Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN DAN PRAKTIK PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA DI PENDIDIKAN DASAR


“Ciri-Ciri, Fungsi, Hakikat dan Genre Sastra Anak”

Makalah Ini Dibuat untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kajian dan
Praktik Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Pendidikan Dasar

Oleh
KELOMPOK II
DINA ERINA NASUTION (22124013)
THREE RAHMADONA (22124060)

Dosen Pengampu :
Dr. Nur Azmi Alwi, S.S, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyusun makalah “Kajian dan Praktik Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Pendidikan Dasar” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
mempercayakan makalah ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah ini baik materi yang
disampaikan maupun sistematis penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang penulis buat dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Padang, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………..……. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………… 2
BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………………… 3
A. Ciri-Ciri Sastra Anak……………………………………………………………….. 3
B. Fungsi Sastra Anak………………………………...……………………………….. 4
C. Hakikat dan Genre Sastra Anak……………………………………..……………... 6
BAB III. PENUTUP………………………………………………………………...… 9
A. Kesimpulan………………………………………………………...……………….. 9
B. Saran……………………………………………………………..…………………. 9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…………… 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra yang dikhususkan untuk kanak- kanak, dikenal sebagai sastra
anak. Berdasarkan kenyataan ini dapat dipahami, bahwa terdapat fenomena dalam
dunia penulisan kreatif bahwa ada saatnya di mana penulis kreatif (sastrawan,
penyair, dramawan) telah menetapkan terlebih dahulu secara khusus siapa pembaca
yang dituju dari karya yang akan diciptakannya (Rosid, 2021). Di dalam pengertian
umum, kata “anak” dalam hal ini mungkin lebih tepat disebut dengan istilah “kanak-
kanak” dapat ditujukan kepada manusia yang berusia antara 6 sampai 12 tahun. Jika
ditinjau dari jenjang pendidikannya, anak dengan usia tersebut adalah kanak- kanak
pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Sastra anak, secara dikotomi dapat
dikatakan sebagai karya sastra yang “layak” dibaca, didengar, atau dikonsumsi oleh
kanak-kanak. Kata “layak” memberikan gambaran bahwa ada persyaratan khusus
tentang boleh tidaknya, baik tidaknya, atau sesuai tidaknya, sastra tersebut dibaca
atau diperuntukkan bagi kanak- kanak. Kata “layak” juga mengisyaratkan isi sastra
anak merupakan bagian penting, sehingga dibutuhkannya pembelajaran mengenai
sastra anak tersebut.
Pembelajaran sastra anak memiliki peran penting bagi perkembangan pribadi
siswa dalam menuju kedewasaaan sebagai manusia yang memiliki jati diri yang
jelas (Alim et al., 2022). Pembelajaran sastra anak di Sekolah Dasar (SD), memilki
peranan penting dalam membentuk kemampuan berpikir siswa. Sastra anak
dipandang sebagai media untuk mengkreasikan dan mengimajinasikan hal-hal yang
berada pada diri siswa. Melalui pembelajaran sastra anak, siswa memiliki
kemampuan untuk menghubungkan pikiran-pikiran imajinatif dengan kehidupan
nyata. Sastra anak merupakan suatu karya yang isinya sesuai dengan dunia anak-
anak, yang mencerminkan keadaan anak dari segi isi dan bahasa yang digunakan
untuk menyampaikan pesan secara lisan maupun tertulis. Sastra anak memiliki ciri-
ciri, fungsi, hakikat, dan genre yang akan dibahas lebih lanjut di dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah di dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja ciri-ciri dari sastra anak?
2. Bagaimana fungsi dari sastra anak?

1
3. Bagaimana hakikat dan genre dari sastra anak?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan di dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui ciri-ciri sastra anak
2. Untuk mengetahui fungsi sastra anak
3. Untuk mengetahui hakikat dan genre sastra anak

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-Ciri Sastra Anak
Nodelman (2008) menyimpulkan beberapa karakteristik yang umum ditemui
dalam karya sastra anak antara lain: a) gaya bahasa yang sederhana dan langsung
karena disesuaikan dengan usia pembaca; b) ceritanya difokuskan pada aksi, yakni
apa yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita tersebut dan akibat dari tindakan
tersebut; c) disertai dengan gambar atau ilustrasi yang berfungsi untuk memberikan
infromasi visual dan emosional yang tidak dapat dikomunikasikan melalui teks itu
sendiri; dan d) tokoh utamanya umumnya anak-anak atau binatang yang memiliki
sifat atau perilaku seperti anak-anak, agar pembaca anak dapat mengidentifikasi diri
dengan tokoh tersebut.
Sementara itu, karakteristik atau ciri-ciri sastra anak menurut Kanzunnudin dan
Toha (Munaris, 2020) adalah sebagai berikut.
1. Unsur pantangan, merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan
tema dan amanat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sastra anak
menghindari atau pantangan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut
masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian,
kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat dan masalah kematian.
Tema seperti kemiskinan, ketidakadilan, kejahatan boleh diangkat dalam cerita
anak, tetapi harus disederhanakan dan akhir cerita harus menunjukkan akhir
kebahagiaan atau keindahan. Tema dalam sastra anak bisa mengangkat tentang
kesetiakawanan, keadilan, keluarga, kemandirian, dan tema-tema ini harus
mampu memberikan persuasi pada pembaca tentang sesuatu.
2. Adanya penyajian dengan gaya langsung, artinya penyajian ceritanya
mendeskripsikan cerita secara singkat dan langsung ke sasaran. Dalam
penyajian cerita boleh diselingi dialog-dialog yang wajar dan sesuai dengan
dunia anak.
3. Adanya fungsi terapan, bahwa cerita anak harus memiliki nilai dan manfaat,
seperti manfaat pengetahuan, manfaat keterampilan, ataupun manfaat kejiwaan
yang berkaitan dengan anak. Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus
bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk
pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak.

3
Sastra dapat berfungsi sebagai sarana hiburan (estetis) dan sekaligus media
untuk mendidik (didaktis) seorang anak.
4. Dari sudut pandang kebahasaan, sastra anak harus menggunakan kalimat
sederhana dan diksi bermakna denotatif, tidak konotatif. Jika ada majas, maka
menggunakan majas personifikasi, serta memakai pilihan kata yang akrab
dengan dunia anak.
5. Dari sudut pandang kesastraan, sastra anak bisa dicermati dari aspek alur.
Sastra anak menggunakan alur yang sederhana, terdiri dari permulaan
(memperkenalkan tokoh, setting cerita), pertengahan (konflik-konflik akibat
interaksi antar tokoh), dan akhir cerita (penyelesaian yang sudah final).
Sedangkan dari segi tokoh, tokohnya bisa berupa manusia, hewan, tumbuhan,
atau benda-benda yang lain. Jika tokoh berupa manusia, maka tokoh utamanya
harus anak-anak dan tokoh dewasa bisa menjadi tokoh pembantu. Jika
tokohnya hewan atau tumbuhan, tokohnya familier dengan dunia anak.
6. Karakter tokohnya kuat, konsisten, dan bisa dipercaya. Bukan karakter yang
mudah putus asa. Karakter tokohnya juga hitam-putih, kontras. Jahat ya jahat,
baik ya baik.
7. Latar dalam sastra anak bisa berfungsi untuk memperkuat tema di dalam cerita.
Misalnya, latar dengan keindahan alam untuk memperkuat tema tentang
kesadaran terhadap lingkungan. Latar di sekolah, untuk memperkuat tema
tentang pendidikan.

B. Fungsi Sastra Anak


Kehadiran sastra anak dijadikan sebagai media untuk memberikan pendidikan
dan hiburan kepada pembacaya. Sastra anak memiliki fungsi sebagai media
pendidikan, hiburan, membentuk keperibadian, dan menuntut kecerdasan emosi
anak (Retno, 2014). Sastra anak berkontribusi untuk perkembangan keperibadian,
dari segi nilai personal yaitu: a) perkembangan emosional; b) perkembangan
intelektual; c) Perkembangan imajinasi; d) pertumbuhan rasa sosial; e) pertumbuhan
rasa etis dan religius. Sedangkan untuk nilai pendidkan yaitu (Burhan, 2019): a)
eksplorasi dan penemuan; b) perkembangan bahasa; c) penanaman wawasan
multikultural; d). pengembangan nilai keindahan; f) penanaman kebiasaan
membaca. Dari fungsi sastra anak inilah siswa mampu untuk membedakan sastra
anak dengan sastra orang dewasa.

4
Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai
pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak
informasi tentang sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas
atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak. Selain
fungsi pendidikan dan hiburan, sastra anak juga berfungsi: 1) membentuk
kepribadian, dan; 2) menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak
akan dibentuk melalui karya sastra yang dibacanya. Selain dua fungsi tersebut,
sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus berikut ini.
1) Melatih dan memupuk kebiasaan membaca pada anak-anak.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa anak-anak lebih suka
membaca hanya untuk mencari kesenangan. Niat awal untuk mencari
kesenangan dapat dijadikan sebagai jembatan untuk melatih dan membiasakan
anak bergelut dengan dunia buku. Jika anak-anak telah terbiasa membaca
bacaan anak, maka akan merangsang kebiasaan atau hobinya untuk membaca
buku-buku pelajaran dan buku umum lainnya.
2) Membantu perkembangan intelektual dan psikologi anak.
Memahami suatu bacaan bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika anak-
anak telah terbiasa membaca, maka hakikatnya mereka telah terbiasa
memahami apa yang dibacanya. Kebiasaan memahami bacaan tentu akan
sangat membantu perkembangan intelektual atau kognisi anak. Demikian pula
sajian cerita atau kisah dan berbagai hal dalam karya sastra anak akan
menumbuhkan rasa simpati atau empati anak-anak terhadap berbagai kisah
tersebut. Dengan demikian, sastra anak dapat membantu perkembangan
psikologi atau kejiwaan anak untuk lebih sensitif terhadap berbagai fenomena
kehidupannya.
3) Mempercepat perkembangan bahasa anak.
Perkembangan bahasa anak berjalan secara bertahap seiring dengan
perkembangan fisik dan pikirannya. Kematangan berpikir sangat menentukan
perkembangan bahasa anak, demikian pula sebaliknya, perkembangan bahasa
sangat menentukan kematangan berpikir anak. Anak-anak yang biasa membaca
bacaan anak dapat memperoleh bahasa (kosa kata, kalimat) lebih banyak dan
lebih cepat jika dibandingkan dengan anak-anak lain. Tentu, jika anak-anak
cepat perkembangan bahasanya, akan membantu tingkat kematangan
berpikirnya.

5
4) Membangkitkan daya imajinasi anak.
Secara leksikal, kata imajinasi memang dapat diartikan sebagai
‘khayalan’. Namun, imajinasi dalam karya sastra tidaklah sepenuhnya berisi
khayalan tanpa ada kaitannya dengan realitas. Imajinasi dalam sastra tidak lain
hanyalah sebuah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
pengarangnya. Oleh sebab itu, esensi dan substansi imajinasi dalam karya
sastra adalah realitas kehidupan manusia.
Anak-anak yang biasa membaca sastra (bacaan anak), akan terbiasa turut
merasakan dan melibatkan pikiran (imajinasi) sehingga seolah-olah dia yang
mengalami peristiwa dalam karya yang dibacanya. Dengan begitu, imajinasi akan
menumbuhkan pemikiran yang kritis dan kepekaan emosional yang tinggi dalam
diri anak.

C. Hakikat dan Genre Sastra Anak


Kurniawan (Munaris, 2020) mengemukakan bahwa sastra anak merupakan
sebuah karya sastra yang ceritanya berkolerasi dengan dunia anak-anak dan bahasa
yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual, dan emosional anak.
Sastra anak merupakan jenis bacaan cerita anak-anak dari bentuk karya sastra yang
ditulis untuk konsumsi anak-anak. Genre sastra anak dapat saja analog dengan
pembedaan genre dalam sastra dewasa, yaitu dalam tiga besar genre: puisi, fiksi, dan
drama dengan masing- masing memiliki subgenre. Dengan demikian, pembicaraan
tentang genre menjadi lebih sederhana. Namun genre sastra anak faktanya tidak
sesederhana itu, maka pembedaan genre ke dalam tiga macam tersebut tidak
dilakukan. Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam
enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan
nonfiksi dengan masing-masing mempunyai jenis lagi (Burhan, 2019).
1) Realisme. Dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu
mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus benar-benar ada dan terjadi.
Peristiwa dan aksi serta jalinan peristiwa dan aksi yang dikisahkan masuk akal
dan logis. Genre realisme sendiri terbagi atas cerita realisme, realisme binatang,
realisme historis, realisme olahraga.
2) Fiksi formula. Sebagaimana sebutannya, fiksi formula seolah-olah telah
memiliki “formula”, rumus, pola alur, pola karakter, dan lain-lain yang bersifat
stereotip. Walau hal itu tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan

6
oleh penulis. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula
adalah cerita misteri dan detektif, cerita romantic, dan novel serial.
3) Fantasi. Lukens (Burhan, 2019) menyebut cerita fantasi sebagai cerita yang
menawarkan sesuatu yang sulit diterima oleh akal. Cerita fantasi dikembangkan
lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehingga sebagai sebuah cerita
dapat diterima oleh pembaca. Yang tergolong dalam fantasi adalah cerita
fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sains.
4) Sastra tradisional. Istilah tradisional dalam kesastraan (traditional literature atau
folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah
mentradisi, tidak diketahui mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan
secara turn-temurun secara lisan. Yang termasuk dalam jenis ini adalah, fabel,
dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
5) Puisi. Genre puisi anak dapat berwujud puisi- puisi lirik tembang-tembang anak
tradisional, lirik tembang-tembang ninabobo, puisi naratif, dan puisi personal.
6) Bacaan Nonfiksi. Bacaan nonfiksi sastra ditulis secara artistik sehingga jika
dibaca oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman sekaligus kesenangan. Ia
akan membangkitkan pada diri anak perasaana keindahan yang berwujud efek
emosional dan intelektual. Yang tegolong dalam jenis ini adalah buku informasi
dan biografi.
Sementara itu, Retno (2014) menggolongkan sastra anak menjadi tiga macam
yakni puisi, prosa, dan drama.
1) Puisi, adalah serangkaian kata dalam bait yang memperhatikan rima dan
irama dengan menggunakan bahasa yang indah. Ada tiga unsur pokok yang
terkandung di dalam puisi. Pertama, meliputi pemikiran, ide, atau emosi;
kedua, bentuknya; ketiga, kesannya. Dapat dikatakan puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Menurut
Waluyo (Retno, 2014) puisi terbagi atas tiga, yaitu puisi naratif, puisi lirik,
dan puisi deskriptif. Puisi hadir dengan bahasa yang singkat dan padat. Puisi
merupakan suatu bentuk ekpresi, deskripsi, protes maupun narasi. Puisi
adalah genre sastra yang amat memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan,
sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa bahasa puisi adalah bahasa yang
tersaring penggunaannya (Burhan, 2019). Puisi anak sudah banyak
ditemukan dalam majalah Bobo, koran dll.

7
2) Prosa, adalah karya sastra yang tidak dibuat atas rangkaian bait demi bait
tetapi dibuat atas rangkaian alinea dengan merangkaikan unsur-unsur
tempat, waktu, suasana, kejadian, alur peristiwa, pelaku berdasarkan tema
cerita yang diperoleh secara imajinatif. Secara umum, prosa dikelompokkan
atas prosa lama (contohnya: Dongeng, Hikayat) dan prosa baru (contohnya:
Cerita Pendek, Novel).
3) Drama, merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di
hadapan penonton. Dengan demikian, drama merupakan salah satu karya
sastra yang dipakai sebagai medium penggungkapan gagasan atau perasan
melalui serangkaian dialog antar pelaku dan adegan yang tujuan utamanya
akan dipertunjukkan.
Terdapat perbedaan antara tiga jenis sastra anak tersebut, dalam puisi pembacaan
dilakukan secara monolog atau sendiri perbedaannya dengan drama adalah pada
pembacaannya dimana pada drama disebut dialog. Dialog dilakukan oleh dua orang
atau lebih sehingga lebih hidup. Lalu perbedaan antara keduanya dengan prosa
adalah adanya cangkokan dan perubahan dari dialog ke monolog. Perubahan tersebut
dikarenakan pada prosa teks dituliskan secara paragraf dan lebih jelas.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karya sastra yang dikhususkan untuk kanak- kanak, dikenal sebagai sastra
anak yang memiliki ciri-ciri: a) gaya bahasa yang sederhana dan langsung; b)
ceritanya difokuskan pada aksi; c) disertai dengan gambar atau ilustrasi; dan d)
tokoh utamanya umumnya anak-anak atau binatang yang memiliki sifat atau
perilaku seperti anak-anak. Sastra anak memiliki fungsi sebagai media pendidikan,
hiburan, membentuk keperibadian, dan menuntut kecerdasan emosi anak. . Secara
garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam,
yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi dengan
masing-masing mempunyai jenis lagi.
B. Saran
Dari pemaparan tersebut tampak jika pembelajaran mengenai sastra anak
sangat penting untuk dipelajari, sehingga diharapkan kita semua mampu
mempelajari dan menguasai materi tersebut dengan baik. Selain itu, penulis
menyadari jika makalah diatas masih jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta
kritik yang membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR RUJUKAN
Alim, A., Nahdi, K., & Nursaly, B. R. (2022). Pengembangan Bahan Ajar Sastra
Anak Berbasis Lokal dan Berpikir Kreatif Siswa. Sebasa: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(2), 344–352.
https://doi.org/https://doi.org/10.29408/sbs.v5i2.6536
Burhan, N. (2019). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Gajah Mada
University Press.
Munaris. (2020). Sastra Anak Sebagai Sarana Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal
KATA (Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya), 1–10.
Nodelman, P. (2008). The Hidden Adult: Defining Children’s Literature. John
Hopkins University Press.
Retno, W. (2014). Kajian Sastra Anak. Graha Ilmu.
Rosid, A. (2021). Nilai-Nilai Dalam Sastra Anak Sebagai Sarana Pembentukan
Karakter. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Metalingua, 6(1), 7–
10. https://doi.org/10.21107/metalingua.v6i1.10508
Alim, A., Nahdi, K., & Nursaly, B. R. (2022). Pengembangan Bahan Ajar Sastra
Anak Berbasis Lokal dan Berpikir Kreatif Siswa. Sebasa: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(2), 344–352.
https://doi.org/https://doi.org/10.29408/sbs.v5i2.6536
Burhan, N. (2019). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Gajah Mada
University Press.
Munaris. (2020). Sastra Anak Sebagai Sarana Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal
KATA (Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya), 1–10.
Nodelman, P. (2008). The Hidden Adult: Defining Children’s Literature. John
Hopkins University Press.
Retno, W. (2014). Kajian Sastra Anak. Graha Ilmu.
Rosid, A. (2021). Nilai-Nilai Dalam Sastra Anak Sebagai Sarana Pembentukan
Karakter. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Metalingua, 6(1), 7–
10. https://doi.org/10.21107/metalingua.v6i1.10508

10

Anda mungkin juga menyukai