Dosen pengampu :
Niswarun Hasanah,S.Pd
2. FATMAWATI (2186206)
Kelas : 4 B
STKIP HAMZAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pembelajaran Sastra Kelas Tinggi ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Niswarun Hasanah S.Pd. pada Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Kelas Tinggi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Niswarun Hasanah, S.Pd selaku Dosen Mata
Kuliah Bahasa dan Sastra Kelas Tinggi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan Pembelajaran Sastra Kelas Tinggi sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
1
3. Bacaan sastra seperti apa yang cocok untuk anak SD?
4. Seberapa penting nilai sastra bagi anak SD?
5. Metode dan teknik apa saja yang digunakan dalam pembelajaran sastra di SD ?
6. Media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran sastra di SD ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan
memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). b. Semi (1988 :
8)
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah
manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. c. Panuti
Sudjiman (1986 : 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti
keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya. d. Taum (1997: 13)
Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra adalah
penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain”.
Jadi, sastra adalah sebuah karya baik berupa tulisan maupun lisan yang disusun
sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek keindahan.
3
2.2 Pembelajaran dan Ruang Lingkup Sastra
Pembelajaran sastra pada hakikatnya merupakan upaya untuk menanamkan rasa peka
kepada siswa terhadap cita rasa sastra. Seharusnya pengajaran sastra yang disampaikan
guru kepada siswa mampu mengubah sikap siswa dari acuh tak acuh menjadi lebih
bersimpati terhadap sastra. Karena materi sastra yang disuguhkan tidak sekadar
representation of life (imitation of life) melainkan interpretation of life. (Suwardi
Endraswara, 2002 : 7). Dengan demikian, karya sastra harus dipahami sebagai
fenomena yang tidak hanya sekedar memuaskan emosi melainkan memercikkan ide-ide
dan pikiran. Karya sastra sebagai salah satu kebutuhan manusia menawarkan kisi-kisi
kemanusian yang indah menuju kesempurnaan hidup.
Ruang lingkup sastra (literature) adalah kreativitas penciptaan. Sehingga dengan
demikian sastra berfokus pada kreativitas. Pertanggungjawaban studi sastra adalah
logika ilmiah. Karena ruang lingkup sastra adalah kreativitas penciptaan, maka karya
sastra (puisi, drama, novel, cerpen) adalah sastra. Namun, karena kritik sastra juga
merupakan kreativitas dalam menanggapi karya sastra dan masalah kreativitas
penciptaan lain dalam sastra, maka kritik sastra dalam bentuk esai tidak lain adalah
sastra juga. Kritik sastra yang benar bukanlah kritik sastra yang asal-asalan, tetapi
berlandaskan pada logika yang dapat dipertanggungjawabkan. Apakah dasar kritik
sastra hanya akal sehat semata atau teori sastra tertentu bukan masalah, selama logika
dalam kritik sastra itu memenuhi kriteria logika dalam arti yang sebenarnya. Logika
sebagai sebuah ilmu, sementara itu adalah metode dan prinsip untuk membedakan
antara pemikiran yang baik (benar) dan pemikiran yang jelek (tidak benar).
4
dan dialog. Tokoh fiksi boleh siapa saja, namun mesti berkisar tentang kehidupan
anak. Fiksi anak mencakup beberapa aspek antara lain; emosi, moral, perasaan, dan
pikiran yang dapat dipahami oleh anak-anak usia SD. Jenis-jenis fiksi anak antara
lain novel dan cerpen
b. Fiksi Realistik
Fiksi realistik adalah cerita yang berkisah tentang isu-isu pengalaman kehidupan
anak secara nyata. Cerita fiksi realistik menampilkan model kehidupan sehari-hari
seorang anak. Misalnya, bagaimana kisah kehidupan seorang anak pemulung yang
berjuang untuk dapat bersekolah. Dalam cerita realistik ini berusaha menampilkan
pemahaman kehidupan kepada anak-anak secara penuh dan kehidupan yang penuh
problematika yang dapat dijadikan pembelajaran bagi anak.
c. Fiksi Fantasi
Cerita fantasi adalah cerita yang dikembangkan dengan menghadirkan sebuah dunia
lain di samping dunia realitas. Cerita fantasi adalah cerita yang menampilkan tokoh,
alur, karakter, dan lainnya yang kebenarannya diragukan, baik seluruh cerita maupun
hanya sebagian cerita. Kebenaran disini yang dikaitkan dengan logika realitas
sebagaimana halnya yang terjadi dalam kehidupan nyata. Misalnya adalah tokoh
manusia yang bias terbang, bicara dengan binatang, dan tumbuhan, atau melakukan
hal-hal tertentu yang luar biasa di luar jangkauan nalar manusia. Misalnya; andi dan
prajurit semut d. Fiksi Historis
Fiksi historis merupakan sebuah cerita yang mengungkapkan tentang
peristiwaperistiwa yang luar biasa atau gambaran yang bersifat historis atau
gambaran tentang kehidupan masa lalu. Dalam cerita ini disajikan fakta sejarah yang
diramu dengan imajinasi. Cerita fiksi historis haruslah didukung oleh penggambaran
latar yang secara tepat dan meyakinkan sesuai dengan perkembangan kebudayaan
yang ada. Misalnya; cerita Pangeran Diponegoro ( Raden Mas Antawirya ), maka
pakaian dan perlengkapannya harus disesuaikan dengan Pangeran Diponegoro yang
sebenarnya. e. Komik Sastra Anak
Komik adalah cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan
lewat urutan gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata-kata. Seluruh teks
dalam komik disusun sesuai hubungan gambar. Kata-kata berfungsi untuk
menjelaskan, melengkapi, memperdalam penyampaian gambar, dan teks secara
keseluruhan. Tulisan yang berupa kata-kata biasanya ditulis dalam bentuk
balonbalon yang dikreasi sedemikian rupa sehingga serasi dengan gambar-gambar.
Balonbalon tersebut dapat berupa ujaran, pikiran/perasaan tokoh, namun dapat pula
berisi tentang deskripsi singkat tentang sesuatu.
5
memotivasi seseorang untuk berbuat. Memasukkan materi pembelajaran sastra di
sekolah menjadi sesuatu yang penting, karena pada dasarnya sastra itu sendiri mampu
menjembatani hubungan antara realita dan fiksi. Melalui karya sastra, pembaca belajar
dari pengalaman orang lain untuk direfleksikan dalam menghadapi masalah dalam
kehidupan. Pembelajaran sastra yang selama ini dilakukan di sekolah digabung dengan
pelajaran bahasa Indonesia atau yang sering disebut dengan “Bahasa dan Sastra
Indonesia”.
Menurut perkembangan anak bahwa pemahaman anak terhadap bahasa (sastra)
disesuaikan dengan perkembangan usia anak. Memasuki usia 4-7 tahun anak sudah
dapat menangkap cerita-cerita yang dikisahkan, meskipun belum bisa membedakan
antara khayalan dengan kenyataan. Fantasi mereka masih tinggi, karena itu, pengajar
sastra sulit menuntut mereka menceritakan unsur cerita secara terperinci dan detail.
Pada usia sekolah dasar (7-12) tahun kemampuan anak sudah cenderung meningkat,
disamping mendengarkan, anak-anak umunya sudah dapat membaca. Mereka itu
dikategorikan pengamat-pengamat yang teliti dan serius karena pandangan mereka yang
realistis terhadap dunia, serta pandangan mereka yang serius terhadap segala sesuatu
yang terjadi di lingkungan sekelilingnya. Pada usia 9-10 tahun anak-anak mulai terbuka
minatnya, penglihatannya lebih realistis, analisisnya lebih tajam dan kritis. Segala yang
dibaca ingin diketahui seluk-beluknya. Sedangkan pada usia 11-12 tahun anak-anak
sudah mulai merasa cukup mempunyai dasar untuk menelaah segala ilmu pengetahuan
dan dengan dorongan jiwa mereka sudah mulai ingin coba-coba menjelajahi dunia.
Materi sastra sangat penting untuk disampaikan di sekolah, karena dalam sastra
terdapat nilai-nilai kehidupan yang tidak diberikan secara perskriptif –harus begini,
jangan begitu-, pembaca diberikan kebebasan mengambil manfaat dari sudut
pandangnya sendiri. Melalui karya sastra juga siswa ditempatkan sebagai pusat dalam
latar pendidikan bahasa, eksplorasi sastra, dan perkembangan pengalaman personal.
Keakraban dengan karya sastra akan memperkaya perbendaharaan kata dan penguasaan
ragam-ragam bahasa, yang mendukung kemampuan memaknai sesuatu secara kritis dan
kemampuan memproduksi narasi.
Manfaat pendidikan sastra melalui proses pembelajaran yang diberikan di sekolah
setidaknya dapat membantu pendidikan secara utuh bagi siswa, (B.Rahmanto.
1989:1524), yaitu: (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan
pengetahuan budaya. (3) mengembangkan cipta dan rasa, dan (4) menunjang
pembentukan watak. Keempat manfaat yang ditawarkan tersebut setidaknya dapat
mengasah kemampuan apresiasi sastra secara menyeluruh. Berkaitan dengan
pembentukan watak, pembelajaran sastra di sekolah memiliki dua tuntutan
(B.Rahmanto, 1989:24-25); pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina
perasaan yang lebih tajam. Karena sastra pengantar untuk mengenal kemungkinan
hidup manusia, dalam arti berbagai macam bentuk perasaan manusia. Kedua,
pengajaran sastra dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangakan berbagai
kualitas kepribadian siswa yang meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajinasian, dan
penciptaan.
6
Dari yang disampaikan diatas, setidaknya pembelajaran sastra pada anak dan dalam
wujud apresiasinya turut andil dalam membentuk karakter anak dalam berbahasa,
berkepribadian dan berinteraksi sosial serta meningkatan dan mengembangkan
cakrawala pengetahuan anak-anak (siswa). Intinya sastra bagi anak (siswa) memberikan
kontribusi dalam berbagai aspek kedirian yang secara garis besar dikelompokkan ke
dalam nilai personal dan nilai pendidikan (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36). Nilai-nilai
tersebutlah yang akan membantu anak (siswa) dalam membentuk kepribadian anak
secara utuh.
7
e. Metode Imersi
Metode imersi dalam pelaksanaan kegiatan apresiasi sastra (pembelajaran sastra) siswa
layaknya dibenamkan ke dalam sesuatu atau dibenami sesuatu. Siswa dibenamkan ke
dalam sebuah dunia yang sarat dengan aneka ragam karya sastra ditambah pengetahuan
sastra. Untuk melengkapi pembelajaran sastra dengan metode imersi maka digunakan
teknik induksi. Teknik induksi tidak hanya menuntut peran serta aktif siswa, tetapi lebih
jauh daripada itu, mendorong dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya dan
sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk mendekati sendiri karya sastra, menggauli
secara langsung, dan akhirnya diharapkan mampu menikmati, menghayati, dan
menghargai karya sastra itu sendiri.
3.1 Kesimpulan
Sastra adalah sebuah karya baik berupa tulisan maupun lisan yang disusun
sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek keindahan. Pembelajaran sastra pada
hakikatnya merupakan upaya untuk menanamkan rasa peka kepada siswa terhadap
cita rasa sastra sebagai salah satu kebutuhan manusia menawarkan kisi-kisi
kemanusiaan yang indah menuju kesempurnaan hidup. Ruang lingkup sastra adalah
kreativitas penciptaan, sehingga dengan demikian sastra berfokus pada kreativitas.
Pembelajaran sastra pada anak dan dalam wujud apresiasinya turut andil dalam
membentuk karakter anak dalam berbahasa, berkepribadian, berinteraksi sosial, serta
meningkatkan dan mengembangkan cakrawala pengetahuan anak. Bentuk sastra di SD
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, sastra SD kelas rendah (syair lagi, nyanyian anak,
puisi tembang dolanan, cerita lisan) dan sastra SD kelas tinggi (cerita fiksi, fiksi
realistik, fiksi fantasi, fiksi historis, dan komik sastra anak). Pembelajaran sastra pada
anak dan dalam wujud apresiasinya turut andil dalam membentuk karakter anak dalam
berbahasa, berkepribadian dan berinteraksi sosial serta meningkatan dan
mengembangkan cakrawala pengetahuan anak-anak (siswa).
Metode yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran sastra di SD antara
lain melalui metode berkisah, metode pembacaan, metode peragaan, metode tanya
jawab, dan metode imersi. Dan Secara garis besar, media pengajaran sastra dapat
9
berupa: (1) media elektronik, (2) media cetak, (3) media gambar, (4) media alamiah,
dan (5) media orang.
3.2 Saran
Adapun saran dalam makalah ini adalah marilah kita tingkatkan kemampuan kita
dalam bersastra, utamanya pada pendidik agar peserta didik yang kita ajar dapat betul-
betul memahami dari inti sastra itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
10
Rini Dwi Susanti.(2015). Pentingnya pembelajaran sastra.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/viewFile/1447/13
Diakses pada 22 Maret 2021
11