Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAKIKAT DAN BEKAL AWAL APRESIASI


Dosen Pengampu : Wahyu Nuning Budiarti, M.Pd.

Disusun oleh:
Nama : Nur Cahyono
NIM : 202425015
Prodi : PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
Hakikat dan Bekal Awal Apresiasi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Wahyu Nuning Budiarti, M.Pd. pada mata kuliah Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di SD I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana pembaca mengenal serta memahami
hakikat serta bekal awal untuk mengapresiasi karya sastra. Melalui berbagai
sumber saya mencoba mengeksplorasi bagaimana sebuah sastra itu hadir sebagai
bekal awal dalam mengapresiasi sesuai dengan topik pembahasan mata kuliah.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Nuning Budiarti,


M.Pd., selaku dosen mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD I
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Cilacap, 15 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Apresiasi 3
B. Kegiatan Langsung dan Kegiatan Tak Langsung dalam Apresiasi
4
C. Bekal Awal Pengapresiasi 6
D. Nilai Karya Sastra 8
E. Ragam Topik dan Fungsi Sastra Anak 9
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tentunya diarahkan


untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Oleh karena itu,
pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar di dalamnya juga termasuk
pembelajaran sastra.

Upaya pemahaman unsur-unsur dalam bacaan sastra tidak dapat


dilepaskan dari persoalan membaca. Sebab itu sebelum melaksanakan
kegiatan apresiasi dalam rangka usaha memahami unsur-unsur intrinsik
dalam teks sastra, persoalan membaca sedikit banyak harus dipahami oleh
para calon apresiator sebagai bekal awal.

Pengajaran sastra di sekolah dasar diarahkan terutama pada proses


pemberian pengalaman bersastra. Siswa diajak untuk mengenal bentuk dan isi
sebuah karya sastra melalui kegiatan mengenal dan mengakrabi cipta sastra
sehingga tumbuh pemahaman dan sikap menghargai cipta sastra sebagai suatu
karya yang indah dan bermakna.

Apresiasi sastra adalah proses pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan


penghayatan karya sastra secara individual dan momentan, subjektif serta
eksisitensial, khusuk dan kafah, serta total supaya memperoleh sesuatu dari
padanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpelihara kepedulian,
kepekaan, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra yang diharapkan
dapat tercermin pada anak sekolah dasar.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian apresiasi?

2. Apa saja kegiatan langsung dan kegiatan tak langsung dalam apresiasi?

3. Apa saja bekal awal pengapresiasi?

4. Seperti apa nilai karya sastra anak?

5. Apa saja ragam topik dan fungsi sastra pada anak?

C. Tujuan

1. Dapat memahami pengertian apresiasi

2. Dapat memahami kegiatan langsung dan kegiatan tak langsung dalam


apresiasi

3. Memahami bekal awal pengapresiasi

4. Mengerti nilai karya sastra anak


5. Memahami ragam topik dan fungsi sastra pada anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Apresiasi

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti


“mengindahkan” atau “menghargai”. Konteks yang lebih luas dalam istilah
apresiasi menurut Gove mengandung makna:

1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan


2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang.

Pendapat lain, Squire dan Taba menyimpulkan bahwa apresiasi sebagai


suatu proses yang melibatkan tiga unsur inti, yaitu:

a) aspek kognitif,
b) aspek emotif, dan
c) aspek evaluatif.

Kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu


menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya,
menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi
itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu
memuaskan ruhaniahnya.(Aminuddin, 1995).

3
Sastra anak adalah sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang
anak. Sastra tentang anak bias saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi
sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak
selaku pembacanya.(ABDUL FATAH, 2018)

Hermeneutika Ricoeur adalah suatu jenis pembacaan yang bersifat


merespon otonom teks dengan menggambarkan secara bersama elemen
pemahaman serta penjelasan dan menggabungkannya dalam satu proses
intepretasi yang kompleks. (Raffiek. 2012)

Secara konsep, sastra anak tidak berbeda jauh dengan sastra orang
dewasa. Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan
dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Yang
membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan
yang bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut. Sastra merupakan
bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu yang
menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman
tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang
dewasa ataupun anak-anak.

Apakah sastra anak merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa
yang ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk
kalangan mereka sendiri tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987)
mengemukakan bahwa siapapun yang menulis sastra anak-anak tidak perlu
dipermasalahkan asalkan dalam penggambarannya ditekankan pada
kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka. Sastra anak-

4
anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak
melalui pandangan anak-anak (Norton,1993).

B. Kegiatan Langsung dan Kegiatan Tak Langsung dalam Apresiasi

Pendidikan sastra melalui proses pembelajarannya merupakan


pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi
sastra, kritik sastra dan proses kreatif sastra. Kompetensi apresiasi adalah
kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra.(Susanti, n.d.)

Sastra mengandung eksplorasim mengenai kebenaran kemanusiaan.


Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca
untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang
fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari
cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah berusaha
menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan,serta
menyebarluaskannya termasuk kepada anak- anak.(Ikhwan, 2013)

Bercerita atau membaca sebuah cerita termasuk dunia bermain bagi anak.
Sebagaimana jenis permainan lain, mendengar cerita atau membaca cerita
mempunyai keasyikan yang sama. Melalui bercerita orang tua bisa menjalin
kedekatan dengan anak. Bercerita bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.
(Kartika, 2015)

Apresiasi sastra sebenarnya bukan merupakan konsep abstrak yang tidak


pernah terwujud dalam tingkah laku, melainkan merupakan pengertian yang

5
di dalamnya menyiratkan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara
konkret. Perilaku tersebut dalam hal ini dapat dibedakan antara perilaku
kegiatan secara langsung dan kegiatan perilaku secara tidak langsung.

Dari uraian pengertian apresiasi sastra di atas dapat disimpulam bahwa


apresiasi sastra sebenarnya bukan merupakan konsep abstrak yang tidak
pernah terwuju dalam tingkah laku, melainkan merupakan pengertian yang
didalamnya menyiratkan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara
kongkret. Perilaku kegiatan itu dalam hal ini dapat dibedakan antara perlilaku
kegiatan secara langsung dan perilaku kegiatan secara tidak langsung.

Apresiasi sastra secara langung adalah kegiatan membaca atau


meinkmati cipta sastra berupa teks maupun perfomansi secara langsung.
Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung tiu dapat terwujud dalam
perilaku membaca, emmahami, menikmati serta mengevaluasi teks sastra,
baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks yang
berupa puisi. Kegiatan langsung yang mewujud dalam kegiatan
mengapresiasi sastra pada perfomansi, misalnya saat anda melihat, mengenal,
memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan
membaca puisi, cerpen, pementasan drama, baik di radio, televisi, maupun
pementasan di panggung terbuka. Kedua bentuk kegiatan itu dalam hal ini
perlu dilaksanakan seara sungguh-sungguh, berulang kali, sehingga dapat
melatih dan mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan dalam rangka
mengapresiasi suatu cipta sastra, baik yang di paparkan lewat media tulisan,
lisan, maupun visual.

Kegiatan apresiasi sastra , selain dilaksanakan secara langsung, juga


dapat dilaksanakan secara tidak langsung. Kegiatan apresiasi sastra secara
tidak langsung itu dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra,
membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah

6
maupun koran, mempelajari buku-buku maupun esei yang membahas dan
memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah
sastra. Kegiatan itu disebut sebagai kegiatan apresiasi secara tidak langsung
karena kegiatan tersebut nilai akhirnya bukan hanya mengembangkan
pengetahuan seseorang tentang sastra, melainkan juga akan meningkatkan
kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra. Dengan
demikian, kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu pada gilirannya
akan ikut berperan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi sastra jika
bahan bacaan tentang sastra yang ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan
kegiatan apresiasi sastra.(Productions, 2008)

C. Bekal Awal Pengapresiasi Sastra

Menurut pendapat E.E. Kellet pada saat membaca karya sastra selalu
berusaha menciptakan sikap serius, tetapi dengan suasana batin riang.
Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi karena sastra
lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya
juga membutuhkan pemilikan daya kontemplatif pembacanya. Sementara
pada sisi lain, sastra merupakan bagian dari seni yang berusaha menampilkan
nilai-nilai keindahan yang bersifat aktual dan imajinatif sehingga mampu
memberikan hiburan dan kepuasan rohaniah pembacanya.

Sebab itu tidak berlebihan jika Boulton mengungkapkan bahwa cipta


sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang
mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung
pandangan yang berhubungan dengan renungan atau kontemplasi batin, baik
berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik, maupun berbagai
macamproblema yang berhubungan dengan kompleksitas hidup. Kandungan
makna yang begitu kompleks serta berbagai macam nilai keindahan tersebut

7
dalam hal ini akan mewujudkan atau tergambar lewat media kebahasaan,
media tulisan, dan struktur wacana.

Sastra, dengan demikian sebagai salah satu cabang seni sebagai bacaan
tidak cukup dipahami lewat analisis kebahasaannya, melalui studi yang
disebut text grammar atau text linguistics, tetapi juga harus melalui studi
khusus yang berhubungan dengan literary text karena teks sastra
bagaimanapun memiliki ciri-ciri khusus teks sastra itu salah satunya ditandai
oleh adanya unsur-unsur intrinsik karya sastra yang berbeda dengan unsur-
unsur yang membangun bahan bacaan lainnya.

Berdasarkan keseluruhan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa cipta


sastra sebenarnya mengandung berbagai macam unsur yang sangat kompleks,
antara lain:

1) unsur keindahan,
2) unsur kontemplatif yang berhubungan dengan nilai-nilai atau
renungan tentang keagamaan, filsafat, politik, serta berbagai macam
kompleksitas permasalahan kehidupan,
3) media pemaparan, baik berupa media kebahasaan maupun struktur
wacana,
4) unsur-unsur intrinsik yang berhubungan dengan ciri karakteristik cipta
sastra itu sendiri sebagai suatu teks.

Sejalan dengan kandungan keempat aspek di atas, mengimplikasikan bahwa


untuk mengapresiasi cipta sastra, pembaca pada dasarnya dipersaayaratkan
memiliki bekal-bekal tertentu. Bekal awal yang harus dimiliki seorang calon
apresiator antara lain:

8
1) kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami
dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam cipta
sastra,
2) pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan
masalah kehidupan ini secara intensif-kontemplatif maupun dengan
membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas,
misalnya buku filsafat dan psikologi,
3) pemahaman terhadap aspek kebahasaan, dan
4) pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra yang akan
berhubungan dengan telaah teori sastra.

Kemampuan untuk mengapresiasi cipta sastra seseorang harus secara terus


menerus menggauli karya sastra. Pemilikan bekal pengetahuan dan
pengalaman dapat diibaratkan sebagai pemilikan pisau bedah, sedangkan
kegiatan menggauli cipta sastra itu sebagai kegiatan pengasahan sehingga
pisau itu menjadi tajam dan semakin tajam, yakni jika pembaca itu semakin
sering dan akrab dengan kegiatan membaca sastra.

Lebih lanjut, seperti telah disinggung di depan, kepekaan emosi dan


perasaan itu bukan hanya berhubungan dengan kegiatan penghayatan dan
pemahaman nilai-nilai keindahan, melainkan juga berhubungan dengan usaha
pemahaman kandungan makna dalam cipta sastra yang umumya bersifat
konotatif. Konotasi makna dalam cipta sastra itu terjadi karena kata-kata
dalam cipta sastra itu terwujud dalam endapan pengalaman, daya emosional,
maupun daya intelektual pengarangnya selain itu juga telah mengalami
pemadatan. Sebab itulah dalam kegiatan apresiasi sastra, Brooks
membedakan adanya dua level, yakni level objektif yang berhubungan
dengan respons intelektual, dan level subjektif yang berhubungan dengan
respons emosional.

9
D. Nilai Karya Sastra Anak

Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi


pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara
intrinsik maupun ekstrinsik. Kedudukan sastra anak menjadi penting bagi
perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa yang efektif
akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa yang
imajinatif dapat menghasilkan respons secara intelektual dan emosional
dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang
ditimbulkan, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban,
kelucuan, kesedihan dan ketidak adilan.

Kreativitas anak yang perlu dikembangkan dan digali hingga mencapai


potensi yang maksimal dapat diperoleh melalui dunia imajinasi. Ranah
imajinasi ini menjadi begitu penting sebab seluruh penciptaan yang dilakukan
manusia bermula dari sini.(Nasional et al., n.d.)

Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan untuk


mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan
anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak
pada pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan
pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri dan orang lain.(Azkiya, 2014)

E. Ragam Topik dan Fungsi Sastra pada Anak

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun

10
kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam karya sastra anak memuat amanat
tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi
dan kreativitas, serta memberi pengetahuan ketrampilan praktis bagi anak.
Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa gembira atau
senang membaca, senang mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan dan dapat memperoleh kenikmatan atau kepuasa batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya.(Fitriana, 2008)

Sastra anak-anak yang menunjukkan kepada anak sebagian kecil


dunianya merupakan satu alat bagi anak untuk memahami dunia kecil yang
belum diketahuinya. Sastra anak dapat dijadikan sebagi alat untuk
memperoleh gambaran dan kekuatan dalam memandang dan merasakan serta
menghadapi realitas kehidupan; dalam menghadapi dirinya dan semua yang
ada di luar dirinya. Dunia anak-anak yang berkisar antara masa kanak-kanak
yang tumbuh menuju ke masa remaja, diantara keluarga dan teman sebaya
yang penuh dengan pengalaman pribadi membawa warna baru dalam dunia
sastra anak-anak khususnya pada cerita realistik. Menurut Trimansyah (1999)
yang menjadi satu titik kelemahan dalam perkembangan proses kreatif sastra
anak atau novel anak adalah tidak berkembangnya tema.( Sugihastuti. 2011)

Cerita yang nyata sebagai salah satu jenis sastra anak adalah cerita yang
sarat dengan isi dengan mengarahkan pada proses pemahaman dan
pengenalan di atas. Isi yang dimaksud tergambar dalam inti pokok tema-tema
cerita yang diungkap. Berbagai tema tersebut dapat dibagi dalam beberapa
jenis; tema keluarga, hidup dengan orang lain, tumbuh dewasa, mengatasi
masalah manusiawi dan hidup dalam masyarakat majemuk yang memuat
perbedaan individu dan kelompok. Masalah keluarga merupakan topik yang
sangat dekat dengan kehidupan anak. Dalam keluarga, pribadi anak dilatih,
mereka tumbuh seiring dengan pemahamannya akan cinta dan benci, takut
dan berani, serta suka dan sedih. Cerita yang memusatkan pada hubungan

11
keluarga yang hangat, terbuka, dan tanpa rasa marah akan membantu anak
memahami dirinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sastra memang banyak memainkan peranan penting. Disamping
menghibur, sastra juga mendidik. Kemampuan apresiasi sastra dibentuk oleh
pemahaman sejumlah prinsip dasar, bentuk pendekatan, maupun strategi
dalam upaya mengapresiasi karya sastra itu sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

ABDUL FATAH, R. (2018). PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL


MAHAMIMPI ANAK NEGERI TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.
Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 4(1).
https://doi.org/10.22202/JG.2018.V4I1.2412

Azkiya, H. (2014). PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ANAK DI


SEKOLAH DASAR. Jurnal CERDAS Proklamator, 2(1).
https://doi.org/10.37301/JCP.V2I1.4287

Fitriana, I. (2008). Penerjemahan Karya Sastra Anak. 2003, 15.

Ikhwan, W. K. (2013). Upaya Menumbuhkan Karakter Anak dalam Pembelajaran


Sastra Anak dengan Model Play-Learning dan Performance-Art Learning di
SDN Banyuajuh 4. Widyagogik, 1(1), 70–84.

Kartika, P. C. (2015). Sastra Berupa Dongeng ( Kajian Sastra Anak ). Stilistika,


8(2), 102–112.

Nasional, S., Anak, S., Karakter, M., Melalui, A., & Yoesoef, M. (n.d.).
REKAYASA MENCIPTA SASTRA ANAK ENGINEERING THE CREATING

13
OF CHILDREN LITERATURE.

NILAI-NILAI MORALITAS DAN BUDAYA ASING DALAM SASTRA ANAK


TERJEMAHAN MELALUI PEMAKNAAN SASTRA ANAK OLEH ANAK |
Irawati | Lingua. (n.d.). Diambil 5 November 2021, dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/view/2592

Pendidikan, U., Kampus, I., Mayor, S. J., & 211 Sumedang, A. N. (2014).
PEMBELAJARAN SASTRA DI SD DALAM GAMITAN KURIKULUM 2013
Dadan Djuanda. 1.

Productions, C. (2008). IEEE Paper Template in A4 (V1). In Web (hal. 1–9).


papers2://publication/uuid/3FD7B1FD-3042-44B6-A94E-62CE75886716

Rokhayati, R., & Nafilah, I. (2021). Perkembangan psikologi anak dan


pengenalan sastra anak. 04(02), 205–211.

Susanti, R. D. (n.d.). PEMBELAJARAN APRESISASI SASTRA DI SEKOLAH


DASAR. http://johnherf.wordpress.com/2007/03/13/
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Raffiek. 2012. Teori Sastra:Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.

Sugihastuti. 2011.Teori Apresiasi Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

14
15

Anda mungkin juga menyukai