Anda di halaman 1dari 82

BAB I

KONSEP-KONSEP DASAR ILMU-ILMU SOSIAL

Latar Belakang
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memadu-
kan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pende-
katan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa
dan kehidupannya. Ilmu-ilmu sosial (khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu eko-
nomi/koperasi, ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi dan psikolo-
gi sosial) sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran IPS dengan membe-
rikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai
“pengetahuan” yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari
siswa. Agar dapat mengajarkan IPS dengan baik maka sangat perlu bagi guru dan
calon guru untuk mengetahui, memahami dan menerapkan konsep-konsep dasar
ilmu-ilmu sosial.

Tujuan
Setelah mempelajari pokok bahasan ini Anda dapat:
1. Menjelaskan kedudukan ilmu-ilmu sosial dalam program Pendidikan IPS
2. Membedakan pengertian fakta, konsep dan generalisasi dalam IPS
3. Menjelaskan konsep-konsep dasar ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi/kope-
rasi, ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi social
4. Mampu mengenal dan mengembangkan konsep IPS dalam kurikulum di SD.

A. Kedudukan Ilmu Sosial Dalam Bidang Ilmu


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dapat ditelusuri sejak zaman Yunani
Kuno. Pada masa itu semua pengetahuan pada mulanya merupakan satu kesa-
tuan dan belum terbagi-bagi atau terspesialisasi seperti sekarang ini. Yang
dikenal pada masa itu hanyalah filsafat, antara lain filsafat alam dan filsafat
sosial (N. Daldjoeni, 1981). Dari filsafat inilah yang kemudian orang mengem-
bangkan berbagai cabang ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan manusia.
Filsafat alam melahirkan ilmu-ilmu alamia, dan filsafat sosial melahirkan ilmu-
ilmu sosial. Kemudian berikutnya lahir pula ilmu-ilmu budaya secara
tersendiri.
Dilihat dari sejarah perkembangan ilmu maka filsafat dapat dikatakan
merupakan sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan. Dari filsafat lahir
tiga cabang ilmu pengetahuan yang masing-masing terbagi lagi kedalam berba-
gai cabang ilmu pengetahuan (perhatikan bagan berikut ini):

1
FILSAFAT

NATURAL SOCIAL
SCIENCES HUMANITIES
SCIENCES

BAHASA SASTRA SENI


A

SOSIOLOGI EKONOM PSIKOLOGI


POLITIK ANTROPOLOGI GEOGRAFI
SEJARAH SOSIAL
I
H

MATEMATIKA KIMIA FISIKA BIOLOGI ASTRONOMI

Gambar 1.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan

B. Pengertian Fakta, Konsep, dan Generalisasi

Ilmu-ilmu sosial mempelajari tindakan-tindakan manusia yang berlang-


sung dalam proses kehidupan dalam upaya menjelaskan mengapa manusia ber-
prilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu
batang tubuh atau struktur ilmu pengetahuan (body of knowledge) tentang suatu
bidang. Setiap ilmu sosial memandang manusia dari sudut pandang dan meng-
gunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya.
Pengetahuan tentang tindakan manusia ini membentuk suatu dasar bagi materi
ilmu pengetahuan sosial (IPS).
Sebagai guru IPS harus memahami dan mengetahui dengan benar fakta
yang diajarkan dalam IPS. Ada dua hal yang mempunyai hubungan erat dan
harus dikembangkan dari fakta dasar IPS yakni konsep dan generalisasi. Kon-
sep dikembangkan dari fakta yang dipelajari, sedangkan generalisasi dikem-
bangkan dari hubungan antar konsep dalam suatu pola yang mempunyai arti.
Suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sosial, tersusun dalam tiga
tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas, yaitu (1) fakta, (2)
konsep, dan (3) generalisasi (Savage dan Amstrong, 1996: 24). Ketiga hal itu-
lah yang membangun materi ilmu-ilmu sosial,

2
1. Fakta
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemukan suatu kejadian atau
keadaan, misalnya angin berembus, laut berombak, air menguap, awan di langit
dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai fakta. Fakta adalah
informasi atau data yang ada/terjadi dalam kehidupan dan dikumpulkan oleh
para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenaraannya. Namun fakta ini mempu-
nyai kekuatan menjelaskan yang terbatas. Fakta merujuk pada suasana yang
khusus dan keberlakuan yang terbatas (kurang berlaku umum)
Fakta penting untuk susunan ilmu karena fakta tersebut yang membentuk
konsep dan generalisasi. Menurut Savage dan Amstrong (1996: 24) konsep
tidaklah dipelajari dalam kekosongan, melainkan dicapai dalam suatu proses
yang melibatkan fakta-fakta yang khusus, Dari beberapa fakta yang khusus
yang saling berkaitan maka terbentuklah suatu konsep atau pengertian.
Fakta merupakan tindakan yang paling rendah dari suatu abstraksi. Suatu
fakta adalah keadaan faktual (yang sebenarnya) dan harus diterima apa adanya,
fakta tidak memiliki konotasi nilai (Sunario, 1989: 117). Frankel menyatakan
bahwa fakta adalah suatu yang betul-betul ada atau sesuatu yang telah terjadi di
masa lampau. Fakta meliputi semua aktivitas individu, peristiwa, lokasi, tem-
pat, obyek, dan peraturan tentang prosedur tertentu (Husein Ahmad, 1982: 1).
Ciri pokok fakta adalah kekhasannya dan sifatnya yang tidak berulang-ulang.
Oleh sebab itu sering dikatakan bahwa fakta bersifat “buntu”.
Melihat sifat fakta yang khas dan buntu banyak pakar pendidikan mengang-
gap bahwa fakta tidak menghasilkan ide atau pengetahuan yang baru dan cepat
usang. Akan tetapi fakta tetap mempunyai manfaat jika fakta merupakan bahan
ramuan dan pemikiran, dan menjadi bahan dasar untuk pembentukan konsep.
Fakta bersama-sama konsep merupakan bangunan utama pengetahuan. Hal ini
berarti bahwa untuk mempelajari ilmu pengetahuan diperlukan fakta-fakta.
Sulit untuk mempelajari ilmu pengetahuan tanpa fakta.
Dapat disimpulkan bahwa fakta memiliki ciri: (1) bersifat khas, (2) bersifat
konkrit, dan (3) tidak berulang-ulang. Fakta dalam IPS meliputi fakta yang
berhubungan dengan masyarakat dan lingkungannya. Oleh sebab itu jumlah
fakta tidak terbatas, sebanyak obyek, peristiwa atau proses yang terjadi dalam
masyarakat dan lingkungannya.

2. Konsep
Konsep secara sederhana adalah penamaan (pemberian label) untuk sesuatu
yang membantu seseorang mengenal, memahami sesuatu tersebut. Konsep ada-
lah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu yang merupakan alat intelek-
tual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah. Jika kita
menemukan sejumlah informasi misalnya; ada sebuah benda padat yang besar,
benda itu terbuat dari besi, digerakan dengan mesin atau layar, berjalan di atas
air, digunakan untuk mengangkut orang dan barang, maka dengan kemampuan
mental kita, informasi atau fakta itu dapat kita sederhanakan dengan memberi
label “kapal laut”.

3
Konsep menurut Moore (Skeel, 1995:30) “sesuatu yang tersimpan dalam
pikiran-suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan”. Sedangkan Parker me-
nyatakan bahwa, “Konsep gagasan-gagasan tentang sesuatu, konsep adalah
suatu gagasan yang ada melalui contoh-contohnya”. Dalam definisi yang kedua
tergambar bahwa seseorang mesti terlibat dalam proses berpikir, yakni menya-
dari contoh-contoh konsep.
Proses berpikir ini disebut konseptualisasi, yaitu proses yang terus-menerus
yang berlangsung ketika seseorang menghadapi contoh-contoh baru dari suatu
konsep. Jadi suatu kesan mental (mental image) dari suatu konsep yang diha-
dapi akan berbeda tergantung pada latar belakang atau pengalaman orang yang
melakukan konseptualisasi.
Konsep membantu sesorang untuk mengorganisasikan informasi atau data
yang dihadapi. Konsep menempatkan informasi dalam kategori-kategori atau
kelompok-kelompok dan mempertimbangkan antar data.
Konsep merupakan sejumlah fakta yang memiliki keterkaitan atau definisi
yang ditentukan. Konsep diberi nama atau label berupa kata-kata. Karakteristik
atau ciri-ciri konsep disebut atribut. Misalnya, kosep “mobil” dapat dijelaskan
dengan atribut-atribut berikut:
(1) Kendaraan beroda empat
(2) Digerakan dengan mesin
(3) Berbahan bakar bensin, solar atau gas.

3. Generalisasi
Konsep mempunyai hubungan yang erat dengan generalisasi. Generalisasi
merupakan sejumlah konsep yang memiliki keterkaitan dan makna. Generali-
sasi adalah pernyataan tentang hubungan diantara konsep. Generalisasi me-
ngungkapkan sejumlah besar informasi. Kebenaran suatu generalisasi diten-
tukan oleh rujukan pembuktian. Beberapa generalisasi yang kita terima pada
hari ini mungkin harus diperbaiki pada masa yang akan datang, sehingga bukti-
bukti yang baru harus diadakan.
Berikut ini kutipan sebuah generalisasi yang dikutip dari Savage dan
Amstrong (1966:26)
“Ketika suatu masyarakat meningkat menjadi masyarakat terdidik dan masya-
rakat industri, angka kelahirannya menurun”. Dari generalisasi ini konsep-
konsepnya terdiri dari “masyarakat”, “masyarakat terdidik”, “masyarakat
industri”, dan “angka kelahiran”.
Untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang struktur ilmu pengetahuan
(structure of knowledge) yang menunjukkan hubungan antara fakta. konsep dan
generalisasi sebagaimana gambar di bawah ini:

4
GENERA-
LISASI

KONSEP

FAKTA
Gambar 2.1 Struktur Ilmu (Body of Knowledge)

Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada bagian dasar adalah
mencerminkan sejumlah besar fakta, membawakan sejumlah konsep, dan me-
ngungkapkan generalisasi. Harus diingat bahwa fakta, konsep dan generalisasi
semuanya penting. Fakta menyediakan contoh-contoh bagi konsep dan genera-
lisasi yang spesifik, Namun demikian, jika fakta-fakta itu tidak terkait dengan
konsep dan generalisasi yang penting, fakta-fakta tersebut hanyalah menjadi
setumpuk hal sepele yang sedikit kegunaannya.

C. Konsep-Konsep Dasar Ilmu-Ilmu Sosial


1, Konsep Dasar Ilmu Sejarah
Sejarah merekam sejumlah aspek kejadian, baik aspek sosial, budaya,
geografi, ekonomi, maupun politik. Oleh sebab itu sejarah sering dipandang
sebagai fondasi atau komponen dari semua ilmu sosial. Sebagai akibatnya,
maka konsep utama dalam sejarah adalah waktu dan kejadian. Konsep-konsep
lain dalam sejarah bersumber ilmu-ilmu sosial lainnya (Skeel, 1995: 32).
Sumbangan ilmu sejarah bagi ilmu pengetahuan sosial berupa kumpulan
pengetahuan masa lalu, yang memberikan pandangan bermakna terhadap apa
yang sedang terjadi pada saat ini dan apa yang diharapkan pada masa datang.
Hal ini dapat berupa hubungan sebab akibat dari peristiwa atau kejadian.
Peristiwa-peristiwa tidak pernah tejadi dalam suatu kekosongan, melainkan ada
sesuatu yang lain yang dipengaruhi olehnya.

2. Konsep Dasar Geografi


Konsep-konsep yang sering digunakan dalam geografi adalah lokasi, posisi,
atau (kedudukan), situasi. tempat (site), distribusi dan perancangan. Para ahli
geografi dapat melakukan inkuiri (pengkajian) dalam bentuk pembuatan peta
atau membandingkan persamaan dan perbedaan daerah di dunia. Geografipun
dapat mengkaji gambaran fisik dari daerah, faktor-faktor cuaca, kepadatan pen-
duduk, sumber-sumber alam, penggunaan tanah, produksi pertanian, industri,
ekspor dan impor. Geografi mendorong para siswa untuk belajar bagaimana
berbagai faktor suatu daerah, baik fisik maupun budaya saling berinteraksi.

5
Kesimpulannya, sumbangan geografi terhadap IPS adalah tentang hubungan
interaksi antara orang-orang dan ruang/tempat dan jarak. Bagaimana orang-
orang mempengaruhi tempat di mana dia tinggal dan bagaimana tempat-tempat
itu mempengaruhi orang-orang yang hidup disitu.

3. Konsep Dasar Ilmu Ekonomi/Koperasi


Perhatian utama para ahli ekonomi adalah pada kemampuan masyarakat
untuk menyesuaikan kebutuhan mereka yang tidak terbatas kepada sumber
daya mereka yang terbatas. Seorang ahli ekonomi tertarik pada tindakan ma-
syarakat dalam menggunakan sumber daya, baik sumber daya alam mau pun
sumber daya manusia, dalam menghasilkan barang dan jasa serta pendisribu-
siannya pada masyarakat. Ia akan mencari jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan tentang apa, bagaimana, kapan, dan untuk siapa memproduksi sum-
ber daya itu.
Menurut Martin dan Miller (Skeel, 1955: 35) masyarakat yang berbeda
menghasilkan sistem ekonomi yang berbeda. Tugas ilmu ekonomi adalah men-
jelaskan persamaan-persamaan esensial dan hakikat perbedaan-perbedaan
dalam kehidupan ekonomi pada masyarakat yang berbeda itu, sehingga seseo-
rang dapat memahami dengan lebih baik tentang kondisi-kondisi tempat dia
hidup dan memahami alternatif-alternatif yang terbuka baginya.
Knsep-konsep yang paling mendasar dalam ilmu ekonomi adalah kelang-
kaan (scarcity). Spesialisasi (specialization), saling ketergantungan (interde-
pendence), pasar (market), dan kebijaksanaan umum (public policy).
Menurut Skeel (1995: 36) sumbangan ilmu ekonomi terhadap IPS adalah
menyediakan pegetahuan tentang bagaimana masyarakat memutuskan untuk
menggunakan dan mengalokasikan sumber-sumber daya mereka, bagaimana
sistem ekonomi berkembang dan berjalan, dan tentang masalah-maalah yang
dihadapi oleh orang-orang dan sistem ekonomi ketika mereka mencoba
memenuhi kebutuhannya. Para siswa akan menyadari bagaimana sumber daya
yang terbatas akan menyebabkan mereka membuat keputusan tentang bagai-
mana sumber daya mereka digunakan.

4. Konsep Dasar Ilmu Politik dan Pemerintahan


Miriam Budiarjo (1972) menyatakan bahwa politik adalah bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut pro-
ses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Politik selalu menyangkut kepentingan tujuan-tujuan dari seluruh masyara-
kat (public goals) dan bukan tujuan dari pribadi seseorang (private goals).
Pengambilan keputusan (decicion making) mengenai apakah yang menjadi tu-
juan dari sistem politik dilakukan melalui seleksi antara beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang dipilih itu. Untuk melak-
sanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum
(public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution)
atau alokasi (allocation) kekuasaan dan sumber-sumber yang ada. Pelaksanaan
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu perlu memiliki kekuasaan (power) dan

6
kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama
ataupun menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini.
Dari penjelasan tersebut di atas ditarik beberapa konsep ilmu politik, yaitu
negara, kekuasaan, demokrasi dan lain-lain. Sementara itu Skeel (1995) me-
nambahkan konsep ilmu politik lainya yang perlu dipahami yaitu sosoialisasi
politik, keabsahan (legitimacy) dan perilaku politik (political behavior).
Sumbangan ilmu politik terhadap IPS adalah menyediakan informasi dasar
mengenai pross, perilaku, dan lembaga-lembaga politik, dan juga hubungan di
antara warga nagara, kebijaksanaan umum dan gagasan-gagasan tentang peme-
rintahan, seperti demokrasi, keadilan dan kesamaan, Melalui ilmu pengetahuan
yang di sumbangkan oleh ilmu politik ini para siswa dapat belajar bagaimana
kejadian-kejadian politik berpengaruh terhadap kehidupan mereka begitu juga
bagaimana mereka tersosialisakan atau belajar untuk berpartsipsi di dalam
sistem politiknya.

5, Konsep Dasar Sosiologi


Para ahli sosiologi menaruh perhatian pada prilaku dan lembaga serta inter-
aksi antar individu dan kelompok/asosiasi dalam masyarakat. Sosiologi menga-
mati keanggotaan orang-orang dalam kelompok, seperti dalam keluarga, seko-
lah, lembaga agama dan pemerintahan.
Para ahli sosiologi dapat menyumbangkan pengetahuan tentang lembaga-
lembaga (social institution). Merekapun dapat mengkaji tentang keanggotaan,
perilaku, tujuan, norma, nilai, peran, kekuasaan, dan lokasi. Mereka dapat
menggambarkan proses sosial (social process) dari interaksi yang paling seder-
hana ke sosialisasi, kerja sama, persaingan (competition), dan pertentangan
(comflict).
Konsep-konsep utama dalam sosiologi mencakup kelompok (group), lem-
baga (institution) peran (role), norma (norm), nilai (value), sosialisasi (sociali-
zation) dan masyarakat (society). Sosiologi memberikan sumbangan kepada
IPS berupa pemahaman tentang bagaimana lembaga-lembaga sosial berkem-
bang dan bagaimana orang-orang berinteraksi di dalamnya. Para siswa dapat
belajar lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi kehidupannya.

6, Konsep Dasar Antropologi


Beberapa konsep antropologi meliputi kebudayaan (culture), adat istiadat
(custome), etika (etics), ras (rase), tradisi (tradition), hukum (law) dan
keyakinan (beliefs).
Kebudayaan adalah perilaku sekelompok orang sebagai hasil belajar. Adat
istiadat atau kebiasaan adalah prilaku yang biasa atau diterima atau dipraktekan
dalam kelompok manusia. Etika adalah keputusan di dalam suatu kelompok
tentang apa yang baik dan benar. Ras menggambarkan sekelompok besar orang
yang dapat dibedakan secara jelas dan membedakannya dari kelompok lainnya.
Hukum adalah perangkat aturan yang resmi yang disetujui oleh suatu kelom-
pok dan dijadikan sebagai suatu pedoman prilaku. Keyakinan adalah kebenaran
yang diterima yang kita pegang tanpa bukti yang positif. Tradisi adalah keya-

7
kinan dan adat istiadat yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi
berikutnya.
Antropologi memberikan sumbangan kepada IPS dengan memberikan
pengertian tentang bagaimana kebudayaan berkembang dan mengapa kebuda-
yaan tersebut berbeda. Antropologi membantu para siswa memahami bagaima-
na dan mangapa orang-orang mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan
kebudayaan mereka.

7. Konsep Dasar Psikologi Sosial


Psikologi sosial adalah studi tentang proses mental manusia sebagai mahluk
sosial (Fairchild, H.P. 1964: 200). Obyek studi psikologi soaial adalah tingkah
laku manusia di masyarakat sebagai ungkapan proses mental, kejiwaan yang
meliputi kemauan, minat, reaksi emosional, kecerdasan dan seterusnya, terma-
suk pembentukan kepribadiannya. Sikap mental seseorang, reaksi emosional,
kemauan dan perhatiannya merupakan dorongan dan gejala kejiwaannya,
semua itu tidak hanya semata-mata merupakan ungkapan proses mentalnya,
melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungan alam, lingkungan sosial dan ling-
kungan budaya. Motivasi seseorang untuk bertindak dipengaruhi oleh doro-
ngan dan proses kejiwaannya. Motif tersebut tidak saja karena adanya rang-
sangan dari lingkungan saja. Segala gejala dan masalah yang digambarkan di
atas, merupakan obyek studi psikolagi sosial.
Jadi kalau sosiologi lebih memperhatikan peran seseorang dalam kehidu-
pannya di masyarakat sebagai hasil dari adanya interelasi sosial dan, perhatian
psikologi sosial lebih terarah kepada tingkah lakunya yang merupakan
perpaduan proses kejiwaan dengan rangsangan dari lingkungannya sebagai
mahluk sosial. Atau dengan kata lain tertuju kepada keseluruhan atau sebagian
kepribadian individu yang merupakan hasil kerjasama faktor kejiwaan dengan
faktor lingkungannya.

8
BAB II
KETERAMPILAN DASAR IPS DALAM PELAKSANAAN TUGAS
SEBAGAI GURU DAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Pada bagian ini Anda dapat mempelajari keterampilan dasar IPS dalam
melaksanakan tugas baik sebagai guru maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari materi ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Dapat mengidentifikasi karakteristik keterampilan dasar IPS
2. Dapat mengidentifikasi jenis-jenis keterampilan dasar IPS
3. Dapat menganalisis katrakteristik setiap jenis keterampilan dalam IPS
4. Dapat menjelaskan kegunaan keterampilan dasar IPS
5. Dapat mengidentifikasi konteks keterampilan dasar IPS
6. Dapat mensimulasikan setiap keterampilan dasar IPS

Keterampilan Dasar Ilmu-ilmu Sosial


Penguasaan keterampilan dasar IPS dalam pelaksanaan tugas sebagai guru dan
dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting bagi Anda baik dalam melak-
sanakan tugas sebagai guru maupun Anda sebagai anggota masyarakat. Sebagai
guru selain berperan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah formal, juga
dapat berperan dalam kehidupannya di masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan
dasar IPS akan membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan di
sekolah, juga dapat membantu dan membimbing dalam berkiprah di masyarakat.
Manusia adalah suatu dinamika. Dinamika ini tidak pernah berhenti, me-
lainkan tetap terus aktif. Dinamika manusia inilah yang memadukan manusia
dengan sesamanya dan dengan dunia lingkungannya (Drijakara. 1969: 44).
Dinamika manusia merupakan ungkapan hakikat jiwa manusia segagai mahluk
yang berakal budi (homo sapiens) dan sebagai mahluk sosial. Hakikat inilah yang
membedakan manusia dengan mahluk lainnya di permukaan bumi. Pengem-
bangan akal budi manusia dengan relasi sosial inilah yang telah menyebabkan
keadaan kehidupan di permukaan bumi seperti kenyataan dewasa ini.
Kehidupan manusia di permukaan bumi telah menimbulkan berbagai macam
masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi masalah ekonomi, budaya, politik,
hukum, lingkungan dan lain sebagainya. Masalah-masalah tersebut menuntut per-
hatian dan pemikiran manusia untuk mengatasinya.
Oleh karena itu untuk mengungkapkan permasalahan yang pelik baik perma-
salahan umum manusia maupun permasalahan pendidikan penerapan ilmu penge-
tahuan sosial dengan pendekatan interdisipliner dapat membantu untuk mengung-
kapkan sebab terjadinya masalah dan membantu untuk mengungkapkan sebab
terjadinya masalah dan membantu memecahkan masalah-masalah pendidikan
melalui alternatif pemecahan.
Untuk selanjutnya, kita akan melihat penerapan keterampilan dalam IPS dalam
kehidupan bermasyarakat sebagai berikut.

9
A. Keterampilan Mental
Ada yang menjelaskan bahwa mental itu meliputi sistem nilai atau pan-
dangan hidup dan sikap (value system and attitude). Sistem nilai adalah kon-
sepsi yang abstrak yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat menge-
nai apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang penting dan apa yang sepele,
apa yang berharga dan apa yang kurang berharga dan sebagainya. Misalnya,
orang-orang dalam suatu masyarakat memandang atau menilai bahwa hidup
berkumpul di tempat kelahiran bersama dengan seluruh keluarga dan kerabat
adalah lebih baik dari pada merantau seorang diri. Tetapi ada juga orang-orang
dalam suatu masyarakat memandang atau menilai bahwa justru kemauan dan
keberanian merantau adalah lebih baik dan harus dimiliki oleh setiap pemuda
dari pada kesenangan hidup menetap di tempat kelahiran.
Contoh di atas menunjukkan sistem nilai atau pandangan hidup yang ber-
laku pada dua masyarakat. Dari contoh tersebut jelas bahwa sistem nilai itu
dapat berbeda pada kelompok sosial yang berlainan. Sikap dapat diartikan
sebagai kecenderungan yang tetap dalam beraksi terhadap lingkungannya.
Dapat dijelaskan bahwa, antara sistem nilai dan sikap memiliki hubungan.
Orang yang menilai bahwa tinggal di tempat kelahiran lebih baik dari pada
orang yang merantau, akan bersikap menolak terhadap anjuran untuk bertrans-
migrasi. Jadi orang yang punya sistem nilai menunjang pembaharuan/ pemba-
ngunan akan mempunyai sikap menunjang pembaharuan/ pembangunan dan
demikian pula tindakannya.
Dalam kehidupan di masyarakat masih banyak kita menemukan sikap men-
tal yang tidak cocok atau menghambat pembangunan. Seperti yang dikemuka-
kan oleh Kuntaraningrat (Bapak Antropologi) terdapat beberapa sikap mental
yang menghambat pembangunan di antaranya sikap penerobosan (mengambil
jalan pintas), sikap mental priyayi, sifat mental yang mengagung-agungkan
masa lalu, sikap mental yang cepat puas dan lain sebagainya.
Selanjutnya kita melihat sikap mental (mentalitas) yang bagaimana yang
mendorong pembangunan yang juga merupakan kemampuan/keterampilan IPS
yang dapat kita terapkan, adalah sebagai berikut:
1. Memandang bahwa hidup ini dapat diperbaiki
2. Menghargai usaha manusia dalam mencapai hasil yang lebih baik
3. Memiliki kesadaran waktu yang tinggi
4. Mampu menyatakan pendapat/gagasan dan menghargai pendapat/gagasan
orang lain
Inilah sifat-sifat terpenting, dan manusia yang berjiwa atau bermental pem-
bangunan. Ada orang-orang yang menekankan bahwa dengan memiliki sifat-
sifat itu, hal-hal lainnya mudah didatangkan. Sifat-sifat yang demikian meru-
pakan keterampilan yang harus dimiliki oleh Anda sebagai guru IPS.

B. Keterampilan Personal
Secara biologis manusia terus berkembang dan mendapat pengaruh dari
lingkungan di sekitarnya. Kalau individu tadi itu telah mendapat pengaruh dari
lingkungannya, maka ia disebut person atau pribadi. Person atau suatu pribadi

10
adalah manusia yang telah menjadi anggota masyarakat atau sebagai anggota
kelompok di masyarakat. Manusia secara individu memiliki potensi-potensi
yang dapat berkembang melalui proses pendidikan terjadi pada lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Akibat proses pendidikan disertai
penanaman nilai-nilai/norma-norma sosial budaya maka terjadi person atau
pribadi yang memiliki kepribadian (personality).
Kepribadian seseorang dibina dan dikembangkan oleh lingkunan tertentu,
baik luas maupun sempit. Selanjutnya kepribadian tidak hanya dibina oleh
lingkungan, melainkan kepribadian itu pun dapat mempengaruhi lingkungan.
Tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin-pemimpin pada zamannya, yang ke-
pribadiaannya kuat, malah bukan hanya mempengaruhi lingkungan di seki-
tarnya, bahkan dapat mengendalikan lingkungan ke arah tertentu. Contoh, para
Nabi dan Rasul, tokoh-tokoh lainnya seperti kepala negara apakah raja atau
presiden, serta tokoh-tokoh dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam kehidupan di tengah masyarakat sebagai anggota masyarakat pe-
ngetahuan tentang keterampilan dasar IPS dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dalam limgkungan masyarakat tempat kita tinggal. Dengan berbekal
pengetahuan IPS, akan memberi ciri/karakter tertentu dalam pembentukan
kepribadian/karakter tertentu dalam pembentukan kepribadian. Dalam ling-
kungan masyarakat harus dapat memberikan contoh/menunjukkan kepribadian
yang baik sebagai suri teladan yang dapat dijadikan panutan oleh anggota ma-
syarakat lainnya baik dalam perkataan, sikap maupun perbuatan/tingkah laku.
Contohnya, pada sistem nilai suatu kelompok orang yang dapat menghambat
pembaharuan/pembangunan, seperti lebih baik berkumpul denagn keluarga dari
pada merantau ke daerah lain, atau makan tidak makan asal kumpul, banyak
anak banyak rezeki dan sebagainya. Jelas sistem nilai semacam ini mengaham-
bat pembangunan.
Dengan dasar pengetahuan IPS, kita harus berusaha untuk merubah sistem
nilai/pandangan masyarakat semacam ini dengan berbagai keterampilan, antara
lain memberi penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya transmigrasi atau
program keluarga berencana (KB), baik yang berhubungan landasan berpikir-
nya, kebaikannya, jaminan masa depan dan sebagainya.

C. Keterampilan Sosial
Manusia sebagai mahluk yang bermasyarakat, dalam kehidupan sehari-hari
tidak dapat terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Baik secara luas maupun
terbatas, kita harus selalu berhubungan dengan orang lain di luar diri kita
masing-masing. Hubungan-hubungan ini merupakan kebutuhan kita di masya-
rakat.
Kehidupan manusia di permukaan bumi, baik yang menyangkut aspek
sosial, budaya senantiasa mengalami perubahan. Cepat ataupun lambat, peru-
bahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan permasalahan bagi kehidupan
manusia. Pertumbuhan penduduk yang cepat, menjadi pendorong pertumbuhan
aspek-aspek kehidupan yang menyangkut kebutuhan penduduk. Ketidakseim-
bangan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan sarana penunjang
kehidupannya, telah menimbulkan bermacam-macam masalah. Masalah-

11
masalah tersebut meliputi: masalah ekonomi, politik, budaya, hukum, ling-
kungan dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut menuntut perhatian dan
pemikiran untuk mengatasinya.
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di masya-
rakat, yang meliputi berbagai aspek kehidupan, sebagai akibat adanya dinami-
ka anggota masyarakat, dan yang telah didukung oleh sebagian besar anggota
masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya
(Nursid Sumaatmadja, 1980: 88). Interaksi sosial manusia di masyarakat men-
dorong perkembangan berpikir dan reaksi emosional para anggotanya. Hal ini
mendorong masyarakat untuk mengadakan berbagai perubahan sesuai dengan
suasana tadi. Perkembangam kualitas anggota masyarakat, juga menjadi pendo-
rong terjadinya perubahan sosial. Dengan demikian perubahan sosial itu karena
adanya dorongan dari dalam dan dari luar kelompok.
Sebagai guru IPS dan sekaligus sebagai anggota mayarakat mau tidak mau
harus berperan dan peka terhadap berbagai kejadian dan masalah yang terjadi
di masyarakat. Keterampilan-keterampilan dasar IPS yang diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam upaya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat; sebagai anggota
masyarakat, harus melibatkan diri dalam bebagai kegiatan pembangunan
bersama anggota masyarakat lain. Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang
dimiliki harus kreatif dan bertindak sebagai inovator dan dinamisator gerak
pembangunan. Di sini diperlukan ide-ide dan gagasan-gagasan terhadap
pembaruan/pembangunan yang diperlukan masyarakat.
2. Dalam upaya menangkal unsur-unsur kebudayaan yang tidak sesuai, harus
dapat menyadarkan kepada anggota masyarakat akan pentingnya menjaga
dan memelihara norma-norma luhur yang terkandung dalam Pancasila mau
pun agama sebagai pegangan hidup. Untuk menanamkan kesadaran akan hal
ini, pengetahuan anggota masyarakat perlu terus ditingkatkan sehingga tau
mana yang baik dan yang buruk dan tidak cocok bagi kebudayaan kita. Hal
itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti ceramah-ceramah, penga-
jian, pesantrem kilat dan sebagainya.
3. Dalam rangka mengatasi/mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, misalnya. kenakalan remaja, pergaulan bebas, tindakan asusila,
sadisme dan sebagainya serta masalah lingkungam seperti pencemaran, ban-
jir, kekeringan, erosi dan sebagainya duperlukan keterampilan untuk menca-
rikan jalan pemecahannya.
Disinilah keterampilan-ketermpilan dasar IPS membantu untuk melihat
faktor-faktor penyebab dan timbulnya suatu permasalahan sosial secara interdi-
sipliner/multi disipliner. Dengan mengetahui berbagai faktor-faktor terjadinya
masalah sosial yang ada dimasyarakat maka upaya mengatasi permasalahan
tersebut akan lebih tepat pada sasarannya.

D, Keterampilan Motorik (motor skill)


Keterampilan motorik merupakan salah satu keterampilan yang paling nyata
dari kemampuan manusia. Keterampilan ini dapat dikembangkan dan dibina
melalui keterampilan berbuat, berlatih, dan berkordinasi indera serta anggota

12
badan. Dalam proses belajar mengajar keterampilan motorik tampak dalam
kegiatan menggambar, menggaris, membuat peta, membuat model, dan seba-
gainya. Proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS yang menggali kenya-
taan hidup dengan menggunakan berbagai media pengajaran, merupakan sara-
na yang baik untuk melatih keterampilan motorik siswa. Dalam hal ini guru da-
pat memberi tugas mengumpulkan berbagai artikel, berbagai gambar, berbagai
potret dan bahkan membuat perlengkapan tertentu, misalnya alat peraga yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPS. Semua ini dapat melatih kete-
rampilan motorik atau fisik siswa. Untuk meningkatkan keterampilan motorik,
siswa harus banyak melakukan latihan-latihan. Sebagai contoh guru memberi
tugas kepada siswa melakukan kunjungan ke berbagai instansi untuk mengum-
pulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan IPS. Selain itu siswa juga
dapat dapat diberi tugas untuk menyusun karya tulis tentang gejala, peristiwa,
dan masalah sosial yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

E. Keterampilan Intelektual (intellectual skill)


Keterampilan ini memungkinkan individu untuk beinteraksi dengan lingku-
ngan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep. Individu belajar mulai dari
tingkat yang paling rendah, misalnya menulis huruf “a”, dan maju sampai ke
tingkat yang lebih tinggi.berapa pun sesuai dengan keinginan kemampuan
intelektualnya. Mempelajari ketermpilan intelektual adalah mempelajari sesua-
tu yang telah ada atau yang telah memiliki ciri-ciri tertentu.
Keteramilan intelektual dikembangkan dalam pembelajaran IPS bertujuan
untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan persoalan
yang nyata dalam kehidupan di masyarakat. Aktivitas yang tampak dalam pro-
ses pembelajaran adalah mengumpulkan, menunjukkan, memahami, menerap-
kan, menganalisis, dan menilai (Saidihardjo dan Sumadi HS, 1996, 97-98).
Sangat banyak gejala, peristiwa dan masalah sosial yang dapat dibahas
untuk mempertajam daya pikir, daya nalar, daya tanggap dan daya kritis siswa
terhadap gejala kehidupan. Untuk meningkatkan dan memantapkan ketrampi-
lan intelektual tersebut, guru dapat melaksanakannya melalui metode tanya
jawab dan diskusi. Di sisi lain siswa dapat dirangsang agar dapat mengajukan
persoalan sendiri tentang hal-hal yang dianggap timpang dalam masyarakat.
Dengan demikian siswa akan menjadi cepat tanggap, kritis dan kreatif terhadap
hal-hal yang dirasa tidak wajar yang mereka lihat dan alami.dalam kehidupan-
nya sehari-hari. Mereka juga akan memiliki penalaran yang yang lebih peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Keterampilan intelektual
menjadi bekal yang berharga bagi siswa dalam menghadapi kehidupan yang
penuh tantangan dan masalah dewasa ini dan bekerja sama dengan orang lain,
keterampilan mengambil giliran pekerjaan dalam kehidupan bermasyarakat,
ketrampilan menghargai dan menghormati orang lain, ketrampilan terhadap
kepekaan akan kehidupan masyarakat, ketrampilan mengarahkan dan mengua-
sai diri sendiri dalam kehidupan bermasyarakat, dan keterampilan mengajukan
gagasan dan pandangan terhadap pengalaman orang lain. Keterampilan-
keterampilan tersebaut tidak akan diperoleh begitu saja, melainkan harus dipe-
roleh melalui latihan-latihan yang terarah.

13
BAB III
INDIVIDU, MASYARAKAT, DALAM PROSES SOSIAL BUDAYA

Latar Belakang
Individu adalah seorang manusia yang khas. Ia mempunyai kemampuan dan
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam mengembangkan kemam-
puan dan memenuhi kebutuhannya, ia tidak bisa berdiri sendiri, ia membutuhkan
orang lain. Karena itulah dia hidup berkelompok membentuk masyarakat.
Untuk mengatur kehidupan berkelompok dibuatlah norma dan aturan-atauran
tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dengan tujuan untuk
menjaga kestabilan, keamanan dan ketertiban bersama. Setiap individu dalam ma-
syarakat mempunyai kedudukan dan peran yang berbeda, sehingga memungkin-
kan untuk bekerja sama, saling membantu, saling mendukung, untuk mencapai tu-
juan yang sama.
Individu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dalam melakukan
hubungan tersebut mereka saling pengaruh mempengaruhi, dan saling menyesuai-
kan diri sehingga timbul proses sosial. Proses sosial yang terus berlanjut dan
teratur akan menyebabkan perubahan sosial budaya.

Tujuan
Tujuan umum yang akan dicapai setelah mempelajari materi ini adalah dapat:
1, Mengetahui peranan individu dalam masyarakat;
2. Memahami kehidupan bermasyarakat;
3. Memahami tentang pranata-pranata sosial budaya yang ada di masyarakat
4. Memahami tentang pentingnya Pancasila sebagai acuan nilai, nilai, moral, dan
norma bagi bangsa Indonesia.
5, Memahami tentang struktur sosial budaya dan
6, Memahami tentang proses sosial budaya.

A, Individu
1. Manusia Selaku Individu
Manusia adalah seseorang manusia secara utuh. Utuh disini diartikan suatu
sifat yang tidak dapat dibagi-bagi. Merupakan kesatuan jasmaniah dan rohaniah
yang melekat pada diri seseorang.
Setiap individu memiliki ciri khas yang berbeda dengan individu yang lain,
seperti bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan, dan memiliki tingkat pemaha-
man atau arti tersendiri terhadap suatu obyek. Jadi individu adalah kondisi internal
seorang manusia yang berfungsi sebagai subyek. Manusia sebagai individu memi-
liki 3 naluri yaitu:
1. Naluri untuk mempertahankan kelangsungan hidup
2. Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan keturunan dan
3. Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan.

14
a. Naluri Mempertahankan Kelangsungan Hidup
Naluri untuk mempertahankan hidup telah menimbulkan berbagai kebutuhan.
Salah satu kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis yang
terdiri dari makan, minum, dan perlindungan. Semua kebutuhan tersebut didapat
dari lingkungan di mana manusia tinggal, dan dalam memanfaatkan lingkungan
tersebut membutuhkan teknologi. Teknologi dapat diartikan sebagai cara-cara atau
alat yang dipergunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutu-
han manusia sangat beragam dan kebutuhan ini lebih mudah diperoleh kalau indi-
vidu hidup berkelompok dengan individu lainnya.

b. Naluri Mempertahankan Kelanjutan Penghidupan & Keturunan


Naluri untuk mempertahankan keturunan, menuntut adanya kebutuhan akan
rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca yang tidak nyaman, binatang
liar atau manusia lain. Pakaian yang dibuat dari berbagai jenis dan model dise-
suaikan dengan kondisi cuaca. Perumahan dengan bermacam-macam bahan dan
juga bentuk, pada dasarnya adalah usaha untuk memperoleh rasa aman dari
berbagai gangguan.
Adapun keanekaragaman bahan model yang digunakan sebagai jrnis bahan
dan model yang digunakan sangat tergantung pada lingkungan. Seperti rumah di
daerah tropis pada umumnya dibuat dari kayu atau bambu dengan model atap segi
tiga atau kerucut dan seringkali bagian bawah tidak langsung menyentuh tanah,
tapi bertonggak atau berkolong. Pada daerah iklim sedang rumah banyak diba-
ngun dari batu bata, atapnya rata atau datar, sedangkan di daerah dingin orang
Eskimo membuat rumah dari es dan bahan mentah yang ada di linkungannya.
Perkawinan selain untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia juga meru-
pakan adanya saling ketergantungan individu terhadap individu lain dan adanya
naluri untuk meneruskan keturunan.

c, Naluri Ingin Tahu dan Mencari Kepuasan


Setiap manusia memiliki naluri untuk ingin tahu tentang sesuatu yang ada di
sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan manusia lainnya. Ada-
nya perbedaan alam seperti daratan, perbukitan, pegunungan, perbedaan penyeba-
ran tumbuhan dan hewan, perbedaan fisik manusia seperti ada yang berkulit hi-
tam, sawo matang, pendek dan sebagainya, perbedaan budaya manusia seperti
dalam hal cara makan, perbedaan dalam berpakaian, mata pencaharian, bentuk ru-
mah dan sebagainya. Semua itu mendorong manusia untuk mencari tahu. Perta-
nyaannya “apa, mengapa, bagaimana, dan siapa” telah melahirkan sistem pe-
ngetahuan, yang kemudian disusun scara sistematis melalui aturan-aturan tertentu
sehingga melahirkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan spiritual atau batin manusia. Sedangkan penerapan
ilmu pengetahuan dalam bentuk cara dan alat untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia disebut teknologi.
Jadi teknologi adalah berbagai cara atau alat untuk memenuhi kebutuhan
material manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan untuk menunjang dan emenu-
hi kebutuhan manusia baik selaku individu maupun masyarakat. Ilmu pengeta-

15
huan dan yang dimiliki individu tidak seluruhnya hasil dari pengalaman sendiri,
tapi lebih banyak dari belajar dan meniru dari orang lain. Karena itu dalam meme-
nuhi naluri ingin tahu dan mencari kepuasan pun tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan kelompok.

2. Manusia Selaku Mahluk Sosial


Walaupun individu adalah satuan yang berdiri sendiri dan memiliki kemam-
puan serta kebutuhan yang tersendiri pula, namun dalam usaha memenuhi kebutu-
han yang dimilikinya itu tidak dapat sendiri. Ia selalu membutuhkan individu lain.
Ketergantungan individu terhadap individu lain sangat tinggi. Sejak dilahirkan
sampai meninggal membutuhkan bantuan orang lain.
Manusia adalah mahluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Kalau hewan dalam waktu yang singkat ia dapat berdiri
dan mencari makan sendiri, maka manusia membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat berdiri dan mencari makan sendiri. Pada masa bayi sepenuhnya manusia ter-
gantung kepada individu lainnya. Ia belajar berlalan, belajar makan, belajar berpa-
kaian, belajar membaca, belajar membuat sesuatu dan sebagainya.
Malinowski, salah seorang ahli antropologi dari Polandia mengatakan bahwa
ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat
dari usaha-usaha manusia dalam memmenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan
sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan. Seperti manusia mem-
butuhkan makanan, maka ia memerlukan pengetahuan tentang alat-alat yang
dipergunakan untuk memperoleh makanan. Dalam sistem pengetahuan diperlukan
belajar dan mencontoh atau meniru dari orang lain yang lebih dulu tahu.
Kemampuan belajar dan meniru ini adalah kemampuan khas manusia yang tidak
dimiliki oleh mahluk lain.
Manusia adalah mahluk sosial. Kata sosial berasal dari kata “socius” yang
artinya “kawan”. Kawan dalam ilmu sosiologi tidak hanya diartikan sebagai
teman bekerja sama, tapi juga lawan. Jadi semua orang yang dapat mempengaruhi
atau mengundang reaksi orang lain orang berprilaku diartikan sebagai kawan.
Dalam hidup dan perkembangannya, baik langsung ataupun tidak, mamusia
membutuhkan jasa atau karya dari orang lain. Manuasia mempunyai emosi atau
perasaan atau direspon oleh orang lain, seperti rasa suka, duka, senang, benci,
rasa, kasih sayang dan sebagainya. Manusia baru mempunyai makna atau arti
dalam hidup kalau ia hidup berkelompok dengan orang lain.

B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat (sosial) maupun society (masyarakat) diambil dari bahasa
Latin yaitu “socius yang berarti teman atau kawan. Arti tersebut menekankan per-
temanan dan persahabatan yang kuat. Dalam kamus Bahasa Indonesia masyarakat
diartikan sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk peri kehidu-
pan berbudaya.
Ralph Linton (1997) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup
dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka mengatur diri mereka dan

16
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas. Herkovits ahli antropologi, memgartikan masyarakat se-
bagai sekelompok individu yang yang tersusun mengikuti cara hidup tertentu.
Selanjutnya Selo Sumarjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Anderson dan Parker (Astrid
Susanto, 1977) menyebutkan secara rinci bahwa masyarakat adalah:
1. Adanya sejumlah orang
2. Tinggal dalam satu daerah tertentu
3. Mengadakan hubungan satu dengan yang lain
4. Saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama
5. Merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaan solidaritas
6. Adanya saling ketergantungan
7. Masyarakat merupakan suatu sistem yang diatur oleh norma-norma atau
aturan-aturan tertentu
8. Menghasilkan kebudayaan.
Dari pngertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kum-
pulan individu-individu yang cukup lama bergaul mengikuti cara-cara yang sama
dan menghasilkan suatu kebudayaan.

2 . Status dan Peran Individu Dalam Masyarakat


Setiap individu dalam masyarakat mempuyai peran (role) dan kedudukan
(status) yang berbeda. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang mempunyai posisi (status) tertentu. Sedangkan kedudukan (status) adalah
posisi seseorang dalam kelompok. Mengingat setiap individu mempunyai kepen-
tingan yang beragam, maka setiap individu dapat berstatus dan berperan di bebe-
rapa kelompok. Sesuai dengan kepentingannya itu. Contoh dalam keluarga terda-
pat ayah, ibu dan anak. Ayah berstatus sebagai kepala rumah tangga, oleh karena
itu ia dituntut untuk berperan sebagai pemimpin rumah tangga., ayah bagi anak-
anak, pencari nafkah dan seperangkat perilaku lainnya yang melekat dengan sifat
ayah yang baik. Di kantor ayah berperan sebagai karyawan biasa. Berarti ia mem-
punyai impinan dan ayah harus taat dan patuh terhadap aturan-aturan yang dibuat
oleh pimpinan. Selain itu ayah di masyarakat berstatus sebagai Ketua RW, berarti
ia harus membimbing, mengarahkan, membina, setiap warga RW yang dipimpin-
nya. Ayah mempunyai hobi sepak bola, karena itu ia masuk dalam kelompok
sepak bola. Sebagai anggota ia pun wajib berperan sebagai anggota yang baik da-
lam organisasi tersebut dengan taat dan patuh terhadap aturan yang telah diten-
tukan.
Setiap individu harus berprilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya
agar ia dapat diterima dan diakui keberadaannya. Karena setiap organisasi mem-
punyai aturan sendiri, maka sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi kepada
anggota yang melanggar pun berbeda pula. Sanksi ini bertujuan untuk menjaga
keutuhan, keseimbangan, kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompoknya
sehingga tujuan kelaompok dapat tercapai.
Dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peran dan tugas yang berbeda.
Tetapi masing-masing saling membutuhkan, saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang sama yaitu terpenuhinya kebutuhan dan mencapai kesejahteraan.

17
Dengan demikian peran dan kedudukan sangat penting untuk keseimbangan dan
integritas sosial.
Kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat ada dua macam yaitu:
1. Ascribed status, yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa melalui perjuangan atau
usaha sendiri. Biasanya diperoleh melalui kelahiran, seperti anak yang bergelar
“raden”, otomatis anaknya juga bergelar raden. Status ini sering pula disebut
status yang tertutup, karena setiap orang tidak bisa menjadi anggota secara
bebas. Perkawinan biasanya adalah cara untuk masuk kedalam status ini.
2. Achived status, yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau perjuangan
sendiri. Seseorang yang menjadi direktur sebuah perusahaan karena ia rajin dan
ulet, Status seseorang menjadi guru karena ia berhasil masuk dan belajar pada
sekolah keguruan. Status ini bersifat terbuka artinya setiap orang dapat men-
capainya atau meraihnya karena kemampuan masing-masing individu dalam
berprestasi.
Setiap status dan kedudukan mempunyai seperangkat simbol atau lambang
yang dapat mencerminkan statusnya. Seperti orang berstatus ekonomi tinggi ter-
cermin dari bentuk dan luas rumah, seorang dari golongan ningrat akan tampak
dari cara berbicara dan sopan santunnya. Dengan demikian status dapat disebab-
kan oleh posisinya dalam pekerjaan, pemilikan kekayaan, agama dan faktor biolo-
gis seperti jenis kelamin.

3, Pancasila sebagai Acuan Nilai, Moral, Norma, dan Hukum dalam


Masyarakat Indonesia.

Seperti kita ketahui bahwa Pancasila adalah dasar negara RI yang ditetapkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Berarti tata kehidupan manusia
Indonesia baik selaku individu, selaku anggota masyarakat dan sebagai rakyat
suatu negara, arus mengacu kepada nilai, norma, kaidah yang terkandung dalam
Pancasila’
Nilai mengandung pengertian sebagai sesuatu yang berguna atau berharga.
Nilai dapat berupabenda atau material dan dapat pula non-material yaitu ide, ga-
gasan atau pemikiran. Nilai benda atau material biasanya diukur dari: (1) nilai
guna yang kegunaannya atau manfaatnya; dan (2) nilai tukar. Semakin tinggi ke-
gunaan suatu barang bagi kehidupan manusia semakin bernilai barang itu. Seperti
cangkul bagi petani, alat penangkap ikan bagi nelayan dan sebagainya. Nilai kegu-
naan suatu barang tergantung kepada peran dan status individu dalam masyarakat.
Sealain itu sesuatu barang pun dapat diukur dari nilai tukarnya yang tinggi. Satu
gram emas dapat ditukar dengan beberatus ribu rupiah.
Nilai non-material dapat berupa nilai kerohanian, seperti nilai keindahan, nilai
kebaikan, nilai keagamaan dan sebagainya. Karena sifatnya yang abstrak, maka
nilai kerohanian hanya dapat diukur oleh budi pekerti manusia yang lahir dari
akal, perasaan, keyakinan dan kehendak manusia.
Manusia selalu mencari sesuatu yang bernilai, nilai ini menjadi dorongan dan
landasan untuk berprilaku. Nilai-nilai ideal yang telah menjadi keyakinan seperti
yang dianggap paling berharga, paling indah, paling benar, paling baik menjadi
acuan atau pedoman dalam berprilaku.

18
Pancasila merupakan dasar prilaku manusia Indonesia, karena nilai yang ter-
kandung dalam Pancasila penuh dengan nilai keagamaan, nilai kebenaran, nilai
kebaikan, nilai kemanusiaan, dan nilai keindahan hidup bermasyarakat. Dalam
Pancasila terkandung nilai sifat hakiki manusia selaku mahluk ciptaan Tuhan,
selaku individu secara pribadi, individu selaku anggota masyarakat dan negara. Di
dalamnya terkandung keserasian, keselarasan dan keseimbangan hidup antara
dunia dan akhirat, antara jasmaniah dan rohaniah. Karena itu sangatlah ideal kalau
Pancasila menjadi tuntunan, pedoman dan pegangan hidup setiap individu dalam
bersikap dan berprilaku sehingga tercipta ketentraman, kenyamanan, dan keama-
nan dalam hidup brmasyarakat dan bernegara.
Norma atau kaidah aturan-aturan tentang prilaku, tentang yang harus dan ti-
dak boleh dilakukan dengan disertai sanksi atau ancaman bila norma tidak dilaku-
kan. Dalam kehidupan manusia ada seperangkat norma agama yaitu separangkat
aturan kelakuan yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh penganutnya. Bagi ang
mengikuti norma agama tersebut akan mendapatkan pahala, sebaliknya bagi yang
tidak akan mendapatkan sanksi keagamaan sesuai dengan kadar penyimpangan
yang dilakukan. Ada norma hukum seperti mencuri dilarang, bila dilakukan akan
akan mendapat sanksi berupa penjara. Ada norma masyarakat yang berupa adat,
misalnya kalau berbicara dengan orang tua tidak boleh kasar, harus sopan, kalau
tidak akan mendapat sanksi berupa celaan atau . Setiap individu harus taat kepada
norma-norma yang berlakupada masyarakat, supaya tercipta keseimbangan, kea-
manan dan ketentraman.
Nilai moral dan norma yang terkandung dalam Pancasila menjembatani per-
bedaan setiap suku, karena nilai moral dan norma yang ada dalam Pancasila bera-
kar dari budaya Bangsa Indonesia yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu
sampai sekarang. Sejak dulu masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang reli-
gius (agamis), percaya terhadap terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, bersifat
gotong royong, menjunjung, tolong menolong, menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan, berani mengemukakan kebenaran dan keadilan. Pancasila menghasilkan
kepribadian yang khas Indonesia yang dapat membedakan dari bangsa manapun
di dunia. Pancasila memberikan arah dan petunjuk kepada setiap orang untuk ber-
prilaku sesuai dengan kepribadian bangsa.

4. Fungsi Pancasila Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia


a. Pancasila sebagai pedoman sikap dan perilaku setiap individu
Pancasila bersifat manusiawi karena memungkinkan untuk dilaksanakan oleh
setiap manusia dengan kelebihan dan keterbatasan masing-masing individu. Sikap
dan kepribadian Pancasila adalah individu yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, tidak boros, tidak bergaya hidup mewah, suka memberi pertolongan,
menghormati orang lain, mengembangkan sikap tenggang rasa, tidak melakukan
perbuatan yang merugikan kepentingan orang lain, suka bekerja keras, cerdas,
trampil, cinta terhadap tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara.
Setiap individu perlu memiliki kesadaran bahwa setiap perilaku kita di dunia
harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti, dan setiap individu baru punya

19
makna dan arti kalau kita hidup secara harmonis denagn individu lain dalam
masyarakat. Semua itu menghasailkan kehidupan masyarat dan negara yang ber-
wibawa, berkualitas, makmur dalam keadilan, dan berdaya juang serta beritikad
tinggi untuk menempatkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.

b. Pancasila sebagai pedoman bermasyarakat


Pancasila sangat memahami kodrat dan kakikat manusia selaku mahluk yang
senantiasa membutuhkan orang lain. Dalam hidup dan perkembangannya. Dalam
sila ke-2 dan 5 dijelaskan secara rinci tentang etika bermasyarakat yaitu menghar-
gai persamaan derajat, keseimbagan hak dan kewajiban, menjunjung nilai kema-
nusiaan, bekerja sama, bergotong royong, gemar melakukan perbuatan-perbuatan
luhur berdasarkan kekeluargaan, gotong royong adil dan menghormati orang lain,
suka menolong, sama-sama mewujudkankemajuan yang merata dan adil.

c. Pancaila sebagai pedoman bernegara


Negara merupkan alat yang mengatur atau mengendalikan persoalan-
persoalan bersama atas nama masyarakat. Negar mempunyai kewenangan menga-
tur hubungan bermasyarakat demi tercapainya tujuan bersama. Kewenangan yang
dimiliki negara tidak seenaknya, semaunya sendiri atau kelompok tertentu, tapi
dikendalikan oleh Pancasila sebagai sumber hokum. Negara kita tidak liberal dan
juga tidak sosialis yang totaliter. Indonesia adalah negara Pancasila yaitu negara
yang mengutamakan musyawarah dalam mengambil keoutusan, selalu punya
itikad baik dan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan mengambil
keputusan, menggunakan akal sehat dan hati nurani yang luhur, keputusan-
keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa,menjunjung tinggi hrkat dan martabat manusia swrta nilai-nilai
kebenaran, menempatkan persatuan dan kesatuan, kepantingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, melindungi segenap
bangsa Indonesia, mamajukan kesejahteraan umum, mamajukan pergaulan demi
persatauan dan kesatuan bangsa.
Pancasila menjadi dasar hidup bernegara untuk mencapai kesejahteraan ber-
sama, menjadi sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia, men-
jadi pedoman berperilaku semua aparatur negara dalam melaksanakan beban,
tugas dan dan tanggung jawab.

5. Struktur Sosial Budaya, Pranata Sosial Budaya dan Proses Sosial Budaya
A, Proses Sosial Budaya
Masyarakat meupakan suatu sistem budaya, artinya terdiri dari sejumlah
orang yang berhubungan secara timbal balik melalui budaya tertentu. Mereka sa-
ling pengaruh-mempengaruhi dengan mempergunakan norma yang sama pula.
Sistem terdiri dari berbagai unsur, komponen atau perilaku yang saling terkait sa-
tu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan.
Pola perilaku dari setiap individu dari masyarakat yang tersusun sebagai satu
sistem disebut struktur social. Truktur asal kata dari structum yang artinya me-

20
nyusun, membagi atau mendirikan. Contoh, di sekolah terdapat struktur sebagai
berikut ada kepala sekolah, guru-guru, siswa, pegawai administrasi, dan penjaga
sekolah, Semua orang yang ada di sekolah tersebut saling berinteraksi, saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, sehingga sekolah sebagai lembaga pendi-
dikan dapat berfungsi dangan baik. Kalau salah satu unsur dari sekolah tersebut
tidak ada misalnya guru, maka proses pendidikan tidak dapat berjalan dengan
baik. Di sekolah juga mempunyai norma, misalnya datang pukul 07.00, harus me-
makai sepatu dan seragam dan sebagainya. Kepala sekolah, guru, pegawai admi-
nistrasi, penjaga sekolah juga mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi,
kalau tidak aka nada sanksi yang mereka terima.
Dalam sistem sosial selalu berhubungan ddngan peran (role) dan kedudukan
(status). Kepala sekolah, guru, murid dan pegawai administrasi masing-masing
mempunyai kedudukan yang berbeda, karena itu tugas dan peran yang dilakukan
pun berbeda pula, tapi merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam
memperlancar proses pembelajaran di sekolah.
Setiap individu mempunyai cirri dan kemampuan tersendiri, seperti jenis ke-
lamin, bentuk fisik, perasaan, bakat, minat, kemampuan berpikir dan berkarya.
Perbedaan ini menyebabkan perbedaan sosial (differensiasi social). Perbedaan so-
sial bersifat universal artinya dimiliki setiap masyarakat dimanapun. Hanya ben-
tuk dan derajatnya saja yang berbeda. Contoh pada masyarakat pemburu dan pera-
mu, perbedaan sosial berdasarkan jenis kelamin, usia dan keterampilan berburu.
Berburu dilakukan oleh laki-laki, sedangkan meramu atau mengumpulkan tum-
buhan dilakukan dilakukan oleh kaum wanita.
Pada masyarakat yang teknologinya sudah maju, perbedaan sosial lebih ba-
nyak disebabkan oleh adanya perbedaan keahlian, sehingga timbul keanekaraga-
man pekerjaan atau profesi, seperti dokter, perawat, guru, sopir, petani, pedagang,
dan sebagainya.
Perbedaan bentuk fisik manusia yang meliputi warna kulit, warna rambut,
bentuk kepala dan sebagainya, menyebabkan terjadinya perbedaan ras, ada (1)
Ras Negroid dengan ciri warna kulit hitam, mata hitam, keriting, pendek, hidung
lebar, dan bentuk bibir yang tebal. (2) Ras Mongoloid dengan ciri warna kulit cok-
lat, rambut lurus, tubuh pendek, hidung datar dan tulang pipi menonjol; (3) Ras
Caocasoid dengan cirri kulit dan mata terang, rambut bergelombang, hidung man-
cung, bibir tipis, muka oval, dan badan tinggi.
Selain itu perbedaan sosial dapat pula disebabkan oleh perbedaan agama
sepertiIslam, Kristen, Hindu-Budha, perbedaan suku, seperti Suku Sunda, Batak,
Muna, Buton, Minangkabau, Suku Daya, Bali dan sebagainya. Perbedaan marga
seperti Simatupang, Simalungun dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat seringkali menimbulkan
lapisan-lapisan yang bertingkat. Lapisan-lapisan yang bertingkat ini disebut
stratifikasi sosial. Ukuran yang dipergunakan untuk menggolong-golongkan pen-
duduk dalam lapisan-lapisan tertentu adalah:
1) Ukuran kekayaan, timbul golongan kaya atau ekonomi kuat, golongan miskin
atau ekonomi lemah, golongan tengah atau sedang. Pada masyarakat petani,
luas pemilikan lahan menjadi ukuran utama hingga timbul tuan tanah, penyewa

21
dan buruh tani. Pada masyrakat industri seringkali timbul dalamkekayaan beru-
pa material seperti bentuk rumah, mobil, pakaian, dan gaya hidup.
2) Ukuran kekuasaan, timbul golongan penguasa dan yang dikuasai, Mereka yang
termasuk kelompok penguasa menjadi kelompok teratas dan biasanya wewe-
nangnyapun menjadi lebih tinggi.
3) Ukuran kehormatan; timbul golongan yang berpengaruh dan dihormati dan
golongan yang terpengaruh. Biasanya ukuran ini umumnya terdapat pada ma-
syarakat tradisional, di mana pimpinan informal masih mendapatkan kedudu-
kan yang tinggi di masyarakat, seperti para kiyai, kapala adat dan sebagainya.
4) Ukuran ilmu pengetahuan, timbul golongan cendekiawan dan masyarakat
biasa. Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah kepintaran atau kemampuan
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu.
Dasar dari pelapisan sosial di atas dapat timbul dan berkembang secara oto-
matis atau tidak disengaja oleh masyarakat. Selain itu ada pula, pelapisan sosial
yang memang sengaja dibuat. Misalnya dalam organisasi, perusahaan atau instansi
pemerintah dibuat strata-strata. Ada ketua, wakil ketua, sekertaris, bendahara,
ketua seksi dan anggota. Penyusunan ini dibuat dengan maksud:
(1) Mengatur tugas dan wewenang;
(2) Untuk mendorong meningkatkan produktivitas karena setiap individu ditem-
patkan pada posisi yang sesuai dengan keterampilan dan keahliannya;
(3) Lebih memudahkan pencapaian tujuan bersama.

B. Pranata Sosial Budaya


Dalam hidup dan perkembangannya, individu banyak melakukan aktivitas
guna memenuhi berbagai kebutuhan. Kebutuhan individu sangat beragam, karena
itu seringkali individu harus menjadi anggota berbagai kelompok sosial. Tiap ke-
lompok sosial tersebut mempunyai norma dan sistem tata kelakuan yang berbeda
pula, yang harus dipenuhi oleh setiap anggotanya sehingga tercipta tata tertib dan
pemenuhan kebutuhan secara optimal.
Wadah yang memungkinkan masyarakat untuk berinterakasi menurut pola
perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku disebut dengan pranata sosial
budaya. Contoh di sekolah sebagai lembaga sosial budaya untuk memperoleh
pendidikan mempunyai aturan-aturan. Setiap orang harus berprilaku sesuat de-
ngan aturan yang berlaku sehingga proses pendidikan berjalan dengan baik.
Koentjaraningrat (1990) mengartikan pranata sosial budaya sebagai suatu
sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan. Horton dan Hunt mengartikan proses sosial budaya sebagai
suatu hubungan sosial yang terorganisasi, yang memperlihatkan nilai-nilai dan
prosedur-prosedur yang sama, dan yang kebutuhan kebutuhan dasar tertentu da-
lam masyarakat. Dengan demikian pranata sosial budaya atau lembaga sosial
budaya bukan hanya menunjuk kepada organisasi atau sejumlah orang yang ter-
libat didalamnya, tapi mengandung pengertian seperangkat kelakuan dan norma
yang harus dipatuhi dalam berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Mengingat kebutuhan manusia sangat beragam, maka pranata-pranata sosial
budaya pun bermacam-macam seperti:

22
1. Pranata ekonomi: untuk memenuhi kebutuhan material, seperti berburu, berta-
ni, beternak, perikanan, industri, koperasi dan jenis mata pencaharian lain.
2. Pranata sosial: untuk memenuhi memenuhi kebutuhan manusia sebagai mahluk
sosial dimana ia selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya, seperti per-
kawinan, kelarga, pengaturan tempat tinggal, pengaturan keturunan, dan sistem
kekerabata.
3. Pranata politik: berhubungan dengan cara, jalan dan alat yang harus ditempu
untuk mencapai tujuan bersama dalam hidup bermasyarakat, yaitu terciptanya
ketentraman, ketenangan, persatuan dan kesatuan, sepert sistem kekuasaan, dan
wewenang, pemerintahan partai, dan sistem hokum.
4. Pranata pendidikan: untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yaitu proses pem-
belajaran berbagai norma, sistem pengetahuan, keterampilan, dan aspek budaya
lain yang berlaku dalam masyarakat kepada seseorang oleh orang yang lebih
dewasa. Pranata pendidikan dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, perse-
kolahan dengan berbagai jenjang, dan lingkungan masyarakat.
5. Pranata kepercayaan dan agama: untuk memenuhi kebutuhan spiritual seperti
upacara, semadi, tapa, dan beribadah lainnya menurut agama yang dianutnya.
6. Pranata kesenian; u tuk memenuhi kebutuhan manusia akan keindahan,seperti
seni suara, seni lukis, seni tari, seni drama dan sebagainya.
Pranata-pranata tersebut bersifat universal dan selalu berkembang sesuai de-
ngan kebutuhan manusia itu sendiri. Menrut Gillin, pranata sosial budaya selalu
mempunyai ciri:
1. Organisasi dari pola-pola pemikiran dan prilaku yang terwujud dari aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya;
2. Kekekalan merupakan ciri dari semua pranata sosial budaya;
3. Pranata mempunyai satu atau beberapa tujuan
4. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan;
5. Mempunyai lambamg-lambang untuk menggambarkan tujuan dan fungsi;
6. Mempunyai tradisi tertulis dan tidak tertulis.
Mengingat setiap pranata mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh
setiap anggotanya, maka di setiap pranata sosial budaya selalu ada kontrol yang
berfungsi sebagai alat agar para anggotanya taat dan patuh terhadap norma yang
telah ditentukan. Kepatuhan ini dapat menciptakan ketertiban, ketentraman, dan
keserasian dalam pranata tersebut. Kontrol sosial dapat dilakukan melalui pence-
gahan (preventif) yaitu dengan meningkatkan pengetahua, pemahaman dan keya-
kinan terhadap kebenaran suatu norma, dan dapat pula melalui penanggulangan
(represif) bila pelanggaran norma sudah terjadi. Penanggulangan ini dapat melalui
ajakan atau bujukan (persuasive) agar kembali kepada norma yang berlaku, atau
dapat melalui paksaan misalnya melalui hukuman (sanksi) tertentu sehingga
seseoran terpaksa patuh.
Proses pengenalan norma yang berlaku di masyarakat disebut enkulturasi
sedangkan proses pembelajaran terhadap norma-norma yang berlaku sehingga ia
dapat berperan dan diakui oleh kelompok masyarakatnya disebut sosialisasi. Pro-
ses di mana norma dan prilaku itu sudah menjadi kebiasaan disebut
institusionalisasi. Bila norma dan prilaku itu sudah menjadi bagian dari dirinya,
sudah mendarah daging maka disebut internalisasi. Contoh mahasiswa baru

23
masuk pranata pendidikan di perguruan tinggi misalnya tentang Sistem Satuan
Kredit Semester (SKS) Satu mata kuliah yang bernilai 2 SKS berarti 2 X 50’ tatap
muka di kelas, 2 X 60’ melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen, dan 2 X
60’ menit mengerjakan tugas mandiri untuk pengayaan materi.

C. Proses Sosial Budaya


Manusia senantiasa saling berhubungan dengan manusia lain atau melakukan
kontak sosial. Hubungan individu yang saling mempengaruhi dalam hal pengeta-
huan, sikap dan prilaku disebut interaksi sosial. Interaksi sosial dapat terjadi antar
individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok. Dua orang yang saling
bercakap-cakap adalah contoh interaksi individu dengan individu. Guru yang
sedang mengajar dimuka kelas adalah contoh interaksi individu dengan kelompok,
sedangkan dua kelompok siswa sedang berdiskusi adalah contoh interaksi kelom-
pok dengan kelompok. Komunikasi tidak selamanya dalam bentuk langsung yaitu
melalui perantara, seperti surat, telepon, surat kabar, televisi atau radio. Perantara
itu disebut sebagai media komunikasi.
Interaksi sosial bisa juga terjadi tidak melalui percakapan atau persentuhan
badan (bersalaman), misalnya seseorang merokok dalam mobil atau keringatnya
bau, sehingga keadaan ini mengundang reaksi orang-orang di sekitarnya dengan
cara menutup hidung atau pindah tempat duduk. Jadi interaksi sosial trrjadi apa-
bila tindakan atau prilaku seseorang dapat mempengaruhi, mengubah, memper-
baiki, atau mendorong prilaku. pikiran, perasaan atau emosi orang lain.
Besar kecilnya yang diterima oleh individu tergantung dari sifat interaksinya.
Menurut Ahmad Susanto (1977) sifat interaksi sosial itu adalah:
1. Frekuensi interaksi, makin sering makin kenal dan makin banyak pengaruhnya;
2. Keteraturan interaksi, semakin teratur semakin jelas arah perubahannya;
3. Ketersebaran interaksi, semakin banyak dan tersebar, semakin banyak yang di-
pengaruhinya.
4. Keseimbangan interaksi, semakin seimbang posisi kedua belah pihak yang ber-
interaksi semakin besar pengaruhnya
5. Langsung tidaknya interaksi, bila interaksi bersifat langsung kedua bela pihak
bersifat aktif, maka pengaruhnya semakin besar.
Bila proses interaksi terus berlanjut sehingga menimbulkan perubahan-
perubahan dalam struktur masyarakat, maka dapat menimbulkan proses sosial.
Dan bila proses sosial ini terus berlanjut dapat menyebabkan perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan.

24
BAB IV
MASYARAKAT SEBAGAI UNSUR NEGARA
A. Negara
1. Pengertian Negara
Istilah negara berasal dari kata statum (Latin), staat (Belanda), state
(Inggris) dan etat (Perancis. Negara merupakan organisasi terpenting dan uta-
ma dalam suatu masyarakat tertentu. Artinya, disamping negara terdapat pula
organisasi lain dalam masyarakat. Organisasi lain tersebut antara lain organi-
sasi kepemudaan, organisasi kesenian, organisasi keagamaan dan sebagainya.
Negara merupakan alat atau wewenang yang mengatur/mengendalikan per-
soalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Dalam pengertian mempu-
nyai wewenang yang bersifat memaksa lebih kuat dari individu atau kelompok
yang merupakan bagian dari masyarakat. Negara merupakan integrasi dari
kekuasaan politik. Sekaligus sebagai organisasi pokok dari kekuasaan politik.
Negara sebagai alat untuk mengatur hubungan-hubungan manusia (dalam hal
ini warga negara) dalam masyarakat.
Berikut ini adalah definisi negara menurut beberapa ahli:
1. Hane Kelsen; menyatakan bahwa negara identik dengan hukum; yang ber-
arti bahwa jika terdapat tertib hukum disitu terdapat pula negara. Jadi nega-
ra pada dasarnya adalah suatu tertib hukum yang bersifat memaksa.
2. Harold J. Lawski; menyatakan bahwa negara sebagai suatu peraturan-
peraturan hukum. Negara memiliki kekuasaan memaksa.
3. Mr. Soenarki; mengemukakan bahwa negara adalah organisasi masyarakat
yang memunyai daerah atau territorial tertentu. Negara sebagai organisasi
masyarakat mempunyai kekusaan tertinggi yang dapat memaksakan kehen-
daknya kepada waega negaranya.
4. Prof. R. Jokosoetono, SH, mengemukakan bahwa negara adalah suatu orga-
nisasi manusia atau kumpulan manusia-manusia yang berada di bawah satu
pemerintahan yang sama;

2. Beberapa Pendapat Tentang Negara, dari Sudut Pandag yang Berbeda


Terkait dengan beberapa definisi negara tersebut di atas, berikut ini akan
dibahas beberapa pendapat tentang pengertian negara dari beberapa susdut pan-
dang yang berbeda sebagai berikut:
Pertama, Logemann, Logemann melihat negara sebagai organisasi kekuasaan.
Ini berarti bahwa Negara adalah organisaasi kekuasaan yang menyatukan ke-
lompok manusia yang disebut bangsa, bertujuan untuk mengatur masyarakat
dengan menggunakan kekuasaan yang ada. Negara sebagai organisasi kekua-
saan dapat menjalankan kekuasaannya atau memaksa warga negaranya untuk
mentaati peraturan yang ada. Dengan kata lain, negara mengatur kehidupan
seluruh warga negaranya. Berbeda dengan organisai kemasyarakatan lainnya
yang tidak memaksa anggotanya untuk selalu tunduk kepada organisasi kema-
syarakatan.

25
Kedua, Mac Iver, melihat negara sebagai organisasi politik. Ini berarti bahwa
“Negara merupakan perkumpulan manusia yang berfungsi untuk memelihara
ketertiban masyarakat atau mengatur kepentingan umum”.
Negara sebagai organisasi politik, dapat mengusahakan kehendak rakyat.
Dengan kekuasaannya dapat memaksa, mengikat semua orang yang menjadi
warga negaranya mematuhi segala peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku. Waarga negara yang melanggar peraturan atau perundang-undangan
tertentu; dikenai sanksi, tindakan, hukuman dan berbagai ketentuan lainnya.
Ketiga, Prof. Dr. Soepomo, SH, melihat negara dari sudut pandang
integritas antara pemerintah dan rakyat. Prof. Dr. Soepomo, SH dalam pida-
tonya di depan sidang pertama BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, mengemukakan
beberapa teori yang dikemukakannya adalah teori integralistik atau teori per-
satuan. Menurut teori ini bahwa: “Negara merupakan susunan masyarakat
yang integral di antara semua golongan dari seluruh anggota masyarakat
sebagai satu kesatuan yang organis”. Negara tidak mengutamakan pada satu
golongan karena yang diutamakan adalah kepentingan dan keselamatan bangsa
serta negara sebagai satu kesatuan yang utuh. Negara menurut teori integralis-
tik merupakan negara yang menghendaki persatuan dari seluruh rakyatnya.
Teori yang dikemukakan oleh Soepomo ini sangat sesuai diterapkan di
negara Indonesia yang masyarakatnya Bhinneka Tunggal Ika, merupakan reali-
sasi dari teori integralistik. Teori integralistik menghendaki suatu negara yang
dijiwai oleh semangat kekeluargaan, kebersamaan, dan musyawarah. Serta
disertai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Sifat-sifat inipun
tercermin dalam Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, di mana,
sifat-sifat gotong royong, suka menolong, tenggang rasa, toleransi dan ramah
tamah, membarengi hidup dan kehidupan.

3. Unsur-unsur Terjadinya Negara


Sebagai organisasi masyarakat dan politik negara dapat saja terjadi dan
berdiri. Namun hal itu harus dipenuhi dan didukung oleh unsur-unsur pokok
yang ada dalam suatu negara.
Menurut Oppenheim-Lauterpacht, unsur-unsur yang harus dimilki oleh
suatu masyarakat politik tertentu agar dapat disebut negara, mencakup tiga
unsur pokok, yaitu ada daerah, ada rakyat, dan ada pemerintahan yang berdau-
lat atau pemerintah berwibawa.
Menurut konvensi Montevideo 1933, unsur-unsur yang harus dimiliki oleh
suatu negara sebagai subyek hukum internasional, mencakup syarat-syarat
berupa ada daerah tertentu, ada rakyat sebagai masyarakat yang tetap, ada
pemerintah yang berdaulat dan adanya pengakuan atau mempunyai kemam-
puan untuk berhubungan dengan negara-nrgara lain. Untuk jelasnya ketiga
unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Daerah
Mengenai daerah (teritorial), sesungguhnya yang tepat dipakai adalah isti-
lah wilayah. Karena apabila digunakan istilah daerah, hal itu hanya meliputi

26
daratan. Sedangkan bila menggunakan istilah wilayah , hal ini berarti meliputi
daratan, lautan dan udara.
Daerah suatu negara merupakan tempat bermukim secara tetap dari rakyat,
tempat kegiatan pemerintah, serta tempat untuk diadakannya susunan kekua-
saan negara itu. Daerah suat negara tidak tergantung pada luas atau sempitnya
tempat yang didiami secara tetap oleh rakyat. Bahkan daerah itu tidak
tergantung pada banyak atau sedikitnya rakyat yang mendiaminya. Namun
yang penting daerah itu harus memiliki batas-batas tertentu secara tetap dan
jelas, sehingga cukup bermanfaat bagi kehidupan negara serta bagi kepentingan
rakyat dalam daerah itu.
Menurut Huge de Groot (Grotius) bahwa daerah negara itu dominium
eminens, artinya merupakan milik yang tertinggi bagi suatu negara. Batas-batas
daerh itu ditentukan oleh perjuangan bangsa itu, baik dengan paksaan ataupun
engan perjanjian dengan negara tetangga. Dengan demikian negara bukan
hanya daratan, tapi juga mrlputi lautan dan udara.

b. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang berdiam di dalam suatu negara. Rakyat
merupakan salah satu unsur mutlak bagai bagi terjadinya suatu negara. Jadi
tidak ada negara tanpa rakyat. Rakyat suatu negara adalah kelompok masyara-
kat yang mempunyai cita-cita dan bertekad untuk hidup bersama dalam satu
kesatuan politik yang terbentuk menjadi satu bangs atau nation. Rakyat suatu
negara merupakan penghuni warga negara dan bukan warga negara. Jadi tidak
ada negara tanpa rakyat.
Rakyat suatu negara merupakan penghuni negara dapat dibedakan antara
penduduk dan bukan penduduk, serta antara warga negara dan bukan warga
negara.

(1) Penduduk dan bukan penduduk


Penduduk suatu negara adalah orang yang berdomisili atau bertempat
tinggal menetap di wilayah suatu negara dan telah memiliki syarat menurut
undang-undang. Dan yang disebut bukan penduduk adalah orang yang berada
di wilayah negara untuk sementara serta tidak bermaksud bertempat tinggal
tetap di negara itu. Dengan adanya perbedaan antara penduduk dan bukan pen-
duduk telah menimbulkan perbedaan dalam hak dan kewajiban tertentu. Misal-
nya, penduduk boleh mendirikan suatu perkumpulan dan boleh melakukan sua-
tu pekerjaan di suatu negara. Sedangkan bukan penduduk tidak memiliki hak
serta kewajiban seperti itu.

(2) Warga Negara dan dan bukan Warga Negara


Yang dimaksud dengan warga negara adalah mereka yang menjadi anggo-
ta suatu negara dan mempuyai ikatan hokum dengan negara yang bersangkut-
an. Sedangkan yang disebut bukan warga negara (orang asing) adalah mereka
yang tidak mempunyai ikatan hukum dengan negara itu, namun harus tunduk

27
kepada segala peraturan atau perundang-undangan yang berlaku di negara
yang mereka tempati.
Namun keputusan akhir diserahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan
apakah menerima atau menolaknya. Kalau ia mau menerimanya, maka pergu-
nakanlah hak opsi dan kalau hal sebaliknya maka pergunakanlah hak
repudiasi.

(3) Warga Negara Indonsia


Setiap negara perlu memiliki peraturan perundng-undangan tentang kewar-
ga negaraan. Ini jelas untuk menentukan status seseorang, apakah ia warga ne-
gara atau bukan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
adalah penting, artinya bukan saja menyangkut masalah hokum privat, melain-
kan memegang peranan penting di bidang hokum publik. Hal ini dapat terlihat
dari hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seorang warga negara yang berbeda
dengan seorang yang bukan warga negara (orang asing), Misalnya, mengguna-
kan hak pilih dan dipilih dalam suatu pemilihan umum.
Untuk itu maka UUD 1945nmencatumkan tentang hak dan kewajiban
warga negara Indonesia pada pasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33 dan 34.

c. Pemerintahan yang Berdaulat


Pemerintah merupakan gabungan dari semua alat atau badan kenegaraan
tertinggi yang berkuasa memerintah di wilayah suatu negara seperti raja atau
presiden dan perdana memnteri. Selain itu terdapatbadan-badan kenegaraan
lainnya seperti MPR, MK, MA. BPK, DPR dan sebagainya. Semua badan ter-
sebut bertugas menyelenggarakan kesejahteraan umum. Misalnya badan yang
bertugas membuat segala peraturan, menjalankan peraturan, dan mempertahan-
kannya (badan legislative, eksekutif, dan yudikatif).
Pemerintah dapat dibedakan dalam arti luas, dan dalam arti sempit. Yang
dimaksud pemerintah dalam arti luas di Indonesia, mencakup semua lembaga-
lembaga kenegaraan seperti MPR, DPR, Presiden, BPK, dan MA. Sedangkan
yang dimkasud pemerintah dalam arti sempit terdiri dari Presiden, Wakil
Presidan dan Menteri Negara.
Kedaulatan berasal dari kata supremus (Latin) berarti yang tertinggi.
Kemudian pengertian ini disamakan denagan sovanita (Italia), sovereignty
(Inggris), dan daulat, daulat yang berarti kekuasaan atau dinasti pemerintah.
Jadi, kedaulatan berarti: kekuasaan tertinggi atau kekuasaan yang tidak terletak
di bawah kekuasaan lain. Ini menunjukkan bahwa kedaulatan negara itu adalah
suatu pusat kekuasaan yang luar biasa yang meliputi dan mengatasi segala-
galanya.
Menurut Jean Bodin (1530-1596) kedaulatan memiliki empat sifat, yaitu:
(1) Permanen (langgeng), yang berarti kedaulatan yang tetap ada walaupun
badan yang memegang kedaulatan itu berganti-ganti. Jadi, kedaulatan nega-
ra itu tetap ada selama negara tetap berdiri. Lenyapnya kedaulatan bersa-
maan pula dengan lenyapnya negara.

28
(2) Aslinya, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak berasal atau diwariskan
dari kekuasaan lain yang lebih tinngi.
(3) Bulat, yang berarti bahwa kedaulatan itu merupakan satu-satunya kekua-
saan yang tertnggi dalam negara.
(4) Absolut (tak terbatas), yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak dibatasi
ataudikurangi oleh siapapun dan berlaku bagi setiap orang serta setiap golo-
ngan.

B, Pemerintahan
Sejak 17 Agustus 1945bbangsa Indonesia merupakan sejarah suatu bangsa
yang masih mudah dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi
negaranya. Landasan ber[ijaknya adalah konstitusi dan ideology yang dicip-
takan sendiri sesuai perkembangan budaya masyarakat. Oleh sebab itu pada
keesokan harinya 18 Agustua 1945 PPKI mengadakan sisdang dan berhasil
menetapkan antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945, yang terdiri dari:
a. Pembukaan, memuat empat alinea antara lain tentang pernyataan kemerde-
kan Indonesia yang terperinci, asas politik dalam dan luar negeri, tujuan
negara kesatuan Republik Indonesia, dasar, ideology dan falsafah
Pancasila.
b. Batang tubuh, merupakan konstitusi tertulis berbentuk singkat dan supel.
Dikatakan singkat karena terdiri dari 37 pasal, 16 bab, 4 pasal aturan pera-
lihan dan 2 pasal aturan tambahan. Dikatakan supel karena dapat menye-
suaikan diri dengan keadaan perkembangan zaman.
c. Penjelasan, merupakan penguraian resmi UUD 1945. Yaitu menjelaskan
tetntang pokok=pokok pikiran (empat pokok pikiran) dan sistem pemerin-
tahan negara (tujuh kunci pokok).
2. Mengangkat Ir. Soekarno dan Drs, Mohammad Hatta sebagai presiden dan
wakil presiden.
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Ada empat periode besar sistem pemerintahan, politik, administrasi RI yang
pernah dilalui yaitu:

a. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1945


Dalam periode ini yang dipakai sdbagai pegangan adalah UUD 1945,
tetapi sudah barang tentu tidak dapat dijalankan secara murni dan konse-kuen,
karena bangsa Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaan-nya.
Meskipun UUD 1945 ini telah diberlakukan oleh PPKI namun yang baru
terbentuk hanya presiden dan wakil presiden, serta para menteri seba-gai
pembantu presiden dan para gubernur sebagai perpanjangan tangan pe-
merintah pusat di daerah.
Hal ini dapat dilihat pada Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyata-kan
bahwa untuk pertama kalinya presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI,
jadi tidaklah menyalahi apabila MPR belum difungsikan karena Pemilu belum
dilakukan. Lembaga-lembaga tinggi negara lain yang dise-butkan dalam UUD

29
1945, belum dapat diwujudkan sehubungan dengan keadaan darurat tersebut.
Jadi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk segala kekuasaan dijalankan oleh
presiden dengan dibantu oleh Komite Nasional.

b. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950


Dalam periode ini RI menjadi negara serikat. Sebenarnya bukan kehen-dak
seluruh bangsa Indonesia untuk memakai bentuk negara dan sistem pe-
merintahan, sistem politik dan administrasi negara seperti disebut di atas, tetapi
keadaan yang memaksa demikian.
Sejak gubernur jendral Van Mook dikirim ke Indonesia, ia memang di-
tugasi untuk memporak-porandakan keutuhan persatuan dan kesatuan RI yang
baru merdeka, politik devide et impera dimilikinya. Ia mengusulkan untuk
disetujuinya negara dalam negara. Untuk terlaksananya gencatan sen-jata para
pendiri republik ini mdmikirkan begitu banyaknya korban yang ja-tuh dari
putra-putri terbaik ibu pertiwi.
Walaupun di dalam jiwa bangsa Indonesia bergelora senagat juang de-
ngan tekad Sekali Merdeka Tetap Merdeka atau Mati namun akibatnya para
pemimpin bangsa bersedia melakukan berbagai perundingan untuk menghin-
dari jatuhnya korban lebih banyak lagi.

c. Periode 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959


Memperhatikan keadaan negara-negara bagian yang semakin sukar untuk
diperintah sedangkan kewibawaan negara federal semakin berkurang selama
penyelenggaraan konstitusi RIS, apalagi didukung kenyataan bahwa Indonesia
terdapat berbagai ragam suku banga, adat istiadat, agama, pulau-pulau, bahasa
daerah, maka rakyat di daerah-daerah sepakat untuk kembali ke bentuk negara
kesatuan.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi menjadi negara kesatuan
Republik Indonesia, walaupun konstitusinya adalah Undang-undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. Oleh karenanya sistem pemerintahan tetap dalam
kabinet parlementer, yaitu para mentri (kabinet) bertanggung jawab kepada
parlemen dan parlemen (DPR) dapat menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak
percaya. Untuk kuatnnya kekuasaan presiden, lalu presiden hanya ditetapkan
sebagai kepala negara saja tetapi tidak sebagai kepala pemerintahan. Kepala
pemerintahan dipegang oleh seorang perdana mentri yang mengepalai kabinet.
demikian presiden tidak dapat dijatuhkan oleh siapapun.
Seperti diketahui Indonesia baru melaksanakan pemilu untuk memilih
anggota DPR atau konstituante baru pertama kali tahun 1955. Sehingga dengan
demikian yang merangkap tugas parlemen adalah KNIP.

d, Periode 5 Juli 1959 – 1966


Menurut Presiden Soekarno, demokrasi liberal semakin mendorong
Indonesia mendekati tujuan revolusi yang berupa masyarakat adil dan nakmur,
sehingga pada gilirannya pembangunan ekonomi sulit untuk dimajukan karena,
karena setiap pihak baik sipil (pegawai negeri dan parpol) dan militer (yang

30
waktu itu dapat menentukan sikap) saling berebut keuntungan dengan mengor-
bankan yang lain.
Presiden Soekarno ingin melihat bangsa Indonesia yang kuat dan bersatu
padu sebagaimana pada awal-awal kemerdekaan. Dengan dalih seperti itu lalu
presiden Soekarno mencanangkan Demokrasi Terpimpin dalam politik dalam
negara kesatuan Republik Indonesia.
Sejarah Indonesia sejak sepuluh tahu terakhir ini banyak memperlihatkan
pertentangan antara idealism dan realita. Idealisme yang menciptakan suatu pe-
merintahan yang adil dan akan melaksanakan demokrasi sebaik-baiknya serta
kemakmuran rakyat yang sebenarnya bertolak belakang dengan realita peme-
rintahan itu sendiri.
Apalagi sejak tiga tahun terakhir kelihatan benar tindakan-tindakan peme-
rintah yang bertentangan dengan UUD. Presiden yang menurut UUDS 1950
adalah presiden konstitusional yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diganggu gugat, mengangkat dirinya sebagai formatur cabinet. Dengan itu ia
melakukan tindakan suatu tindakan yang bertanggung jawab dan tiada memi-
kul tanggung jawab. Pemerintahan yang dibentuk dengan cara yang ganjil
diterima begitu saja oleh parlemen, dengan tiada menyatakan keberatan.
Bahkan ada yang membela bahwa tindakan presiden itu dengan dalil “Keadaan
Darurat”.
Kemudian Presiden Soekarno membubarkan konstituante yang dipilih oleh
rakyat sebelum pekerjaannya membuat undang-undang dasar yang baru selesai.
Kemudian suatu dekrit yang dinyatakan berlakunya kembali UUD 1845.
Dalam periode demokrasi terpimpin pemikiran ala demokrasi barat ditinggal-
kan. Soekarno sebagai pemimpin nasional tertinggi ketika itu menyatakan
bahwa demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Prosedur pemungutan suara, dalam lembaga perwakilan rakyat dinyatakan se-
bagai tidak efektif dan kemudian Soekarno memperkenalkan apa yang kemu-
dian disebut dengn “musyawarah untuk mufakat”.
Jadi apa yang dimaksud demokrasi terpimpin ini adalah demokrasi yang
mendasarkan sistem pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat de-
ngan pimpinan satu kekuasaan sentral di tangan satu orang. Dalam mengha-
yati Pancasila pandangan hidup tersebut diperas menjadi tiga unsur utama,
yaitu “Ekasila”. Ekasila inilah yang dimaksud dengan “Nasakom”
Dengan adanya nasakom maka PKI mendapat posisi yang dominan, karena
merupakan salah satu dari tiga unsur utama disamping partai-partai agama
yang ada di Indonesia dan PNI. Begitu pentingnya nasakom sehingga menda-
pat dalam Peraturan Pemerintah Daerah,yaitu UU Nomor 18 Tahun 1965.
Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa bagaimanapun keadaan anggota parle-
men di daerah, unsur nasakom harus diperhatikan dalam penunjukan unsur
pimpinan DPRD. Jadi bila di suatu daerah hanya ada seorang tokoh PKI , ia
harus diikut sertakan sebagai pimpinan.DPRD apabila ia menjadi salah satu
anggota DPR tersebut.
Jendral A.H Nasution sekalipun secara formal masih mendukung demok-
rasi terpimpin, namun sejak tahun 1963 hubungan beliau dengan presiden
Soekarno mulai renggang. Kedua orang kuat di Indonesia ini mulai mempunyai

31
sikap yang bertentangan dalam menghadapi PKI. Soekarno merangkulnya
sedangkan Nasution mencurigainya.

B. Prinsip Dasar Pemerintahan Negara RI


Dalam pemerintahan negara RI terdiri dari lembaga tertinggi negara dan
lembaga-lembaga tinggi negara. Lembaga tertinggi negara adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), sedangkan lembaga-lembaga tinggi negara
adalah Presiden dan Wakil Presiden, DPR, MA, BPK, MK.

1. Presiden dan Wakil Presiden


a. Presiden
Wewenang dan kekuasaan presiden RI dibagi dua jenis yaitu selaku
kepala negara dan selaku kepala pemerintahan. Cara membedakan antara
tugas kepala negara dengan presiden selaku kepala pemerintahan adalah
sebagai berikut:
Tugas dan tanggung jawab sebagai kepala negara meliputi hal-hal yang
seremonial dan protokoler kenegaraan, jadi mirip dengan para kaisar dan
ratu pada berbagai negara lain, gtetapi berkenaan dengan kewenangan
penyelengga-raan pemerintahan.
Kekuasaan dan kewenangan kepala negara tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Melangsungkan perjanjian dengan negara lain
2. Mengadakan perdamaian dengan negara lain
3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya
4. Menyatakan perang dengan negara lain
5. Mengangkat, melantik, dan memberhentikan Duta dan Konsul negara
lain
6. Menerima surat kepercayaan dari negara lain melalui Duta dan Konsul
negara lain
7. Memberikan gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan tingkat
nasional
8. Menguasai angkatan darat, laut, udara serta kepolisian.
Khusus poin 1 sampai 3 dilakukan dengan persetujuan Dewan Perwa-
kilan (DPR)terlebih dahulu.
1, Memimpin cabinet
2. Mengangkat dan melantik menteri-menteri
3. Memberhentikan menteri- menteri
4. Mengawasi operasional pembangunan
5. Menerima mandat dari MPR
Di samping itu, karena di Indonesia berlaku pembagian kekuasaan
(distribution of power) sehingga masing-masing kekuasaam antara ekseku-
tif, legislatif dan yudikatif hanya dibagi-bagi, dalam arti masih terdapat hu-
bungan satu sama lain, jadi bukan pemisahan sama sekali (separation of
power), maka oleh karenanyaPresiden RI jugabmempunyai kekuasaan
sebagai berikut:

32
a. Dibidang Legislatif
1. Membentuk undang-undang (dengan persetujuan DPR)
2. Menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang
3. Menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai tata cara untuk menjalan-
kan undang-undang.

b. Dibidang Yudikatif
1. Memberikan grasi
2. Memberikan abolisi
3. Memberikan amnesty
4. Memberikan rehabilitasi
Pengertin grasi, abolisi, amnesti dan rehabilitasi dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Hak pemberian grasi


Yaitu hak untuk memberikan pengurangan hukuman atau pengampunan
dan pembebasan hukuman sama sekali. Sebagai contoh yaitu mereka yang
pernah mendapat hukuman mati dikurangi menjadi hukuman seumur hidup.

2. Hak pemberian abolisi


Yaitu hak untuk memberikan pernyataan bahwa hukuman tuntutan pida-
na digugurkan, atau suatu tuntutan pidana yang telah dimulai harus diber-
hentikan. Sebagai contoh yaitu mereka yang pernah tersangka melakukan
perbuatan pemberontakan dibatalkan sebelum diadili.

3. Hak pemberian amnesti


Yaitu hak untuk memberikan pernyataan bahwa hukuman tuntutan pida-
na yang telah dijatuhkan harus dibatalkan. Sebagai contoh, yaitu mereka
yang pernah dituduh melakukan perbuatan subversi dibatalkan sebelum
diadili.

4. Hak pemberian rehabilitasi


Yaitu hak untuk memberikan pernyataan pengembalian nama baik sese-
orang. Contoh, yaitu mereka yang penah dihukum dan namanya tercemar,
dapat dikembalikan nama baiknya melalui sebuah pernyataa.

b. Wakil Presiden
Dari 12 pasal UUD 1945 yang berkenaan dengan presiden sebagai pe-
merintahan, hampir separuhnya (5 pasal) berkenaan dan berkaitan dengan
keberadaan wakil presiden, yaitu sebagai berikut:
Dalam melakukan kewajiban presiden dibantu oleh satu orang wakil
presiden. Presiden dipilih rakyat dengan suara terbanyak. Presiden dan

33
wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali (batas untuk dipilih kembali hanya sampai periode ke dua).
Jika presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti oleh wakil presiden sampai habis waktu-
nya. Sebelum memangku jabatannya, presiden dan wakil presiden bersum-
pah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan
MPR/DPR.
Dengan demikian wakil presiden dalam segala tindakannya sejalan de-
ngan keinginan presiden, karena wakil presiden adalah mitra kerja utama
presiden. Jadi wakil presiden harus dapat bekerja sama dengan presiden
karena wakil presiden bukan merupakan oposisi terhadap presiden. Secara
umum tugas dan wewenang wakil presiden adalah:
a. Membantu presiden dalam melakukan kewajibannya
b. Menggantikan presiden sampai habis waktunya jika presiden mangkat,
atau tidak dapat melakukan kewajibannyadalam masa jabatan yang yang
sudah ditentukan.
c. Memperhatikan secara khusus, menampung masalah-masalah dan meng-
usahakan pemecahan masalah-masalah yang perlu menyangkut bidang
tugas kesejahteraan rakyat.
d. Melakukan pengawasan operasional pembangunan, dengan bantuan
kementerian-kementerian/lembaga-lembaga nondepartemen, dalam hal
ini inspektur jendral dari kementerian yang bersangkutan atau dapat me-
ngawasi dari lembaga nondepartemen yang bersangkutan.

c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI


Lembaga legislatif adalah lembaga yang ditetapkan membuat peraturan
perundang-undangan. Untuk menjamin pelaksanaan tugas-tugasnya, DPR
diberi barbagai hak dan kewajiban oleh UUD1945. Hak-hak DPR antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Hak untuk mengajukan pertanyaan bagi setiap anggota (hak pretisi).
2. Hak untuk menyetujui/menetapkan anggaran pendapatan dan belanja
negara/daerah (hak budget).
3. Hak untuk meminta keterangan, terutama kepada pihak eksekutif (hak
interpelasi).
4. Hak untuk mengadakan perubahan (hak amandemen).
5. Hak untuk mengajukan pernyataan pendapat.
6. Hak untuk mengadakan penyelidikan (hak angket)
7. Hak untuk mengajukan rancangan undang-undang.
Sedangkan kewajiban DPR adalah:
1. Mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan UUD 1945
2. Menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen garis-garis halu-
an negara (GBHN).
3. Bersama-sama [ihk eksekutif menyusun APBN.
4. Memperhatikan sepenuhnya aspirai masyarakan dan memajukan tingkat
kesejahteraan masyarakat.

34
d. Mahkamah Agung
Mahkamah agung adalah lembaga tinggi negara yang merupakan pe-
ngadilan tertinggi dari semua lingkungan peradilan, yang dalam melaksana-
kan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah (eksekutif) dan pengaruh-
pengaruh lain.
Sebagai lembaga yudikatif, MA memiliki kekuasaan dalam memutus-
kan permohonan kasasi (tingkat banding terakhir), memeriksa dan memuus-
kan sengketa tentang kewenangan mengadili, serta peninjauan kebali kepu-
tusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hokum tetap.
Ada empat fungsi pokok yang dijalankan oleh MA, yaitu fungsi pera-
dilan, fungsi pengawasan, fungsi pengaturan, dan fungsi pemberian nasehat.
Mahkamah Agung harus memberikan pertimbangan-pertimbangan hokum
baik diminta ataupun tidak, kepada semua lembaga tinggi negara lainnya,
terutama kepada presiden.

d. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara, yang
bertugas memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara, kekayaan ne-
gara, pelaksanaan APBN serta APBD, anggaran BUMN dan daerah, berda-
sarkan keentuan undang-undang.
Sebagai lembaga inspektif, BPK berwenang untuk meminta keterangan
yang wajib Diberikan oleh setiap orang, badan/instansi baik pemerintah mau
pun swasta, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang
berlaku.
Ada dua fungsi pokok yang dijalankan BPK, yaitu fungsi rekomendasi,
(memberikan pertimbangan kepada pihak eksekutif dan legislatif) dan fung-
si yudikatif (penyelenggaraan proses tuntutan perbendaharaan). Dalam pe-
laksanaan tugasnya BPK berkewajiban untuk memberikan hasil pemerik-
saannya kepada pihak legislative yaitu DPR RI dan pihak eksekutif yaitu
presiden. Perbuatan merugikankeuangan negara khususnya persoalan pidana
disampaikan kepada kepolisian dan kejaksaan.

C. Sistem Pemerintahan Negara RI


Dalam mekanisme sistem pemerintahan Negara RI dikenal tujuh kunci
pokok pemerintahan, asas pemerintahan umum, asas penyelenggaraan pe-
merintahan, asas pemerintahan di daerah dan etika pemerintahan. Berikut ini
akan dikemukakan.

1. Tujuh Kunci Pokok Pemerintahan


Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan, bahwa sistem pemerintahan
NKRI meliputi tujuh kunci pokok sebagai berikut:
a, Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechsstaat), tidak
berdasar atas kekuasaann (machsstaat) belaka.

35
b. Sistem konstitussional. Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusional,
tidak berdasarkan kekuasaan mutlak (absolute);
c. Kekuasaan pemerintahan negara tertinggi di tangan MPR;
d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara tertinggi di bawah
majelis;
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR;
f. Menteri-menteri negara adalah pembantu presiden, menteri-menteri ne-
gara tidak bertanggung jawab kepada DPR;
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

D, Asas Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia


Ada tiga asas penyelenggaraan penyelenggaraan pemerintahan negara
yang harus diseimbangkan pemakaiannya yaitu sebgai berikut:

a. Asas Negara Hukum


Yaitu asas yang mempedomani peraturan perundang-undangan yang ber-
laku. Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya pemerintah
dan lembaga-lembaga negara lainnya, dalam melaksanakan tindakan apapun
harus dilandasi oleh hokum atau harus dipertanggung jawabkan secara hu-
kum. Prinsip dari asas ini tampak dalam rumusan peraturan yang diwujud-
kan dalam cita-cita hukum, kalau tidak demikian kesemena-menaan yang
bermula dari subyektivitas penguasa.

b. Asas Semangat Kekeluargaan


Yaitu asas yang mempedomani rasa kekeluargaan dan cinta kasih sena-
sib sepenanggungan. Istilah kekeluargaan berasal dari kata keluarga.
Keluarga ini terdapat dalam masyarakat, bangsa apa saja, selain ditentukan
ikatan darah juga terdapat ikatan lainnya yang terjadi karena rasa cinta kasih
antara sesama anggota keluarga yang membawa akibat saling bantu-mem-
bantu, saling menghargai saling menghargai dan saling memberi perlindu-
ngan. lembaga lembaga lembagaJika ikatan-ikatan itu ditingkatkan antara
hubungan keluarga yang lebih besar, disebut kekeluargaan.

c. Asas Kedaulatan Rakyat


Yaitu asas yang mempedomani bahwa kekuasaan yang tertinggi adalah hati
nurani rakyat. Asas ini berawal dari keinginan untuk membedakan demokra-
si dengan kebebasan, meskipun demokrasi membicarakan berbagai kebe-
basan, seperti kebebasan berpendapat, kebebasan berusaha, kebebasan me-
miliki dan mengusahakan mata pencaharian yang layak dan sebagainya.
Ketiga asas tersebut di atas harus seimbang, karena bila dilakukan sen-
diri-sendiri cenderung akan memiliki efak negative. Misalnya hukum yang
dilasanakan secara berlebihan akan menyingkirkan kemanusiaan dan keke-
luargaan, nilai-nilai kekeluargaan bila dilakukan berlebihan dan akan melu-

36
pakan hukum yang harus ditegakan, dan kebebasan rakyat yang dibiarkan
berlebihan akan menimbulkan pelanggaran hukum yang transedental.

d. Asas Pemerintahan di Daerah


Dalam hubungan pemerintah pusat dan daerah, kita mengenal beberapa
kali pergantian undang-undang pemerintahan daerah. Menurut Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa, Pemerintah pusat, selanjutnya
disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945. Pemerintahan daerah penyelenggaraan urusan pemerin-
tahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prin-
sip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Wali Kota, dan pe-
rangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lem-
baga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan ma-
syarakat setempat sesuai dengan peratuaran perundang-undangan.
Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyara-
kat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang dan me-
ngurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Peme-
rintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan peme-
rintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dekonsentasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh peme-
rintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
fertikal di wilayah tertentu.
Tugas Pembangunan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa
serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah
provinsi dan/atau peraturan daerah kabupaten/kota. Peraturan Kepala
Daerah adalah peraturan gubernur dan/atau peraturan bupati/Walikota.
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa ada-
lah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

37
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing
mempunyai pemerintahan daerah. Pemerintah daerah mengatur dan mengu-
rus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pemban-
tuan. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali uru-
san pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pe-
layanan umum, dan daya saing daerah.
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan me-
miliki hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lain-
nya. Hubungan dimaksud meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelaya-
nan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

e. Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan


Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat manusia berinteraksi soasial
dengan manusia lainnya, yang dapat berupa kerja sama, persaingan, maupun
pertentangan (konflik). Interaksi sosial dapat menciptakan keteraturan dan
dapat juga menimbulkan ketidak teraturan atau gangguan pada masyarakat.
Agar dalam masyarakat itu tercipta keteraturan, ketertiban, dan keadilan ser-
ta terhindar dari kekacauan dan perpecahan maka setiap masyarakat selalu
ada norma-norma yang mengatur kehidupan manusia.
Yang dimaksud norma atau kaidah ialah patokan prilaku dalam suatu
kelompok tertentu. Norma memungkinkan seseorang menentukan terlebih
dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, dan norma
ini merupakan criteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak prila-
ku seseorang (Robert M.Z Lawang, 1986). Norma atau kaidah mengatur pri-
lalu kita sehari-hari. Norma tersebut terwujud dalam aturan-aturan yang ter-
tulis dan tedak tertulis. Norma juga ada yang bersifat melarang, menyuruh
dan mengatur/menganjurkan.
Para ahli membedakan berapa macam norrma yang mengatur kehidupan
manusia. Utrecht misalnya, mengemukakan bahwa selain, kaidah atau nor-
ma yang mengatur tata tertib manusia, terdapat juga dalam agama, kebiasa-
an dan adat istiadat. Sedangkan menurut Van Apeldorn norma itu meliputi
hokum, kebiasaan, agama, kesusilaan dan moral. Norma ini memiliki karak-
teristik atau ciri-ciri tersendiri. Dilihat dari sumbernya maka norma tersebut
memiliki sumber yang berbeda-beda. Hukum bersumber dari kekuasaan ne-
gara. Norma agama bersumber dari ajaran agama atau dari wahyu Tuhan.
Kesusialaan, kebiasaan, moral bersumber dari budaya masyarakat.
Semua norma tersebut memiliki sanksi terhadap orang yang melanggar
norma tersebut. Dalam hal sanksi juga terdapat perbedaan diantara diantara
norma-norma tersebut. Norma hukum memiliki saksi yang tegas dan bersi-
fat memaksa. Norma agama sanksinya merupakan dosa yang akan dibalas di
akhirat kelak.

38
1. Pengertian Hukum
Menurut Utrecht hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup (pe-
rintah dan larangan-larangan larangan) yang mengatur tata tertib dalam sua-
tu masyarakat, dan oleh karena itu seharusnya ditaati oleh anggota masyara-
kat yang bersangkutan. Pelanggaran petunjuk-petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah masyarakat itu (Utrecht, 9).
Menurut JCT Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto hukum adalah
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menrntukan tingkah laku
masyarakat dalam yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pe-
langgaran mana terhadap peraturan peraturan tersebut berakibat diambilnya
tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu. Sedangkan menurut Soedirman
Kartohadiprojo hokum adalah pikiran atau anggapan orang, adil atau tidak
adil mebgenai hubungan antar manusia.
Norma hukum berasal dari negara yang mengatur antara hubungan warga
negara. Para ahli hukum berbeda dalam memandang tujuan hokum. Utrecht
misalnya, mengemukakan bahwa hukum bertujuan untuk menjamin kepas-
tian hukum dalam pergaulan manusia. Van Kan menyatakan bahwa tujuan
hukum yaitu untuk menjaga kepentingan tiap manusia supaya kepentingan
itu tidqk dapat adiganggu gugat. Sedangkan menurut Van Apeldorn tujuan
hukum yaitu untuk mengatur tata tertib masyarakat secara adil dan damai.
Jika dikaji lebih lanjut, maka para ahli hukum ada yang menekankan tujuan
hukum pada penciptaan ketertiban masyarakat, ada yang menekankan lebih
jauh lagi dari sekedar ketertiban, yakni untuk mencapai keadilan dalam ke-
hidupan masyarakat. Pendapat yang mengatakan bahwa hukum itu bertujuan
untuk menciptakan keadilan bearalasan bahwa ketertiban saja belum cukup,
karena suatu masyarakat yang tertb belum tentu ada keadilan di dalammnya.
Jadi, keadinlah yang menjadi tujuan akhir dari hukum itu.

2. Sumber Hukum
Sumber hukum dapat dibedakan dalam dua macam, yakni sumber hu-
kum materil dan sumber hukum formal. Sumber hukum materil adalah sum-
ber hokum yang menjadi penyebab adanya hukum, yakni berupa keyakinan
atau perasaan hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi hu-
kum, atau memberi corak atau warna hukum. Jadi sumber hukum materil ini
bisa berupa jiwa bangsa ataupun dari pandangan hidup bangsa (filsafat
bangsa).
Jika sumber hukum materil masih mempunyai sifat mengikat yang
masih samar-samar, maka sumber hukum formal lebih memperjelas agar
hukum itu dapat menjadi peraturan yang berlaku dalam pergaulan manusia.
Jadi sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dikenal dari
bentuknya. Karena bentuknya itu hukum diketahui, berlaku umum, dan di-
patuhi.
Yang termasuk sumber hukum fomal adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang (dari arti luas)
2. Yurisprudensi

39
3. Traktat
4. Doktrin
5. Kebiasaan

a. Undang-undang
Undang-undang memiliki pengertian yang luas dan sempit. Dalam arti
luas atau dalam arti materil undang-undang berarti setiap peraturan yang di-
keluarkan oleh pemerintah yang isinya mempunyai kekuatan yang mengikat
umum. Sebagai contoh, Undang-undang dalam arti material (luas) yang ada
di Indonesia misalnya:
1. Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis permusyawaraan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Keputusan Presiden;
6. Keputusan Menteri;
7. Peraturan Pelaksanaan lainnya.
Sedangkan undang-undang dalam arti sempit/formal adalah setiap kepu-
tusan yang dikeluarkan lembaga legislatif yang diberi nama secara khusus
sebagai undang-undang. Di Indonesia yang dimaksud undang-undang dalam
arti formal ini adalah setiap produk hukum yang dibuat secara bersama oleh
presiden dan DPR, yang kedukannya berada di dawah ketetapan MPR, dan
di atas Peraturan Pemerintah. Dalam bahasa sehari-hari, jika kita menyebut
undang-undang dalam arti formal (sempit), misalnya UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas dan sebagainya.

b. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah hukum yang bersumber dari keputusan hakim
berikutnya yang mengdili perkara yang sama. Yurisprudensi lahir karena ha-
kim memandang undang-undang yang ada tidak cukup jelas atau kurang
lengkap, sehingga hakim dalam memutuskan suatu perkara melakukan
penafsiran hukum sendiri. Penafsiran hukum oleh hakim itu bisa menjadi
hukum yurisprudensi yang bisa diikuti oleh hakim lainnya.

c. Traktat
Traktat adalah perjanjian antara dua negara atau lebih. Traktat menjadi
sumber hukum bagi negara-negara yang mengadakan perjanjian. Jadi setiap
traktat mengakibatkan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang dise-
pakati bersama.
Traktat ada dua macam, yaitu bilateral dan multilateral. Apabila
perjanjian itu hanya dilakukan oleh dua negara dinamakan bilateral, sedang-
kan apabila dilakukan oleh lebih dai dua negara disebut multilateral.

40
d. Doktrin
Doktrin adalah pendapat ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar
pertimbangan bagi para hakim dalam mengambil keputusan. Dalam hukum
Islam peranan doktrin ini sangat besar. Misalnya keputusan para hakim
Islam banyak didasarkan pada pendapat ahli hukum seperti: Imam Syafi’i,
Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan sebagainya.

e. Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan oleh manusia atau suatu lembaga yang diteri-
ma oleh masyarakat dan dirasakan sebagai suatu keharusan dipandang seba-
gai hukum yang tidak tertulis. Kebiasaan kadang dapat digunakan hakim da-
lam mengambil suatu keputusan hukum, selama itu tidak bertentangan de-
ngan undang-undang yang ada. Kebiasaan sebagai suatu hukum bisa berlaku
dalam kehidupan masyarakat, tetapi bisa juga berlaku dalam kehidupan ke-
tatanegaraan yang disebut “konvensi”.

3. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan di Indonesia memiliki hirarkhi hukum,
artinya memiliki tata urutan atau bertingkat. Peraturan perundang-undangan
yang terletak di atas kedudukannya lebih tinggi dan menjadi sumber hukum
bagi peraturan yang ada di bawahnya.
Di Indonesia tata urutan perundang-undangan diatur dalam ketetapan
MPRS Nomor XX/MPRS/1966 sebagai berikut:
a. Undang-undang Dasar 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
c. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Keputusan Presiden
f. Peraturan Menteri
g. Keputusan Menteri kedudukan
h. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya (misalnya, Perda tingkat I,
Perda tingkat II dan sebagainya).

4. Warga Masyarakat dan Warganegara


Setiap orang menjadi warga dari masyarakat di mana ia hidup, dari ling-
kungan yang terdekat sampai yang meluas. Sebagai warga masyarakat yang
baik ia harus melalui suatu pruses sosialisasi, yakni proses belajar menerima
nilai, moral dan norma yang berlaku di masyarakatnya.
Dalam kaitannya dengan negara maka seseorang dapat memiliki hukum
sebagai warga negara. Warga negara adalah anggota dari negaranya. Untuk
menjadi warga negara di suatu negara memiliki syarat-syarat. Yang menjadi
warga negara Indonesia menurut pasal 26 UUD 1945 menyatakan:

41
a. Yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indo-
nesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara.
b. Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-
undang.
Untuk dapat memperoleh kedudukan sebagai warga negara Indonesia ada
beberapa cara yang dapat ditempuh:
1. Keturunan pertalian darah
Setiap anak yang dari orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia
akan mdemperoleh kewarganegaraan Indonesia.
2. Kelahiran
3. Pengangkatan
Anak orang asing di bawah umur lima tahun yang diangkat seorang
warga negara Indonesia, dapat menjadi warga negara Indonesia dengan
disahkan oleh pengadilan di tempat orang tua itu berada.
4. Pewarganegaraan atau naturalisasi
Orang asing yang bukan warga negara Indonesia dapat memperoleh ke-
warganegaraan RI dengan cara naturalisasi/

5. Hak dan Kewajiban Warganegara


a. Hak-hak warganegara
Hak-hak warganegara yang diatur dalam batang tubuh UUD 1945:
1. Hak mendapatkan persamaan dalam hukum dan pemerintahan (pasal
27 ayat 1).
2. Hak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27
ayat 2).
3. Hak berserikat, berkumpul. Dan menyatakan pendapat (pasal 28)
4. Hak kemerdekaan beragama (pasal 29 ayat 2).
5. Hak membela negara (pasal 30).
6. Hak mendapatkan pendidikan (pasal 31).
7. Hak mengembangkan kebudayaan nasional (pasal 32).
8. Hak mendapatkan kesejahteraan social (pasal 33 dan 34).

b. Kewajiban-kewajiban Warganegara
1. Kewajiban menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan (pasal 27 a’1)
2. Kewajiban membela negara (pasal 30)
3. Kewajiban membayar pajak
4. Kewajiban belajar 9 tahun
5. Kewajiban memelihara hasil-hasil pembangunan.

42
BAB V
MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA

Latar Belakang
Dalam mata pelajaran di SD, konsep-konsep geogrfi mendapat porsi yang
cukup besar. Geografi memberi pengetahuan kepada siswa tentang dimensi ruang
yang merupakan sesuatu yang akan dialaminya. Ruang lingkup IPS yang bersum-
ber dari geografi antara lain meliputi konsep-konsep fenomena lingkungan fisik
(lingkungan alam), dan konsep tentang fenomena manusia (lingkungan sosial),
serta region.

Tujuan
Setelah mempelajaei materi ini Anda dapat:
1. Menjelaskan proses interaksi antar berbagai unsur yang terjadi di permukaan
bumi;
2. Menjelaskan empat unsur pokok penyebab perubahan permukaan bumi;
3. Mnjelaskan hubungan kehidupan manusia dengan alam pada berbagai kondisi
yang berbeda;
4. Mdenjelaskan kemajemukan rasa dan budaya dari sudut pandang keruangan;
5. Menjelaskan pengertian region;
6. Memberikan contoh-contoh konsep, generalisasi atau teori georafi yang ada
di sekitar kita.

A. Fenomena Fisik (Lingkungan Alam)


Proses-proses fisik bumi yang telah terjadi, sedang dan akan terjadi pada
kenyataannya mengatur, memelihara dan mengubah ciri-ciri fisik dan lingku-
ngan permukaan bumi. Proses-proses fisik yang terjadi terhadap bumi dapat
digolongkan ke dalam 4 kategori yaitu apa yang terjadi di udara/atmosfer
(iklim dan cuaca), apa yang terjadi dalam lapisan bumi (lempengan tektonik,
erosi, dan pembentukan tanah), apa yang terjadi dalam perputaran air/hidrosfer
(sirkulasi air di samudra, dan siklus perputaran air), dan apa yang terjadi di da-
lam lingkungan mahluk hidup (binatang dan tumbuhan beserta ekosistemnya).

I. Fenomena Fisik Bumi


Permukaan bumi sebagai ruang Tempat hidup manusia, tumbuh-tumbuhan
dan hewan memiliki bentuk yang sangat bervariasi. Perbedaan permukaan bu-
mi ini disebut relief permukaan buni. Keadaan relief permukaan bumiini ter-
jadi di daratan maupun di dasar lautan. Bentang alam di permukaan bumi ini
dipengaruhi oleh empat unsur pokok yang saling berkaitan. Ke empat unsur itu
adalah:
a. Gejala Lithosfer, yaitu kekuatan yangditimbulkan oleh pembentukan tinggi
rendahnya permukaan bumi, seperti permukaan kulit bumi seperti daratan.
Perbukitan, daerah bergelombang, lembah sungai yang berteras.

43
b. Gejala atmosfer, yaitu kekuatan yang ditimbulkan oleh udara yang menye-
lubungi permukaan bumi, seperti suhu udara, kecepatan angin, cuaca, hujan,
dan iklim.
c. Gejala hidrosfer, adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh masa air yang ada
di permukaan bumi seperti sungai, dengan cabang-cabangnya, danau-danau
dan lautan. Kekuatan-kekuatan ini mempengaruhi tata air di permukaan
bumi.
d. Gejala biosfer, adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh makhluk hidup
berupa flora, fauna dan manusia. Kekuatan biosfer keberadaannya sangat di-
pengaruhi oleh ketiga kekuatan lainnya tersebut di atas. Manusia menjadi
corak pengaruh yang yang menyebabkan timbulnya perbedaan dalam jum-
lah, jenis, prersebaran tempat tinggal, serta kualits kehidupan di daerah ter-
tentu.
Bentukan-bentukan di bumi maupun di dasar lautan disebabkan oleh te-
naga pembentukan permukaan bumi yang dikenal sebagai tenaga geologi.
Tenaga geologi ini ada yang berasal dari dalam bumi yang disebut proses
endogenik dan tenaga yang berasal dari luar bumi yang disebut proses
eksogenik. Ptoses-proses endogenik berupa gerakan antara lain dibedakan
antara vulkanisme, tektonisme, dan gempa. Ketiga tenaga tersebut merupa-
kan rangkaian proses yang terjadi pada kulit bumi (lithosfera) yang dapat
diterangkan oleh suatu teori tentang dinamika bumi yaitu teori Tektonik
Lempeng yaitu bahwa kulit bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang
kaku dengan bentuk tidak beraturan.

A. Proses Endogenik
Proses endogenik terjadi karena adanya gaya atau tenaga yang berasal
dari dalam bumi sebagai akibat dari proses fisika atau kimia di dalam bumi
itu sendiri sehingga permukaan bumi yang tadinya diperkirakan rata menga-
lami perubahan bentuk.
Tenaga endogenik dengan arah vertickl mengakibatkan tonjolan permu-
kaan bumi berupa kubah, sedankan tenaga endogenik yang arahnya lateral
atau horizontal mengakibatkan lipatan-lipatan di bumi, retakan-retakan dan
bahkan patahan.

1. Vulkanisme
Vulkanisme atau kegunung apian dapat diatikan sebagai suatu gejala atau
akibat adanya aktivitas magma di atas lithosfera hingga keluar sampai ke
permukaan bumi. Magma ini berasal dari perut bumi dengan suhu antara
2000 – 3000 derajat Celsius. Ihwal kegunung apian dipelajari oleh salah
satu cabang ilmu yang disebut “vulkanologi”.
Erupsi adalah suatu proses keluarnya magma ke permukaan bumi, baik
retakan-retakan pada gunung api ataupun dengan cara mendesak tubuh
gunung api, sehingga menghancurkan sebagian badan gunung api tersebut.

44
a. Tektonisme
Tektonisme atau tenaga tektonis adalah gerak atau tenaga yang bekerja
dari dalam bumi dan berasal dari proses radio aktif di dalam magma dengan
arah vertical maupun mendatar yang mengakibatkan perubahan lokasi atau
lapisan-lapisan batuan yang membentuk muka bumi.
Berdasarkan bentukan-bentukan yang tampak di permukaan bumi seba-
gai hasil tektonisme tenaga tektonik dibedakan atas tektonik lipatan dan tek-
tonik patahan. Jika dilihat dari kecepatan gerakan dan luasnya permukaan
bumi yang berubah karena aktivitas tersebut, tenaga tektonik dibedakan atas
aktivitas orogenesis (aktivitas pembentukan pegunungan) dan aktivitas
epirogenesis (penurunan atau penaikan benua),

1. Morfologi Lipatan
Morfologi (bentuk muka bumi) lipatan terjadi karena adanya tenaga
endogen yang arahnya lateral (horizontal) dari dua arah yang berlawanan
sehingga lapisan-lapisan batuan di daerah tersebut terlipat dan membentuk
puncak lipatan (antiklinal) dan lembah lipatan (sinklinal).
Contoh jalur pegunungan lipatan antara lain:

a. Pegunungan Sirkum Mediterania


Pegunungan sistem Mediterania memanjang mulai dari Pegunungan
atlas di Afrika Utara, kemudian bersambung dengan pegunungan Alpen di
Eropa Selatan dan Pegunungan sehingga Himalaya di Asia. Akhirnya jalur
pegunungan tersebut berbelok ke selatan dan berangkai dengan pegunungan
lipatan di wilayah Indonesia. Di wilayah Indonesia, kelanjutan jalur pegunu-
ngan.

b. Pegunungan Sirkum Pasifik


Jalur pegunungan lipatan ini dimulai dari Pegunungan Andes (Amerika
Selatan sehingga) bersambung dengan Pegunungan Rocky (Rocky
Mountstain) di Amerika Utara, kemudian berbelok ke kepulauan sehingga
Jepang dan bersambung dengan pegunungan di kepulauan Filipina. Pada
akhirnya jalur pegunungan ini bercabang dua di wilayah Indonesia, yaitu:
(a) cabang pertama, dimulai dari Pulau Luzon, bercabang drngan pegunu-
ngan di Kalimantan melalui Pulau Pahlawan dan Kepulauan Sulu, (b)
Cabang kedua: dimulai dari Pulau Luzon, Pulau Samar, Pulau Mindanao,
Kepulauan Sangihe, dan berakhir di Pulau Sulawesi.

c. Jalur Pegunungan Lipatan Australia (Busur Irian)


Jalur pegunungan ini dimulai dari Pegunungan Alpen (Australia) kemu-
dian menyeberang ke Kepulauan Irian (Papua Nugini), dam melalui Pantai
Utara Irian, berakhir di Pulau Halmahera dan pulau-pulau kecil di sekitnya.
Dari pembahasan tersebut terlihat bahwa Kepulauan Indonesia ini
merupakan pertemuan jalur yang ada di bumi.

45
Sirkum Mediterania ini terbagi menjadi:
1. Busur Luar
Jalur pegunungan yang termasuk dalam busur luar ini bersifat non
vulkanik, artinya tidak menampakan sifat-sifat kegunung apian, tetapi ha-
nya merupakan rankaian pegunungan lipatan saja. Jalur pegunungan busur
luar ini sebagian berada di atas permukaan laut (di daratan) dan sebagian
lagi berada di bawah laut. Busur luar berpangkal di pulau Simule, Pulau
Nias, Keplauan Mentawai, Pulau Enggano, dan kemudian tenggelam (ber-
ada di bawah laut) sepanjang bagian selatan Pulau Jawa dan muncul kem-
bali ke permukaan bumi sebagai Pulau Sawu, Pulau Roti. Pulau Timor.
Pulau Babar, Kepulauan Kai, Pulau Seram, dan berakhir di Pulau Buru.

2. Busur Dalam
Jalur pegunungan busur dalam ini bersifat vulkanis, artinya selai meru-
pakan rangkaian pegunungan lipatan, juga merupakan kegunung apian.
Busur dalam ini membujur sepanjang pegunungan bukit barisan di Pulau
Sumatera, pegunungan yang ada Sumbawa, di Pulau Jawa, Pulau Bali,
Pulau Lombok. Pulau Sumbawa, Pulau Flores, Pulau Alor, Pulau Solor,
Pulau Wetar, Kepulauan Banda, dan berakhir di Pulau Saparua.

2. Morfologi Patahan
Morfologi patahan adalah bentukan-bentukan alam di permukaan bumi
sebagai akibat adanya proses pematahan pada lapisan-lapisan batuan pem-
bentuk kulit bumi (lithosfera). Tenaga endogenik yang bekerja disini, relatif
cepat sehingga lapsan-lapisan batuan yang terkena tekanan tidak sempat
melipat melainkan timbul retak-retak pada bongkah batuan tersebut yang
pada akhirnya terjadi bentuk patahan. Proses pematahan lapisan batuan
pembentuk lithosfera ini disebut sesar.

Dilihat dari datangya arah tekanan yang bekerja pada lapisan-lapisan


batuan, patahan dapat dibedakan atas:

a. Patahan atau sesar akibat dua buah tekanan yang arahnya horizontal
yang saling menjauh

Karena tenaga tarikan yang arahnya mendatar dan saling menjauh satu
sama lain maka pada bagian tengah blok batuan terjadi retakan-retakan.
Apabila tekanan tersebut terus bekerja sehingga pada bagian yang retak
tersebut timbuk celah yang cukup besar, akibatnya salah satu bongkah batu-
an tersebut akan merosot menyerupai sebuah lembah, sedangkan bagian lain
yanh tidak mengalami penurunan pembentuk sebuah punggunang, sehingga
terbentuklah permukaan morfologi permukaan bumi berupa patahan.

46
b. Patahan *(sesar) sebagai akibat tekanan yang arahnya vertical
Ada kalanya tenaga endogenik yang bekerja pada lapisan batuan pem-
bentuk muka bumi ini mmiliki arah vertical. Bagian kulit bumi yang terkena
tekanan tersebut akan membumbung disertai retakan-retakan . Karena gaya
berat (grafitasi) maka salah satu bongkah batuan akan mengalami pemero-
sotan dan membentuk lemgah patahan atau graben, sedankan bagian lainnya
membentuk puncak patahan.

c. Patahan (sesar) sebagai akibat 2 buah tekanan yang arahnya vertical


Apabila pada sebuah blok batuan bekerja dua buah tekanan yang arahnya
mendatar dan berlasanan arah sehingga menimbulkan pergeseran salah satu
bongkah batuan, maka akan terjadi bentukan muka bumi secara mendatar.

3. Gempa
Gempa adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang berasal
dari lapisan-lapisan bumi. Pusat gempa di dalam bumi desebut hiposentrum,
sedangkan pusat gempa di permukaan bumi tepat di atas hiposentrm disebut
episentrum. Gempa ada bermacam-macam. Berdasarkan terjadinya dapat
dibagi tiga:
(1) Gempa Tektonik, adalah gempa yang disebabkan oleh adanya dislokasi
atau pergeseran lapisan batuan yang panjang di dalam bumi. Di Indone-
sia banyak terjadi di laut sehingga tidak banyak menimbulkan bahaya.
Gempa tektonik seringkali terjadi di daerah pegunugan lipatan mudah,
misalnya daerah rangkaian mediterqniq dan rangkaian Sirkum Pasifik.
(2) Gempa Vulkanik.adalah gempa yang terjadi karena karena letusan gu-
nung berapi.
(3) Gempa runtuhan (guguran) adalah gempa yang disebabkan oleh run-
tuhnya tanah.
Berdasarkan letak episentrumnya gempa dapat dibedakan menjadi
gempa daratan (episentum terletak di darat) dan gempa lautan (episentum
terletak di laut.
Seismograf merupakan alat pencatat getaran gempa. Ada dua macam
seismograf, yaitu Seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat
getaran glombang seismik dengan arah mendatar. Seismograf vertikal,
seismograf yang mencatat getaran seismik dengan arah tegak (vetikal).
Skala Rechter lebih dikenal secara umum untuk menentukan kekuatan suatu
gempa.

B. Proses Eksogenik
Tenaga geologi lainnya yang mengakibatkan bentukan-bentukan alam di
permukaan bumi adalah proses eksogenik (tenaga berasal dari luar bumi).
Dengan proses eksogenik ini daerah-daerah di permukaan bumi ini yang
tadinya datar dapat menjadi daerah yang menonjol (pegunungan), cekungan
bahkan menjadi lembah-lembah yang dalam. Sebaliknya daerah yang

47
asalnya bergelombang dan berbukit-bukit dapat menjadi daerah yang rata.
Secara umum proses eksogenik ini dapat dikelompokan menjadi:

a. Pelapukan
Pelapukan adalah proses penghancuran massa batuan baik secara fisika
maupun kimiawi, dan biologis. Dilihat dari prosesnya pelapukan dikelom-
pokan atas:
1. Pelapukan Mekanik, yaitu suatu proses pelapukan batuan tanpa meru-bah
struktur kimiawi batuan tersebut, tetapi merupakan penghancuran bongkah
batuan menjadi bagian-bagian lebih kecil.
2. Pembekuan air menjadi Kristal-kristal es pada celah-celah batuan.
Proses ini biasa terjadi di daerah gurun. Jika di daerah gurun terjadi hu-jan,
ada kemungkinan air hujan masuk ke dalam celah-celah atau reta-kan
batuan, dan suhu pada malam hari sangat rendah sehingga gena-ngan air
dalam celah batuan membeku manjadi Kristal-kristal es yang karena sifat
anomali air berubah menjadi es dan volumenya mungkin meningkat dan
menekan celah batuan dan memecahkannya.
3. Kegiatan Organisme (mahluk hidup). Kita tentu pernah melihat akar
tumbuhan menembus celah-celah bongkah batuan hingga menjadi retak
atau terbelah. Itulah salah satu contoh proses pelapukan mekanis akibat
kegiatan organisme yang secara khusus dinamakan pelapukan biologi.
4. Pelapukan kimiawi atau dekomposisi, yaitu proses pelapukan massa
batuan disertai perubahan struktur kimiawi batuan yang terlapukan. Jadi
dalam dekomposisi ini terjadi reaksi kimia antara materi yang terla-pukan
dengan zat pelapuknya.

b. Erosi
Erosi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pelepasan dan peminda-
han batuan (termasuk tanah) secara alamiah dari suatu tempat ke tempat
lainnya oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di permukaan bumi. Dari
pengertian tersebut maka ada tiga proses utama dalam erosi, yaitu:
1. Pelepasan massa batuan atau tanah dari induknya yang sering disebut
dengan pengikisan;
2. Proses pengangkutan massa batuan atau tanah hasil pengikisan di suatu
tempat disebut pengendapan atau sedimentasi.
Berdasarkan kecepatannya proses erosi dibedakan atas erosi geologi
dan erosi yang dipercepat (erossi tanah). Erosi geologi adalah suatu bentuk
erosi di mana proses penghancuran tanah relatif seimbang dengan proses
pembentukannya. Jadi, erosi geologi ini tidak menimbulkan kerusakan
alam. Erosi tanah adalah suatu bentuk erosi di mana proses penghancuran
tanah jauh lebih cepat dibandingkan dengan proses pembentukannya.
Proses erosi tanah biasanya dipercepat oleh tindakan manusia yang tidak
menghiraukan aspek-aspek kelestarian lingkungan.

48
Proses pengikisan massa batuan atau tanah, tidak saja disebabkan oleh
air yang mengalir, tetapi juga oleh angin, gletsyer dan sebagainya.
Berdasarkan zat pelarutnya, erosi dapat dibagi menjadi:

a. Erosi Air
Pelaku proses pengikisan dalam hal ini adalah air yang mengalir, baik
di dalam tanah, di sungai-sungai atau air yang mengalir di permukaan
tanah.
b. Erosi Angin
Proses pengikisan batuan atau tanah oleh angin disebut deflasi. Erosi
angin banyak terjadi di daerah gurun. Angin kencang yang banyak me-
ngandung kerikil, jika melintasi bongkah-bongkah batuan mengakibat-
kan batuan tersebut seolah-olah digosok dan dipoles oleh kerikil dan
pasir yang terkandung dalam angin, sedikit-sedikit batuan itu terkikis.

c. Erosi oleh air laut,


Proses erosi yang terjadi karena gelombang dan arus laut dinamakan
abrasi atau erosi air laut. Energi gelombang laut yang bergerak kea rah
pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang yang
ada di pantai.

B. Fenomena Manusia (Lingkungan Sosial Budaya)


I. Karakteristik Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya adalah lingkungan tempat manusia berada di
lingkungan masyarakat. Ia dapat berperan baik sebagai individu, sebagai
warga masyarakat maupun sebagai warga dunia yang terkait dengan
struktur sosial. Karakteristik lingkungan sosial budaya dapat dilihat dari
strutur dan sistem sosial budaya yang ada di lingkungan masyarakat.
Keterkaitan manusia sebagai individu dengan masyarakat menyebabkan
individu mempunyai solidaritas tertentu dengan masyarakatnya. Solidari-
tas dalam masyarakat dapat kita rasakan apabila kita dekat dan mampu
berinteraksi dengan masyarakatnya. Orang yang pernah berjasa di ling-
kungan masyarakat atau individu yang memiliki kepribadian kharismatik
akan merasakan sebagai anggota masyarakat. Sebaliknya individu yang
sering menyimpang dari kebiasaan, norma dan aturan masyarakat individu
tersebut akan merasakan hukuman sosial dari warga masyarakatnya, beru-
pa dikucilkan dari lingkungannya.
Bentuk kelompok yang universal, yang menjadi dasar terbentuknya ke-
lompok atau masyarakat yang lebih luas yaitu keluarga. Dalam kehidupan
bermasyarakat, keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
pembentukan kepribadian seorang individu. Seorang individu dilahirkan,
dibesarkan, diperkenalkan dengan norma, nilai dan sebagainya. Karena itu
kepribadian seseorang terutama kepribadian dasar terbentuk dalam keluar-
ga. Keluarga merupakan kelompok pertama dan utama yang dikenal oleh

49
seorang individu. Cooley mengemukakan bahwa keluarga termasuk ke-
lompok utama karena mempunyai pengaruh langsung terhadap pemben-
tukan kepribadian seseorang. Kelompok lain yang berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian seseorang yaitu teman sepermainan dan para
tetangga. Sedangkan kelompok yang tidak secara langsung yang mempe-
ngaruhi kepribadian yaitu kelompok sekunder. Yang termasuk kelompok
sekunder yaitu warga kota, perkumpulan, perhimpunan dan sebagainya.
Perkembangan kelompok baik menyangkut kualitas maupun kuantitas
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh individu yang menjadi pendukung-
nya. Perkembangan sosial, ekonomi, budaya kelompok merupakan ungka-
pan pengaruh individu-individu yang mendukung kelompok tadi. Apakah
kelompok itu akan menjadi kelompok ,iberal, sosialis, pancasilais dan se-
bagainya sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan kreativitas individu pendu-
kung-pendukungnya. Bahkan bagi pribadi-pribadi tertentu yang memiliki
kekuatan luar biasa (kharismatik) dapat mempengaruhi kelompok sedemi-
kian rupa, sehingga dapat menjadi panutan bagi anggota-anggota kelom-
pok lainnya.
Dengan demikian jelas, bahwa individu dengan kelompok terdapat
hubungan timbal balik yang sangat erat. Antara individu dengan kelom-
pok terjadi interelasi dan interaksi yang fungsional. Di satu pihak individu
dapat dikatakan dapat dibentuk menjadi pribadi oleh kelompok. Di lain
pihak individu itu juga mempengaruhi kehidupan dan perkembangan ke-
lompok. Dalam kehidupan bermasyarakat, hal jnj semua harus menjadi
kesadaran dan penghayatan kita bersama.

2. Pranata dan Struktur Sosial Budaya


Struktur sosial budaya adalah kesadaran jalinan unsur-unsur sosial bu-
daya. Struktur budaya suatu masyarakat meliputi berbagai kelompok yang
terdiri dari orang banyak dan termasuk pranata-pranata (lembaga-lembaga)
sosial tempat banyak orang berpartisipasi.
Para ahli sosiologi belum menyepakati satu istilah yang pasti terjema-
han “social institution”. Sebagian ahli mengartikannya sebagai pranata so-
sial. Soekamto (1982: 191) memberi definisi bahwa lembaga kemasya-
rakatan adalah: “sesuatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-
pengertian yang abstrak perihal norma-norma dan peraturan-peraturan ter-
tentu yang menjadi ciri dari lembaga tersebut.
Koentjaraningrat (1984: 115) memberikan istilah pranata sosial dengan
asumsi bahwa “sosial institution” menuju pada adanya unsur-unsur yang
mengatur perilaku masyarakat. Pranata sosial diberi arti sebagai sistem tata
kelakuan dan hubunga yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk meme-
nuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.

3. Perubahan Sosial
Seiring dengan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
maka umat manusia dalam tatanan sistem sosial pun akan mengalami peru-

50
bahan. Perubahan itu sendiri adalah suatu keadaan yang menunjukkan per-
bedaan antara situasi sebelum dan sesudahnya. Misalnya setelah ditemu-
kannya alat-alat transportasi, manusia yang tadinya terikat nilai-nilai tradi-
sional, maka setelah digunakannya alat-alat transportasi dapat memilih
nilai-nilai baru sebagai nilai alternatif yang menguntungkan.
Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah segala
perubahan dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-
sikap dan polapola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
Parsudi Suparlan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah peruba-
han dalam struktur sosial dan dalam pola-pola hubungan sosial, yang anta-
ra lain mencakup sistem status, hubungan keluarga, sistem politik dan ke-
kuasaan dan penyebaran penduduk.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peru-
bahan sosial menyangkut perubahan sistem nilai, sikap, pola hubungan so-
sial, penyebaran penduduk, kebudayaan materialistis, dan kondisi georafis.
Selain itu perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat dapat mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, ke-
kuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.

4. Faktor-faktor Perubahan Sosial


Faktor-faktor yang menyebabkan ada dua, yaitu faktor-faktor yang ber-
asal dari dalam masyarakat itu sendiri (internal factors), yang disebut fak-
tor endogen. Sedangkan faktor yang kedua yaitu faktor-faktor yang bera-
sal dari luar masyarakat (external factors), yang disebut factor eksogen.

a. Faktor-yang berasal dari dalam masyarakat.


1. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk yang besar menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan pada sendi kehidupan kemasyarakatan. Saat ini salah satu peru-
bahan yang sedang terjadi adalah pertambahan penduduk yang sangat
pesat. Akibat pertambahan penduduk yang sangat pesat di Indonesia me-
nyebabkan lahirnya Badam Kordinasi Keluarga Berencana (BKKBN).
Lahirnya lembaga ini dengan segala program dan aktivitasnya dapat mem-
pengaruhi segi-segi kehidupan lainnya. Sehubungan dengan kegiatan lem-
baga ini munculnya nilai-nilai baru dalam masyarakat, yaitu nilai yang
menganggap bahwa keluarga kecil dengan dua anak adalah keluarga ideal
yang dapat mengarah pada kesejahteraan.

3. Perubahan Struktur Sosial


Salah satu perubahan struktur sosial yang sedang terjadi yaitu peruba-
han struktur keluarga dari struktur tradisional menuju struktur kekuarga

51
modern. Dalam keluarga tradisional status suami adalah status yang sangat
penting dalam satu keluarga. Hal ini berarti peran yang ditampilkan oleh
ayah atau suami sangat menentukan dalam keluarga tradisional. Kalau sua-
mi tidak bekerja akan terancam berantakan sehingga akan menjadi per-
gunjingan. Keluarga tradisional yang memperlihatkan struktur dan sisem
yang berpusat pada suami. Seiring dengan perkembangan waktu sekarang
ini status dan peranan suami dalam keluarga mulai mengalami perubahan.
Keluarga sekarang ini suami tidak lagi mendominai keluarga secara mut-
lak, peran istri semakin kelihatan. Istri ikut memberi keputusan yamg
berkaitan dengan keluarga. Anak juga mulai memberikan andil berupa
masukan-masukan yang dapat digunakan orang tua sebagai bahan pertim-
bangan sebelum mengambil keputusan.

3, Perubahan Nilai dan Sikap


Nilai adalah sesuatu yang baik, yang diinginkan dan dicita-citakan dan
dianggap penting oleh warga masyarakat. Sedangkan sikap adalah, (1) ke-
cenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu terha-
dap manusia, benda, keadaan; (2) motivasi untuk menilai dunia sekitarnya
dalam kategori baik dan buruk dan (3) kesiapan mntal seseorang dalam
menanggapi (Soerjono Soekamto 1983).
Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya ke-
sesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan
praktis sikap seringkali dihadapkan dengan rangsang sosial dan reaksi
yang bersifat emosional.

4, Penemuan Baru
Penemuan-penemuan baru atau inovai dapat mendorong terjadinya ter-
jadinya perubahan sosial dan kebudayaam. Inovasi secara luas dapat berar-
ti proeses pembaharuan/penggunaan sumber-sumber alam, energi, modal,
pengaturan baru tenaga kerja, dan penggunaan teknologi baru yang semua-
nya mengakibatkan adanya sistem produk baru dan dibuatnya produk-
produk baru. Dengan demikian inovasi berhubungan dengan perubahan
kebudayaan yang menyangkut sistem ekonomi dan teknologi. Penemuan
baru dapat dibedakan antara discovery dan invention.
Discovery dimaksudkan sebagai sumber penemuan-penemuan baru
unsur-unsur kebudayaan yang baru. Seperti alat, ide baru yang diciptakan
oleh seorang individu atau beberapa individu dalam masyarakat. Sedang-
kan invention adalah penerapan penemuan baru atau proses diterimanya
ide-ide baru tersebut dalam masyarakat. Suatu Discovery akan menjadi
invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima dan menciptakan
penemuan baru.

5. Konlik dan revolusi


Konflik dan revolusi dapat mempengaruhi perubahan sosial dan kebu-
dayaan. Konflik adalah pertentangan dalam masyarakat yang dapat menga-

52
kibatkan perubahan social dan kebudayaan. Revolusi adalah sendi-sendi
pokok kehidupan manusia yang terjadi secara cepat baik yang direncana-
kan ataupun tidak.

b. Faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat


1. Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan alam dapat menyebabkan perubahan sosial dan
kebudayaan suatu masyarakat. Terjadinya banjir, gempa bumi, tanah long-
sor, letusan gunung menyebabkan lingkungan tempat tinggal masyarakat
terganggu. Dengan demikian mereka harus meninggalkan daerahnya karena
lingkungan yang mereka tinggal rusak. Pada lingkungan tempat baru mere-
ka harus menyesuaikan diri, apabila daerah baru tersebut jauh berbeda kea-
daannya dengan lingkungan mereka yang lama. Keadaan lingkungan yang
baru ini akan menimbulkan berbagai macam perubahan.

2. Peperangan
Peperangan antar negara pun dapat menimbulkan perubahan sosial dan
kebudayaan. Akibat kekalahan perang dunia II, Jerman terpecah menjadi
dua negara yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Jerman Timur tadinya
menganut sistem demokrasi liberal berubah menjadi sistem komunis.

3. Pengaruh kebudayaan lain


Saat ini sudah mulai terasa adanya dampak dari budaya asing terhadap
budaya lokal. Dampak tersebut sebagai konsekuensi dari media massa
elektronik dan cetak. Seperti munculnya siaran atau program dari negara
asing yang dapat ditangkap melalui antene parabola. Otomatis pengaruh dari
program-program yang ditayangkan itu diserap oleh generasi muda yang
terkadang belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia

C. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Sosial Budaya


Keluarga, teman, tetangga, penduduk sekampung, sampai manusia antar
bangsa merupakan lingkungan sosial budaya. Lingkungan tersebut akan
akan berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan hidup manusia.
Kapan dan di manapun kita berada selalu berhubungan dengan lingkungan
sosial budayanya. Sejak lahir manusia tidak lepas dari lingkungan hidup so-
sial budaya. Pengaruh lingkungan dapat dirasakan terhadap pembentukan
kepribadian seseorang melalui interaksi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Mulai sejak lahir pula manusia ada ditengah-tengah kelompok atau di
dalam kelompok, menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk yang berma-
syarakat. Kelompok inilah yang mematangkan seseorang individu menjadi
suatu pribadi.
Pengembangan individu menjadi seorang pribadi, tidak hanya didukung
dan dihambat oleh dirinya sendiri, melainkan juga didukung dan dihambat

53
oleh kelompok sekitarnya. Kondisi fisik di sekitarnya juga besar penga-
ruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Kelengkapan dan kesera-
sian anggota tubuh, ketajaman panca indera, susunan jaringan urat saraf, dan
proses kerja hayat lainnya, besar pengaruhnya terhadap pengembangan
potensi-potensi seorang individu. Daya pikir, reaksi emosional, kemauan,
kecerdasan dan ketajaman ingatannya, sangat dipengaruhi oleh keadaan
fisik-biologinya. Faktor dasar biologis ini merupakan dasar perbedaan
antara suatu individu dengan individu lainnya. Tidak ada dua manusia yang
sama sifat dan kepribadiannya.
Dengan semakin majunya peradaban manusia, yaitu dengan ditemukan-
nya alat-alat telekomunikasi dan elektronik memungkinkan dapat merang-
sang perubahan terhadap kepribadian manusia, baik sebagai individu mau
pun sebagai kelompok, bahkan sebagai anggota dari masyarakat.
Manusia lahir ke dunia sebagai suatu individu. Ia merupakan sebagai sua-
tu kesatuan sistem rohani dan jasmani. Dalam diri manusia sebagai individu
terdapat potensi-potensi kejiwaan yang dapat dikembangkan. Sedangkan
untuk perkembangan potensi-potensi itu secara wajar diperlukan partumbu-
han jasmani yang sesuai dan wajar pula. Untuk keperluan pertumbuhan dan
perkembangan tadi, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan
yang ada di sekitarnya. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari kondisi
fisik, kondisi sosial dan kondisi budaya di sekitarnya.

54
BAB VI
PENGARUH KEBUDAYAAN LUAR TERHADAP
KEBUDAYAAN INDONESIA

Pendahuluan
Mempelajari IPS di SD, konsep-konsep sejarah mempunyai porsi yang cukup
besar.Ruang lingkup pengajaran sejarah di SD antara lain meliputi sejarah lokal,
kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh sejarah, bangunan bersejarah, Indonesia
pada masa penjajahan, dan beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan.
Berkaitan dengan hal ini, maka pembahasan tentang sejarah perkembangan kebu-
dayaan di Indonesia tidak dapat diabaikan, karena hal ini merupakan bagian dari
perkembangan bangsa Indonesia sendiri.
Sejarah perkembangan kebudayaan Indonesia dapat dibagi kedalam empat
masa, yaitu masa pra sejarah, masa purba (kuno), masa madya dan masa modern.
Dari keempat masa tersebut, yang akan dibahas pada bagian ini adalah masa
setelah kebudayaan bangsa kita mendapat pengaruh dari kebudayaan luar, yakni
sejak memasuki masa purba (kuno), ketika bangsa Indonesia sudah mengenal
adanya tulisan.

1. Kebudayaan Masyarakat Indonesia


Manusia adalah mahluk yang berpikir dan berakal, dengan pikiran itu ia
menghasilkan berbagai alat dan cara untuk untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Sdgala alat dan cara yang lahir atas akal manusia itu disebut
kebudayaan. Tidak satu pun manusia yang hidup tanpa bantuan budaya, dan tidak
ada budaya tanpa penciptaan oleh manusia. Budaya adalah ciptaan manu-sia, tapi
budaya menguasai kehidupan manusia, karena itu kebudayaan disebut
superorganik. Manusia di suatu tempat pasti memiliki kebudayaan maka menjadi
masyarakat..
Kebudayaan berbeda antara satu masyarakat drngan masyarakat lain, seperti
orang Timor berbeda dengan orang Rote, orang Jawa berbeda dengan orang
Sunda, orang Manado berbeda dengan orang Irian Jaya, orang Jakarta berbeda
dengan orang padang, yang walaupun tujuan sama yaitu memenuhi kebutuhan
pangan. Untuk itu kebudayan merupakan salah satu bagian dari kehidupan sosial
kemasyarakatan.

2. Beberapa Pengertian Kebudayaan


Kebudayaan: culture (Inggeris); kultur (Jerman); cultuur (Belanda); colore
(latin), yang mengerjakan, memelihara. Memuja.
Beberapa batasan antara lain dikemukakan oleh:
a. H. Sutan Takdir Alisyahbana: kebudayaan adalah manifestasi dari cara pikiran
manusia.
b. H. Agus Salim: Kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu budi
mengandung makna akal, pikiran, pengertian, paham, pendapat, ikhtiar, pera-
saan. Sedangkan daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesang-gupan.

55
Jadi kebudayaan merupakan himpunan segala daya upaya yang dikerjakan
menggunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan
mencapai kesempurnaan.
c. Koentjaraningrat; Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil
kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya de-
ngan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
d. C.B. Taylor; Kebudayaan ialah suatu kesatuan yang terjalin, meliputi penge-
tahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum dan tiap kesanggupan yang
diperoleh seseorang sebagai anggota mayarakat.
e. Ashley Montagu; Kebudayaan ditafsirkan sebagai cara hidup suatu bangsa,
lingkungan di mana segolongan manusia mendiami wilayah yang sama sebagai
anggota masyarakat.
Di dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur kebaudayaan. Menurut
Koentjaraningrat unsur-unsur kebudayaan adalah:
a. Sistem religi
Semua aktivitas manusia yang bersangkut paut dengan religi berdasarkan
atas suatu getaran jiwa, sehingga suatu benda, suatu perbuatan, atau gagasan
mendapat nilai keramat (sacret value). Misalnya benda-benda pusaka yang
dianggap keramat mendapat tempat tersendiri dalam hatinya.
b. Sistem organisasi kemasyarakatan.
Sistem kemasyarakatan berarti sistem dari hal-hal mengenai masyarakat
atau lebih jelasnya sistetm-sistem dari bagian unsur-unsur masyarakat,
misalnya ssister perkawinan, sistem keluarga batih, sistem kelompok-
kelompok sosial.
c. Sistem pengetahuan, yaitu sistem yang dihasilkan berdasarkan kebudayaan
yang terdapat dalam kelompok masyarakat tertentu, atau antara pengeta-
huan alam sekitar, flora, fauna, sifat dan tingkah laku.
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem mata pencaharian
g. Sistem teknologi

3. Kebudayaan Nasional.
Nama Indonesia dikenal umum atau diterima umum pada tahun 1929-an.
Nama Indonesia dikemukakan oleh JR. Higan tahun 1850, sebelum Hegan,
yaitu G.W. Earl mengemukakan kata-kata Indu-Nesians dan Melayu-Nesians
untuk penduduk asli kepulauan. Nama Indonesia baru dierima umum pada
tahun 1920-an berkembang sebagai lambang persatuan nasional. Dengan
demikian nama Indonesia digunakan untuk menyebut nama negara termasuk
rakyat, pemerintah, wilayah dan juga nama-nama kebudayaan yang tumbuh di
wilayah Indonesia.
Kebudayaan nasional dibentuk oleh unsur-unsur kebudayaan suku/ kebuda-
yaan daerah yang masuk ke daerah kebudayaan lain dan diterima daerah lain
tersebut. Di Indonesia, kebudayaan daerah sangat banyak jumlahnya yang ter-
sebar di daerah-daerah. Dalam UUD 1945 pasal 32 beserta penjelasannya
dikemukakan bahwa Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan daerah yang

56
ada diseluruh wilayah Indonesia, serta berkembang sepanjang sejarah. Kebuda-
yaan dari luar dapat memperkaya kebudayaan nasional. Pembinaan kebudaya-
an nasiornal harus dilakukan bersama-sama dengan pembinaan bangsa.
Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa
yang semula berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam
itu perlu didukung oleh kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu
kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi ke-
hidupan berbangsa dan berkepribadian, yang dapat dibanggakan sebagai identi-
tas nasional. Akan tetapi, dalam masyarakat majemuk dengan keragaman latar
belakang kebudayaan, seperti yang terjadi di Indonesia tidaklah mudah untuk
mengembangkan suatu kebudayaan nasional hanya dengan mengandalkan pada
kemampuan dan kemapanan masyarakat semata-mata. Oleh karena itu kebuda-
yaan nasional yang hendak dikembangkan itu telah ditetapkan landasan dan
arah serta tujuannya yang dituangkan dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945
yang berbunyi:
“Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbulsebagai buah usaha budi
rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-Kebudayaan dan asli yang terdapat
sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia,
terhitung sebagai krbudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke
arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-
bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanu-
siaan bangsa Indonesia”.
Penjelasan pasal 32 UUD 1845 memberikan empat ketentuan arah dan
tujuan pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Pertama, kebudayaan
naaionL yang hendak yang hendak dikembangkan Harus benar-benar
merupakan perwujudan hasil upaya dan tanggapan sifat masyarakat Indonesia
dalam proses adaptasi terhadap lingkungannya dalam arti luas. Kedua,
kebudayaan nasional itu merupakan perpaduan puncak-puncak kebudayaan
daerah sehingga mewujudkan konfigurasi budaya bangsa. Ketiga,
pengembangan kebudayaan nasional harus menuju ke arah kemajuan adab
yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Kempat, Tidak
menutup kemungkinan untuk menyerap unsur-unsur kebudayaan asing yang
dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional, serta
mempertinggi kemanusiaan bangsa Indonesia

4. Pengaruh Kebudayaan Hindu


Masuknya pengaruh Hindu (India) ke Indonesia telah menimbulkan ber-
bagai pendapat yang pada dasarnya mengemukakan golongan manakah yang
dalam masyarakat India yang mempunyai peranan dalam proses penyebaran
pengaruh tersebut.
Menurut yeori Waisya, yang dikemukakan oleh N.J Krom, bahwa proses
penyebaran kebudayaan Hindu adalah kelompok pedagang yang kemudian
bergaul dan bercampur dengan masyarakat setempat. Menurut teori Brahmana
yang dikemukakan oleh J.C. Van Leur bahwa golongan Brahmanalah yang
mempunyai peranan dalam penyebaran tersebut. Teori arus balik yang dike-

57
mukakan F.D.K Bosch bahwa proses penyebaran kebudayaan Hindu di
Indonesia adalah orang-orang Indonesia mempunyai peranan aktif zejak
menuntut ilmu di perguruan tinggi di India sampai kepada proses penye-
barannya di kalangan masyarakat Indonesia.
Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia menimbulkan peru-
bahan besar dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia meliputi kehidu-
pan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.

A. Pengaruh Kebudayaan Hindu dalam Bidang Politik


Sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia, bangsa
Indonesia sudah memiliki susunan masyarakat teratur, antara lain memiliki
paham Pimus Inter Pares. Pimus Inter Pares ini berarti yang pertama dari
sesama, misalnya dalam hal penentuan kepala suku. Dengan adanya penga-
ruh kebudayaan Hindu maka sistem demokrasi Pimus Inter Pares diganti
dengan sistem kerajaan. Raja dianggap sebagai keturunan dewa, misalnya
raja Mulawarman dianggap titisan dewa Syiwa. Raja Purnawarman diang-
gap titisan dewa Wisnu. Kedudukan raja menjadi turun-temurun dan raja
menjadi pusat segala-galanya. Kebudayaan Hindu banyak menimbulkan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu di Indonesia, antara lain:
1. Kerajaan Kutai, berdiri sekitar abad 14. Rajanya yang terkenal yaitu
Mulawarman (Cucu Raja Kundunga). Kerajaan Kutai menganut agama
Hindu Syiwa.
2. Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kerajaan ini berdiri pada abad
ke 5 diperintah oleh Purnawarman, seorang penganut agama Hindu
Wisnu. Kerajaan ini berlokasi di tepi sungai Citarum (daerah Bekasi
sekarang). Kerajaan Tarumanegara berakhir pada abad ke 7 akibat
serbuan dari Sriwijaya.
3. Kerajaan Sriwijaya. Berdiri pada abad ke 7 yang diperkirakan terletak di
sekitar Palembang.Kerajaan ini menjadi pusat pendidikan agama Budha
terbesar di Asia Tenggara. Pada abad ke 8 Sriwijaya berhasil menguasai
politik dan perdagangan di Indonesia, karena Selat Malaka, Selat
Karimata, Selat Sunda dan daerah Bogor yang merupakan daerah-daerah
strategis telah dikuasai. Di bawah pemerintahan Raja Bala Putra Dewa
Kerajaan Sriwijaya Berkemang pesat. Setelah mendapat saingan dalam
percaturan politik dari Kerajaan Singosari maka Sriwijaya mengalami
kemunduran bqhkqn keruntuhan.
4. Kerajaan-kerajaan di Jawa Timur
Sejarah politik di Jawa Timur dibagi dalam empat periode:
a. Periode Kerajaan Medang (Raja Sindok dan Raja Erlangga).
b. Periode Kerajaan Kediri
c. Periode Kerajaan Singosari (Ken Arok)
d. Periode Kerajaan Majapahit (Wijaya).

B. Pengaruh Kebudayaan Hindu dalam Bidang Ekonomi

58
Pengaruh yang paling dominan dalam bidang ekonomi adalah sebagai
berikut:
1. Timbulnya golongan pedagang, saudagar yang termasuk Kasta Waisya.
2. Kepulauan Nusantara makin dikenal oleh dunia karena hasil buminya.
3. Perdagangan innatura mulai berkurang, karena mata uang emas dan perak
digunakan sebagai alat pembayara.

C. Pengaruh Kebudayaan Hindu di bidang Sosial


Adanya sistem kasta yang merubah masyarakat Indonesia yang bercorak
demokratis dan bersifat gotong royong. Kasta-kasta itu adalah Kasta Brahmana
(para pendeta pimpinan upacara keagamaan), Kasta Ksatria (para raja dan
panglima perang), Kasta Waisya (para saudagar, pedagang), dan Kasta Sudra
(petan, hamba sahaya, dan budak).

D. Pengaruh Kebudayaan Hindu di bidang Kebudayaan


Pengaruh kebudayaan Hindu dibidang seni bangunan candi, seni sastra dan
seni patung.

1. Bangunan Candi
Candi yaitu bangunan tempat pemujaan. Di dalam candi tersimpan sajian
dan arca pemujaan. Bangunan candi di Indonesia terbagi dalam dua
langgam, yaitu langgam Jawa Tengah yang terdiri dari langgam Jawa
Tengah, Utara, contoh kompleks candi Dieng, Kompleks Candi Gedong
Songo dan Langaan Jawa Tengah Selatan, contoh Kompleks Candi
Borobudur. Lompleks Candi Prambanan, dan Kompleks Candi Sewu
yang bersifat ke-Budha-budhaan juga Mendut, Langgam Jawa Timur,
contoh Candi Panataran, dan Candi Singosari.

2. Seni Patung dan Seni Ukir


Seni patung/seni ukir erat hubungannya dengan keagamaan. Seni patung
di Indonesia pada zaman Hindu dibagi dalam dua bagian, yaitu patung
dewa-dewa agama Hindu. patung dewa-dewa agama Hindu terdiri dari
patung Syiwa, Wisnu dan Brahma. Patung dewa-dewa agama Budha
yaitu Patung Dhayani, Budha, manusia dan Dhayani Boddhisatwa.

3. Seni Sastra
Berbentuk prosa dan puisi. Prosa misalnya cerita Ramayana dan
Mahabharat, sedangkan puisi (tembang) berupa tembang Jawa Kuno,
yang disebut Katawen atau Kidung (di Jawa Tengah).

5. Pengaruh Kebudayaan Islam


Hampir semua para ahli sepaham, bahwa penyebaran agama islam di
Indonesia melalui perdagangan atau pedagang. Dalam agama Islam tidak

59
mengenal adanya kasta atau perbedaan status. Prinsip Islam, setiap orang
adalah Khalifah (pemimpin) di muka bumi. Dan mempunyai kedudukan yang
sama di sisi Tuhan. Berarti setiap orang Islam mempunyai peluang yang sama
untuk menyebarkan agama Islam.
Diduga para pedagang muslim datang ke Indonesia pada abad ke-7. Abad
ke-13 masyarakat muslim di Indonesia sudah terbentuk. Pada saat itu kerajaan
bercorak Islam dengan rajanya sebagai orang muslimmulai ber-kembang yaitu
Kerajaan Samudera Pasai.
Pengaruh Islam pertama kali datang ke Indonrsia, diduga berasal dari India,
hal ini dibuktikan dengan adanya unsur-unsur yang sama antara Islam di India
dan di Indonesia. Seperti ceitra-ceritra tentang Nabi dan pengikutnya yang
tersebar di Indonesia adalah versi India, bukan versi Arab. Aliran yang
berkem-bang di India dan Indonesia juga sama, yaitu Mazhab Syafii’, selain itu
hubu-ngan langsung antara Arab dan Indonesia baru terjalin pada abad ke-17.
Dengan adanya hubungan langsung tersebut, maka penyebaran agama Islam di
Indonesia makin meluas, pengikutnya tidak hanya kaum pedagang, tapi juga
petani, para bangsawan dan raja. Peranan perkawinan dan pesantren sebagai
lembaga pendidikan bercorak Islam memegang peranan penting dalam
melusnya pengaruh Isalam.
Tokoh penyebar Islam di Pulau Jawa dikenal dengan Walisongo atau
Sembilan wali. Mereka sangat dihormati dan dikagumi oleh masyarakat dan
bergelar Sunan. Sunan sebenarnya adalah gelar untuk para raja khususya
raja-raja di Surakarta.
Kesembilan Sunan tersebut adalah (1) Maulana Malik Ibrahim tinggal di
Gresik hingga digelar Sunan Gresik, (2) Sunan Ampel atau Raden Rachmat,
tinggal di Ampel dekat Surabaya, (3) Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim,
beliau adalah putra Sunan Ampel tinggal di Drajat Sedayu, (4) Sunan Drajat
atau Masih Manat, masih putra Sunan Ampel tinggal di Drajat Sedayu, (5)
Sunan Giri atau Raden Paku tinggal di Gresik, merupakan murid Sunan
Ampel, (6) Sunan Kalijaga atau Jaka Said, tinggal di Kadilangu dekat
Bintara Demak, (7) Sunan Kudus berkedudukan di Kudus dan setelah
meninggal dimakamkan di Gunung Muria karena itu disebut Sunan Muria,
(8) Sunan Gunungjati, penyebar Islam di Jawa Barat di Gunungjati dekat
Cirebon, (9) Syekh Siti Jenar, tetapi beliau tidak diakui sebagai wali karena
ajaran-ajarannya dianggap menyesatkan. Selain kesembilan wali tersebut
banyak lagi tokoh-tokoh penyebar agama Islam lainnya. Raja-raja yang
beragama Islam biasanya bergelar Sultan, seperti Sultan Iskandar Muda dari
Aceh, Sultan Hairun dari Ternate Maluku, Sultan Hasanuddin dari Gowa
Makassar Sulawesi Selatan. Kerajaan yang bercorak Islam di antaranya
Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan Pajang, Kerajaan Aceh dan
masih banyak lagi.
Islam yang masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat
(India), dari Persia dan Arab. Sejak abad ke-7 sudah ada para pedagang
Arab yang bermukim di Indonesia menetap di pantai barat Sumatera, yang
diperkirakan di Barus untuk mendapatkan Kapur Barus.

60
Dari batu nisan yang ditemukan di Sumatera (Pasai) diketahui bahwa
disitu telah dimakamkan Sultan Malik As-Saleh yang wafat tahun 1297 M.
Samudera merupakan kerajaan di daerah Aceh bagian utara. Tentang telah
adanya penganut Islam di daerah tersebut dapat diketahui dari berita
Marcopolo yang singgah disana tahun 1292. Kerajaan Samudera yang ke-
mudian dikenal Samudera Pasai menjalin hubungan dagang Jawa Timur.
Sejalan dengan kegiatan perdagangan, maka Islam masuk ke pelabuhan-
pelabuhan di Pantai Utara Jawa Timur, dari sini kemudian menyebar ke
Maluku sambil mencari rempah-rempah.
Peranan Samudera Pasai sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran Islam digantikan oleh Malaka. Tempat-tempat yang sudah
menganut Islam baik melalui Samudra Pasai maupun Malaka, meneruskan
penyebaran ke daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Masuknya Agama Islam di Indonesia menimbulkan berdirinya kerajaan-
kerajaan Islam. Kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu Kerajaan Demak
(Rajanya Raden Patah), Kerajaan Banten, Kerajaam Mataram. Pengaruh
kebudayaan Islam terlihat dari:
1. Adanya bangunan-bangunan masjid.
2. Bdentuk makam
3. Hasil kesusasteraan, misalnya ceritra tentang Amir Hamzah, Bayan
Budiman 1001 malam, dan hikayat Hang Tuah.
Agama Islam adalah agama yang monotheisme yaitu mengakui hanya
ada satu Tuhan, yaitu Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul utusan
Allah. Dalam agama Islam tidak mengenal dosa warisan dan perantara
dalam mdnyembah Tuhan. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah
atau suci dan setiap dosa yang dilakukan oleh seseorang ditanggung oleh
orang yang bersangkutan. Dalam Agama Islam pun dilarang menggam-
barkan atau menvisualkan Tuhan dan Nabi Muhammad dalam bentuk
apapun.
Pedoman umat Islam dalam beribadah dan perilaku dalam masyarakat
adalah Al Quran dan Hadis Nabi. Dasar ajaran Agama Islam adalah rukun
Islam, yaitu: (1) Mengucapkan dua kalimat syahadat (Syahadatain), (2)
Shalat lima waktu sehari-semalam, (3) Puasa atau Shaum dalam bulan
Ramadhan, (4) Mengeluarkan zakat, dan (5) Naik Haji bagi orang yang
mampu.
Selain Rukun Islam ada enam dasar kepercayaan (keimanan) yang harus
diyakini oleh setiap orang muslim, yaitu (1) percaya kepada Allah, (2) per-
caya kepada Malaikat-Malaikat, (3) percaya kepada Rasul-rasul, (4) percaya
kepada Kitab-kitab, (5) percaya kepad Hari akhirat (qiyamat), dan (6) per-
caya kepada takdir.

6. Pengaruh Kebudayaan Barat


Masuknya bangsa-bangsa barat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia
pada abad ke 16 secara bertahap membawa bangsa Indonesia ke dalam
lingkungan perdagamgan Internasional dan bersamaan denga itu secara ber-
tahap masuknya masuknya kekuasaan asing di Indonesia, yaitu secara

61
berturut-turut bangsa Portugis, Spanyol, Inggeris dan kemudian Belanda.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk kegiatan perda-
gangan. Namun kemudian dari bangsa-bangsa tersebut tidak saja hanya
ingin monopoli perdagangan tetapi ingin berkuasa. Mereka menganggap
dirinya di atas Indonesia dalam segala hal. Beberapa pengruh dari mebuda-
yaan barat antara lain:
1. Perubahan sikap hidup yang semula mementingkan kehidupan
kerohanian, ramah tamah, dan gotong royong menjadi materialistis dan
individualistis.
2. Terbentuknya pusat-pusat pemerintahan: kota, propinsi, kota kabupaten,
kota distrik. Pusat kota adalah alun-alun yang dikelilingi oleh gedung-
gedung penting.
3. Terdapat dua lapisan sosial, yaitu kaum buruh dan pegawai. Kebudayaan
dengan mentalitas pegawai masih mempengaruhi kehidupan masyarakat
Indonesia sampai sekarang.
4. Tersebarnya agama Kristen yang disiarkan oleh organisasi-organisasi pe-
nyiaran agama (Missi dan Zending). Penyiarannya terutama di daerah
yang belum penduduknya belum menganut Hindu, Budha, atau Islam,
antara lain Irian Jaya,Maluku Tengah, Maluku Selatan, Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur dan pedalaman Kalimantan.
5. Bahasa dan kesenian serta ilmu pengetahuan.
.

62
BAB VII
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MENCAPAI DAN
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

A. Penjajahan dan Akibatnya


Timbulnya penjajahan di Indonesia secara garis besar disebabkan oleh dua
faktor yakni faktor internal yaitu, kondisi politik, ekonomi dan sosial budaya
yang memungkinkan bangsa lain memasuki Indonesia untuk berdagang yang
kemudian berusaha menguasai perdagangan dengan monopoli perdagangan,
sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi yang terjadi di negara-negara barat
sehingga mereka mengadakan ekspansi ke seluruh dunia. Secara rinci faktor-
faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Eksternal
Yang dimaksud factor eksternal adalah kondisi yang terjadi di Eropa
sehingga memungkinkan terjadinya penjajahan di Indonesia tidak lepas dari
masuknya bangs Barat ke Asia Tenggara pada abad ke 16 yang secara bertahap
membawa bangsa Indonesia ke lingkup perdagangan Internasional dengan itu
pula tahap demi tahap kekuasaan asing mulai masuk.
Secara berturut-turut bangsa Barat masuk kw Indonesia di awali oleh bangsa
Portugis kemudian disusul oleh Spanyol, Inggeris dan Belanda. Namun pada
periode selanjutnya lebih memusatkan perhatiannya di Philipina, Inggeris
meng-utamakan sasarannya di India,sedangkan di Indonesia berhadapan
dengan ber-macam-macam corak imperialisme seperti Portugis, Spanyol,
Belanda dan Inggris, walau pun yang terakhir ini masa kekuasaannya singkat
saja.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret apa yang menyebabkan
Bangsa Eropa datang ke Indonesia didorong oleh faktor-faktor berikut:
a. Berkembangnya keyakinan kebenaran akan ajaran Copernicus yang
menyata-kan bahwa dunia tidak datar melainkan bulat seperti bola, sehingga
bila seseorang berlayar lurus ke arah barat maka akhirnya akan tiba kembali
pada titik semula.
b. Berlangsungnya zaman Renaesance di Eropa. Sekitar tahun 1500 di Eropa
berkembang zaman kebebasan yaitu lahirnya kembali jiwa bebas dari
berbagai kalangan yang membelenggu kehidupan mereka. Jiwa bebas ini te-
lah mendorong semangat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
sehingga dapat menghasilkan beberapa penemuan baru yang berguna untuk
kepen-tingan penjelajahan seberang lautan, seperti ditemukannya kompas,
peta bumi yang lebih baik, pembuatan kapal-kapal yamng lebih baik serta
penggunaan mesiu.
c. Berkembangnya kekuasaan Islam di daerah Afrika Utara dan pantai timur
Laut Tengah yang pada tahun 1453 berhasil merebut pusat perdagangan dan
ibu kota kerajaan Romawi yakni constantinopel. Jatuhnya Constantinopel
ini mengakibatkan tertutupnya sama sekali jalur hubungan perdagangan

63
antara Eropa dengan Asia. Putusnya hubungan dagang tersebut mendorong
bangsa Barat berusaha mencari sendiri jalan baru ubtuk untuk pergi ke
daerah peng-hasil rempah-rempah di Timur yakni Indonesia.
d. Semangat Reconquesta atau semangat perang Salib yaitu semangat untuk
menaklukkan bangsa-bangsa yang pernah mengalahkan mereka yaitu orang-
orang Islam. Dalam rangka semangat reconsquesta inilah bangsa Portugis
ke-luar dari negerinya untuk memerangi orang-orang Islam merebut jalur
perda-gangan serta pusat-pusat perdagangan dan kekuasaan Islam.
e. Ambisi untuk mencari daerah-daerah baru dalam rangka mengemban tugas
mencarai kekayaan, kejayaan, dan penyebaran gama Nasrani (Gold, Glory,
dan Gospel).
f. Adanya perjanjian Tordessilas (7 Juni 1494)
1. Terjadinya perjanjian ini akibar dari Paus Alexander memberikan
peluang kepada Spanyol dan Portugis untuk meluaskan ekspansinya
dengan me-ngeluarkan keputusan suci yang disebut Bull of Demarcation
yang isi pokoknya adalah Paus memberikan dunia ini kepada kedua
bangsa terse-but dengan batas garis khayal dari utara ke selatan
Samudera Allantik, sebelan barat garis meridian diberikan kepada
Spanyol sedangkan sebelah timurnya diberikan kepada Portugis.
2. Isi perjanjian bahwa garis batas kekuasaan Spanyol dan faktorPortugis
ialah garis neridian melalui sebuah titik berjarak 370 mil di sebelah barat
Kepulauan Tanjung Verde.
3. Dampak dari isi perjanjian Tordessilas:
a. Timbulnya imperialisme dan kolonialisme barat di seluruh dunia,
b. Portugis berhasil menguasai pusat-pusat perdagangan sekaligus me-
nguasai wilayah timur, seperti:
1. Bartomus Diaz menemukan Tanjung Harapan
2. Vasco da Gama menemukan Calikut, India
3. Don Alfonso de Albuquerque, menaklukan Goa yang kemudian
sam-pai ke Maluku.
4. Antonio d’Abreu menguasai Maluku.
c. Spanyol menguasai sepenuhnya seluruh Amerika Latin, Hawai dan
Pili-pina, yang ditandai dengan:
1. Pelayaran Columbus menemukan Benua Amerika;
2. Magelhaens ekspedisi berkeliling dunia hingga sampai ke Pilipina
bahkan sampai ke Maluku akhirnya konflik dengan Portugis.

2, Faktor Interen atau kondisi yang memungkinkan bangsa Asing menjajah


Indonesia.

a. Kontak hubungan perdagangan, seperti lazimnya seorang pedagang yang


pada awalnya tidak mempunyai prasangka yang negatif terhadap tamunya
yang datang ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah. Tetapi lama-
kelamaan kebaikan Indonesia ini dimanfaatkan untuk dapat dikuasai pusat
perdagangannya dengan jalan mengadu domba (memihak salah satu) yang
selanjutnya meminta imbalan yakni hak monopoli perdagamgan.

64
b. Penghasil rempah-rempah terbesar, disamping faktor positif sebagai pengha-
sil rempah-rempah terbesar, terdapat pula faktor negatifnya yakni menjadi
tempat tujuan utama bagi para saudagar Eropa dan setelah tiba di Indonesia
lambat laun dimungkinkan bangsa Barat untuk menguasai pusat
perdagangan tersebut.
c. Belum adanya rasa persatuan antara kerajaan yang satu dengan kerajaan
yang lain, justru sebaliknya mudah terpancing konflik dan dimanfaatkan
oleh kaum penjajah.

Karakteristik Penjajahan Portugis, Spanyol, Inggeris, Belanda dan Jepang


Pada hakikatnya semua penjajah mempunyai karaktristik yang sama yakni
memperdaya orang-orang pribumi untuk diadudomba dengan maksud agar
masyarakat pribumi terpecah belah untuk selanjutnya dikuasai.
Namun dilihat secara spesifik bangsa-bangsa yang pernah menjajah bangsa
Indonesia mempunyai karakteristik khusus ditimjau dari latar belakang dan misi
masing-masing bangsa. Misalnya Portugis dan Spanyol di mana kedua bangsa ini
mengadakan ekspansi didasari oleh Paus Alexander VI yang membagi dunia
menjadi dua bagian yakni wilayah barat untuk Spanyol dan wilayah Timur untuk
Portugis, berbeda dengan Inggris mengadakan ekspansi karena kemajuan
teknologi-nya akibat dari revolusi industri. Motivasi Inggris mengadakan ekspansi
oleh maksud mencari daerah pemasaran hasil industry. Berbeda dengan Belanda
latar belakang ekspansinya dilatar belakangi oleh semata-mata mencari rempah-
rempah akibat ditutupnya pusat perdagangan di Lisabon oleh Portugis sehingga
harus mencari sendiri rempah-rempah di Maluku (Indonesia). Sedang Jepang
menjajah Indonesia dilator belakangi oleh upaya untuk mempersiapkan bala
bantuan dalam rangka menghadapi peran Asi Timur Raya.

1. Karakteristik Penjajahan Portugis


Salah satu faktor penyebab Portugis mengadakan ekspansi ke arah timur dise-
babkan oleh perjanjian Tordesilas oleh Paus Alexander VI di Roma. Selangkah
demi selangkah mereka arungi samudra yang menuju ke arah timur, mula ditemu-
kan Tnjung Harapan olen Bartholomeus Diaz kemudian Vasco da Gama tiba di
Kalikut (India) dan Alfonso de Albuquerque merebut Malaka.
Setelah Portugis berhasil menuasai Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka
(1511), dari sinilah Portugis mengirimkan angkatan perangnya ke Maluku
dipimpin oleh Antonio d’Abreu. Mereka dapat memanfaatkan persaingan yang
terjadi di antara penguasa setempat untuk memperkuat kedudukannya.
Misalnya ketika orang Portugis datang di Maluku, Hitu dan Seram berselisih
dan Portugis memihak Hitu. Di tempat lain kedatangan Portugis di Ternate
diterima baik oleh penguasa setempat karena Portugis dianggap sekutu dalam
menghadapi kerajaan lainnya seperti Tidore, maka sebagai imbalan Portugis
menuntut hak monopoli perdagangan cengkeh. Jika hal ini diloloskan berarti
rakyat kehilangan kebebasannya menjual hasil tanamannya dengan harga yang
menguntungkan. Kenyataan yang ada Portugis berhasil monopoli perdagangan ini
berarti rakyat harus menjual rempah-rempahnya kepada Portugis dengan harga

65
yang telah diten-tukan oleh Portugis yang cenderung lebih murah, barang siapa
yang menentang diancam dengan kekerasan senjata.

2. Karakteristik Penjajahan Spanyol


Spanyol menjajah Indonesia hanya sementara karena mereka tlah menfokuskan
kekuasaannya di Philipina, walaupun hanya sementara termasuk bangsa yang
pernah menjajah Indonesia.
Sesuai hasil perjanjian Tordesilas bahwa Spanyol mendapat bagia wilayah
barat, rombongan kapal Spanyol dari negrinya menuju ke arah barat dipimpin oleh
Magelhaens. Setelah melintasi Samudra Atlantik, mereka tiba di Amerika Selatan,
lalu menyusur pantai timur Amerika Selatan. Sesudah itu mereka tiba di lautan
ter-buka yaitu Samudra Pasifik (Laut Teduh). Rombongan kapal Spanyol ini
setelah melintasi Samudra Pasifik tiba di Philipina, tetapi rombongannya
meneruskan perjalanannya ke Maluku dan tiba di Tidore tahun 1521.
Waktu itu Tidore dipimpin oleh Sultan Al-Mansur,rombongan Spanyol ini
disambut baik oleh Sultan Tidore. Hal ini disebabkan Tidore sedang berselisih de-
ngan Ternate, maka Tidore mencari dukungan seperti halnya Ternate didukung
oleh Portugis.
Persahabatan antara Ternate dengan Portugis semakin erat demikian pula
halnya persahabatan Tidore dengan Spanyol, ini berarti persaingan antara Ternate
dan Tidore semakin meningkat, dibalik itu berlangsung permusuhan antara
Spanyol dengan Portugis. Namun akhirnya kedua bangsa ini mengadakan
kesepakatan dengan diadakan perjanjian Saragoza tahun 1529, dan hasil
kesepakatan Portugis memperoleh Maluku sedangkan Spanyol memperoleh
Philipina, maka mundurlah Spanyol dari Maluku dan memusatkan perhatiannya di
Philipina.

3. Karakteristik Penjajahan Inggris


Pelayanan orang-orang Inggris ke Kawasan Asia Tenggara dan dunia timur
pada umumnya tertinggal jika dibandingkan dengan orang-orang Portugis. Hali ini
disebabkan perhatian orang Inggris lebih dicurahkan ke Benua Amerika, disam-
ping belum mengetahui betul jalan menuju ke timur yang melewati Tanjung
Harapan. Pelaut-pelaut Inggris telah mencoba menempuh jalan melalui Laut
Tengah, sampai ke Siria tetapi tidak dapat dipergunakan untuk mengadakan
dengan Hindia dan dunia timur. Pada akhir abad ke 16 Inggris menyadari bahwa
satu-satunya jalan yang paling tepat untuk mengadakan hubungan dagang dengan
dunia timur adalah melalui Tanjung Harapan.
Pada tahun 1580 F. Drake dalam perjalanan keliling dunia singgah di Ternate,
setelah melayari Lautan Pasifik. Ia melaporkan kepada pemerintahannya tentang
permintaan Sultan Ternate agar diberi bantuan peralatan untuk melawan Portugis.
Tahun 1586, Thomas Cavendish menggunakan rute pelayaran Selat Magelhaen-
Samudra Pasifik sampai ke Philipina selanjutnya berlayar ke Maluku, dan mene-
rangkan bahwa di Maluku dilakukan perdagangan rempah-rempah secara bebas.
Pada tahun 1591 satu ekspedisi yang terdiri atas tiga kapal yang dipimpin oleh
George Raymond dan James Lancaster bertolak dari Playmouth menuju ke India

66
melalui Tanjung Harapan. Dalam ekspedisi ini tidak terlalu berhasil karena hanya
satu kapal yang mampu mencapai Selat Malaka di bawah pimpinan James
Lancaster, sedangkan kapal G. Raymond tengelam dan satu kapal lagi kembali
sebelum sampai tujuan. Tetapi ia mengalami kesulitan dan akhirnya ditawan oleh
perompak Perancis.
Berita tentang berhasilnya Cornelis de Houtman sampai di Banten menggugah
pelaut-pelaut Inggris untuk mengadakan pelayaran kembali ke dunia timur,
sesam-painya di wilayah nusantara Inggris diperlakukan sebagai lawan oleh
Belanda pada-hal di Eropa Belanda adalah sekutu Inggris.
Sejak tahun 1610 hubungan antara Inggris dengan Belanda semakin
memburuk. Nampak kekuatan Belanda lebih unggul dibandingkan dengan
kekuatan Inggris. Usaha menyelesaikan perselisihan antara VOC dengan EIC
dengan perdamaian ter-nyata gagal.
Walaupun Inggris berusaha menjelaskan kepada Belanda bahwa kedatangan di
Maluku lebih dahulu dari pada Belanda sehingga lebih berhak untuk mendapatkan
sistem monopoli perdagangan ini setelah mengeluarkan biaya yang cukup besar
dalam persaingan melawan Portugis dan Spanyol
Sementara itu perhatian Inggris terbagi dua, Indonesia dan India. Di antara
pemimpin perdagangan Inggris yang paling membahayakan kedudukan Belanda
di nusantara adalah John Jourdain. Dialah yang palin banyak terlibat permusuhan
dengan JP. Coen Gubernur Jendral VOC. Dengan tegas John Jourdain menandas-
kan bahwa perdagangan di Maluku bebas untuk siapa pun. Perselisihan antara
Belanda dengan Inggris tak dapat dielakkan, dalam perselisihan ini dimenangkan
oleh Inggris, namun setahun kemudian (1616) kapal-kapal Inggris dihadang oleh
lebih unggul dibandingkan Belanda, karena kekuatan Belanda lebih lengkap maka
perselisihan ini dimenangkan oleh Belanda.
Ketika JP. Coen menjadi Gubernur Jendral ia berjanji akan mengusir semua
kekuasaan Portugis, Spanyol, dan Inggris dari Maluku.. Rupanya Inggris tidak
mempersiapkan peperangan untuk kepentingan EIC di kepulauan nusantara, se-
hingga pada akhirnya harus menarik diri dari wilayah nusantara dan memusatkan
perhatiannya di India.

4. Karakteristik Penjajahan Belanda


Semula motivasi kehadiran Belanda ke Indonesia semata-mata didorong oleh
upaya mencari sendiri rempah-rempah ke Indonesia, sehingga kedatangannya ti-
dak dianggap membahayakan kedudukan penguasa-penguasa pribumi.
Belanda mencari sendiri jalan menuju Indonesia ketika di negerinya pecah pe-
rang agama antara pemeluk Katolik dengan pemeluk Protestan yang berlangsung
hampir delapan puluh tahun, dalam perang inilah Belanda berjuang merebut ke-
merdekaannya dari Spanyol. Di tengah-tengan perang 80 tahun tadi pusat perda-
gangan Eropa yaitu Lisabon ibu kota Portugis dikuasai oleh Spanyol. Oleh karena
itu mereka harus mencari sendiri jalan menuju ke Indonesia untuk mendapatkan
rempah-rempah.
Ekspedisi pertama tahun 1596 dipimpin oleh Cornelis de Houtman berhasil
merebut Banten Jawa Barat. Keberhasilan ini disambut baik oleh pedagang ma-
syarakat Belanda, sehingga dalam waktu yang tidak lama telah banyak para

67
pedagang Belanda sampai di Maluku. Karena kehadiran mereka di sana tidak
dikordinasi oleh pemerintah Belanda sehingga di antara mereka persaingan tidak
sehat. Untuk mengatasi persaingan ini maka dibentuklah kongsi dagang Belanda
pada tanggal 20 Maret 1602 dan diberi nama Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC).
Tujuan dibentuk VOC ini adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan
jalan melawan persaingan baik dari dalam maupun dari luar negeri (Portugis,
Spanyol dan Inggris). VOC mendapat hak Oktroi dari parlemen Belanda sehingga
VOC memegang hak monopoli perdagangan antara Tanjung Harapan dengan
Selat Magelhaen. Hak monopoli ini merupakan hak kedaulatan yang dimiliki
VOC sehingga memiliki:
a. Hak membuat perjanjian dengan raja-raja di kawaan tersebut.
b. Hak untuk menyatakan perang dan mengadakan perdamaian,
c. Hakmmbuat senjata dan mendirikan perentengan,
d. Hak mencetak uang,
e. Hak mengangkat menghentikan para pegawainya,
f. Hak mengadili perkara,
g. Hak Oktroi ini berlaku untuk jangka 21 tahun.
Perkembangan VOC selanjutnya identik dengan imerialisme barat laonnya,
mereka memaksakan monopoli perdagangan sehingga menyulut perlawanan di
mana-mana. Lebih-lebih ketika JP Coen diangkat menjadi Gubernur Jendral yang
semula di Ambon dipindahkan ke Jayakarta pada tanggal 31 Mei 1619.
Setelah VOC bubar bentuk kekuasaan Belanda mengalami perubahan akibat
dari pandangan progresif yang menyatakan pemerintahan harus dipisahkan de-
ngan perdagangan, pegawai bukanlah pedagang, namun pada dasarnya perubahan
sistem ini pun tetap menekan dan membelenggu kebebasan rakyat Indonesia
seperti contoh pelaksanaan Cultuurstelsel atau tanam paksa dan landrente (pada
saat Rafles berkuasa di Indonesia tahun 1811-1816).

5. Karakteristik Penjajahan Jepang


Latar belakang kehadiran Jepang ke Indonesia tidak lepas dari sejarah per-
kembangan Jepang sendiri, semula Jepang menutup diri dari pengaruh luar (poli-
tik isolasi) kemudian oleh negara Barat dipaksa untuk membuka diri dengan jalan
membuka kota-kota pelabuhan untuk kontak perdagangan dengan bangsa Barat
yang dampaknya sangat baik untuk kemajuan Jepang sendiri.
Modernisasi Jepang diawali dengan Gerakan Restorasi Meiji atau usaha pemu-
lihan kekuasaan kepada Tenno Meiji. Masa pemerintahan Meiji Tenno (1867-
1912) merupakan masa pembaharuan dan kemajuan negri Jepang yang menak-
jubkan diberbaga bidang, sehingga mensejajarkan Jepang dengan bangsa Barat.
Jepang memperoleh kedudukan terkemuka dalam lapangan ilmu pengetahuan,
ekonomi, politik, dan kekuasaan. Untuk kepentingan hasil industrinya maka
Jepang harus mencari daerah-daerah pemasaran. Jepang harus merebut pasaran
untuk hasil industrinya di wilayah Asia dan Pasifik.
Untuk melaksanakan cita-cita ekspansi, maka angkatan perang harus diperkuat
dan usaha ini mendapat dukungan sepenuhnya dari golongan militer, kaum pengu-
saha dan juga rakyat Jepang.

68
Sasaran ekspansi pertama adalah semenanjung Korea gugusan kepulauan
Riukiu dan Formosa dapat diperoleh setelah mengalahkan Cina1895. Perang
Dunia I (1914-1918), memberikan kesempatan baru pada Jepang untuk memper-
luas daerah pasaran produksi industrinya menggantikan peranan negara-negara
barat. Dalam perdamaian Versailes 1919 Jepang memperoleh seluruh bekas dae-
rah koloni Jerman di Pasifik.
Setelah perang dunia I adalah tahap permulaan masa generasi baru di Jepang.
Tokoh-tokoh gerakan restorasi Meiji telah tiada. Tenno Meiji sendiri telah wafat
tahun 1912. Genaerasi baru ini mempengaruhi kebijaksanaan politik Jepang. Salah
satu tokoh dan arsitek ekspansi dan imperialism modern Jepang adalah Baron
Tanaka yang mengajukan dokumen rahasia (Tanaka memorial) kepada kaisar
yang berisikan suatu doktrin bahwa Jepang memikul suatu tugas suci untuk me-
mimpin bangsa-bangsa di Asia Timur. Dan akan disusun suatu lingkungan perse-
makmuran bersam di Asia Timur Raya di bawah pimpinan Jepang.
Doktrin ini disebut pula ideologi Hakko Ichiu yang menjadi pedoman pe-
laksanaan politik imperalisme di wilyah Asia dan Pasifik. Untuk menghadapi ba-
haya ekspansi Jepang yang juga disebut bahaya kuning maka negara-negara barat
membentuk front ABCD dengan anggota Amerika, Inggris, Cina dan Belanda).
Sedang pihak Jepang melancarkan ofensifnya dengan doktrin Hakko Ichiu dan
propaganda Pan Asia atau persemakmuran bersama Asia Timur Raya, untuk
menghapus penjajahan dan penindasan imperialisme barat di Asia dan Pasifik.
Dengan program yang dilancarkan oleh Jepang untuk membentuk persemak-
muran bersama Asia Timur Raya mendapat sambutan positif dari rakyat Asia dan
Pasifik umumnya, khususnya Indonesia. Sehingga kedatngan Jepang di Indonesia
tidak mendapat perlawanan bahkan disambut dengan senang hati sebagai saudara
tua yang akan membebaskan rakyat Indonesia dari penindasan dan penjajahan
bangsa Barat.
Sebenarnya apa yang disebut kemakmuran bersama oleh Jepang tidak lain
adalah kemakmuran bagi Jepang sendiri. Pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia
yang semula mengharapkan datangnya kemerdekaan sebagai hdiah dari bala ten-
tara Jepang sipilnya mulai melakukan pemerasan atas segala kekayaan Indone-sia
untuk kepentingan peperangan atau untuk kepentingan Jepang khususnya.
Dalam pada itu penderitaan yang dialami melalui tanam paksa, kerja paksa atau
pun pajak tanah pada masa kekuasaan colonial Belanda, pada masa pemerintahan
Jepang kenyataannya masih tetap berlanjut. Rakyat diwajibkan menanam tanaman
yang dibutuhkan oleh angkatan perang Jepang, sedangkan hasil bumi yang dise-
rahkan rakyat kepada Jepang dibayar dengan harga yang ditentukan pemerintah.
Pajak tanah pun seperti halnya berlaku pada zaman Rafles tetap harus dibayar
rakyat, rakyat dikerahkan untuk membuat pertahanan untuk bagi kepentingan bala
tentara Jepang disamping harus membantu segala sesuatu untuk segala sesuatu
untuk kepentingan umum tanpa mendapat imbalan jasa sesuatu apapun.

Akibat –akibat dari Penjajahan dalam Berbagai Kehidupan


Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda
dan Jepang sangat berpengaruh besar terhadap perikehidupan bangsa Indonesia di

69
berbagai bidang kehidupan, khususnya penderitaan akibat penjajahan Jepang ham-
pirtiga setengah abad. Menghasilkan hal-hal antara lain:

1, Bidang Ekonomi
Penjajahan mengakibatkan memporak-porandakan tatanan ekonomi bangsa
Indonesia yang semula tersusun rapi berdasarkan kesepakatan antara penguasa
dengan rakyatnya. Di mana rakyat dengan patuh tanpa ada unsur paksaan malak-
sanakan kegiatan ekonomi dan pihak penguasa pun sangat menaruh perhatian
besar maju mundurnya kegiatan perekonomiannya baik yang dilaksanakan di
daerah pedalaman mau pun di daerah pesisir. Pernyataan ini diungkapkan dengan
asumsi bahwa sebelum kedatangan bangsa barat, bangsa Indonesia hidup dalam
suasana kekeluargan di bawah kepemimpinan seorang raja, pemangku adat dan
lain-lain.
Akibat yang paling nyata adalah setelah diberlakukannya pelaksanaan tanam
paksa bagi bangsa Indonesia menimbulkan kemiskinan, kesengsaraan dan kela-
paran yang menimpa rakyat petani. Hal disebabkan oleh beban pajak, panen yang
gagal, kerja rodi yang jalan terus. Kesengsaraan ini menyebabkan banyak pendu-
duk mengungsi ke tempat lain, mati kelaparan atau terkena wabah penyakit.
Demikian pula bagi petani yang meninggalkan tanahnya mendapat sanksi dari
pemerintah colonial berupa perampasan tanah milik yang semakin menyengsara-
kan petani

2. Bidang Politik dan Ideologi


Seperti halnya dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik dan ideologi pun
oleh kaum penjajah diupayakan dibekukan atau dikondisikan supaya tidak dapat
berkembang. Mengapa demikian, karena apabila pemerintah kolonial membebas-
kan tumbuh berkembangnya ideology dan politik dengan lahirnya partai-partai ini
merupakan boomerang bagi pemerintah kolonial.
Sebagai contoh ketika Belanda berkuasa di Indonesia dengan mengizinkan ber-
dirinya partai politik banyak tuntutan dari partai politik tersebut untuk memerde-
kakan Indonesia baik secara terang-terangan maupun secara terselubung atau ada
yang dilakukan dengan jalan kerja sama (koperatif) maupun dengan berdikari
(non-kooperatif).

3. Bidang Sosial Budaya


Sekitar tahun 1900 golongan veodal yaitu golongan raja-raja dan bangsawan
pada hakikatnya telah tidak berdaya dan sekitar tahun 1908 seluruh kerajaan di
Indonesia telah sepenuhnya dikuasai dan tunduk kepada kekuasaan colonial
Belanda. Kaum veodal telah kehilangan fungsinya sebagai pemimpin dan peng-
gerak rakyat untuk berjuang.
Oleh karena itu di beberapa daerah timbul huru hara perlawanan rakyat yang
bersifat lokal menentang pungutan-pungutan pajak yang memberatkan dan
bentuk-bentuk pemerasan dan penindasan. Pergerakan petani ini memiliki kecen-
derungan bersifat keagamaan, karena pada umumnya rakyat tani lebih tertarik dan
mudah menerima ajaran-ajaran yang bersifat religiuus.

70
Inilah sebabnya rakyat petani banyak yang menjadi pengikut perkumpulan kea-
gamaan, mereka mendambakan datangnya Ratu Adil yang akan membebaskan
mereka dari segala bentuk penindasan dan ketidak adilan. Misalnya gerakan
Samin di daerah Rembang yang pada intinya menolak untuk membayar pajak.
Di samping hal di atas terjadi pula diskriminasi rasial di mana masyarakat
Indonesia dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan keturunan dan asal usul yang
mengakibatkan terjadinya tiga jenis peraturan hukm yang berbeda dalam satu
negara.

B. Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mencapai Kemerdekaan


I. Kebangkitan Nasional
Seperti telah dikemukakan terdahulu tentang karakteristik penjajahan di
Indonesia, baik dilakukan oleh Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda, secara
umum kaum penjajah ini memiliki karakteristik yang sama yakni dominasi
politik, eksploitasi ekonomi, serta penetrasi kebudayaan.
Yang dimaksud dominasi politik adalah penindasan dibidang politik ,
karena semua kegiatan yang berusaha untuk memajukan kehidupan bangsa dan
perbaikan pemerintahan di Indonesia selalu diawasi dan dilarang. Sedangkan
yang dimaksud dengan eksploitasi ekonomi adalah penindasan dan ketidak
adilan dibidang ekonomi seperti monopoli, paksaan dan kerja rodi. Yang
dimaksud penetrasi kebudayaan adalah penindasan dan ketidak adilan
dibidang kehidupan sosial yaitu diskriminasi masyarakat Indonesia dalam tiga
golongan berdasarkan atas keturunan asal usulnya seperti golongan Eropa,
golongan Timur Asing dan golongan Bumi Putra (pribumi), dan peraturan
hukum yang berlaku bersifat diskriminasi rasial.
Segala bentuk penindasan, pemerasan dan ketidak adilan tersebut menim-
bulkan rasa rasa persamaan nasib (senasib dan sependeritaan) dan membang-
kitkan hasrat serta semangat untuk bersatu, yang melahirkan gerakan kebang-
saan (nasionalisme) untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan, serta tim-
bulnya kesadaran di kalangan pemuda/terpelajarterhadap nasib bangsa dan
tanah airnya sehingga bangkit sebagai pelopor perintis pergerakan nasional.
Dengan kata lain factor-faktor tersebut di atas merupaka motivasi dari diri
bangsa Indonesia sendiri (factor dari dalam negeri).
Di samping faktor dari diri Indonesia sendiri, peristiwa-peristiwa yang
terjadi di luar negeri turut pula mempengaruhi perkembangan pergerakan
nasional Indonesia seperti:

a. Kemenangan Jepang atas Rusia 1905


Kemenangan Jepang atas Rusia ini menghapus suatu anggapan bahwa
bangsa Barat tidak mungkin dapat dikalahkan oleh bangsa yang berkulit ber-
warna (bangsa Asia dan Afrika). Kemenangan ini turut membangkitkan
kesadaran, harga diri dan semangat bagi bangsa-bangsa Asia pada umumnya
dan Indonesia pada khususnya untuk menentang penjajahan bangsa Barat.

71
b. Perjuangan Nasional Rakyat Philipina 1898
Pada tahun 1898 terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan colonial
Spanyol yaitu pemberontakan Katipunan yang dipimpin oleh Joze Risal,
namun pemberontakan ini akhirnya dapat dipadamkan dan pimpinan mereka
dijatuhi hukuman mati. Pimpinan lainnya seperti Ermilio Aquinaldo bwehasil
mendirikan Liga Pembebsan Philipinadan pada tanggal 12 Juni 1898 mempro-
klamasikan kemerdekaan Republik Philipina. Tetapi proklamasi kemerdekaan
ini dihapuskan oleh Amerika Serikat yang setelah Spanyol menderita keka-
lahan maka Amerika Serikat berganti menguasai Philipina (1898-1946).
Kemudian Amerika Serikat berhasil mendekati golongan nasionalis dan
pada tahun 1907 dicapai kesepakatan perdamaian dan Amerika menjanjikan
memberikan kemerdekaan di kemudian hari. Janji ini baru dilaksanakan pada
tanggal 4 Juli 1946, setelah Amerika menguasai Philipina hampir 50 tahun.

c. Kebangkitan Nasional India


Kebangkitan nasional India dimulai sejak tahun 1895 yaitu saat berdirinya
organisasi kebangsaan pertama yang disebut All Indian National Congres
(AINC) yang didirikan oleh Surendranath Banerjee. Dengan berdirinya AINC
ini maka mulailah pergerakan nasional India untuk mencapai kemerdekaan.
Perjuangan pergerakan national India banyak dipengaruhi oleh ajaran dan
sikap politik para pemimpin mereka seperti Bal Gangadhar Tilak yang yang
mengajarkan sikap non-cooperation (menolakkerja sama dengan pemerintah
kolonial) serta Mahatma Gandhi yang mengajarkan empat pokok perjuangan,
yaitu:

1. Ahimsa (dilrang membunuh)


Gerakan anti peperangan, gerakan perdamaian atau melawan tidak dengan
kekerasan.
2. Hartal
Pergerakan rakyat India dalam bentuk aksi tidak berbuat sesuatu apa pun.
Mereka tetap masuk bekerja ke kantor, ke pabrik-pabrik namun tidak melak-
sanakan kegiatan apa-apa.
3, Satygraha
Gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah colonial
Inggris. Gerakan ini serupa dengan gerakan non cooperations.
4. Swadesi
Gerakan rakyat India untuk memakai bahan-bahan buatan sendiri. Gerakan
ini hakikatnya ditujukan untuk menentang impor hasil industry tekstil dan
barang-barang perdagangan Inggris ke India.

d. Gerakan Turki Muda


Pada tahun 1906 Mustafa Kemal mendirikan perkumpulan Tanah Air dan
kemerdekaan yang kemudian terkenal dengan nama Pergerakan Turki Muda
(1908). Mereka menuntut pembaharuan dan modernisasi, negara, demokrasi
yang berkontribusi dan pembaharuan ekonomi

72
Pada tahun 1919 meletus revolusi Turki Muda yang dimulai dari kota
Angkara dan pada tahun 1923 kerajaan Turki Usmani yang ortodok dihapuskan
dan diganti dengan Republik Turki yang moderen. Pemeintah Mustafa Kemal
menjalankan politik Westernisasi (politik yang mengarah ke faham Barat). Ia
ingin membaharui masyarakat Turki dengan cara-cara berpikir ala Barat.
Usaha-usaha yang dilakukan adalah:
1. Membentuk UUD negara sesuai dengan konstitusi negara Barat.
2. Mengadakan pemisahan antara agama dengan urusan negara (politik secula-
risasi).
3. Huruf Arab diganti denan huruf Latin
4. Dalam bidang ekonomi dijalankan politik etatisme, segala kegiatan ekonomi
diatur dan diselenggarakan oleh negara.
5. Pembanguna di arahkan pada pembangunan industri dasar dan prasarana
perhubungan (sarana jalan kereta api dan sebagainya)

e. Revolusi Nasional Tiongkok atau Cina


Di negri ini huru-hara perlawanan terhadap orang asing Eropa telah dimulai
dengan peristiwa perang Candu (1837-1843) yang berakhir dengan kekalahan
Cina, bahkan sejak tahun 1842 Cina dibuka untuk masuknya kekuasaan asing
Eropa seperti Inggris, Perncis, Belanda dan kemudian Jerman. Dan dalam
perang dengan Jepang (1894-1895) kekaisaran Cina juga kalah dan terpaksa
melepaskan Formoosa (Taiwan) kepada Jepang berdasarkan perjanjian
Shimonosaki.
Kekalahan demi kekalahan yang diderita oleh kekaisaran Cina dalam meng-
hadapi bangsa asing, kesemuanya ini menyadarkan rakyat Cina, terutama
golongan mudah untuk bangkit guna menyelamatman nasib bangsa dan
negaranya. Mereka mempunyai tujuan untuk mengadakan pembaharuan.
Dari kelompok mudah tampillah salah seorang tokoh nasional Dr.Sun Yat
Sen menyusan gerakan pembaharuan atau dasar-dasar perjuangannya yang
disebut San Min Chu I atau tiga dasar kerakyatan yaitu nasionalisme, (kebang-
saan), demokrasi (kedaulatan rakyat dan sosialisme (kesejahteraan sosial).
Gerakan kebangsaan Cina tidak hanya berjuang untuk pembaharuan tetapi
juga menentang pengaruh orang asing dan meruntuhkan dinasti Mancu.
Dengan dasar perjuangan ini pada tanggal 10 Oktober 1911 meletuslah revolusi
Cina dan berhasil merebut kekuasaan dinasti Mancu, yang kemudian menyusun
negara Republik Cina berdasarkan San Min Cu I, yaitu bahwa:
a, Republik Cina adalah suatu negara nasional bangsa Cina,
b. Pemerintahan disusun berdasarkan asas demokrasi (kedaulatan rakyat),
c. Dan kesemuanya itu diperuntukan dalam mencapai kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyatnya.
Presiden pertamanya adalah Jendral Yuan Shih Kai (1912-1916) yang
kemudian pengganti selanjutnya adalah Dr. San Yat Sen (1916-1925).

73
f. Kebangkitan Nasional di Mesir
Pengaruh kekuasaan Inggris di Mesir semakin kuat sejak tahun 1875. Pada
waktu itu raja muda Ismail menjual sebagian besar saham Mesir atas terusan
Suez, yang dibeli oleh psrdana Mentri Inggris bernama Disraeli. Guna menja-
min kepentingannya di Terusan Suez ini, maka Inggris menempatkan pasukan
militernya.
Pada tahun 1881 timbul pemberontakan rayat Mesir yang dipimpin oleh
Arabi Pasya. Pemberontakan ini sangat membahayakan kedudukan dan dan
pengaruh Inggris dan Perancis. Inggris lalu menembaki benteng-benteng Mesir
di Iskandariah, Port Said dan sebagainya, sehingga Arabi Pasya terpaksa me-
nyerah. Sekali pun demikian cita-cita perjuangan Arabi Pasya tetap merupakan
inspirasidan sumber semangat nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini terbukti
dengan berkembangnyagerakan pembahauruan Islam yang lazim disebut gera-
kan Salafiah, tang dipelopori oleh para alim ulamaMesir seperti Jamaluddin
Al Afgani, Syeh Muhammad Abduh dan sebagainya.
Peristiwa yang terjadi di negara tesebut di atas turut pula mengilhami para
pemuda Indonesiamenyadari dan menginsyafiakan nasib bangsa tanah airnya,
menyadari akan penderitaan dan kemelaratan rakyatnya serta berusaha untuk
melepaskannya dari lembah kemiskinan dari penindasan dan menyadarkan pula
untuk bangkit secara nasional dalam memperjuangkan harga diri dan lersamaan
hak dan martabat dengan bangsa Barat. Sejak saat ini bangsa Indonesia menga-
tur pergerakannya secara modern untuk mewujudkan kesadarannya. Budi
Utomo-lah yang menjadi pelopornya, dan perhimpunan ini terasa berjasa betul
dalam meletakkan batu pertama pergaulan hidup politik yang modern.
Kehadiran Budi Utomo 20 Mei 1908 adalah cara baru dalam perjuangan
bangsa Indonesia, yaitu cara berjuab dengan kekuatan rasa persatuan dalam
organisasi pergerakan politik. Kelahiran organisasi pergerakan pertama ini
ternyata mampu mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa terbuk-
ti lahirnya partai-partai politik dan perhimpunan-perhimpunan pemuda yang
menuntut tercapainya Indonesia merdeka.

C. Perjuangan Menuju Kemerdekaan


Sejak penjajah Barat pertama kali menginjakkan kakinya di Nusantara dan
melakukan pemerasan, penindasan, dan perampasan kemerdekaan terhadap
rakyat Nusantara ini, maka sejak saat itu pula bangsa Indonesia melakukan
perlawanan terhadap penjajah. Perlawanan terhadap penjajah ini adalah dalam
upaya untuk merebut kembali kemerdekaan yang diremggut oleh penjajah.
Perjuangan menentang penjajahan ini didasari satu prinsip bahwa kemerdekan
itu merupakan hak setiap bangsa dan bahwa penjajahan merupakan sesuatu
yang tidak sesuai dengan perikemanuasiaan dan perikeadilan yang harus diha-
puskan dari muka bumi.
Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan dalam mencapai ke-
merdekaan dapat dibagi ke dalam dua periode. Periode pertama adalah dimulai
dari perjuangan menentang Portugis sampai tahun 1908, yakni sampai masa

74
Kebangkitan Nasiunal. Periode kedua dimulai dari tahun 1908 yakni dari
masa Kebangkitan Nasional sampai proklamasi kemetdekaan 1945.
Pembagian perjuangan itu didasari atas pada sifat-sifat atau ciri-ciri
perjuangan antara kedua periode itu sangat berbeda satu dengan yang lain.

1. Perjuangan Sebelum Kebangkitan Nasional


Perjuangan bangsa Indonesia terhadap penjajah di seluruh wilayah Nusan-
tara terutama di daerah-daerah yang menjadi pusat-puat kekuasaan penjajah.
Perjuangan pertama menentang penjajahan Portugis ini dilakukan oleh rakyat
Malaka, Johor, Aceh, Maluku, Demak dan Sunda Kelapa.

a. Perjuangan Rakyat Malaka


Pada tahun 1511 Malaka di bawah pimpinan Sultan Mahmud Syah I mela-
kukan perlawanan terhadap pendudukan Portugis. Namun akhirnya Poartugis
dapat memukul mendesak pasukan Malaka sehingga mereka terpaksa menying-
kir ke Pulau Bintan. Malaka khirnya jatuh ke tangan Portugis tahun 1511.
Tahun 1526 Pulau Bintan diserbu oleh Portugis. Sultan Mahmud Syah I kemu-
dian lari ke Kampar hingga wafatnya 1528.

b. Perjuangan Rakyat Johor


Di bawah pimpinan Alauddin Ri’ayat Siah I, putra dari Sultan Mahmud I,
rakyat Johor melakukan perlawanan terhadap Portugis mulai tahun 1530.
Perjuangan ini kemudian dilanjutkan oleh Abul jalil Syah I (1580-1597) yang
dapat menangkis serangan Portugis.

c. Perjuangan Rakyat Demak


Di basah pimpinan Dipati Unus pasukan Demak (Jawa Tengah) tahun 1512-
1523 melakukan perlawanan terhadap Portugis dengan dibantu oleh armada
Aceh, Palembang, dan Bintan. Dipati Unus berusaha kembali merebut Malaka
dari kekuasaan Portugis, namun tidak berhasil.

d. Perjuangan Rakyat Maluku


Ketika Portugis berhasil menaklukan Malaka tahu 1511, Portugis kemudian
menuju ke Maluku Utara sebagai pusat penghasil rempah-rempah. Tahun 1912
Portugis melakukan hubungan dagang dengan Sultan Hairun dari Ternate.
Sikap Portugis yang kemudian berusaha melakukan monopoli perdagangan,
memeras dan menindas rakyat, dan juga melakukan penyebaran Agama Kristen
secara paksa kepada penduduk Maluku Utara mendorong rakyat Maluku
melakukan perlawanan. Di bawah pimpinan Sultan Hairun rakyat Ternate me-
lakukan perlawanan terhadap Portugis tahun 1550. Dengan dalih untuk menga-
dakan perundingan damai, Portugis dan membunuh Sultan Hairun, sehingga
membuat rakyat Ternate semakin marah.
Perjuangan rakyat Ternate ini kemudian dilanjutkan oleh Sultan Babullah
putra Sultan Hairun. Di bawah pimpinan Sultan Babullah, rakyat Ternate,

75
Tidore, dan Halmahera bersatu melawan Portugis pada tahun 1570-1575. Pada
tanggal 28 Desember 1577 rakyat Ternate berhasil mengusir Portugis dari
Ternate.

e. Perjuangan Rakyat Sunda Kelapa


Fatahillah atau Falatehan seorang ulama dari Demak yang bertugas menye-
barkan agam Islam di Jawa Barat memimpin rakyat untuk melakukan per-
lawanan terhadap Portugis. Tahun 1527 pasukan Fatahillah menyerang Portu-
gis di Sunda Kelapa dan berhasil mengalahkannya. Portugis akhirnya terusir
kembali ke Malaka. Nama Sunda Kelapa oleh Fatahillah kemudian diganti
dengan nama Jayakarta (disingkat menjadi Jakarta), yang berarti kemenangan
akhir.setelah kemenangan itu, kemudian Kerajaan Banten berdiri..

2. Perjuangan Menentang Penjajah Belanda


Perjuangan menentang penjajahan Belanda dengan menggunakan kekerasan
senjata sudah dimulai sejak awal abad ke 17, abad ke 19, dan sampai awal abad
ke 20. Perjuangan ini terjadi di mana-mana di seluruh Nusantara yang diduduki
oleh Belanda. Perjuangan menentang Belanda pada abad ke 17 antara lain
dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram (1613-1645), Sultan Hasanuddin
dari Kerajaan Goa, Sulawesi Selatan (sampai tahun 1667), Sultan Ageng
Tirtayasa (1684), Sultan Iskandar Muda dari Aceh (1635), Untung Suropati dan
Trunojoya (1670), Ibnu Iskandar dari Minangkabau (1680).
Sementara itu mereka yang berjuang pada abad ke 19 antara lain: Pattimura
dari Maluku (1817), Pangeran Diponegoro dari Jawa (1825-1830), Imam
Bonjol dari Minangkabau (18221837), Sultan Badaruddin dari Palembang
(1817), Pangeran Antasari dari Kalimantan (1860), Jelantik dari Bali (1850),
Anak Agung Made dari Lombok (1895), Teuku Umar, Teungku Cik Ditiro,
Cut Nyak Din dari Aceh (1873- 1804), dan Si Singamangaraja dari Batak
(1900).
Perjuangan menentang penjajah Belanda secara gagah berani yang dilaku-
kan oleh rakyat diberbagai daerah di Indonesia. Perjuangan itu memang telah
membawa kerugian besar bagi pihak penjajah Belanda, namun juga membawa
pengorbanan harta benda dan jiwa yang sangat besar pula bagi bangsa Indone-
sia. Meskipun perjuangan dengan peperangan bersenjata dilakukan di mana-
mana dan dalam rentang waktu yang sangat lama, namun sampai awal ke 20
Belanda tidak dapat terusir dari tanah air Indonesia.
Kegagalan perjuangan dengan kekerasan senjata oleh para pahlawan bangsa,
baik ketika melawan Portugis maupun Belanda, adalah karena ada beberapa
kelemahan dari perjuangan bangsa Indonesia itu Sendiri. Kelemahan-
kelemahan tersebut adalah:
a. Perjuangan bersifat lokal atau kedaerahan
b. Perlawanan terhadap penjajah secara sporadic dan tidak dalam waktu yang
bersamaan.
c. Perjuangan pada umumnya dipimpin oleh pemimpin kharismatik.

76
d. Perjuangan sebelum tahun 1908 dilakukan dengan menggunakan kekerasan
senjata.
e. Para pejuan diadu dombaoleh pihak penjajah.
Beberapa kelemahan ini menjadi pelajaran yang berarti bagi bangsa Indone-
sia dalam dalam menentukan strategi perjuangan pada masa berikutnya.
Bangsa Indonesia sadar bahwa kekuatan penjajah yang terorganisasi yang baik
tidak dapat dengan mudah ditaklukkan oleh perjuangan yang bersifat local dan
tidak terorganisir dengan baik. Oleh karena itu perlu dicari strategi perjuangan
yang baruyang lebih terorganisir dan lebih modern.

II. Perjuangan Setelah Kebangkitan Nasional


Tahun 1908 merupakan periode pembatas dari dua tipe strategi perjuangan
yang berbeda dalam menentang penjajahan. Tahun 1908, tepatnya 20 Mei
1908, merupakan tanggal lahirnya Budi Utomo, sebuah organisasi sosial yang
pertama di Indonesia. Tanggal kelahiran Budi Utomo ini diaanggap sebagai
tonggak dimulainya Kebangkitan Nasional, karena menandai lahirnya sebuah
strategi perjuangan yang baru dan berbeda dari strategi perjuangan sebelum-
nya.
Sejak tahun 1908 perjuangan Bangsa Indonesia menentang penjajah memili-
ki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perjuangan dilakukan dilakukan dengan menggunakan organisasi, tidak de-
ngan kekerasan senjata lagi.
b. Pemimpin perjuangan atau penggerak perjuangan terutama berasal dari
kaum terpelajar.
c. Perjuangan tidak lagi bersifat kedaerahan, Rasa persatuan dan kebangsaan
sudah mulai tumbuh.
Sejak diprakarsai Budi Utomo 1908, maka di Indonesia kemudian berdiri
beberapa organisasi, yang bercorak sosial budaya, politik maupun keagamaan.
Organisasi-organisasi tersebut ada yang secara terang-terangan melakukan
gerakan perjuangan politik menentang Belanda dan ada pula yang tidak.
Berikut ini beberapa organisasi yang menonjol setelah masa Kebangkitan
Nasional 1908.

1. Budi Utomo
Kelahiran Budi Utomo tidak bisa lepas dari peran dr. Mas Ngabehi
Wahidin Sudirohusodo. Dr. Wahidin sebelumnya memulai kampanye hendak
meningkatkan martabat rakyat, antara lain dengan cara membentuk dana
pelajar. Kampanye dr Wahidin ini sangat menarik Sutomo, pelajar STOVIA
(sekolah kedokteran). Cita-cita untuk meningkatkan kedudukan dan martabat
rakyat itu sebenarnya pada para pelajar STOVIA, karena itu kampanye dr.
Wahidin mendorong dan memberi semangat bagi cita-cita tersebut. Akhirnya
tanggal 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA di Jakarta mendirikanorganisasi
yang diberi nama Budi Utomo dan yang diangkat sebagai ketua adalah dr.
Sutomo. Budi Utomo pada mulanya merupakan organisasi pelajar, yang jang-
kauannya terbatas pada penduduk Jawa, Madura, dan kemudian meluas ke

77
penduduk Hindia Belanda seluruhnya. Kemudian Budi Utomo dapat diterima di
kalangan cendekiawan dan priyayi Jawa, sehingga ia bukan organisasi pelajar
lagi.
Karena Budi Utomo tidak pernah mendapat dukungan massa, kedudukannya
secara politik kurang begitu penting. Namun satu hal yang penting dari Budi
Utomo bahwa di dalam tubuhnya telah ada benih semangat nasional yang yang
pertama karena itu ia dapat dipandang induk Pergerakan Nasional, yang kemu-
dian muncul di dalam tubuh Sarekat Islam dan Indische Partij (Pusponegoro
1993: 183).

2. Sarekat Islam
Sarekat Islam semula bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan tahun
1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Latar belakang ekonomis organisasi ini me-
ngadakan perlawanan terhadap pedagang Cina dan juga menentang semua
penghinaann terhadap pedagang Bumiputra. Sarekat Islam untuk menentang
program kristenisasi dan melakukan perlawanan terhadap kecurangan para
pejabat Eropa dan Bumiputra. Inti utama perlawanan Sarekat Islam juga dituju-
kan pada setiap bentuk penindasan dan kesombongan rasial.
Gerakan Sarekat Islam berhasil menembus sampai lapisan bawah masyara-
kat. Gerakannya secara berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan terha-
dap penindasan penjajah kepada pihak Indonesia. Sarekat Islam lebih revolu-
sioner dalam melakukan gerakannya dibandingkan Budi Utomo, sehingga
Sarekat Islam merupakan organisasi massa yang pertama di Indonesia yang
antara tahun 1917-1920 sangatterasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia.
Tokoh-tokoh penggerak Sarekat Islam yang terkenal adalah H. Oemar Said
Tjokroaminoto, H. Agussalim, dan Suryopranoto.

3, Indische Partij
Indische Partij didirikan tanggal 26 Deseber 1912. Pendirinya adalah
Douwes Dekker (seorang Indo) yang kemudian terkenal dengan nama
Danudirja Setyabudhi. Tokoh terkenal Indische Partij lainnya adalah dr.
Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat,
Organisasi ini seratus persen bercorak politik dengan gagasannya revolusio-
ner nasional. Gerakannya yang bersifat revolusioner yang menuju Indonesia
merdeka ini banyak menarik massa.
Indische Partij berpijak pada azas nasionalisme yang mencita-citakan Indo-
nesia merdeka. Oleh karena dasar perjuangan yang tegas, Indische Partij dapat
dikatakan sebagai partai politik yang pertama di Indonesia. Gerakan Indische
Partij yang bersifat radikal mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk
bersifat tegas terhadapnya. Gubernur Jendral Belanda menolak member izin
badan hukm bagi Indische Partij karena organisasi ini berdasarkan politik dan
mengancam hendak merusak keamanan umum. Indische Partij dianggap seba-
gai organisasi terlarang.
Karena tokoh-tokoh Indische Partij dianggap berbahaya oleh Belanda maka
mereka kemudian mendapat hukuman buangan. Pada bulan Agustus 1913

78
Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat dibuang ke
negri Belanda. Kepergian ketiga tokoh ini menyebabkan kegiatan Indische
Partij menurun.

4. Gerakan Pemuda
Geraka pemuda sebenarnya sudamulai sejak 20 Mei 1908 dengan mendiri-
kan Budi Utomo, namun kemudian organisasi ini lebih didominasi oleh golo-
ngan tua, sehingga pemudanya tidak merasa puas dan keluar. Geraka pemuda
yang sesungguhnya adalah Tri Koro Darmo berarti tiga tujuan mulia yang
didirikan di Jakarta tanggal 7 Maret 1915 oleh dr. R. Satiman Wiryosandjoyo,
Kadarman dan Sunardi. Tri koro Darmo berarti tiga tujuan mulia: sakti, budhi,
bakti. Tujuan perkumpulan ini adalah mencapi Jawa Raya dengan memperko-
koh rasa persatuan antara pemuda Jwa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
Apdapun azaz perkumpulan ini adalah:
a. Menjmbulkan pertalian murid=murid Bumiputra pada sekolah menengah,
dan kursus-kursus perguruan kejuruan dan sekolah rakyat.
b. Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
c. Membangkitkan dan mempertajam prrasaan buat semua bahasa dan budaya
Indonesia.
Pada kongres di Solo ditetapkan bahwa bahwa mulai 12 Juni 1918 Tri Koro
Darmo berganti nama menjadi Jong Java. Dalam anggaran dasarnya tahun
1920 ditetapkan bahwa Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya agar
kelak memberikan tenaganya untuk pembangunan Jawa Raya dengan cara
mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota serta dan berusaha
menumbuhkan cinta akan budaya sendiri. Gerakan pemuda Indonesia tidak
hanya ada di dalam negeri tetapi juga di luar negri seperti Eropa dan negara-
negara Arab.
Organisasi pemuda di luar negri yang terkenal adalah Perhimpunan Indone-
sia yang berpusat di Belanda. Perhimpunan Indonesia ini mempunyai peranan
dalam menyampaikan informasi tentang perjuangan rakyat bangsa Indonesia.
Perhimpunan pemuda ini gerakannya ke arah politik.ketika dipimpin oleh
Muhammad Hatta dan A. Subardjo.

5. Partai Nasional Indonesia


Partai Nasional Indonesia (semula namanya Perserikatan Naional Indone-
sia), didasari oleh gagasan nasionalisme modern yang gerakannya bercorak
nasional murni dan bersifat radikal. PNI didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 atas
inisiatif Ir. Soekarno dan kawan-kawan yan bergabung Algemene Studie Club.
Dalam anggaran dasarnya disebutkan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk
kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini akan dicapai dengan azas percaya pada
diri sendiri.. Dengan azasnya ini PNI bersikap nonkooperatif , artinya tidak
mau bekerja sama atau ikut serta dengan dewan-dewan bentkan Belanda.
Dalam rapat-rapatnya PNI selalu mencita-citakan persatuan bangsa Indonesia.
Cita-cita persatuan ini tercapai dalam rapat tanggal 17-18 Desemer 1927 di
Bandung yang dihadiri oleh PNI, Budi Utomo, Partai Sarekat Islam, Pasundan,

79
Kaum Betawi, Sumatranenbond, Indonesiache Studieclub, dan Algeemene
Studieclub. Rapat ini sepakat mendirikan suatu federasi yaitu Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI).
Dalam kongres pertama PNI di Surabaya Ir. Sukarno terpilih sebagai Ketua
Pengurus Besar PNI. Cita-cita PNI untuk menggalang persatauan bukan
hanyatidak hanya mempengaruhi pikiran organisasi-organisasi politik lainnya,
melainkan juga berpengaruh positif pada organisasi pemuda yang kemudian
mengadakan Sumpah Pemuda dan organisasi wanita yang kemudian memben-
tuk Perserikatan Perempuan Indonesia. Sikap PNI yang tegas dan nonko-
operatif serta memperjuangkan persatuan dan kemerdekaan dengan cepat dapat
menarik massa. Pengaruh Ir. Sukarno sebagai pemimpin PNI dan pemimpin
Indonesia telah meluas dan meresap di seluruh Indonesia dan di seluruh lapisan
masyarakat.
Kemajuan besar PNI dalam membawa rakyat untuk memperjuangkan ke-
merdekaan membuat pemerintah colonial Belanda merasa cemas menghadapi
PNI. Akhirnya pemerintah kolonial Belanda bertindak keras dan menangkap
para tokoh dan anggota PNI tanggal 29 Desember 1929. Empat tokoh PNI
yaitu Ir. Sukarno, Gatot Mangkoepradja, Markoen Soemardiredja, dan
Supriadinatadijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan colonial pada tanggal
22 Desember 1930.

III. Fraksi Nasional


Fraksi Nasional di dalam Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat masa
pemerintahan kolonial) didirikan tanggal 27 Januari 1930 di Jakarta berang-
gotakan 10 orang anggota Volksraad, yaitu wakil-wakil dari daerah=daerah
Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Yang ditunjuk menjadi ketuanya
adalah Moh. Husni Thamrin.
Fraksi Nasional mempunyai tujuan untuk menjamin adanya kemerdekaan
nasional yaitu:
a. Mengusahakan perubahan-perubahan ketatanegaraan
b. Berusaha menghapuskan perbedaan-perbedaan, politik, ekonomi, dan
intelektual sebagai antithese colonial.
c. Mengusahakan kedua hal tersebut di atas dengan cara-cara yang tidak ber-
tentangan dengan hukum.

III. Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Ketika Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang tanggal 8 Maret 1942,
maka berakhirlah pemerintaan Hindia Belanda di Indonesia. Sebagai peng-
gantinya adalah kekuasaan kemaharajaan Jepang. Kedatangan Jepang di Indo-
nesia disambut baik oleh rakyat Indonesia karena berharap dapat melepaskan
diri dari penderitaan yang berkepanjangan. Bahkan tokoh-tokoh pergerakan
politik sepert Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta bersedia melakukan kerja
sama ((kooperatif) dengan pihak pemerintah pendudukan Jepang, padahal pada
masa Hindia Belanda beliau berdua tidak mau bekerjasama dengan pemerintah
Hindia Belanda.

80
Faktor yang mendorong mau bekerja sama dengan Jepang antara lain karena
Jepang yang kuat diharapkan dapat membantu Indonesia yang lemah, factor
lain yang menyebabkan rasa simpati rakyat Indonesia kepada Jepang adalah
sikap keras kepala pemerintah Hindia Belanda menjelang akhir kekuasaannya
yang tidak memberikan harapan kemerdekaan kepada para pejuang pergerakan
nasional.
Keinginan Indonesia untuk merdeka memang memunncak pada tahun 1945
itu, terutama disebabkan oleh dorongan kaum muda yang tidak sabar ingin
agar Indonesia segera merdeka. Baik golongan tua maupun golongan muda
sama-sama berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diprokla-
mirkan, namun caranya yang berbeda. Golongan tua umumnya menginginkan
proklamasi kemerdekaan itu tanpa pertumpahan darah dan tetap bekerja sama
dengan Jepang. Oleh karena itu golngan tua sangat mengharapkan peran PPKI.
Sementara itu golongan muda menginginkan kemerdekaan itu tidak ada
pengaruh sama sekali dari Jepang.
Ketika Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta kembali ke Jakarta dari Dalat
tanggal 14 Agustus 1945 dan setelah mendengar berita penyerahan Jepang
kepada Sekutu, mereka segera didesak oleh para pemuda untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sukarno dan Moh. Hatta meng-
inginkan masalah proklamasikemerdekaan itu dibicarakan dulu dalam rapat
dengan anggota PPKI.. Sementara itu para pemuda merasa keberatan prokla-
masi kemerdekaan itu melibatkan PPKI, karena para pemuda menganggap
bahwa PPKI itu adalah bentujan Jepang, sehingga nanti kemerdekaan Indone-
sia seolah-olah hadiah dari Jepang. Para pemuda memaksa Ir. Sukarno untuk
memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945, namun
ditolak oleh Ir. Sukarno. Baru pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945
pukul 10.00 bertempat di jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, teks
proklamasi kemerdekaan itu dibacakan oleh Sukarno disaksikan oleh para
tokoh pejuang kemerdekaan. Dengan dibacakannya teks proklamasi kemerde-
kaan itu, maka berarti bangsa Indonesia telah menyatakan diri sebagai bangsa
yang merdeka dan berdaulat dan lepas dari belenggu pemjajahan. Berkat
rahmat Allah yang Maha Kuasa dan hasil perjuangan bangsa Indonesia selama
berbad-abad yang harus ditebus dengan pengorbanan kemerdekaan yang
didambakannya bangsa Indonesia memang bangsa yang mencintai perdamaian,
namun lebih mencintai kemerdekaan.

81
BAB VIII
PEREKONOMIAN INDONESIA

82

Anda mungkin juga menyukai