Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT SASTRA ANAK, MACAM-MACAM SASTRA ANAK DAN

BENTUK-BENTUK SASTRA ANAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Lanjutan MI/SD

Dosen Pengampu : Suci Herwani, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Amilia Fasichah (2110310021)


2. M. Faizal Muthohar (2110310025)
3. Destia Durrotun Nafisah (2110310027)
4. Linda Nihayatus Sa'diyah (2110310031)
5. Reny Safitri (2110310033)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat
Sastra Anak, Macam-Macam Sastra Anak dan Bentuk-Bentuk Sastra Anak” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Lanjutan MI/SD.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suci Herwani, M.Pd. Selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Lanjutan MI/SD. Tanpa bimbingan dari beliau,
mungkin penulis tidak akan dapat menyelesaikan sesuai dengan format yang telah
ditentukan. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti
dan pembacanya.

Kudus, 6 Desember 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Pengertian Sastra Anak ....................................................................... 3


B. Ciri-Ciri dan Manfaat Sastra Anak ...................................................... 4
C. Macam-Macam dan Bentuk-Bentuk Sastra Anak ............................... 7
D. Unsur-Unsur Intrinsik dalam Cerita .................................................. 10

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12

A. Kesimpulan ........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra anak adalah sastra yang memfokuskan anak-anak sebagai pengamat
utama. Menurut Norton (dalam jurnal pendidikan dasar 2004:38)
mengungkapkan pendapatnya bahwa “sastra anak-anak adalah sastra yang
mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak yang dapat dilihat dan
dipahami melalui mata anak-anak (Thought the eyes of a child)”.
Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan
paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan
pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu
yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak.1
Dalam sastra anak-anak tidak hanya diajarkan untuk mengapresiasi saja
tetapi juga dapat dijadikan sumber belajar keterampilan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca dan menulis) bagi siswa. Karya sastra menuntut
keterlibatan seluruh kemampuan berbahasa. Keterlibatan semua aspek
keterampilan bahasa tersebut menjadi bagian tidak terpisahkan dalam proses
pemaknaan karya sastra.
Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di
Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan
tentang sastra anak. Hal ini terjadi karena sastra anak dianggap remeh dan
rendah dibandingkan sastra dewasa. Padahal, perkembangan kognisi, emosi
dan keterampilan anak tidak bisa lepas dari peran karya sastra. Buktinya
sekalipun dalam gempuran budaya elektronik barat, sampai saat ini sastra
anak masih digunakan oleh orang: guru dan orang tua serta masyarakat pada
umumnya sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai edukasi dan moral
kepada anak-anak. 2

1
Dadan Djuanda, Novi Resmini dan Dian Indihadi. Pembinaan dan pengembangan pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia. (Bandung: UPI Press, 2006)
2
Albert Kurniawan, Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula. (Yogyakarta, Penerbit: Mediakom, 2009).

1
Sastra anak merupakan salah satu wujud dari karya sastra, wujud pertama
dari sastra anak dapat dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian
bahasa, sastra anak tidak selalu mengandalkan suatu bentuk keindahan
sebagaimana layaknya karya sastra pada umumnya. Yang paling penting
untuk ditonjolkan dalam sastra anak adalah fungsi yang hadir bersamanya.
Baik itu fungsi estetis maupun bentuk gaya bahasa
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian sastra anak?
2. Bagaimana ciri-ciri dan manfaat sastra anak?
3. Bagaimana macam-macam dan bentuk-bentuk sastra anak?
4. Bagaimana unsur-unsur intrinsik dalam cerita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sastra anak.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan manfaat sastra anak.
3. Untuk mengetahui macam-macam dan bentuk-bentuk sastra anak.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dalam cerita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra Anak


Sastra merupakan bagian dari kesenian yang dapat memberikan manfaat
tersendiri bagi siapa saja yang menikmatinya. Sastra umumnya memberikan
kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan bagi manusia. sastra dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang merupakan gabungan dari kata
“sas”, berarti mengarahkan, mengajarkan dan memberi petunjuk. Kata sastra
tersebut mendapat akhiran -tra yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
alat atau sarana. Sehingga, sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk
atau pengajaran. Sebuah kata lain yang juga diambil dari bahasa Sansekerta
adalah kata pustaka yang secara luas berarti buku. 3
Sumarjo dan Saini menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi
manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat bahasa. Sehingga sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran,
pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau
ungkapan, bentuk dan bahasa. 4 Sastra juga dapat diartikan dengan ungkapan
perasaan seseorang yang diungkapkan dalam sebuah tulisan maupun cerita yang
dikemas secara menarik untuk pembacanya.
Tidak jauh berbeda dengan sastra, sastra anak juga menggambarkan
ungkapan perasaan seorang anak yang nantinya akan dinikmati oleh anak-anak.
Karya sastra ini merupakan sebuah karya sastra yang memberikan kesenangan
dan pemahaman kepada anak-anak. Menurut Heru Kurniawan Sastra anak
adalah cerita yang mengacu pada korelasi dengan dunia anak-anak (dunia yang
dipahami anak) dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan

3
teeuw a. 1984. sastra dan ilmu sastra pengantar teori sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
4
Sumardjo. Saini 1997. Apresiasi kesusastraan / Jacob Sumardjo [dan] Saini K.M. Jakarta.
Gramedia 1986

3
intelektual dan emosional anak (bahasa yang dipahami anak-anak).5 Jadi sastra
anak ini difokuskan untuk anak-anak dengan rentan usia 0-11/12 tahun yang
dimana pada usia ini anak hanya dapat memahami sesuatu yang bersifat konkrit.
Sastra anak pada hakikatnya sama dengan sastra orang dewasa yang
strukturnya tidak ada yang berbeda. Mempunyai judul, setting dan unsur
intrinsik yang lain. Hanya saja isi didalamnya yang berbeda karena sastra anak
ini ditujukan untuk anak-anak.
B. Ciri-Ciri dan Manfaat Sastra Anak
Riris K. Toha – Sarumpaet ( 1876 : 29-32 ) mengemukakan bahwa ada 3
ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa .Tiga
ciri pembeda itu berupa :6
1. Unsur Pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan
dengan tema dan amanat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sastra anak
menghindari atau pantangan terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan
kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat dan
masalah kematian.
Jika ada, hal buruk yang diangkat dalam sastra anak, misalnya
kemiskinan, kekejaman ibu tiri atau perlakuan yang tidak adil pada tokoh
protagonis, biasanya amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir tokoh
menemui kebahagiaan atau kehidupan, misalnya cerita Putri Salju,
Cinderella, Bawang Merah dan Bawang Putih, Cindelaras, dan Putri Angsa.
2. Penyajian dengan Gaya Secara Langsung
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita
merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya.
Artinya kalaupun ada pemaparan, sifatnya tetap dinamis dan dalam ruang

5
Kurniawan Heru, Sastra anak dalam kajian strukturalisme, sosiologi, semiotika, hingga
penulisan kreatif. (Yogyakarta. Graha Ilmu, 2009)
6
Riris K, Toha Sarumpaet. Pedoman Penelitian Sastra Anak. (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia,
2010).

4
lingkup permasalahan yang tetap atau jalinan. Dengan demikian, deskripsi
watak tokoh pun menjadi mudah untuk diidentifikasi.
3. Fungsi Terapan
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif
dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan
umum, keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi
terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang
terdapat pada teks karya sastra anak itu sendiri ,misalnya dari judul
petualangan Sinbad akan memberi informasi tokoh asing . Jadi Sastra dapat
berfungsi sebagai sarana hiburan (estetis) dan sekaligus media untuk
mendidik (didaktis) seorang anak.
Sastra dapat memenuhi kebutuhan atau kepuasan pribadi anak dan
pengembangan keterampilan berbahasa. Kepuasan pribadi anak setelah
membaca karya sastra penting. Selain berpengaruh pada keterampilan
membaca, karya sastra juga berfungsi mengembangkan wawasan anak.
Fungsi karya sastra sebagai pengembang kemampuan berbahasa dapat
disebut sebagai nilai pendidikan. Dengan belajar sastra anak, seperti:
melalui lagu dolanan, puisi lagu, nyanyian anak, dan jenis karya sastra
lainnya, secara tidak langsung seseorang juga belajar bahasa.

Di samping ketiga ciri tersebut, ada satu ciri lagi yang tidak kalah penting,
yakni unsur fantasi. Unsur fantasi ini harus melekat pada sastra anak. Hal itu
bertujuan agar anak dapat mempelajari dunia yang unik dan lain dari yang lain
itu sebagai bekal melangkah ke depan. Lewat cerita fantasi anak dapat diajak
‘terbang dan berpetualang’ ke mana-mana ke dunia impian yang termasuk
mustahil kebenarannya.

Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi


pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara
intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi
penting bagi perkembangan anak. Pengalaman bersastra akan diperoleh anak

5
manfaat yang dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya
yakni :

1. Memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak.


2. Mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau
gagasan dengan berbagai cara.
3. Memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya
sendiri.
4. Mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan.
5. Menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal.
6. Mendekatkan anak dengan orang tua.

Selain nilai instrinsik sastra anak juga bernilai secara ekstrinsik yang
bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1) perkembangan
bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4)
perkembangan sosial. Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan
untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan
mengarahkan anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan
mengarahkan anak pada pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan
serta pengenalan pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang
lain.7

Sastra anak, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kepribadian mereka.


Perkembangan emosi anak, akan terbentuk melalui cerita-cerita dan atau kisah-
kisah tertentu. Dengan kata lain, sastra anak akan memiliki pengaruh tertentu
terhadap perkembangan kepribadiannya. Pengaruh itu antara lain: (1) anak-
anak akan terbentuk pribadinya secara alami karena telah menyaksikan atau
menikmati sastra; (2) sastra anak akan menjadi penyeimbang emosi dan

7
Burhan Nurgiyantoro. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Yogyakarta: Gajdah
Mada University Press, 2005)

6
penanaman rasa tertentu secara wajar; (3) sastra akan menanamkan konsep diri,
harga diri, dan menemukan kemampuan yang realistis; (4) sastra anak akan
membekali anak untuk membentuk sifat-sifat kemanusiaan, seperti ingin
menghargai, ingin dicintai, ingin keselamatan, dan ingin keindahan.8

Untuk memperoleh kontribusi sastra anak bagi pembentukan kepribadian


anak, aktivitas membaca teks sastra anak haruslah menjadi rutinitas yang
terjaga. Anak tidak akan begitu saja mau dan tahu membaca berbagai bacaan.
Mengingat kondisinya yang masih terbatas, anak memerlukan “pembelajaran”
(pertolongan) dari orang dewasa sekelilingnya untuk memperoleh hal-hal yang
seharusnya dimiliki dan sebaliknya tidak perlu dimiliki. Salah satu cara
pembelajaran yang dimaksud adalah berliterasi lewat sarana sastra.

Buku-buku cerita yang baik dapat membangkitkan semangat dan hasrat


anak-anak untuk belajar. Melalui cerita, daya khayal yang ada pada diri anak
dapat dibina dan diarahkan kepada tujuan-tujuan yang sehat. Dalam waktu
senggang buku cerita dapat dijadikan sebagai hiburan, yang bukan saja
menciptakan suasana santai bagi diri anak, melainkan juga dapat memberi
kepuasan dan kesenangan bagi anak.

C. Macam-Macam Sastra Anak dan Bentuk-Bentuk Sastra Anak


Secara garis besar sastra dibagi menjadi dua bagian:
a. Sastra imajinatif (fiksi) adalah sastra yang dihasilkan melalui proses daya
imajinasi atau khayalan pengarangnya.
b. Sastra non-imajinatif (nonfiksi) adalah sastra yang mengutamakan keaslian
suatu peristiwa atau kejadian.

Berdasarkan bentuknya, sastra dibagi menjadi tiga bagian:

1. Puisi adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan bahasa singkat, padat,
dan indah.

8
Suwardi Endraswara. Metode Teori Pengajaran Sastra. (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005)

7
2. Prosa adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan bahasa bebas, panjang,
dan tidak terikat aturan-aturan tertentu.
3. Drama (Sandiwara) adalah bentuk karya sastra yang dilukiskan dalam
bahasa bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau
menolong.

Berdasarkan isinya, sastra dibagi menjadi empat bagian:

a) Epik adalah suatu karya sastra yang melukiskan sesuatu secara objektif
tanpa menyertakan pikiran dan perasaan pribadi pengarang atau penulisnya.
b) Lirik adalah suatu karya sastra yang pengarangnya lebih mengutamakan
unsur subjektivitas dengan cara memperindah kata atau bahasanya.
c) Didaktik adalah suatu karya sastra yang isinya memiliki tujuan untuk
mendidik pembaca. Isinya berupa masalah moral, etika dan agama.
d) Dramatik adalah suatu karya sastra yang melukiskan peristiwa atau kejadian
dengan menggebu-gebu atau berlebihan.

Berdasarkan sejarahnya, sastra dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kesusastraan lama adalah kesastraan yang hidup dan berkembang pada


masa masyarakat lama Indonesia.
2) Kesusastraan peralihan adalah kesastraan yang hidup di masa Abdullah bin
Abdul Kadir Munsyi.
3) Kesusastraan baru adalah kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat baru Indonesia.

Seperti halnya karya sastra secara umum, jenis sastra anak juga terdapat
bentuk puisi, prosa, dan drama.9

a) Puisi
Puisi dapat diibaratkan nyanyian tanpa notasi. Puisi merupakan
karya sastra yang paling imajinatif dan mendalam mengenai alam sekitar
dan diri sendiri termasuk hubungan manusia dan Tuhan yang Maha Kuasa.

9
Retno Winarni. Kajian Sastra Anak.(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)

8
Puisi memiliki irama yang indah, ringkas dan tepat menyentuh perasaan dan
juga sangat menyenangkan. Puisi hadir dengan bahasa yang singkat dan
padat. Puisi merupakan suatu bentuk ekspresi, deskripsi, protes maupun
narasi.
Puisi dapat dikelompokkan ke dalam berbagai ragam berikut ; (a)
puisi naratif, (b) puisi lirik, (c) Puisi deskriptif, (d) puisi fisikal, (e) puisi
platonic, (f) puisi metafisikal, (g) puisi subjektif, (h) puisi objektif, (i) puisi
konkret, (j) puisi diafan, (k) puisi prismptis, (l) puisi parnasian, (m) puisi
inspiratif, (n) puisi pamphlet, (o) puisi demonstrasi, dan (p) puisi alegori.
Adapun jenis-jenis puisi:
1) Puisi Lama, diantaranya: Pantun, Gurindam, dan Syair.
2) Puisi Baru diantaranya: Balada, Hymne, Ole, Epigram, Elegi, Satire,
Soneta, Terzina, Quatrain, Oktaf, Sektet.
3) Puisi Kontemporer, diantaranya: Mantra.
b) Prosa
Prosa adalah karya sastra yang tidak dibuat atas rangkaian bait demi
bait tetapi dibuat atas rangkaian alinea dengan merangkaikan unsur-unsur
tempat, waktu, suasana, kejadian, alur peristiwa, pelaku berdasarkan tema
cerita yang diperoleh secara imajinatif. Secara umum, prosa dikelompokkan
atas prosa lama dan prosa baru. Paparan mengenai kedua kelompok prosa
tersebut dapat dilihat pada bagian berikut:
1. Prosa Lama, contohnya: Dongeng, Hikayat.
2. Prosa Baru, contohnya: Cerita Pendek, Novel.
c) Drama
Drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di
hadapan penonton. 10
Dengan demikian, drama merupakan salah satu karya sastra yang
dipakai sebagai medium pengungkapan gagasan atau perasan melalui

10
Retno Winarni. Kajian Sastra Anak.(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) hal. 23

9
serangkaian dialog antar pelaku dan adegan yang tujuan utamanya akan
dipertunjukkan.
Terdapat perbedaan antara tiga jenis sastra anak tersebut, dalam puisi
pembacaan dilakukan secara monolog atau sendiri perbedaannya dengan
drama adalah pada pembacaannya dimana pada drama disebut dialog. Dialog
dilakukan oleh 2 orang atau lebih sehingga lebih hidup. Lalu perbedaan antara
keduanya dengan prosa adalah adanya cangkokan dan perubahan dari dialog
ke monolog. Perubahan tersebut dikarenakan pada prosa teks dituliskan secara
paragraph dan lebih jelas.
D. Unsur Intrinsik dalam Cerita
Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur
pembangun cerita yang termasuk unsur intrinsik meliputi:
1. Tema
Tema adalah ide dasar (permasalahan utama) yang dibahas dalam cerita.
Unsur ini mewarnai semua uraian sejak awal hingga akhir cerita, termasuk
pesan pengarang kepada pembaca.
2. Tokoh serta Penokohan
Tokoh dan penokohan meliputi penentuan nama tokoh, watak, dan
kebiasaan hidupnya sesuai dengan tema, latar, dan jalan cerita. Kehadiran
tokoh dalam cerita dapat berupa: tokoh utama (protagonis dan antagonis)
dan tokoh bawahan (tritagonis). Tokoh-tokoh dalam cerita dibedakan
dengan karakter atau watak. Penggambaran watak atau karakter disebut
penokohan.
3. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dibedakan menjadi alur
maju, alur mundur, dan alur campuran. Rangkaian peristiwa dalam alur
meliputi: perkenalan, pelukisan masalah atau konflik, klimaks,
penyelesaian, dan keputusan. Konflik ialah permasalahan yang terjadi pada
tokoh utama sehingga mengakibatkan pertikaian atau pertentangan. Konflik

10
dapat berupa pertentangan antara tokoh utama dengan dirinya sendiri, tokoh
utama dengan tokoh lain, atau tokoh utama dengan masyarakat.
4. Sudut Pandang
Sudut Pandang adalah segi penceritaan atau segi pandang pengarang. Jika
pengarang berlaku sebagai pengamat di luar cerita, pengarang akan
menggunakan kata ganti orang ketiga dalam cerita. Sementara itu, jika
pengarang berlaku sebagai tokoh utama dalam cerita, ia kan menggunakan
kata ganti orang pertama.
5. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca
tentang perbuatan baik yang perlu dilakukan dan perbuatan jahat yang harus
ditinggalkan. Amanat bisa disampaikan secara eksplisit (tersurat) atau
secara implisit (tersembunyi). Pesan tersurat disampaikan berupa saran
penulis cerita kepada pembaca atau melalui dialog (ucapan) para tokoh
dalam cerita. Sementara itu, pesan tersembunyi harus ditafsirkan sendiri
oleh pembaca berdasarkan peristiwa yang disajikan, perbuatan tokoh, atau
jalan cerita, terutama bagian penyelesaian.
6. Latar
Latar adalah unsur yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana yang
mendasari terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar tempat menjawab
pertanyaan di mana, latar waktu menjawab pertanyaan kapan, dan latar
suasana menjawab pertanyaan bagaimana.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa oleh pencerita. Bagaimana gaya
bahasa yang digunakan pengarang, pilihan katanya, dan penggunaan majas
termasuk unsur intrinsik dalam cerita.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sastra anak adalah cerita yang mengacu pada korelasi dengan dunia anak-
anak (dunia yang dipahami anak) dan bahasa yang digunakan sesuai dengan
perkembangan intelektual dan emosional anak (bahasa yang dipahami anak-
anak).
2. Ada tiga ciri sastra anak yang membedakannya dengan sastra orang dewasa.
Ketiga ciri tersebut adalah adanya unsur pantangan, sajian yang dilakukan
dengan gaya secara langsung, dan adanya fungsi terapan. Sastra anak-anak
menjanjikan sesuatu bagi pembacanya yaitu nilai yang terkandung di
dalamnya yang dikemas secara intrinsik maupun ekstrinsik.
3. Menurut Retno Winarni, sastra anak terdiri dari ; puisi, prosa, dan drama.
4. Unsur Intrinsik cerita diantaranya ; tema, tokoh dan penokohan, alur, sudut
pandang, amanat, latar, dan gaya bahasa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Dadan, Novi Resmini dan Dian Indihadi. (2006). Pembinaan dan
pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: UPI
Press.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana


Pustaka.

Johns, Y., Stokes, R. (1978). Bahasa Indonesia 1. (n.p.): Periplus..

Kurniawan, Albert. 2009. Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula. Yogyakarta:


Mediakom.

Kurniawan, Heru, 2009. Sastra anak dalam kajian strukturalisme, sosiologi,


semiotika, hingga penulisan kreatif. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Munaris. 2010. Sastra Anak Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Di Sekolah.


Jurnal KATA (Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya), Lampung.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak.


Yogyakarta: Gajdah Mada University Press.

Sumardjo. Saini 1997. Apresiasi kesusastraan / Jacob Sumardjo [dan] Saini K.M.
Jakarta. Gramedia 1986.

Sarumpaet, Riris K, Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Pustaka
Obor Indonesia.

Teeuw a. 1984. sastra dan ilmu sastra pengantar teori sastra. Jakarta pustaka jaya.

Winarni, Retno. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

13

Anda mungkin juga menyukai