Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAKIKAT PEMBELAJARAN SASTRA SD


Dosen Pengampu: Hilmiyatun, M.Pd

Disusun Oleh: ZARINA

NPM: 220102169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2023

1
KATA PENGANTAR
Berkat Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam makalah ini penulis menyajikan materi yang berjudul Hakikat


Pembelajaran Sastra SD. Saya sebagai penulis tentu mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan untuk masa yang
akan datang.

Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca guna menambah wawasan.

Lombok Timur, 29 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER .........................................................................................................1

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN............................................................................4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………..4


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...5
1.3 Tujuan……………………………………………………………….5

BAB II: PEMBAHASAN.............................................................................6

A. Hakikat Pembelajaran Sastra………………………………………...6


B. Pembelajaran Sastra di SD………………………………………......8
C. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Sastra……………………………9

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Depdiknas telah menetapkan sejak tahun ajaran 2011/2012, bahwa
materi pendidikan karakter harus sudah diajarkan mulai dari jenjang TK
sampai dengan perguruan tinggi, itu berarti termasuk jenjang SD (khususnya
SD kelas tinggi). Penerapan pendidikan karakter dapat dimasukkan ke dalam
mata pelajaran muatan local dan kegiatan pengembangan diri. Salah satunya
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai pembelajaran sastra.
Konsep dasar pembelajaran sastra pada mata pelajaran bahasa
Indonesia dalam KTSP secara substansial menunjukkan posisi pembelajaran
sastra di deskripsikan secara jelas dan operasional. Kejelasan posisi ini
diungkapkan dalam tujuan umum pembelajaran, yaitu siswa dapat
mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan
minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya
kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri (KTSP Tahun Pelajaran
2006/2007).
Sastra dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam
masyarakat Indonesia hari ini. Hal ini terjadi karena masyarakat kita saat ini
sedang mengarah ke masyarakat industri sehingga konsep-konsep yang
berkaitan dengan sains, teknologi, dan kebutuhan fisik dianggap lebih penting
dan mendesak untuk dicapai. Kegaiatan kesastraan dianggap hanya memberi
manfaat non material, batiniah, sehingga dianggap kurang mendesak dan
masih dapat ditunda. Dalam dunia pendidikan sendiri perhatian para murid
dan pengelola sekolah terhadap mata pelajaran yang berkaitan dengan sains,
teknologi, dan kebutuha fisik jauh lebih besar bila dibandingkan dengan minat
terhadap mata pelajaran kemanusiaan (humaniora). Ketiadaan laboratorium
bahasa, sanggar seni, buku bacaan kesastraan, dan berbagai fasilitas yang

4
diperlukan dalam pengajaran merupakan bukti nyata kurangnya perhatian
terhadap pembelajaran sastra.
Pembelajaran sastra perlu disesuaikan dengan masa perkembangan
siswa. Banyak hal yang perlu di pertimbangkan dalam hal memilih karya
sastra, metode penyampaian pembelajaran, dan lain sebagainya, agar
pembelajaran sastra dapat mengembangkan karakter yang diinginkan pada diri
siswa.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimanakah hakikat sastra?
2) Bagaimanakah pembelajaran sastra di SD
3) Apakah tujuan dan manfaat pembelajaran sastra?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui hakikat sastra


2) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran sastra di SD
3) Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pembelajaran sastra

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Sastra
Menurut Purba (2001:2), “Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Sankerta. Akar katanya adalah cas yang berarti memberi petunjuk,
mengarahkan, dan mengajar. Oleh karena itu, sastra dapat diartikan sebagai
alat untuk mengajar buku petunjuk, instruksi atau pengajaran”. Sedangkan
Wellek dan Warren (1995:3) mengatakan, “Sastra adalah suatu kajian kreatif,
sebuah cabang seni. Sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak.
Sastra adalah karya imajinatif”.
Menurut Norton (1998), sastra anak adalah “ sastra yang mencerminkan
perasaan, dan pengalaman anak-anak (through the eyes of a child)”. Menurut
Huck (1987: 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi
pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni
pencarian kesenangan pada buku, menginterpretasikan bacaan sastra,
mengembangkan kesadaran bersastra, dan mengembangkan apresiasi”.
Sastra seharusnya tidak dikelompokkan ke dalam aspek keterampilan
berbahasa karena bukan merupakan bidang yang serupa. Meski demikian,
pembelajaran sastra dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran
bahasa baik dengan keterampilan menulis, membaca, menyimak, maupun
berbicara. Dalam praktiknya, pengajaran sastra berupa pengembangan
kemampuan menulis sastra, membaca sastra, menyimak sastra, dan berbicara
sastra.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta
didik yang bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Hakikat pembelajaran adalah adalah
proses perubahan perilaku pengetahuan, dan keterampilan yang terjadi pada
diri peserta didik sebagai akibat dari pengalaman belajar yang mereka alami.

6
Hakikat pembelajaran mencakup 3 elemen utama, yaitu:
1) Tujuan pembelajaran: Tujuan pembelajaran harus jelas dan terukur, sehingga
peserta didik dapat mengarahkan energy dan usaha mereka untuk mencapai
tujuan tersebut.
2) Pengalaman belajar: Peserta didik harus terlibat secara aktif dalam
pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengalaman belajar harus relevan, menantang, dan menarik untuk memotivasi
peserta didik.
3) Evaluasi pembelajaran: Evaluasi pembelajaran harus dilakukam untuk
mengukur pencapaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran.
Hakikat pembelajaran sastra adalah proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman dan
penghargaan terhadap karya sastra, serta mengembangkan keterampilan
berbahasa dan berpikir kritis.
Berdasarkan hal di atas, pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut:
(1) Menulis sastra: menulis puisi, menulis cerpen, menulis novel, menulis
drama,
(2) Membaca sastra: membaca karya sastra dan memahami maknanya, baik
terhadap karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama,
(3) Menyimak sastra: mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi,
dongeng, cerpen, novel, pementasan drama,
(4) Berbicara sastra: berbalas pantun, deklamasi, mendongeng bermain peran
berdasarkan naskah, meneritakan kembali isi karya sastra, menganggapi
secara lisan pementasan karya sastra.
Pembelajaran sastra melibatkan proses mengenal dan menganalisis karya
sastra, baik secara individu maupun dalam dalam konteks budaya dan
masyarakat. Pembelajaran sastra juga melibatkan pengalaman estetis, empati,
dan emosi, sehingga peserta didik dapat lebih mengahami dan menghargai
karya sastra secara lebih mendalam.

7
B. Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar

Pembelajaran sastra sangat penting dalam perkembangan manusia, bukan


hanya penting sebagai sesuatu yang “terbaca” melainkan juga sebagai sesuatu
yang memotivasi seseorang untuk berbuat. Memasukkan materi pembelajaran
sastra di sekolah menjadi sesuatu yang penting, karena pada dasarnya sastra
itu sendiri mampu menjembatani hubungan antara realita dan fiksi. Melalui
karya sastra, pembaca belajar dari pengalaman orang lain untuk direfleksikan
dalam menghadapi masalah dalam kehidupan. Pembelajaran sastra yang
selama ini dilakukan di sekolah digabung dengan “Bahasa dan Sastra
Indonesia”.

Materi sastra sangat penting untuk disampaikan di sekolah, karena dalam


sastra terdapat nilai-nilai kehidupan yang tidak diberikan kebebasan
mengambil manfaat dari sudut pandangnya sendiri. Melalui karya sastra juga
siswa ditempatkan sebagai pusat dalam latar pendidikan bahasa, eksplorasi
sastra, dan perkembangan personal. Keakraban dengan karya sastra akan
memperkaya perbendaharaan kata dan penguasaan ragam-ragam bahasa, yang
mendukung kemampuaan memaknai sesuatu secara kritis dan kemampuan
memproduksi narasi.

Manfaat pendidikan sastra melalui proses pembelajaran yang diberikan di


sekolah setidaknya dapat membantu pendidikan secara utuh bagi siswa,
(B.Rahmanto. 1989:-24), yaitu: (1) membantu keterampilan berbahasa, (2)
meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengmbangkan cipta dan rasa, dan
(4) menunjang pembentukan watak. Keempat manfaat ditawarkan tersebut
setidaknya dapat mengasah kemampuan apresiasi sastra secara menyeluruh.

Bagi guru bahasa Indonesia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


pembelajaran sastra adalah, hendaknya guru menyadari prinsip ganda yang
terdapat dalam karya sastra yaitu pertama, sastra sebagai pengalaman.

8
Pengalaman yang dimaksud adalah apa saja yang terjadi dalam kehidupan kita
untuk dihayati, dinikmati, dirasakan, dipikirkan sehingga kita dapat lebih
berinisiatif. Untuk menerapkan prinsip pengalaman ini dalam pengajaran
sastra di sekolah, setiap karya sastra yang disajikan hendaknya menghadirkan
pengalaman baru yang kaya bagi siswa. Karya sastra yang disajikan harus
dipahami sehingga siswa dapat mengungkap apa yang terdapat dalam karya
tersebut.

Kedua, sastra sebagai bahasa. Pada dasarnya belajar sastra adalah belajar
bahasa dalam praktik. Belajar sastra harus berpangkal pada realisasi bahwa
setiap karya pada pokoknya merupakan kumpulan kata bagi siswa harus
diteliti, ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan. Bahasa yang digunakan
dalam sastra juga digunakan untuk memberikan informasi, mengatur,
membujuk dan bahkan membingungkan orang lain.

C. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Sastra


Pembelajaran sastra bertujuan agar siswa mampu memahami, menikmati,
dan memanfaatkan karya sastra guna mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan
kemampuan berbahasa (Depdiknas, 2001).
Menurut Lazar (2002: 15-19), manfaat pembelajaran sastra antara lain:
(1) memberikan motivasi kepada siswa; (2) memberi akses pada latar
belakang budaya; (3) memberi akses pada pemerolehan bahasa; (4)
memperluas perhatian siswa terhadap bahasa; (5) mengembangkan
kemampuan interpreatif siswa; dan (6) mendidik siswa secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian tersebut, sastra memiliki fungsi yang penting bagi
kehidupan. Sejalan dengan itu, pembelajaran sastra dapat dimanfaatkan
sebagai alat untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai
kehiudpan dan kearifan dalam menghadapi lingkungan, realitas kehidupan,
dan sikap pendewasaan. Melalui pembelajaran sastra, diharapkan siswa

9
tumbuh menjadi manusia dewasa yang berbudaya, mandiri, sanggup
mengekspresikan diri dengan pikiran dan perasaanya dengan baik,
berwawasan luas, kritis, berkarakter, halus, budi pekerti, dan santun.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat pembelajaran sastra adalah proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman terhadap
karya sastra. Pembelajaran sastra SD bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa dan membaca, serta membantu peserta didik dalam
memahami nilai dan moral sosial yang terkandung dalam karya sastra.
Pembelajaran sastra di SD bermanfaat bagi siswa dengan memperkaya kosa
kata, meningkatkan kemampuan membaca, serta mengembangkan kreativitas
dalam mengekspresikan diri.

11
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Dadan. Pembelajaran Sastra di SD Dalam Gmitan Kurikulum 2013.
Vol. 14, No. 2, Oktober 2014. (Diakses pada tanggal 30 April 2023).
Riana. Pembelajaran Sastra Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Vol. 14, No.
3. Juli 2020. (Diakses pada tanggal 30 -31 April 2023).
Susanti Rini Dwi. Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Vol. 3,
No. 1. Januari 2015. (Diakses pada tanggal 30-31 April 2023).

12

Anda mungkin juga menyukai