Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

“APRESIASI SASTRA ANAK”

DISUSUN OLEH:

DENI AL-HUDA
KARMILA ALIANI RANTAI
MELLY NISPIARLEN
SERLY DEVICA

DOSEN PENGAMPU:

REFRIL DANI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan syarat
untuk melengkapi nilai tugas Mata Kuliah "Bahasa Indonesia” yang berjudul
“Apresiasi Sastra Anak”.

Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta


bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki
kekurangan dan kesalahan, baik dalam penyampaian materi atau dalam
penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk
menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini.

Sehingga kritik dan saran yang membangun yang sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Muara Bungo, 20 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Apresiasi.................................................................................. 3
B. Pengertian Sastra Anak ............................................................................ 4
C. Karakteristik Sastra Anak ......................................................................... 6
D. Ciri- Ciri Sastra Anak................................................................................ 7
E. Fungsi Sastra Anak ................................................................................... 8
F. Pembelajaran Sastra Anak dan Menerapkannya
Dalam Pembelajaran ................................................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra anak adalah sastra yang memfokuskan anak-anak sebagai
pengamat utama. Menurut Norton (dalam julnal pendidikan dasar 2004:38)
mengungkapkan pendapatnya bahwa “sastra anak-anak adalah sastra yang
mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak yang dapat dilihat dan
dipahami melalui mata anak-anak (through the eyes of a child)”.
Menurut Resmini Novi, Djuanda D (2007:163) Sastra (dalam sastra
anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu
yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan
pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat
oleh orang dewasa ataupun anak-anak.
Dalam sastra anak-anak tidak hanya diajarkan untuk mengapresiasi saja
tetapi juga dapat dijadikan sumber belajar keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca dan menulis) bagi siswa. Karya sastra
menuntut keterlibatan seluruh kemampuan berbahasa. Keterlibatan semua
aspek keterampilan bahasa tersebut menjadi bagian tidak terpisahkan dalam
proses pemaknaan karya sastra.
Kita tahu bahwa sekarang ini pembelajaran sastra khususnya sastra anak
kurang diminati oleh anak-anak, padahal kita semua tahu bahwa dalam sastra
anak banyak terkandung nilai-nilai moral yang bernilai luhur. Namun pada
kenyataannya, anak-anak sekarang lebih memilih menyukai cerita-cerita yang
berbau aksi, seperti Naruto ataupun Dargon Ball yang mengandung unsur-
unsur yang kurang pantas untuk ditiru oleh anak-anak (misalnya
perkelahian). Dunia anak-anak yang penuh dengan kegembiraan merupakan
salah satu aspek penting untuk dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran
yang cocok diberikan kepada mereka terutama dalam pembelajaran sastra
anak.

1
Karya sastra merupakan pembelajaran yang cocok untuk diberikan
dikelas rendah karena telah diketahui oleh kita pada umumnya. Dengan
membaca karya sastra, hati kita bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan
dan menggembirakan. Selain itu karya sastra pun memberikan nilai-nilai dan
pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh anak-anak. Melalui karya
sastra, mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka dan pada
akhirnya mereka dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dari
pengalaman yang telah mereka tuangkan ke dalam karya satra.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka muncullah suatu rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian apresiasi?
2. Apa pengertian sastra anak?
3. Bagaimana karakteristik sastra anak?
4. Apa ciri-ciri sastra anak?
5. Apa fungsi sastra anak?
6. Bagaimana pembelajaran sastra anak dan menerapkannya dalam
pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian apresiasi.
2. Untuk mengetahui pengertian sastra anak.
3. Untuk mengetahui karakteristik sastra anak.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri sastra anak.
5. Untuk mengetahui fungsi sastra anak.
6. Untuk mengetahui pembelajaran sastra anak dan menerapkannya dalam
pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Apresiasi
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris “apresiation” yang berarti
penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja
“tiappreciate” yang berarti menghargai,menilai, mengerti dalam Bahasa
Indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan
menggeluti sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap cipta sastra.
Dalam KBBI kata apresiasi berarti pujian, pengertian, pemahaman, dan
penilaian. Menurut Gove (dalam Aminuddin, 2002: 25) bahwa kata apresiasi
mengandung arti pengenalan melalui perasaan atau epekaan batin dan
pemahman, pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh
pengarang.
Tarigan, 1984. Menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah penafsiran
kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan
pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar serta kritis, sebagai seorang
yang memiliki pengalaman maupun mengamati sastra bukan hanya bisa
melihat dan menafsirkan saja, melainkan dapat menilai sebuah karya sastra
tersebut dari aspek kualitasnya.
Menurut Albert R. Candler, apresiasi merupakan kegiatan mengartikan
serta menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni, serta menjadi sensitif
mengenai gejala estetis dan artistik, sehingga dapat menikmati dan menilai
karya tersebut secara semestinya. Dalam aktivitas mengapresiasi, seorang
penghayat melaksanakan aktivitas pencarian pengalaman estetis, sehingga
motivasi yang timbul adalah motivasi pengalaman estetis (berupa kepuasan
kontemplatif dan intuitif).

3
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
apresiasi merupakan setiap aktivitas penghargaan yang dilakukan sebagai
hasil penggunaan, peresapan, dan penilaian seseorang terhadap sebuah karya
sastra atau pun karya seni tertentu. Apresiasi juga dapat diartikan sebagai
bentuk rasa kagum atau pun kekaguman yang keluar dari diri pengguna atau
pun penikmat karya seni atau pun karya sastra tertentu.

B. Pengertian Sastra Anak


Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh
anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak
yang berusia antara 3-12 tahun (Puryanto, 2008 : 2).
Hunt berpendapat sastra anak sebagai buku bacaan yang dibaca
oleh,yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus
pulamemuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak. ( Witakania,
2008 : 8).
Sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnys
dominan yang bermediumkan bahasa baik lisan maupun tertulis yang secara
khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan tentang dunia yang akrab dengan
anak. (Santoso, 2003, 8.3
Sementara itu, Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra anak
adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh
orang tua. Orang tua jugalah yang mengedit, mengilustrasi, mencetak,
menerbitkan, mendistribusikan, memilihkannya di rumah atau di sekolah,
seringkali membacakannya, dan sesekali membicarakannya. Orang dewasa
pulalah yang membimbing anak dalam memilih dan mengusahakan bacaan
yang baik bagi anak, tetapi tidak semua sastra anak itu ditulis oleh orang tua.
Penulis sastra anak dapat juga dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, misalnya
anak yang telah berumur sepuluh atau sebelas tahun ke atas, sudah dapat
menulis puisi atau catatan harian dan sebagainya .

4
Jadi dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya sastra yang
didalamnya berisi nilai estetika dan hiburan yang secara kesulurahan dapat
dipahami oleh anak yang berusia 3-12 tahun, dan disampaikan lewat orang
yang lebih dewasa disekitarnya, seperti orang tua, kakak atau guru.
Disekolah Dasar, Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut
Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi
pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni :
1. Pencarian kesenangan Pada buku
2. Menginterprestasikan bacaan sastra
3. Mengembangkan kesadaran bersastra
4. Mengembangkan apresiasi
Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak
adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan
berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia
antara 6-13 tahun.
Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta.
Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak
harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik
mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula
pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman
tingkah laku dalam kehidupan. Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan
drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol.
Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan
atas tiga hal, yaitu :
1. Sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati.
2. Sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain
manusia.
3. Sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia
itu sendiri.

5
C. Karakteristik Sastra Anak
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tiga simpulan hasil penelitian,
yaitu:
1) Karakteristik bahasa dalam karya sastra anak Indonesia menggunakan
pilihan kata konkret, kalimat sederhana, dan kata-kata yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari puisi dan cerpen yang
dianalisis, secara umum bahasa yang digunakan sesuai dengan
perkembangan zaman dan kehidupan sosial yang terjadi di sekitar anak-
anak dan masyarakat. Karakteristik bahasa dalam karya sastra anak
Indonesia tersebut mencerminkan realitas sosial yang terjadi dari waktu
ke waktu.
2) Karakteristik tema dalam karya sastra anak berkisar pada kehidupan di
sekitar anak, tema tentang diri anak, keluarga, persahabatan, sekolah,
lingkungan sekitar, dan kehidupan sosial. Hal tersebut dikarenakan
semuanya berkaitan dan dekat dengan dunia anak-anak. Oleh karena itu,
pengarang menyesuaikan tema puisi dan cerpen untuk anak-anak dengan
memperhatikan kondisi sosial di lingkungan mereka.
3) Karakteristik teknik bercerita dalam karya sastra anak menggunakan
teknik-teknik tertentu untuk memudahkan anak dalam memahami karya
sastra tersebut. Dalam puisi teknik yang digunakan adalah deskripsi, yaitu
memaparkan isi puisi dengan cara mendeskripsikan bahan dari segi
bentuk, sifat, maupun cirinya. Cerpennya menggunakan teknik adegan,
yaitu mendeskripsikan cerita dengan memunculkan banyak adegan.
Karakteristik teknik bercerita dalam karya sastra anak juga
mencerminkan realitas sosial yang terjadi di lingkungan anak dan
masyarakat. Sebab, pengarang mengemas cerita tersebut agar anak-anak
senang, tertarik, dan dapat memahami maksud dari karya sastra yang
dibacanya.

6
D. Ciri-Ciri Sastra Anak
Berdasarkan hakikat sastra anak yang begitu kompleks, penulis merujuk
ciri-ciri sastra anak menurut Puryanto (2008). Terdapat delapan ciri sastra
anak yang akan dijelaskan di bawah ini:
1. Mengandung tema yang mendidik.
2. Alurnya lurus dan tidak berbelit-belit.
3. Menggunakan setting yang ada disekitar atau yang ada di dunia anak.
4. Tokoh dan penokohan mengandung keteladanan yang baik.
5. Gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu berperan dalam
perkembangan bahasa anak.
6. Sudut pandang orang yang tepat.
7. Imajinasi masih dalam jangkauan anak-anak.
8. Isi teks kesastraan dapat menambah wawasan anak

Riris K. Toha-Sarumpaet (1976:29-32) mengemukakan bahwa ada 3


ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa. Tiga
ciri pembeda itu berupa:
1) Unsur Pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan
dengan tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sastra
anak menghindari atau pantang terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan
kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat, dan
masalah kematian. Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang
diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman ibu
tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh proagonis, biasanya
amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir cerita menemui
kebahagiaan atau keindahan, misalnya dalam kisah Putri Salju, Cindrella,
Bawang Merah Bawang Putih, Limaran, Cindelaras, dan Putri Angsa.

7
2) Penyajian Dengan Gaya Secara Langsung
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah sajian cerita yang
deskripsinya secara singkat dan langsung menuju sasarannya,
mengetengahkan gerak yang dinamis, dan jelas sebab-sebabnya.
Deskripsi itu diselingi dengn dialog dan terwujud suasana yang tersaji,
perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik sifat, peran, maupun fungsinya
dalam cerita. Biasanya lebih cenderung digambarkan sifat tokoh yang
hitam putih. Artinya, setiap tokoh baik atau tokoh buruk.
3) Fungsi Terapan
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informative
dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan
umum, keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi
terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang
terdapat pada teks karya sastra anak itu sendiri, misalnya dari
judulPetualangan Sinbad akan memberikan informasi yang berupa kata
atau nama tokoh, anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri
asal kata atau tokoh itu, letak negeri itu, apa yang terkenal di negeri itu,
dan sebagainya.

E. Fungsi Sastra Anak


Sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus, yaitu sebagai berikut:
1) Melatih dan memupuk kebiasaan membaca pada anak-anak.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa anak-anak lebih
suka membaca hanya untuk mencari kesenangan. Niat awal untuk
mencari kesenangan dapat dijadikan sebagai jembatan untuk melatih dan
membiasakan anak bergelut dengan dunia buku. Jika anak-anak telah
terbiasa membaca bacaan anak, maka akan merangsang kebiasaan atau
hobinya untuk membaca buku-buku pelajaran dan buku umum lainnya.
2) Membantu perkembangan intelektual dan psikologi anak.
Jika anak-anak telah terbiasa membaca, maka hakikatnya mereka
telah terbiasa memahami apa yang dibacanya.

8
Kebiasaan memahami bacaan tentu akan sangat membantu perkembangan
intelektual atau kognisi anak. Demikian pula sajian cerita atau kisah dan
berbagai hal dalam karya sastra anak akan menumbuhkan rasa simpati
atau empati anak-anak terhadap berbagai kisah tersebut. Dengan
demikian, sastra anak dapat membantu perkembangan psikologi atau
kejiwaan anak untuk lebih sensitif terhadap berbagai fenomena
kehidupannya.
3) Mempercepat perkembangan bahasa anak.
Perkembangan bahasa anak berjalan secara bertahap seiring dengan
perkembangan fisik dan pikirannya. Kematangan berpikir sangat
menentukan perkembangan bahasa anak, demikian pula sebaliknya,
perkembangan bahasa sangat menentukan kematangan berpikir anak.
Anak-anak yang biasa membaca bacaan anak dapat memperoleh bahasa
(kosa kata, kalimat) lebih banyak dan lebih cepat jika dibandingkan
dengan anak-anak lain. Tentu, jika anak-anak cepat perkembangan
bahasanya, akan membantu tingkat kematangan berpikirnya.
4) Membangkitkan daya imajinasi anak.
Secara leksikal, kata imajinasi memang dapat diartikan sebagai
„khayalan‟. Namun, imajinasi dalam karya sastra tidaklah sepenuhnya
berisi khayalan tanpa ada kaitannya dengan realitas. Imajinasi dalam
sastra tidak lain hanyalah sebuah media untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaan pengarangnya. Oleh sebab itu, esensi dan substansi
imajinasi dalam karya sastra adalah realitas kehidupan manusia.
Anak-anak yang biasa membaca sastra (bacaan anak), akan terbiasa
turut merasakan dan melibatkan pikiran (imajinasi) sehingga seolah-olah
dia yang mengalami peristiwa dalam karya yang dibacanya. Dengan
begitu, imajinasi akan menumbuhkan pemikiran yang kritis dan kepekaan
emosional yang tinggi dalam diri anak.

9
Pada pandangan Tarigan (2011:6-8) terdapat enam manfaat sastra
terhadap anak-anak, yaitu:
1. Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan
kepada anak-anak.
2. Sastra dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu
mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan,
pengalaman, atau gagasan dengan berbagai cara.
3. Sastra dapat memberikan pengalaman-pengalaman aneh yang seolah-
olah dialami sendiri oleh para anak.
4. Sastra dapat mengembangkan wawasan para anak menjadi perilaku
insani.
5. Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan
pengalaman kepada para anak.
6. Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

F. Pembelajaran Sastra Anak dan Menerapkannya Dalam Pembelajaran


Tahapan Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar
1. Tahap Penikmatan
Tahap ini diawali sejak masa anak umur 3-7 tahun. Anak sekolah
dasar diajak menikmati atau mendengarkan cerita, puisi syair lagu, drama
anak-anak. Dengan menyimak, dan menonton maka akan timbul rasa
senang, gembira, puas pada diri siswa perlahan-lahan. Sehingga akan
timbul rasa cinta dan rindu terhadap karya sastra.
2. Tahap Penghargaan
Pemberian rasa pujian bila anak dapat menjawab pertanyaan yang
berupa umpan balik dari karya sastra yang baru dinikmatinya maka akan
muncul rasa ingin ikut memiliki atau menguasai hasil karya tersebut,
sehingga muncul rasa penghargaan terhadap karya sastra.

10
3. Tahap Pemahaman
Pemahaman ini ditekankan pada pemahaman unsur intrisik dan
ekstrinsik karya sastra, misalnya diberikan pertanyaan siapa tokoh yang
baik dan yang jahat, dimana peristiwa itu terjadi, dan lain sebagainya
guna mengukur tingkat pemahaman anak tentang sastra yang dibacakan.
4. Tahap Penghayatan
Pada tahap ini siswa diajak menganalisis tema dan berdiskusi
tentang nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut,
mengkritik, membandingkan antara satu karya dengan karya yang lain.
5. Tahap Implikasi
Tahap implikasi yaitu tahap dimana anak diberikan kesempatan
mengimplikasikan kreatifitas dalam bidang sastra, sesuai dengan
minatnya masing-masing seperti; yang suka puisi dibentuk kelompok
puisi, yang suka drama dibuatkan sanggar, dan yang suka fiksi maupun
cerpen diberkan pembinaan dalam bentuk ekstrakulikuler.
Kegiatan apresiasi sastra dapat meliputi 4 kegiatan yaitu:
a) Kegiatan langsung, yang terdiri atas:
1. Mendengar pembacaan puisi
2. Mendengar pembacaan cerpen
3. Menonton lomba baca puisi
4. Menonton lomba mendongeng
5. Menonton pementasan drama maupun lomba pementasan
drama/teater
6. Membacakan puisi
7. Membacakan cerpen
8. Mendongeng, dll.
b) Kegiatan tak langsung, yang terdiri atas:
1. Mempelajari teori sastra
2. Membaca sejarah sastra
3. Membaca esai sastra
4. Mempelajari kritik sastra

11
5. Mempelajari sejarah sastra
6. Membaca informasi mengenai kegiatan bersastra, dll.
c) Kegiatan dokumentatif meliputi:
1. Kliping esai sastra
2. Mengumpulkan antologi serta kumpulan puisi
3. Mengumpulkan antologi serta kumpulan cerpen
4. Mengoleksi novel
5. Mengoleksi naskah drama
6. Mengumpulkan foto-foto penyair atau pengarang, dll.
d) Kegiatan kreatif meliputi:
1. Mencipta puisi
2. Mengarang cerpen
3. Menulis novel
4. Membacakan dongeng
5. Mendongeng
6. Mengarang naskah drama
7. Memusikalisasi puisi
8. embuat kreasi puding (puisi dinding) atau mading sastra
9. Menulis resensi karya sastra
10. Mengadakan lomba baca puisi, dll

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sastra anak dapat diartikan sebagai „karya seni yang imajinatif dengan
unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun
tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang
dunia yang akrab dengan anak-anak.
Sastra anak merupakan bacaan yang banyak manfaatnya untuk pembaca
khususnya anak. Sastra anak memuat rasa kesenangan, kegembiraan,
kenikmatan, cita-cita, dan petualangan anak. Sastra anak dapat berkisah
tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan, sehingga mampu
memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan itu
sendiri.
Jadi, buku anak, sastra anak, adalah buku yang menempatkan sudut
pandang anak sebagai pusat penceritaan. Dengan sastra, anak dapat belajar
untuk mengapresiasi, seperti apresiasi langsung, apresiasi tidak langsung,
pendokumentasian sastra, dan kegiatan kreatif. Berbagai kegiatan apreasiasi
tersebut, kreativitas anak dapat tumbuh. Dengan membaca sastra anak
kreativitas anak dapat terasah. Anak akan termotivasi untuk membaca,
mengeksplorasi sesuai dengan keinginannya.

B. Saran
Sebagai calon guru SD harus bisa memahami tentang pembelajaran
sastra yang cocok untuk anak SD terutama kelas rendah, harus mampu
mengaplikasikan sastra agar siswa bisa mengapresiakanya, sebelum
melakukan pambelajaran apresiasi sastra guru harus terlebih dahulu memilih
bahan ajar dan menentukan metode pembelajaran. tingkatkan kemampuan
kita dalam bersastra, utamanya para pendidik agar peserta didik yang kita ajar
dapat betul-bertul memahami dari inti sastra itu sendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2005. Metode Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Buana Pustaka.
Rosdiana, Yusi. dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka. Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra.
Bandung: Gunung Larang.
Santoso, Puji, dkk. 2003. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Sarumpaet, Riris K.1976. Bacaan Anak-anak Suatu Penyelidikan Pendahuluan
ke Dalam Hakikat, Sifat, dan Corak Bacaan Anak-anak serta Minat Anak
pada Bacaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tim Penyusun Kamus. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Wallek, Rene & Warren, Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
https://media.neliti.com/media/publications/258984-penumbuhan-kreativitas-
anak-melalui-apre-dbb00247.pdf. Dikutip pada tanggal 19 April 2022, pukul
21.00 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai