memotivasi seseorang bertidak berdasarkan moral.

g)      Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
h)      Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya dan
mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil
keputusan pada setiap persoalan yang di hadapinya.

i)      Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa
terhadap materi pembelajaran ips yang di berikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

IPS merupakan bidang studi yang cara pandangnya bersifat terpadu, artinya
bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi,
sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial. Adapun perpaduan ini disebabkan
mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu
manusia.

Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan


dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal
masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat beljar
melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui
pengalaman hidupnya ditengah-tengah masyarakat.

3.2 Saran

Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan
tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.

Siswa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bekerja sama dan


berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun
global.
DAFTAR PUSTAKA

NursyidSumaatmadja. (2006). KonsepDasar IPS. Jakarta. UT

Fakih S., dan Bunyamin Maftuh. (1998). Konsep Dasar IPS. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai