Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Konsep Perspektif Global


Menurut kamus bahasa inggris Logman Dictionary Of Contemporary English,mengartikan global
dengan “ concerning the whole earth”. Sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia, internasional, atau
seluruh alam jagat raya. Sesuatu hal yang dimaksud disini dapat berupa masalah, kejadian, kegiatan
atau sikap. Yang berkaitan dengan masalah misalnya kebakaran hutan menimbulkan asap dan
berdampak global di mana negara lain di asia tenggara bahkan seluruh asia mengalami sesak nafas.
Yang berkaitan dengan kejadian dalam masyarakat dengan adanya penculikan. Sedangkan yang
berkaitan dengan kegiatan lainnya dapat kita lihat misalnya india dan pakistan berlomba-lomba
mengadakan percobaan nuklir ini akan merangsang negara lain untuk bertindak, misalnya mengutuk
perbuatan tersebut. Program nuklir iran untuk perdamaian membangkitkan sikap positif dan negatif
dari berbagai negara di dunia.
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah,  kejadian
atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh
karena itu, sikap dan perbuatan kita juga di arahkan untuk kepentingan global.
Adapun hal-hal yang harus di persiapkan seorang guru sebagai komunikator atau penghubung
dengan dunia luar yaitu :
1. Tertarik dan peduli terhadap kejadian dan kegiatan pada masyarakat lokal, nasional dan
global.
2. Secara aktif  mencari dan menyimpan informasi yang bersifat dunia.
3. Mempunyai sifat terbuka, mau menerima setiap adanya pembaruan
4. Mampu menyeleksi informasi untuk di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial
budaya masyarakat kita.
B. Pengertian Perspektif Global Menurut Para Ahli
Menurut para ahli perspektif global diartikan sebagai:
a. Menurut Sumaatmadja dan Winardit (1999) dalam Bawa Atmadja (2007)  mengungkapkan
bahwa pengertian perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berperilaku terhadap
suatu masalah atau kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yakni dari sisi
kepentingan dunia atau internasional.
b. Menurut Suhanadji dan Waspada TS (2004) mengungkapkan bahwa perspektif global adalah
cara pandang atau wawasan untuk melihat dunia saat ini sangat dipengaruhi oleh arus global.
Sehingga semua bangsa menjadi saling ketergantungan, saling mempengaruhi dan saling
berhubungan diantara berbagai kebudayaan, sistem ekologi, politik, ekonomi dan teknologi
dalam konteks global. Kebudayaan di dunia ini sangat beragam antar berbagai belahan negara
di dunia. Dimana masing-masing kebudayaan tersebut memiliki ciri khas tersendiri.
Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam     kehidupan ini
segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa
mengisolasi diri dari pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan dunia, oleh karena
itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia.
Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan juga
untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif, primordial
(lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit, dsb.
C. Tujuan Perspektif Global
Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa untuk mempersiapkanpeserta
didik agar menjadi warga negara yang baik harus dimulai dari berbagai macam kelompok yang
melibatkannya, dari yang terdekat hingga yang terjauh, yaitu dari masyarakat lokal,nasional, hingga
global. Ada 5 tujuan pokok dari perspektif global, yaitu:
1. Mengembangkan pengertian keberadaan mereka sebagai individu-individu yang membentuk
masyarakat.
2. Mengembangkan pengertian bahwa mereka merupakan anggota dari masyarakat dunia.
3. Mengembangkan pengertian bahwa mereka adalah penghuni planet bumi ini dan
kehidupannya bergantung pada planet bumi tersebut.
4. Peserta didik harus diberi pengertian bahwa mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam
masyarakat global ini.
5. Mendidik peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk hidup secara bijaksana dan
bertanggung jawab sebagai individu, sebagai umat manusia, sebagai insan penghuni planet
bumi ini, serta sebagai anggota masyarakat global.
Sementara itu, menurut Marryfield (dalam buku Perspektif Global karangan Prof. Dr. H.
Nurshid S dan Drs. Kuswaya W : 1997), tujuan diberikannya perspektif global adalah sebagai
berikut:
1. Mendorong mahasiswa untuk mempelajari lebih banyak tentang materi dan masalah yang
berkaitan dengan masalah global.
2. Mendorong para pendidik untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan masalah lintas
budaya.
3. Mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun pengembangan profesinya.
D. Manfaat Memahami Perspektif Global
Secara politis peran negara bergeser dari penentu dan pembuat wawasan kebangsaan menjadi
penjaga stabilitas dan pengontrol politik baik dalam maupun luar negeri. Perlu disadari bahwa negara
kita berhadapan dengan faktor luar yang sangat kuat dan diluar kontrol pemerintah kita. Oleh karena
itu, peningkatan kerja sama dengan negara lain dalam segala bidang perlu ditingkatkan. Negara harus
bersifat terbuka, karena kerja sama dalam berbagai bidang menurut komitmen yang tinggi. Nagara
harus beradaptasi dengan sistem yang terus berubah, dan aktif mengikuti dan mengadakan perubahan.
Manfaat dan kegunaan dari mempelajari perspektif global antara lain seperti berikut :
1. Meningkatkan wawasan dan kesadaran para guru dan siswa bahwa kita bukan hanya penghuni
satu daerah tetapi mempunyai ketergantungan dengan orang lain di belahan bumi yang lain.
Oleh karena itu sikap kita harus mencerminkan “ sikap ketergantungan” tersebut.
2. Menambah dan memperluas pengetahuan kita tentang dunia, sehingga dapat megikuti
perkembangan dunia dalam berbagai aspek terutama perkembangan iptek.
3. Mengkondisikan para mahasiswa untuk berpikir integral bukan general, sehingga suatu gejala
atau masalah dapat ditanggulangi dari berbagai aspek.
4. Melatih kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap perkembangan dunia dengan segala
aspeknya.
E. Perkembangan Globalisasi dan Dampaknya pada Pendidikan di Indonesia
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi
sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus
globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi
komunikasi, informasi, dan transportasi. Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan
abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handphone) dengan
segala fasilitasnya.
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan
pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan
datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau
sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di
Indonesia.Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari
jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi,
perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya.
Bangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa di dunia. Sebagai bangsa, kita tidak hidup
sendiri    melainkan hidup dalam satu kesatuan masyarakat dunia (world society). Kita semua
merupakan makhluk yang ada di bumi. Karena itu, manusia secara alam, sosial, ekonomi, politik,
keamanan, dan budaya tidak dapat saling terpisah melainkan saling ketergantungan dan
mempengaruhi.
Era globalisasi yang merupakan era tatanan kehidupan manusia secara global telah melibatkan
seluruh umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi itu memasuki tiga arena penting di dalam
kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi, arena politik, dan arena budaya.
Jika masyarakat atau bangsa tersebut tidak siap menghadapi tantangan-tantangan global yang
bersifat multidimensi dan tidak dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi korban yang
tenggelam di tengah-tengah arus globalisasi.
Dari sisi politik, gelombang globalisasi yang sangat kuat yakni gelombang demokratisasi. Sesudah
perang dingin dan rontoknya komunisme, umat manusia menyadari bahwa hanya prinsip-prinsip
demokrasi yang dapat membawa manusia kepada taraf kehidupan yang lebih baik. Angin
demokratisasi telah merasuk ke dalam hati rakyat di setiap negara. Mereka melakukan gerakan sosial
dengan menggugat dan melawan sistem pemerintahan diktator atau pemerintahan apapun yang tidak
memihak rakyat.
Kasus serupa juga terjadi di Indonesia, yaitu dengan runtuhnya rezim pemerintahan Orde Lama
dan runtuhnya rezim pemerintahan Orde Baru. Di Indonesia sejak bergulirnya reformasi, gelombang
demokratisasi semakin marak dan tuntutan akan keterbukaan politik semakin terlihat.
Dari sisi budaya, era globalisasi ini membawa beraneka ragam budaya yang sangat dimungkinkan
mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan sistem nilai masyarakat suatu negara. Oleh karena itu,
kita seharusnya waspada dan pandai menyiasati pengaruh budaya silang sehingga bangsa kita dapat
mengambil nilai budaya yang positif yaitu mengambil nilai budaya yang bermanfaat bagi kehidupan
dan pembangunan bangsa serta tidak terjebak pada pengaruh-pengaruh budaya yang negatif. Kita juga
harus belajar melihat dunia dari perspektif yang berbeda sesuai dengan kepentingan dan tujuan
masing-masing tanpa melunturkan nilai identitas budaya bangsa kita. Dengan memahami perbedaan
dan persamaan kebudayaan tadi akan menumbuhkan saling pengertian dan saling menghargai antar
kebudayaan yang ada.
Perkembangan pendidikan di Indonesia  tidak bias di lepaskan dari  canggihnya perkembangan
arus globalisasi  dimana ilmu pengetahuan semakin berkembang pesat. Apalagi dengan di setujuinya
pasar bebas di indonesia juga merupakan tantangan dan PR yang harus di hadapi masyarakat terutama
di bidang pendidikan. Karena terbukanya pelung pekerjaan tenaga kerja/ pendidikan  di mancanegara
termasuk Indonesia. Untuk menghadapi pasar bebas ini maka Indonesia harus memiliki strategi
tersendiri  baik mutu pendidikan, akademiknya dan lain-lain agar tenaga pendidik dan pekerja tidak
kalah dengan Negara-negara ASEAN lain-nya.
Dampak positif perkembangan globalisasi pada pendidikan di Indonesia, yaitu :
1. System belajar mengajar tidak selalu tatap muka
Dampak positif pertama di bidang pendidikan yang disebabkan oleh arus globalisasi adalah
sistem pembelajaran secara online atau biasa disebut e-learning. Sistem pembelajaran ini tidak
mengharuskan pendidik dan peserta didik untuk saling bertatap muka secara langsung. Tentu
hal ini bisa menjadi opsi bagi peserta didik yang mempunyai kesibukan yang tinggi, karena
sistem e-learning biasanya dapat diakses kapan saja dan bersifat fleksibel.
Selain itu, sistem pembelajaran ini bisa menghemat biaya transportasi baik bagi pendidik dan
peserta didik, berbeda dengan sistem pembelajaran konvensional yang membutuhkan biaya
transportasi sebagai penunjang pendidikan. Komputer atau laptop dan jaringan internet
merupakan elemen penting yang dibutuhkan untuk mengakses sistem pembelajaran online ini,
oleh karena itu sistem pembelajaran ini masih terbatas penggunaannya.
2. Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan
Dampak positif globalisasi selanjutnya dalam bidang pendidikan adalah mudahnya mengakses
informasi pendidikan. Internet memberi kemudahan bagi pendidik dan peserta didik untuk
mengakses materi belajar, katakanlah hadirnya situs-situs yang menyediakan buku dalam
bentuk digital yang dapat diunduh dan dijadikan referensi dalam proses belajar mengajar.
Buku-buku elektronik atau e-book ini bisa diunduh dan langsung dibaca tanpa harus
mencetaknya terlebih dahulu, sehingga bisa menghemat pemakaian kertas.
3. Meningkatnya Kualitas Pendidik
Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan secara langsung bisa meningkatkan
kualitas dari tenaga pendidik. Kemudahan di era globalisasi ini seyogyanya harus dimanfaatkan
secara maksimal oleh guru, karena saat ini guru bisa leluasa melihat trend pembelajaran di
dunia, serta mencari referensi-referensi dari negara termaju di dunia yang berguna dalam proses
belajar mengajar. Dengan memaksimalkan teknologi dan informasi di era globalisasi, kualitas
pengajar akan terus meningkat.
4. Meningkatnya Kualitas Pendidikan
Akibat dari pesatnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang awalnya bersifat sederhana
kini berubah menjadi metode pendidikan berbasis teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin
canggih ternyata memberi dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai
contoh, pada zaman dahulu seorang guru harus menulis di papan tulis dengan menggunakan
kapur. Kini dengan adanya teknologi, guru bisa memanfaatkan komputer dan internet untuk
menggabungkan tulisan, gambar, suara, video bahkan film untuk mempermudah dalam
penyampaian ilmu, termasuk dalam pengajaran ilmu klimatologi.
5. Pertukaran Pelajar
Pertukaran pelajar di dunia pendidikan sering terjadi di era globalisasi. Pelajar dalam sebuah
negara bisa memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri atau sebaliknya.
Siswa yang berkesempatan belajar ke negara dengan pendidikan terbaik dituntut untuk bisa
beradaptasi dengan lingkungan baru dan bisa mengetahui serta mengerti budaya di luar negeri,
sehingga siswa diharapkan bisa memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.
6. Mendorong Siswa untuk Menciptakan Karya Inovatif
Perkembangan IPTEK pada era globalisasi bagi sebuah instansi pendidikan seyogyanya bisa
dimanfaatkan untuk mendorong siswa-siswanya agar bisa menciptakan suatu karya yang
inovatif. Sistem pembelajaran tradisional yang hanya bersifat satu arah agaknya dapat
menghambat perkembangan siswa, oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran baru
seperti metode student oriented yang nantinya bisa merangsang daya pikir siswa dan juga
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
Adapun dampak negative perkembangan globalisasi pada pendidikan di Indonesia, yaitu:
1. Penurunnya Kualitas Moral Siswa
Dampak buruk dari adanya globalisasi bagi dunia pendidikan adalah menurunnya kualitas
moral para siswa. Informasi di internet yang dapat diakses secara leluasa sangat rawan dalam
mempengaruhi moral siswa, sebagai contoh situs-situs yang berbau pornografi, serta adanya
foto dan video yang tidak pantas sangat mudah diakses dan merajalela di media sosial tanpa
adanya filterisasi. Adanya konten-konten yang tidak baik tersebut bisa mempengaruhi perilaku
siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, agar moral siswa tidak
semakin rusak diperlukan kontrol dan perhatian dari orang tua siswa, guru dan negara.
2. Meningkatnya Kesenjangan Sosial
Dampak buruk selanjutnya adalah meningkatnya kesenjangan sosial di masyarakat. Metode
pendidikan berbasis teknologi bisa menjadi kesempatan bagi sebuah negara untuk
meningkatkan pendidikannya, namun nyatanya kemajuan teknologi dan informasi di dunia
pendidikan perlu dibarengi dengan kesiapan mental dan modal yang tentunya tidak sedikit. Di
beberapa negara di dunia khususnya negara berkembang, perkembangan teknologi hanya bisa
dinikmati sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, sementara sekolah yang berada di wilayah
pedalaman terus tertinggal karena sulitnya akses dan kurangnya modal. Akibatnya kesenjangan
sosial di bidang pendidikan tidak dapat dibendung lagi.
3. Tergerusnya Kebudayaan Lokal
Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus kebudayaan lokal di sebuah negara.
Perkembangan teknologi memungkinkan kontak budaya terjadi melalui media massa, akibatnya
pengaruh luar negeri dapat masuk dengan leluasa ke sebuah negara. Pengaruh globalisasi dalam
bidang pendidikan yang dikuasai dan digerakkan oleh negara-negara maju bisa menjadi
masalah bagi negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi Indonesia yang memiliki
beberapa pulau yang masuk dalam kategori pulau terbesar di dunia.
Akibat dari arus globalisasi ini, budaya di Indonesia dikhawatirkan akan hilang karena
pudarnya rasa nasionalisme, berkurangnya sifat kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat
yang kebarat-baratan. Sebagai contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang berdandan meniru selebritis
Korea maupun Amerika. Remaja ini mengenakan pakaian yang tidak pantas dan tidak sesuai
dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.
4. Munculnya Tradisi Serba Cepat dan Instan
Dampak buruk globalisasi selanjutnya dalam dunia pendidikan adalah munculnya tradisi serba
cepat dan instan. Penyikapan arus globalisasi yang tidak tepat bisa menjadikan pendidikan
kehilangan orientasi idealnya yaitu proses pembelajaran. Orientasi pendidikan yang awalnya
menekankan pada proses telah berubah ke ranah pencapain hasil. Akibatnya banyak orang yang
hanya menekankan pada hasil akhir ketika menempuh sebuah pendidikan, bahkan kini makin
marak adanya jual beli ijazah palsu karena banyak orang yang ingin cepat mendapatkan
keuntungan secara cepat dan instan. Tentu hal ini bisa menjadi masalah yang besar dan
merugikan negara jika tidak segera ditangani dengan cepat. Globalisasi di dunia pendidikan
perlu disikapi dengan bijak agar nantinya tidak salah arah.
5. Komersialisasi Pendidikan
Dampak buruk dari globalisasi selanjutnya adalah terancamnya kemurnian tujuan dalam
pendidikan akibat dari komersialisasi pendidikan. Saat ini banyak instansi pendidikan yang
didirikan dengan tujuan utama sebagai tempat bisnis. Sebuah lembaga pendidikan bisa disebut
sebagai komersialisasi pendidikan jika mementingkan biaya pendaftaran dan uang gedung,
tetapi kewajiban-kewajiban pendidikannya sering diabaikan.
Komersialisasi pada dunia pendidikan terjadi ketika sebuah instansi pendidikan menetapkan
biaya pendidikan yang tidak sebanding dengan pelayanan pendidikannya, sehingga instansi
tersebut hanya mengedepankan laba yang diperoleh. Bahkan ada pula sebuah lembaga
pendidikan yang melaksanakan praktik pendidikan hanya untuk mendapatkan gelar akademik
tanpa melalui proses pendidikan yang ideal, akibatnya biaya pendidikan di lembaga semacam
ini sangatlah tinggi.
Oleh karena itu, komersialisasi di bidang pendidikan merupakan hal yang sangat berbahaya dan
perlu ditindak lanjuti. Seharusnya sebuah lembaga pendidikan harus memperhatikan mutu
pelayanan pendidikan agar dapat menciptakan peserta didik yang bermutu tinggi, sehingga
siswa dan pemegang modal bisa mendapatkan keuntungan yang sama.
F. Posisi Pendidikan dalam Perpektif Global
Pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam bentuk dan proses globalisasi itu
sendiri, globalisasi tidak terlepas merupakan hasil karya manusia berbentuk pengetahuan dan
tekhnologi, sehingga berkembangnya sesuatu di era global tidak terlepas dari peran pendidikan
sebagai wahana tranformasi pengetahuan dan tekhnologi.
Ada tiga pandangan mengenai posisi pendidikan dalam arus globalisasi yang kemudian
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Antara lain adalah:
Pertama : kehidupan manusia dalam berbagai aspeknya dikuasai oleh materialisme atau kekuatan
uang dengan mengenyampingkan nilai-nilai moral kemanusiaan “the survival of the fittest”. Ini
artinya bahwa kehidupan bagaikan kompetisi tanpa akhir yang pada akhirnya kelompok yang
terpinggirkan dan termarginalisasi baik dari segi ekonomi, sosial, politik, dan untuk memperoleh
pendidikan yang berkualitas, posisi yang ikut hanyut dalam gelombang globalisasi ini, berarti
hilangnya identitas individu, kelompok, dan negara budaya yang pada gilirannya akan menghegemoni
kehidupan.
Kedua : mengambil sikap menentang dan mengharamkan segala bentuk perubahan yang datang
dari luar. Aliran ini memandang arus globalisasi akan merusak dan sangat berbahaya bagi identitas
seseorang. Maka lahirlah bentuk-bentuk perlawanan dari posisi seperti etnosentris dan berbagai
bentuk fundalisme, yang kemudian dalam perkembangannya mengarah kepada sikap ekstrimisme
yang memberikan sikap ekstrim, dan lahirnya terorisme yang dipicu oleh rasisme dan
fundamentalisme.
Ketiga: melihat globalisasi yang melanda dunia saat ini sebagai arus yang tidak dapat dihindarkan,
namun gerakannya lantas tidak hanyut didalamnya, akan tetapi memilih berhati-hati terhadap yang
datang dari luar. Sikap kritis itu tidak lain dari pada kesadaran akan identitas diri sendiri yang
memiliki nilai-nilai budaya serta simbol-simbol kehidupan dimasyarakatnya sendiri sehingga
kemudian disesuaikan dengan jati diri dan nilai luhur budayanya. Sikap ini hanya akan tumbuh dari
kesadaran akan identitas diri, dan harga diri seseorang. Manusia yang memiliki kesadaran akan
dirinya dan harga dirinya akan terlepas dari kekuasaan  yang menindas dirinya, dan proses penyadaran
itu akan didapatkan melalui pendidikan yang berorientasi pada pembebasan.[2]
Ketiga unsur diatas memberikan corak yang sangat berbeda dalam proses perkembangan
pendidikan, sehingga arus globalisasi dan posisi pendidikan memiliki ruang yang sangat berbeda pada
satu sisi, sementara pada sisi yang lain keduanya memiliki pertautan yang saling mempengaruhi.
Berbagai pandangan mengenai globalisasi, secara esensial seluruhnya merambah pada kekuatan
kapital yang mempengaruhi otoritas politik dan budaya, sehingga globalisasi itu sendiri satu sisi
menjadai ancaman dan pada sisi yang lain memudahkan kehidupan manusia ditengah derasnya akan
perubahan.
Deengan dikontrol dengan sedikit pemain, globalisasi mempromosikan suatu kepentingan atau
interest global dari pemain tersebut. Globalisasi terjadi tidak seimbang dan hanya memberi
keuntungan untuk golongan menengah dan atas, khsususnya di daerah perkotaan. Sementara
masyarakat pedesaan dan golongan rakyat kecil bukan menjadi sasaran globalisasi.
Ketidaksamarataan pendapatan global baik antar maupun di dalam negara-negara itu sendiri
menyebabkan kecenderungan kecemburuan sosial dan ancaman terhadap ummat manusia.
Sebagaimana di jelaskan oleh PBB sebagai berikut:
Mengalirnya arus budaya yang tidak seimbang pada masa ini karena berat sebelah pada satu sisi
saja, yaitu dari negara kaya ke negara miskin. Ekspor terbesar di Amerika Serikat bukanlah pesawat
terbang atau automobil, melainkan ekspor hiburan-hiburan. Film-film hollywood yang telah
mendapatkan keuntungan lebih besar dari 30 juta dollar dari seluruh penjuru dunia pada tahun 1997.
Meluasnya jaringan media global dan tekhnologi satelit komunikasi membangkitkan medium global
baru yang berkekuatan super, jumlah dari televisi pribadi yang dimiliki 1000 orang hampir berjumlah
2 kali lipanya antara tahun 1980 dan 1995 dari jumlah 121 menjadi 238. Penyebaran merk-merk
produk global seperti Nike, Sony, telah membentuk standart baru dari Delhi ke Warsawa kemudian ke
Reo de Jainero. Serangan dari budaya asing seperti itu membuat budaya masing-masing bangsa
berada dalam resiko dan akan membuat masyarakat luas kehilangan identitas budaya mereka.
Adanya globalisasi itu sendiri apakah akan menjadi ancaman, peluang, tantangan, kelemahan
terhadap budaya bangsa-bangsa, atau justru sebaliknya? Oleh sebab itu kerasnya arus globalisasai,
dengan cepat merambah keseluruh aspek kehidupan manusia, terutama dalam aspek sosial budaya,
ekonomi, politik dan ideologi, sehingga menjadi sangat penting dari peran pendidikan dalam rangka
mengontrol sistem pendidikan itu sendiri dari derasnya arus globalisasi.
Terlepas dari itu semua, salah satu ujung tombak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
pendidikan, dimana pendidikan yang akan mencoba melakukan filter terhadap arus global, dan
memberikan pengarahan, bimbingan terhadap peserta didik, dalam rangka memanusiakan manusia.
Pendidikan ditengah arus globalisasi akan menjadi sentral yang kuat dengan mengacu pada
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana pesatnya pengetahuan dan mudahnya
sebuah ideologi barat, tentu menjadi ancaman tersendiri. Liberalisme, kapiltalisme, materialistik dan
ideologi yang lain menjadi cukup besar pengaruhnya, terutama di wilayah ketimuran, termasuk
Indonesia yang acapkali menjadi sasaran empuk dari pesatnya ideologi yang ditularkan oleh
masyarkat barat. Sementara itu masyarakat timur yang masih kuat memegang erat ketimuran dengan
nilai-nilai religiusnya, sangat dikwatirkan akan terjebak dalam arus globalisasi dengan konsep
kapitalismenya.
Disinilah peran dan fungsi pendidikan sebagai kontrol, sekaligus sebagai bentuk implementasi
nilai-nilai ketimuran yang religius, serta sebagai bentuk upaya melestarikan budaya bangsa melalui
konsep pembelajaran yang bermutu. Sehingga posisi dari suatu pendidikan itu sendiri sebagai cakar
budaya untuk terus melanjutkan dan melestarikan budaya bangsa sesuai dengan perubahan-perubahan
kearah yang lebih baik 

Dapus
https://www.kompasiana.com/arif.chandra/55008cef813311001efa79d2/perkembangan-
globalisasi
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/dampak-globalisasi-di-bidang-pendidikan
http://faisolakhmad.blogspot.com/2015/08/globalisasi-dan-posisi-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai