Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA

SASTRA ANAK

DOSEN PENGAMPU :
SUTARINI, S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
RAUDAHTUZZAHRA (221434187)
FANY HARTANTI (221434078)

KELAS IV

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN (FKIP)


UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA (UMN) ALWASHLIYAH
T.A 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Makalah Konsep Dasar Bahasa Indonesia Sastra Anak””.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita yaitu
Nabi Muhamad SAW, yang telah membawa kita pada alam yang penuh dengan
cahaya ilmu pengetahuan ini.

Walaupun banyak kekurangan, akhirnya kami dapat menyelesaikan


makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah matematika
sekolah II dan juga untuk menambah wawasan kami tentang materi pembelajaran.

Tugas ini dapat diselesaikan karena ada dukungan yang sangat besar dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami dan juga terima kasih
kepada Ibu Ana yang senantiasa memberikan bimbingan kepada kami.

Dan kami sebagai penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
pada makalah yang kami susun terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka
dari itu, kami mengaharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik
inovatif yang dapat menjadi pelajaran bagi kami kedepan. Harapan kami, semoga
makalah ini bermanfa’at bagi kami dan juga bagi para pembaca.

Lubuk Pakam, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. Hakikat Sastra Anak
........................................................................................................
2
B. Ciri – Ciri Sastra Anak
........................................................................................................
5
C. Fungsi Sastra Anak
........................................................................................................
5
D. Jenis-Jenis Sastra dan Contohnya
........................................................................................................
7

BAB III PENUTUP


..........................................................................................................................
11
A. Kesimpulan.................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra anak merupakan salah satu wujud dari karya sastra, wujud pertama dari
sastra anak dapat dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian bahasa, sastra
anak tidak selalu mengandalkan suatu bentuk keindahan sebagaimana layaknya karya
sastra pada umumnya. Yang paling penting untuk ditonjolkan dalam sastra anak adalah
fungsi yang hadir bersamanya. Baik itu fungsi estetis maupun bentuk gaya bahasanya.
Hal yang sangat menarik dan kurang mendapatkan perhatian bahwa dalam karya
satra anak sebuah karya sastra adalah wujud pengungkapan dan representasi dari dunia,
pikiran, perasaan, gagasan, ide serta ekspresi dari seorang anak. Dalam hal ini penelitian
tentang wujud sarana retorika yang dilakukan pada puisi–puisi anak diharapkan bukan saja
untuk dapat mengetahui jenis, pemanfaatan, serta fungsi sarana retorika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sastra anak?
2. Apa sajakah ciri-ciri sastra anak?
3. Apa sajakah jenis-jenis sastra anak?
4. Apa saja contoh-contoh dari sastra anak?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari sastra anak.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari sastra anak.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis sastra anak.
4. Untuk mengetahui contoh-contoh sastra anak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Sastra Anak


Sastra menurut Lukens (2003: 9) menawarkan dua hak utama, yaitu kesenangan dan
pemahaman. Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan hiburan,
hiburan yang menyenangkan. Satra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca
untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur ke hidupan daya suspense.
Lukens (2003: 4) menegaskan bahwa tujuan memberikan hiburan, tujuan menyenangkan
dan memuaskan pembaca, tidak peduli pembaca dewasa ataupun anak-anak, adalah hal
yang esensial dalam sastra. Apa pun aspek kandungan di dalam sebuah teks sastra, tujuan
memberikan hiburan dan menyenangkan pembaca harus tetap ada dalam sastra tersebut.
Hal inilah yang menjadi daya tarik utama bagi pembaca, baik itu pembaca usia delapan
maupun limah puluh tahun.
Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil (KBBI, 2000: 41). Kata
anak yang dimaksud di sini bukanlah anak balita ataupun anak remaja, tetapi anak usia SD
yang berumur antara 6 sampai 13 tahun.
Sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-
anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993). Hunk (1987) mengemukakan bahwa
tidak menjadi masalah siapa yang menulis atau membuat karya sastra anak asalkan
penggambarannya ditekan pada kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi
mereka.
Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk
yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka
dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang
imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang
ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak
sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk
anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
Menurut Hunt (1995: 12) mendefinisikan sastra anak sebagai buku bacaan yang
dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan
sekelompok anggota yang kini disebut anak. Jadi sastra anak adalah buku bacaan yang
sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan

2
dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak,
sehingga dapat memuaskan mereka.
Sastra anak merupakan bagian dari sastra pada umumnya yang dibaca oleh orang
dewasa. Namun dalam beberapa aspek, sastra anak memiliki ciri atau karakteristik khusus
yang membedakannya dengan sastra secara umum atau sastra orang dewasa. Itulah
sebabnya, pengertian sastra secara umum tidak serta merta dapat diberlakukan untuk
pengertian sastra anak. Dalam pengertian sederhana, Huck (1987: 6) mendefinisikan sastra
anak sebagai karya sastra yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat
penceritaan. Pengertian lain seperti dikemukakan oleh Sarumpaet (2010: 3). Menurutnya,
sastra anak adalah karya sastra yang khas (dunia) anak, dibaca anak, serta – pada dasarnya
– dibimbing orang dewasa. Kurniawan (2009: 5) dalam definisinya menyatakan bahwa
sastra anak adalah sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual dan emosional anak. Sementara Ampera (2010: 10) berpendapat bahwa sastra
anak adalah buku-buku bacaan atau karya sastra yang sengaja ditulis sebagai bacaan anak,
isinya sesuai dengan minat dan pengalaman anak, sesuai dengan tingkat perkembangan
emosi dan intelektual anak. Sastra anak dapat didefinisikan dengan memperhatikan definisi
sastra secara umum dan sastra bagaimana yang sesuai untuk anak. Mengenai hal ini ada
beberapa pandangan, yaitu antara lain:
Pertama, ada pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang sengaja memang
ditujukan untuk anak-anak. Kesengajaan itu dapat ditunjukkan oleh penulis yang secara
eksplisit menyatakan hal itu dalam kata pengantarnya maupun dapat pula ditunjukkan oleh
media yang memuatnya, misal buku atau majalah anak-anak. Misalnya Bobo, Ananda, dan
lain-lain.
Kedua, ada pula yang berpandangan bahwa sastra anak berisi tentang cerita anak. Isi
cerita yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman, dan
perasaan anak. (Huck, et al., 1987:5). Dalam cerita anak misalnya, jarang sekali ditemukan
perasaan yang nostalgic atau romantisme karena itu tidak sesuai dengan karakteristik jiwa
anak-anak. Pikiran anak-anak lebih tertuju ke masa depan, karena itu cerita futuristik lebih
banyak ditemukan dalam cerita anak-anak. Cita-cita, keinginan, petualangan di dunia lain,
dan cerita-cerita science fiction sangat sesuai dengan jiwa anak-anak.
Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Pandangan ini memang
cukup beralasan karena hanya anak-anak yang benar-benar dapat mengekspresikan
pengalaman, perasaan dan pemikirannya dengan jujur dan akurat. Akan tetapi, tidak dapat

3
disangkal bahwa orang dewasa dapat menulis sastra anak. Beberapa nama tersebut adalah
Anton Hilman, Laila S, dan juga J.K Rowling penulis novel laris Harry Potter.
Keempat, ada juga yang pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang berisi nilai-
nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan
kepribadannya menjadi anggota masyarakat yang beradab dan berbudaya. Pandangan ini
merupakan pandangan yang paling “longgar” dalam membatasi apa itu sastra anak. Oleh
karena itu Stewig (1980) misalnya, memandang bahwa sastra orang dewasa pun dapat
digunakan sebagai “sastra anak” apabila mengandung nilai-nilai moral yang positif bagi
anak. Contohnya adalah cerita rakyat yang pada umumnya berisi cerita tentang orang atau
binatang yang diturunkan dari mulut ke mulut dan merupakan karya kolektif masyarakat
masa lalu ini mengandung nilai-nilai moral yang bermanfaat bagi generasi muda, termasuk
anak-anak.
Pendapat-pendapat di atas mengisyaratkan beberapa hal penting tentang pengertian
sastra anak. Pertama, sastra anak hakikatnya diciptakan untuk dibaca oleh anak-anak.
Walaupun demikian, bukan berarti sastra anak tidak dapat dibaca oleh orang dewasa.
Sastra anak dapat dibaca oleh siapa saja karena keteladanan dalam sastra anak dapat
dimanfaatkan oleh siapa saja. Kedua, Mengisahkan tentang berbagai hal, bahkan hal-hal
yang tidak dapat diterima nalar orang dewasa, seperti kisah tentang hewan yang dapat
berbicara layaknya manusia, dll. Ketiga, bahasa yang digunakan harus relevan dengan
tingkat penguasaan dan kematangan bahasa anak. Artinya, bahasa dalam karya sastra anak
tidak menggunakan kata-kata yang mengandung makna konotasi dan simbolik yang terlalu
mendalam, yang sulit dicerna oleh daya imajinasi anak-anak. Bahasa yang digunakan
dalam karya sastra anak pun disesuaikan dengan tingkat penguasaan kosakata dan struktur
kalimat anak-anak. Keempat, substansi atau kandungan karya sastra anak lebih banyak
memuat berbagai seluk beluk kehidupan anak-anak, misalnya persahabatan, cinta kepada
orang tua, maupun keindahan alam. Kelima, sastra anak dapat diciptakan oleh siapa saja,
anak-anak bahkan orang dewasa, yang utama adalah dasar penciptaannya disesuaikan
dengan kapasitas intelektual dan psikologi usia anak. Dalam hal ini, sastra anak diciptakan
atas dasar keterlibatan intelektual dan psikologi anak sehingga benar-benar dekat dengan
dunia atau kehidupan anak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah
karya sastra yang dasar penciptaannya dari kacamata anak, sehingga mengandung seluk
beluk kehidupan anak, dan sesuai dengan perkembangan intelektual, emosional, dan moral
anak.

4
B. Ciri Ciri Sastra Anak
Secara garis besar, menurut Puryanto (2008:7) sastra anak memiliki ciri sebagai
berikut :
a) Mengandung tema yang mendidik
b) Alurnya lurus dan tidak berbelit-belit
c) Menggunakan setting yang ada di sekitar atau yang ada di dunia anak
d) Tokoh dan penokohan mengandung keteladanan yang baik
e) Gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu berperan dalam mengembangkan
bahasa anak
f) Sudut pandang orang yang tepat
g) Imajinasi masih dalam jangkauan anak.
h) Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak
terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah,
i) Isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.
Sedangkan menurut Saumpaet (dalam Santoso, 2003:8:4) ada 3 ciri sastra anak
yaitu :
a) Dilihat dari unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berhubungan dengan
tema dan amanat, maka sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang
menyangkut tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian
atau hal-hal yang bersifat negatif.
b) Penyajiannya dengan gaya secara langsung, dimana tokoh yang diperankan sifatnya
hitam putih. Yaitu setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama,
yaitu baik atau jahat.
c) Jika dilihat dari fungsi terapan maka sajian cerita harus bersifat menambah
pengetahuan yang bermanfaat.

C. Fungsi Sastra Anak


Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan
hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu
hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga
memberi pendidikan moral pada anak.
Dalam pandangan Tarigan (2011: 6-8), terdapat enam manfaat sastra terhadap anak-
anak.

5
1. Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan kepada anak-anak.
2. Sastra dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman, atau gagasan dengan
berbagai cara.
3. Sastra dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru yang seolah-olah dialami
sendiri oleh para anak.
4. Sastra dapat mengembangkan wawasan para anak menjadi perilaku insani.
5. Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan pengalaman kepada
para anak.
6. Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Selain fungsi pendidikan dan hiburan, menurut Suwardi Endraswara (2002) , sastra
anak juga berfungsi (1) membentuk kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan emosi anak.
Perkembangan emosi anak akan dibentuk melalui karya sastra yang di bacanya. Selain dua
fungsi tersebut, sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus berikut ini.
1. Melatih dan memupuk kebiasaan membaca pada anak-anak.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa anak-anak lebih suka membaca hanya
untuk mencari kesenangan. Niat awal untuk mencari kesenangan dapat dijadikan sebagai
jembatan untuk melatih dan membiasakan anak bergelut dengan dunia buku. Jika anak-
anak telah terbiasa membaca bacaan anak, maka akan merangsang kebiasaan atau hobinya
untuk membaca buku-buku pelajaran dan buku umum lainnya.
2. Membantu perkembangan intelektual dan psikologi anak.
Memahami suatu bacaan bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika anak-anak telah
terbiasa membaca, maka hakikatnya mereka telah terbiasa memahami apa yang dibacanya.
Kebiasaan memahami bacaan tentu akan sangat membantu perkembangan intelektual atau
kognisi anak. Demikian pula sajian cerita atau kisah dan berbagai hal dalam karya sastra
anak akan menumbuhkan rasa simpati atau empati anak-anak terhadap berbagai kisah
tersebut. Dengan demikian, sastra anak dapat membantu perkembangan psikologi atau
kejiwaan anak untuk lebih sensitif terhadap berbagai fenomena kehidupannya.
3. Mempercepat perkembangan bahasa anak.
Perkembangan bahasa anak berjalan secara bertahap seiring dengan perkembangan
fisik dan pikirannya. Kematangan berpikir sangat menentukan perkembangan bahasa anak,
demikian pula sebaliknya, perkembangan bahasa sangat menentukan kematangan berpikir
anak (Dirgayasa, 2011:79). Anak-anak yang biasa membaca bacaan anak dapat

6
memperoleh bahasa (kosa kata, kalimat) lebih banyak dan lebih cepat jika dibandingkan
dengan anak-anak lain. Tentu, jika anak-anak cepat perkembangan bahasanya, akan
membantu tingkat kematangan berpikirnya.
4. Membangkitkan daya imajinasi anak.
Secara leksikal, kata imajinasi memang dapat diartikan sebagai ‘khayalan’. Namun,
imajinasi dalam karya sastra tidaklah sepenuhnya berisi khayalan tanpa ada kaitannya
dengan realitas. Imajinasi dalam sastra tidak lain hanyalah sebuah media untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan pengarangnya. Oleh sebab itu, esensi dan substansi
imajinasi dalam karya sastra adalah realitas kehidupan manusia.
Anak-anak yang biasa membaca sastra (bacaan anak), akan terbiasa turut merasakan dan
melibatkan pikiran (imajinasi) sehingga seolah-olah dia yang mengalami peristiwa dalam
karya yang dibacanya. Dengan begitu, imajinasi akan menumbuhkan pemikiran yang kritis
dan kepekaan emosional yang tinggi dalam diri anak.

D. Jenis-Jenis Sastra dan Contohnya


Sebagaimana halnya dalam sastra dewasa, sastra anak juga mengenl apa yang
disebut genre, maka pembicaraan tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Genre
dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat
karakteristik umum. Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke
dalam enam macam, yaitu realism, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan
nonfiksi dengan masing-masing mempunyai beberapa jenis lagi. Genre drama sengaja
tidak di masukkan karena menurutnya, drama baru lengkap setelah dipertunjukkan dan di
tonton, dan bukan semata-mata urusan bahasa-sastra. Berikut ialah penjelasan setiap jenis
sastra anak :
1. Cerita Fiksi Anak
Setiap orang menyukai cerita, tidak peduli orang dewasa atau anak-anak. Bahkan,
pada sebagian orang kebutuhan akan cerita merupakan sesuatu yang harus terpenuhi
sebagaimana kebutuhan hidup yang lain seperti halnya makan dan minum. Membaca,
mendengar, atau melihat dan mendengar cerita (seperti yang dapat diperoleh lewat
televisi), merupakan sebuah kenikmatan tersendiri yang juga menuntut untuk dipenuhi,
terutama pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu.
Cerita Fiksi Anak merupakan karya sastra yang berisi cerita rekaan atau didasari
dengan angan-angan (fantasi) dan bukan berdasarkan kejadian nyata, hanya berdasarkan
imajinasi pengarang tetapi masih dalam konteks anak/di bawah umur. Pembicaraan unsur

7
cerita fiksi anak berikut lebih difokuskan terhadap unsure-unsur intrinsic tanpa menisbikan
peran unsur ekstrinsik. Unsure cerita fiksi anak ialah :
a) Tokoh
b) Alur cerita
c) Latar
d) Tema
e) Moral
f) Sudut pandang
g) Slite dan nada
h) Lain-lain : judul
Cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori berdasarkan dari
mana dilihat. Jika dilihat berdasarkan panjang pendeknya cerita yang dikisahkan, ia dapat
dibedakan ke dalam novel dan cerita pendek (cerpen). Di pihak lain, jika dilihat
berdasarkan ini ceritanya, ia dapat dikelompokkan ke dalam fiksi realistic, fiksi fantasi,
fiksi formula, fiksi histories, dan fiksi biografis. Macam-macam cerita fiksi anak :
a) Novel dan Cerpen
b) Fiksi Realistik
c) Fiksi Fantasi
d) Fiksi Histories
2. Puisi
Pada hakikatnya, puisi ialah bentuk karya sastra yang terkait oleh irama, rima dan
penyusunan bait dan baris yang bahasanya indah dan penuh makna. Pada kenytaannya
tidak mudah mendefenisikan puisi karena apapun definisi yang di buat selalu saja
menunjukkan ketidaklengkapan, atau kurang dapat mencandra secara akurat sifat alamiah
yang dimiliki puisi itu. Barangkali lebih mudah menunjukkan “ini sebuah puisi” daripada
“apa itu puisi”. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam puisi anak :
a) Karakteristik puisi (anak)
b) Dari Rima dan Irama ke Puisi
c) Unsure puisi
d) Tema
Puisi anak juga dapat dibedakan ke dalam jenis-jenis tertentu berdasarkan sudut
pandang tertentu pembedaan yang sering dipergunakan adalah yang didasarkan isi
kandungan yang ingin disampaikan. Berikut ialah macam macam puisi anak :
a) Balada

8
b) Puisi naratif
c) Puisi lirik
3. Nonfiksi Anak
Nonfiksi ialah klasifikasi untuk setiap karya informatif (seringkali berupa cerita)
yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau akurasi dari
peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disajikan. Cerita fiksi dan nonfiksi dapat sama-
sama menampilkan sisi-sisi kemenarikan dan kekuatannya sendiri karena karakteristiknya
berbeda. Jika dalam cerita fiksi unsure suspense dan bagaimana ia dibangun merupakan
sesuatu yang penting, dalam nonfiksi ia justru tidak terlalu penting karena yang
dipentingkan kini adalah bagaimana fakta-fakta itu disampaikan
Buku bacaan nonfiksi amat beragam macamnya. Ia membentang dari berbagai
buku-buku disiplin keilmuan seperti alam, biologi, kesehatan, sosial, sejarah, biografi,
sampai dengan seni budaya dan lain-lain. Kesemuanya itu jika ditulis dan dikemas dalam
bacaan yang sesuai dengan selera anak akan menjadi bacaan nonfiksi yang bernilai literer.
Berikut ialah macam macam nonfiksi anak :
a) Buku informasi
b) Biografi
4. Komik Sastra Anak
Komik sastra anak adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar
tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Berhadapan dengan komik selama ini terkonotasikan sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan hal-hal yang tidak serius, santai, hiburan ringan, lucu, dan lain lain yang tidak
terlalu memberatkan. Hal itu ada benarnya karena bukankah komik dapat dinikmati secara
santai kapanpun dan dimanapun yang menginginkan untuk membaca.
Sebagaimana halnya dengn buku bacaan fiksi (dalam hal tertentu juga nonfiksi),
komik hadir untuk menyampaikan cerita. Namun, berbeda halnya dengan bacaan fiksi dan
nonfiksi yang menyampaikan cerita dengan teks verbal, komik hadir lewat gambar dan
bahasa, lewat teks verbal dan nonverlab sekaligus. Keterkaitan antara teks verbal dan
nonverbal dalam komik sedemikian erat dan tidak dapat dipisahkan tanpa kehilangan roh
cerita. Berikut ialah truktur yang ada dalam komik anak :
a) Penokohan
b) Alur
c) Tema dan Moral
d) Gambar dan Bahasa

9
Sama halnya dengan berbagai genre sastra anak yang lain, komik juga dapat
dibedakan menjadi beberapa kategori tergantung dari mana sudut pandang dibedakan.
Berikut ialah macam macam komik :
a. Komik strip dan komik buku
b. Komik biografi dan komik ilmiah
Adapun Contoh-contoh dari karya sastra anak yaitu :
1. Dongeng
Contoh : Cerita Dewi Sri yang dikisahkan sang dewi menolakdiperistri oleh Batara Guru.
Dewi Sri meninggal. Ketika dimakam kan dari jenazahnya tumbuh pohon padi, dari
kepala,tumbuh pohon kelapa, dari giginya tumbuh pohon agung.
2. Fabel
Contoh : Cerita sikancil dengan kura-kura, si kancil dia memiliki akal yang cerdik yang
dapat melabui kura-kura.
3. Legenda
Contoh : legenda yang sudah tidak asing lagi yaitu cerita si Malin Kundang Legenda ini
menggambarkan keadaan anak yangdurhaka kepada orang tuanya. Si Malin Kundang yang
dikutuk oleh ibunya sendiri menjadi batu.
4. Cerita Rakyat
Contoh : Seperti kuntilanak, yang mana dikatakan bahwa kuntilanak adalah makhluk halus
penjelmaan seorang perempuan hamil yang meninggal. Konon sang kuntilanak ini tidak
ingin berpisah dengan anaknya, maka pada malam hari kuntilanak sering keluar dari
kuburnya untuk mencari anaknya. Dalam cerita rakyat ini kuntilanak selalu digambarkan
dengan berambut panjang terurai, serba putih, dan menakutkan bagisiapa saja yang
melihatnya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah
diimajinasikan. Isi kandungan sastra anak yang terbatas sesuai dengan jangkauan
emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak.
Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak
masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku,
berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima
cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman
anak.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi
anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan
kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan
keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak
merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika
dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini belumlah sempurna, oleh karen itu perlu dibuat
makalah yang lebih sempurna.

11
Daftar Pustaka

Brown, Douglas H. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New York: Addison
Wesly Longman.
Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2012. Belajar Bahasa di Kelas Awal. Yogyakarta: Ombak.
Rosdiana, Yusi. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah.
Yasa, I Nyoman,. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai